Anda di halaman 1dari 4

Dalam Arti Pandangan hidup Filsafat Adalah :

Petunjuk arah kegiatan aktifitas manusia dalam segala bidang kehidupan.

Oleh Karena itu filsafat memiliki paling tidak 3 sifat pokok dan 1 sifat tambahan :

1. Menyeluruh (universal)

Ketika berfikir filsafat tidak hanya melihat dari satu sisi tapi melihatnya dari berbagai

aspek.

Sifat menyeluruh mengandung arti bahwa cara berfikir filsafat tidaklah sempit dan selalu

melihat suatu persoalan atau permasalahan dari tiap sudut yang ada/ segala aspek.

2. Mendasar

Tidak hanya melihat dari kulit luar tapi juga secara mendasar dan mendalam, setiap aspek

dianalisis secara mendalam sampai keakar - akarnya

3. Spekulatif

Kajian dalam filsafat tidak dapat langsung di temukan dalam sekali kajian tapi melalui

beberapa hal seperti :

a. eksperimen-eksperimen.
b. Beberapa kesalahan-kesalahan.
c. Beberapa kajian yang dilakukan dengan cara untung - untungan
d. Dan lain sebagainya.

maka baru di dapat kebenaran yang dicari.

Spekulatif yang dilakukan dalam filsafat hukum harus memiliki dasar-dasar yang dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah


Pada dasarnya untuk mempraktekan metode ilmiah harus dibekali penalaran yang baik. Pemahaman
akan falsafah ilmu pengetahuan, logika hingga praktik dialektika yang kuat adalah syarat dasar
seseorang bmampu metode ilmiah yang baik. Bagi mahasiswa penalaran maupun masyarakat ilmuwan
metode ilmiah wajib untuk dimengerti.

Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya diperolehdari Tuhan lewat nabi dan rosulnya.
Pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.

Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar, sedang pengetahuan yang
diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah. Jadi, apa yang diyakini atas
dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah. Demikian
pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja
mengalami penyimpangan. Karena itu, kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan. Itulah sebabnya ilmu
pengetahan selalu berubah-rubah dan berkembang.

Kebenaran ilmiah bersifat terbuka, objektif dan universal, bisa ditambah dan dikurangi, atau dirobah
secara total bila terdapat dalil baru yang telah dibuktikan juga secara ilmiah, jadi tidak ada fanatisme
dalam kebenaran ilmiah, dan kebenaran ilmiah itu tidak perlu diimani. Hal ini disebabkan karena
kebenaran dan ketercocokan sebuah kajian ilmiah akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi
tertentu, tentu ini tidak lepas dari rasio manusia yang terbatas.

Pada akhirnya, mendefinisikan kebenaran merupakan hal yang sulit, sebab mendefinisikan berarti
memberikan batasan.Padahal kebenaran itu sendiri merupakan kata yang dalam perakteknya
“mempunyai”sifat relatifjika dalam bidang ilmu atau pengetahuan lainnya, tergantung pada sudut
pandang yang ingin dilihat.Kerelativan kebenaran itu karena perbedaan asumsi dan pola pandangan
setiap orang terhadap kebenaran dan pada ilmu atau teori dikaji.

Akhirnya, kebenaran ilmiah merupakan hasil dari proses kegiatan ilmiah melalui metode ilmiah.
Kebenaran ilmiah ini tidak serta menjadikan fanatisme berlebihan, mengingat ada ruang dan waktu yang
menjadikan kebenaran ilmiah bisa berubah dan berkembang seiring dengan perubahan zaman.

Mengambil contoh di dunia sains, saat ini dikenal apa yang disebut sebagai metode ilmiah. Metode ini
baru diterapkan luas pada abad ke-17. Sebelum itu, mengikuti Aristoteles, masalah sains cukup
dipecahkan melalui proses berpikir tanpa disertai pembuktian langsung atas hasil proses berpikir itu.
Dalam metode ilmiah, semuanya hanya sebatas dugaan sebelum dapat dibuktikan lebih jauh. Hasil
berpikir saja tidak akan mencukupi

ipotesis.
f. Keterbatasan dan keunggulan metode ilmiah
a) Keterbatasan:
Semua kesimpulan ilmiah atau kebenaran ilmu termasuk Ilmu Pengetahuan Alam bersifat
tentatif, yang artinya kesimpulan itu di anggap benar selama belum ada kebenaran ilmu yang
dapat menolak kesimpulan itu, sedangkan kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan
ilmiah yang terdahulu, menjadi kebenaran ilmu yang baru. Keterbatasan lain dari metode ilmiah
adalah tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan yang bersangkutan dengan baik dan
buruk atau sistem nilai, tentang seni dan keindahan, dan juga tidak dapat menjangkau untuk
menguji adanya Tuhan.

Dengan kata lain,


Agama bukan sesuatu yang ilmiah
Bahkan tidak ada hubungannya dengan dunia ilmiah.
Yang paling mungkin hanya,
Melakukan penelitian agama
Maka disinilah bisa digunakan metode ilmiah
Misalnya, kapan sejarah sebuah agama dimulai?
Maka lahirlah penelitian sejarah agama.
Misalnya, benarkah agama membuat kehidupan sosial semakin tertib?
Maka lahirlah penelitian sosial tentang agama (sosiologi)
Misalnya, benarkah agama sejalan dengan HAM?
Dan seterusnya, dimana semua pertanyaan tersebut
Hanya bisa dijawab dengan tingkat akurasi yang meyakinkan dengan menggunakan perangkat
metodelogis yang memadai. Dan pekerjaan itulah yang disebut ilmiah.

Sedang agama itu sendiri,


Apalagi keyakinan penganutnya, bukan sesuatu yang ilmiah
Agama pada dirinya sendiri, adalah kumpulan dogma
Sedang keyakinan yang bersarang di hati umatnya,
Adalah indoktrinasi diri.
Dan itu, tidak ada hubungannya dengan dunia atau kajian ilmiah

Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak karena berasal dari sesuatu yang mutlak dan memberi
penyelesaian yang memuaskan bagi banyak pihak. Agama memberi kepastian yang mantap terhadap
suatu bentuk kebenaran karena kebenaran agama didasarkan pada suatu kepercayaan. Agama
mengandung sistem credo atau tata kepercayaan tentang sesuatu yang mutlak di luar manusia.

Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak karena berasal dari sesuatu yang mutlak dan memberi
penyelesaian yang memuaskan bagi banyak pihak. Agama memberi kepastian yang mantap terhadap
suatu bentuk kebenaran karena kebenaran agama didasarkan pada suatu kepercayaan. Agama
mengandung sistem credo atau tata kepercayaan tentang sesuatu yang mutlak di luar manusia…

Anda mungkin juga menyukai