Anda di halaman 1dari 23

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan
pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft atau korpus luteum atau kista
ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dai epithelium ovarium. Pasein dapat
melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau kronik. Gejala-gejala tentang
ruptur kista menstimulasi berbagai kadaruratan abdomen akut, seperti apendisitis atau
kehamilan ektopik. Kista yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan
penekanan pada organ-organ abdomen uang berdekatan. Pengobatan kista ovarium yang
besar biasanya melalui tindakan bedah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Kista Ovarium ?


2. Apa Etilogi Kista Ovarium ?
3. Apa saja Klasifikasi yang terdapat pada Kista Ovarium ?
4. Apa Patofisologi pada Kista Ovarium ?
5. Apa saja Tanda dan Gejala Kista Ovarium ?
6. Apa saja Pemeriksaan Penunjang pada Kista Ovarium ?
7. Apa Penatalaksanaan pada Kista Ovarium ?
8. Apa saja Komplikasi Kista Ovarium ?
9. Apa saja yang mencakup Asuhan Keperawatan pada Pasien Kista Ovarium ?
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi Kista Ovarium


2. Untuk mengetahui Etilogi Kista Ovarium ?
3. Untuk mengetahui Klasifikasi yang terdapat pada Kista Ovarium ?
4. Untuk mengetahui Patofisologi pada Kista Ovarium ?
5. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Kista Ovarium ?
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang pada Kista Ovarium ?
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan pada Kista Ovarium ?
8. Untuk mengetahui Komplikasi Kista Ovarium ?
9. Untuk mengetahui apa saja yang mencakup Asuhan Keperawatan pada Pasien Kista
Ovarium

1
BAB II

Pembahasan

Konsep Kista Ovarium

1. Definisi
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid produksi dan pelepasan sel telur dari
ovarium. Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan
yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut juga kista fungsional karena terbentuk selama
siklus menstruasi normal atau setelah telur di lepaskan sewaktu ovulasi (Yatim,2005).

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong (Agusfarly,2008).

Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau
setengah cairan tumbuh dalam (indung telur) ovarium. (Kusuma,2008)

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi.
(Lowdermilk,dkk.2005).

2. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari kista ovarium belum sepenuhnya di mengerti . tetapi
beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam
mekanisme umpan balik ovarium – hipotalamus. Penyebab terbentuknya kista pada ovarium
adalah gagalnya sel telur atau folikel untuk berovulasi.

Munculnya penyakit kista disebabkan beberapa hal , yaitu:

a. Usia >35tahun (55-60tahun).


b. Adanya riwayat menderita kista ovarium sebelumnya.
c. Ada riwayat pernah mengalami kanker payudara.
d. Siklus menstruasi yang tidak normal.
e. Pengikatakan distribusi lemak di bagian tubuh bagian atas
f. Pada wanita yang tidak subur(infertilitas), risiko tumbuhnya kista naik empat kali
lipat .
g. Menstruasi dini, yang terjadi di usia 11 tahun atau lebih muda lagi .
h. Ovulasi yang terus berlangsung tanpa interupsi dalam waktu lama.
i. Hipotirodism atau ketidakseimbang hormonal.
j. Penggunaan pill KB.
k. Kehamilan multiple
2
l. Nulipara
m. Genetik
n. Merokok

3. Klasifikasi
a. kista ovarium Non Neoplastik(Fungsional)

1). Kista folikel

Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berevolusi. Namun
tumbuh terus menjadi kista folikel , atau dari beberapa folikel primer yang setelah
tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami atresia yang lazim , melainkan
membesar menjadi kista . (Prawirohardjo). Kista folikel adalah struktur normal,
fisiologis, sementara dan sering kali multiple, yang berasal dari kegagalan resorbsi
cairan folikel dari yang tidak berkembang sempurna. Paling sering terjadi pada wanita
muda yang masih menstruasi dan merupakan kista yang paling lazim dijumpai oleh
ovarium normal. Kista ini biasanya asimptomotik kecuali jika robek, dimana kasus ini
terdapat nyeri pada panggul. Jika kista tidak robek, biasanya menyusut setelah 2-3
siklus menstrusi.

2). Kista corpus luteum

Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan menjadi korpus
albikans. Terkadang korpus luteum akan mempertahankan diri (korpus luteum
persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista,
berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas
lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel sel luteum yang berasal dari sel – sel teka.
Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatkan sekresi dan progesteron akibat dari
peningkatkan cairan di korpus luteum di tandai dengan nyeri, tendenderness pada
ovari, keterlamabatan menstuasi dan siklus menstruasi yang tidak teratur atau terlalu
panjang. Adanya kista dapat juga menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan
perdarahan yang berulang dalam kista menyebabkan ruptur.Rupture dapat
mengakibatkan haemoraghe intraperitoneal. Biasnya kista corpus luteum hilang
selama 1-2 siklus menstruasi.

3). Sindroma rolisistik ovarium

Terjadi ketika endokrin tidak seimbang sebagai akibat dari esrtrogen yang
terlalu tinggi, testosteron dan LH serta penurunaan sekresi FSH. Tanda dan gejala
terdiri dari obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di badan)mens tidak teratur
infertilitas.

3
4). Kista Theca- lutein

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus leuteum hematoma. Kista
teka lutein biasnya bilateral, kecil dan lebih jarang dibanding kista folikel atau kista
korpus luteum. Kista teka lutein diisi oleh cairan berwarna kekuningan-kuningan,
seacar perlahan – lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya
tinggallah cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama di
bentuklah jaringan fibroblast pada bagian lapisan lutein sehingga pada kista teka
lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan
perut.(Wiknojosastro,2005).

b. Kista Ovarium Plastik (Abnormal)

1). Kistadenoma

Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista. Kista ini juga
dapat menyerang ovarium kanan atau kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat
penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti vesika urinaria sehingga dapat
menyebabkan inkotinensia atau retensi. Jarang terjadi tapi mudah menjadi ganas
terutama pada usia di atas 45 Tahun atau kurang dari 20tahun .

2). Kista coklat(endometrioma)

Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di dalam rahim tapi
melekat pada dinding luar indung telur. Akibatnya, setiap kali haid, lapisan ini akan
menghasilkan darah terus menerus yang akan tertimbun di dalam ovarium dan
menjadi kista. Kista ini dapat terjadi pada satu ovarium. Timbul gejala utama yaitu
rasa sakit terutama ketika haid atau bersenggama.

3). Kista dermoid

Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal


berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm.
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan
sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma
epidermoid. Kista ini di duga bersal dari sel telur melalu proses partenogenesis.
(Smeltzer,2002).

4). Kista endometriosis

Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di
luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium
setiap bulan sehingga menimbullkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan
infertilitas.

4
5). Kista hemorrhage

Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan


nyeri di salah satu sisi perut bawah

6). Kista lutein

Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.

7). Kista polikistik ovarium

Merupakan kista yang sering terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan
membesar karena bertumpukan kista ini. Untuk kista polikstik ovarium yang menetap
(persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak
menimbulkan gangguan dan rasa sakit .

4. Patofisologi
Kista terdiri atas folikel-folikel praovulasi yang telah mengalami atresia (degenerasi).
Pada wanita yang menderita ovarium polikistik, ovarium utuh dan FSH dan LH tetapi tidak
terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH di bawah normal sepanjang stadium folikular daur
haid,sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan.
Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh
folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista,yang
menyebabkan terjadinya ovarium polikistik.
(Corwin,2002) Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul tanpa
gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul sering dengan waktu adalah perasaan berat pada
pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, sperti rasa
penuh,mual,tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan
dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium, bila
tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan
virilisasi (Price, Wilson, 2006).
Kista nonneoplastik sering ditemukan,tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan
luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian
fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur atau
pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah
multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya
kecil, dengan diameter 1-1,5 cm berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya
penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm sehingga dapat diraba
massa dan menimbulkan nyeri panggul.
Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan
timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel terbut. Kadang-kadang kista ini pecah,
menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut (Robbins, 2007).

5
5. Tanda Dan Gejala
Kembanyakan Kista Ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagaian besar gejala
yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan akitivitas hormon atau komplikasi tumor
tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu
yang lama . Gejala umumnya sangat bervariasi dan spesifik.

Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium adalah :
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. Perasaan penuh dan ditekan di perut bagian bawah.
c. Nyeri saat bersenggama
d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin Perdarah lebih lama, mungkin lebih
pendek , atau mungkin lebih keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus
menstruasi tidak teratur

Tanda dan gejala Pada stadium awal antara lain :


a) Gangguan haid
b) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih
c) Dapat terjadi peragan atau penekanaan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit di perut
d) Nyeri saat bersenggama

Tanda dan gejala pada stadium lanjut:


a) Asites
b) Penyebaran ke omentum (Lemak Perut) Serta organ – organ di dalam rongga perut (
usus dan hati)
c) Perut membuncit , kembung , mual, gangguan nafsu makanan
d) Gangguan buang air besar dan kecil
e) Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat penyebaran
penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak nafas.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan kista ovarium (Doenges,2000) adalah :
a. Pap Smear
Pap Smear untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan kemungkinan adanya
kanker/kista.
b. Ultrasound/scan CT
Memungkinkan visualisasi kista yang diameternya dapat berkisar dari 1-6 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi massa dan
batas-batasnya.
c. Laparoskopi
Laparoskopi dilakukan untuk melihat adanya tumor,perdarahan , perubahan
endometrial. Laparoskopi juga berguna untuk menentukan apakah kista berasal dari
ovum atau tidak dan juga untuk menentukan jenisnya.
d. Hitung darah lengkap

6
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis sementara penurunan Ht menduga
kehilangan darah aktif, peningkatan SDP dapat mengidikasikan proses
inflamasi/infeksi.
e. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor

7. Penatalaksanaan
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melakukan tindakan bedah
,misal laparatomi,kisektomi atau laparatomi salpingoforektomi.
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian
penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang
besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicega
dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik/tindakan kenyamanan seperti
kompres hangat pada abdomenatau teknik relaksasi nafas dalam, informasikan tentang
perubahna yang akan terjadi seperti tanda-tanda infeksi,perawatan insisi luka operasi
(Lowdermilk,dkk.2005)

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan
tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor.
Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi).
(Wiknjosastro,et.all,1999).
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup
keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran,rasa sakit dan
insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi
mencakup tindakan pemberian rasa aman,perhatian terhadap eliminasi, penurunan
rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu (Hlamylton,1995).
Efek anastesi umum mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran
menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih,
drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktivitas
pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu
minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu,
hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktivitas ini dapat
menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktivitas seksual sebaiknya dalam 4-6
minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran
(Long, 1996).

7
8. Komplikasi
Kista ovarium yang besar bisa mengakibatkan ketidaknyamanan pada ovarium. Jika
kista yang besar menekan kandung kemih akan mengakibatkan seseorang menjadi sering
berkemih karena kapasitas kandung kemih menjadi berkurang. Beberapa wanita dengan kista
ovarium tidak menimbulkan keluhan, tetapi dokterlah yang menemukan pada pemeriksaaan
pelvis. Massa kista ovarium yang berkembang setelah menopause mungkin akan menjadi
suatu keganasan (kanker) .

Beberapa komplikasi dari kista ovarium antara lain :


a. Torsio Kista Ovarium
Komplikasi kista ovarium bisa berat. Komplikasi paling sering dan paling
berbahaya adalah torsio dari kista ovarium yeng merupakan kegawatdaruratan medis
yang menyebabkan tuba falopi berotasi, situasi ini bisa menyebabkan nekrosis.
Kondisi isi sering menyebabkan infertilitas. Manifestasi dari torsio kista ovarium
adalah nyeri perut unilateral yang biasanya menyebar turun ke kaki. Pada kondisi ini
pasien harus segera dibawa ke rumah sakit. Jika pembedahan selesai pada 6 jam
pertamasetelah onset krisis, intervensi pada kisat torsio bisa dilakukan. Jika torsio
lebih dari 6 jam dan tuba falopi sudah nekrosis, pasien akan kehilangan tuba
falopinya.

b. Perdarahan dan Ruptur Kista


Komplikasi lain adalah perdarahan atau rupturnya kista ditandai dengan acites
dan sering sulit untuk dibedakan dari kehamilan ektopik. Situasi ini juga perlu
pembedahan darurat. Gejala dominan dari komplikasi ini adalah nyeri kuat yang
berlokasi di salah satu sisi dari abdomen (pada ovarium yang mengandung kista).
Ruptur kista ovarium juga mengakibatkan anemia. Ruptur kista ovarium sulit
dikenali karena pada beberapa kasus tidak di temukan gejala. Tanda pertama yang
bisa terjadi adalah terasa nyeri di abdomen bagian bawah,mual,muntah dan demam.
c. Infeksi
Infeksi bisa mengikuti komplikasi dari kista ovarium. Kista ovarium yang
tidak terdeteksi dan susah untuk didiagnosis bisa mengakibatkan kematian akibat
septikemia. Gejala infeksi pertama adalah demam,malaise,menggigil dan nyeri pelvis.

8
Asuhan Keperawatan Kista Ovarium

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Klien
Identitas yang perlu dikaji pada klien dengan kista ovarium adalah nama,
umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, diagnosa
medis, status marital, dan alamat
Kista ovarium biasanya terjadi pada usia repoduktif, paling sering ditemukan
pada usia 35 tahun ke atas.
b. Identitas Penanggung jawab
Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji adalah nama, umur, suku/bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, dan alamat.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien dengan kista ovarium adalah klien
biasanya mengeluh nyeri pada perut kanan bawah dan menstruasi yang tidak
teratur.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama yang dirasakan klien dengan kista ovarium adalah klien
biasanya mengeluh nyeri pada perut kanan bawah dan menstruasi yang tidak
teratur.
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan perasaan penuh dan tertekan
di perut bagian bawah, nyeri saat bersenggama, klien biasanya merasa berat
pada daerah pelvis dan cepat merasa lelah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah mengalami
penyakit ini sebelumnya, apakah klien ada mengalami atau menderita penyakit
molahidatidos/kehamilan anggur, kehamilan ektopik.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji dalam keluarga apakah keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti
diabetes mellitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat
kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
6. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan kista ovarium yang
perlu diketahui adalah :
a. Keadaan Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
b. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

9
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari menurut Virginia Henderson
a. Respirasi,bisa meningkat atau menurun

b. Nutrisi
Biasanya klien mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisinya, klien mengalami anoreksia, mual muntah, intoleransi makanan,
penurunan berat badan. Klien biasanya memiliki kebiasaan diet buruk :
rendah serat,tinggi lemak,adiktif, bahan pengawet.

c. Eliminasi
Klien dengan kista ovarium mengalami perubahan buang air kecil :
Nyeri saat berkemih, hamaturi, sering berkemih.
Retensio urin palin umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik , biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah output urin yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh
saat operasi, muntah akibat anestesi.
Klien dengan kista ovarium mengalami perubahan pola defekasi, darah pada
feses, nyeri pada defekasi. Perubahan pada bising usus : Distensi abdomen.
Pada klien dengan post operasi fungsi gastrointestinal biasanya pulih dalam
24-74 jam setelah pembedahan.

d. Istirahat/tidur
Klien biasanya mengalami gangguan dalam istirahat/tidurnya karena
nyeri dan ketidaknyamanan yang dirasakannya.

e. Mempertahankan temperature tubuh dan sirkulasi


Pada klien dengan kista ovarium biasanya tidak mengalami gangguan
dalam hal temperature tubuh, suhu tubuh 37C.

f. Kebutuhan personal hygiene


Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri,
dimana kebutuhan personal hygiene dengan kista ovarium tidak mengalami
gangguan. Sedangkan klien post operasi dibantu oleh keluarga nya.

g. Aktivitas
Pada klien dengan kista ovarium aktivitas nya terganggu, pekerjaan
atau kegiatan sehari-hari tidak mampu dilakukan maksimal karena keadaan
nya yang semakin lemah. Sedangkan pada klien post operasi kista ovarium
klien mengalami keterbatasan aktivitas.

10
h. Gerak dan keseimbangan tubuh
Aktivitas berkurang, tidak bisa berjalan karena nyeri akibat adanya
trauma pembedahan.

i. Kebutuhan Berpakaian
Klien dengan kista ovarium tidak mengalami gangguan dalam
memenuhi kebutuhan berpakain tersebut . Sedangkan pada klien post operasi
mioma klien mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan berpakaian.

j. Kebutuhan keamanaan
Kebutuhan keamanaan ini perlu dipertanyakan apakah klien tetap
merasa aman dan terlindungi oleh keluarganya. Klien mampu menghindari
bahaya dari lingkungan.

k. Sosialisasi
Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosi,kebutuhan,kekhawatiran, dan opini.
Faktor stress (pekerjaan,keuangan,perubahan peran),cara mengatasi stress
(keyakinan,merokok,minum alkohol dll)
Klien ada masalah dalam perubahan penampilan : pembedahan, bentuk tubuh.
Klien menyangkal, menarik diri, marah.

l. Perubahan Spiritual
Pada kebutuhan spiritual ini tanyakan apakah klien tetap menjalankan
ajaran agamanya ataukah terhambat karena kaedaan yang sedang dialami.

m. Kebutuhan bermain dan rekreasi


Klien dengan kista ovarium biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan
bermain dan rekreasi karena dalam kondisi yang lemah.

n. Kebutuhan Belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa
ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan
penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.

8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien denga kista ovarium adalah :
a. Keadaan Umum
Keadaan umum klien biasanya lemah.

11
b. Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis,sedangkan kesadaran dengan post
operasi pengangkatan kista biasanya somnolen sampai compos mentis.

c. Pemeriksaan tanda-tanda vital


1. Suhu : Norma 37C
2. Nadi : Meningkat (> 90 x/menit)
3. Pernafasan : Normal/meningkat (>20 x/menit)
4. Tekanan Darah: Normal/meningkat 120/80 mmHg
d. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1. Kepala dan rambut
Pada kepala perlu dikaji adalah bentuk kepala,kulit kepala apakah
kotor atau berketombe, rambut tampak lusuh atau kusut, apakah ada
laserasi/luka.
2. Wajah
Yang perlu dikaji adalah warna kulit apakah pucat atau tidak, bentuk
wajah apakah lonjong atau oval.
3. Mata
Bentuk bola mata, ada tidaknya gerak mata, konjungtiva anemis atau
tidak,bentuk mata simetris atau tidak. Biasanya pada klien dengan kista
ovarium konjungtiva anemis dan sclera ikterik.
4. Hidung
Ada tidaknya septuminasi, polip, dan kebersihannya.
5. Telinga
Pada telinga kebersihan atau tidaknya kelainan fungsi pendengaran,
kelainan anatomi
6. Mulut,bibir, dan faring
Bentuk bibir apakah simetris atau tidak, kelembaban, kebersihan
mulut, ada atau tidaknya pembesaran tonsil, ada tidaknya kelainan
bicara.
7. Gigi
Jumlah gigi lengkap atau tidak,kebersihan gigi, ada tidaknya
peradangan pada gusi atau caries gigi, karang gigi.
8. Leher
Tampak adanya pembesaran limfe dan kelenjar submandibularis
9. Integumen
Meliputi warna kulit, apakah pucat atau tidak, kebersihan, turgor,
tekstur kulit.
10. Thoraks
Dikaji kesimetrisannya, ada atau tidaknya ronchi, ada tidaknya
kolostrum, apakah puting susu masuk atau tidak, apakah tampak kotor
atau tidak.
11. Abdomen

12
Ada tidaknya distensi abdomen, tinggi fundus uteri masih setinggi
pusat, bagaimana denga bising usus, apakah ada nyeri tekan. Teraba
massa,ukuran dan konsistensi massa, nyeri tekan, perabaan hepar dan
ginjal.

12. Genetalia
Dikaji kebersihannya, adakah pengeluaran darah diluar siklus
menstruasi
13. Ekstremitas atas
Kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak, ada tidaknya
oedema.
14. Ektremitas bawah
Kesimetrisannya, ada tidaknya oedema, sianosis, bagaimana
pergerakannya,refleks patella.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada klien dengan Kista Ovarium adalah :
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunder akibat tumor ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah, klien tampak menekan perutnya, ekspresi wajah meringis.
2. Cemas berhubungan dengan proses penyakitnya
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi infomasi, tidak mengenal sumber informasi.
Intra Operasi
4. Risiko syok hipovolemia berhubungan dengan perdarahan.
Post Operasi
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret akibat
penurunan reflek batuk.
6. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem saraf akibat
proses pembedahan ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada luka post operasi,
ekspresi wajah menyeringai.
7. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif yang ditandai dengan klien
mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah.
8. Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan nyeri luka bekas operasi, di tandai
dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah , kebutuhan aktvitas
klien tampak dibantu.
9. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
10. Gangguan citra tubuh (body image) berhubungan dengan kekhawatiran tentang
ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada
hubungan seksual.
11. Risiko konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik sekunder akibat efek
anatesi.

13
C. Rencana Keperawatan
No Dx. Kep Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (Pain


berhubungan keperawatan diharapkan klien Management)
dengan nekrosis dapat : - Kaji secara komprehensif
atau trauma 1. Mengontrol nyeri (Pain tentang nyeri, meliputi :
jaringan dan refleks Control), dengan kriteria : lokasi,karakteristik,onset,durasi,
spasme otot - Klien dapat mengetahui frekuensi,kualitas,intensitas
sekunder akibat penyebab nyeri, onset nyeri. nyeri, dan faktor presipitasi .
tumor ditandai - Klien mampu menggunakan - Observasi isyarat-isyarat non
dengan klien teknik non farmakologi verbal dan ketidaknyamanan,
mengatakan nyeri untuk mengurangi nyeri. khususnya dalam
pada perut bagian - Klien mampu mengenal ketidakmampuan untuk
bawah, klien tanda-tanda pencetus nyeri komunikasi secara efektif.
tampak menekan untuk mencari pertolongan. - Gunakan komunikasi terapeutik
perutnya, ekspresi - Klien melaporkan nyeri agar klien dapat
wajah meringis. berkurang dengan mengekspresikan nyeri.
menggunakan manajemen - Ajarkan penggunaan teknik non
nyeri. farmakologi (misalnya :
2. Menunjukkan tingkat nyeri relaksasi, terapi
(Pain Level) : musik,distraksi,massase)
- Klien melaporkan nyeri dan - Evaluasi keefektifan dari
pengaruhnya pada tubuh. tindakan mengontrol nyeri yang
- Klien mampu mengenal telah digunakan.
skala, intensitas, frekuensi, - Berikan informasi tentang nyeri,
dan lamanya episode nyeri. seperti : penyebab,berapa lama
- Klien mengatakan rasa terjadi dan tindakan pencegahan.
nyaman setelah nyeri - Kontrol faktor-faktor lingkungan
berkurang. yang dapat mempengaruhi
- Tanda –tanda vital dalam respon klien terhadap
bats normal. ketidaknyamanan (misalnya :
- Ekspresi wajah tenang. temperatur ruangan,penyinar
dll).
- Tingkatkan tidur/istirahat yang
cukup.
- Modifikasi tindakan mengontrol
nyeri berdasarkan respon klien.
- Monitor kenyamanan klien
terhadap manajemen nyeri.
- Hilangkan faktor yang dapat
meningkatkan pengalaman nyeri
(misalnya : rasa takut,kelelahan
dan kurang pengetahuan).
- Libatkan keluarga untuk
mengurangi nyeri.
Pemberian Analgetik (Analgetic

14
Adminstration) :
- Tentukan lokais nyeri,
karateristik, kualitas, dan
keparahan sebelum pengobatan.
- Berikan obat dengan prinsip 5
benar.
- Cek riwayat alergi obat.
- Pilih analgetik secara
tepat/kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan.
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
pertama kali.
- Berikan analgetik yang tepat
waktu terutama saat nyeri hebat.
- Evaluasi efektivitas analegtik,
tanda dan gejala (efek samping).
2. Cemas Setelah dilakukan asuhan Menurunkan cemas (Anxietas
berhubungan keperawatan selama ...x 24 jam Reduction)
dengan proses klien mampu mengontrol cemas - Bina hubungan saling percaya
penyakitnya (Anxiety Control) dengan dengan klien.
kriteria : - Kaji tingkat kecemasan klien.
- Klien dapat memonitor - Dengarkan klien dengan penuh
intensitas cemas. perhatian.
- Klien dapat menurunkan - Berusaha memahami keadaan
stimulus lingkungan ketika klien.
cemas. - Jelaskan seluruh prosedur
- Klien menggunakan teknik tindakan kepada klien dan
relaksasi untuk menurunkan perasaan yang mungkin muncul
cemas. pada saat melakukan tindakan.
- Klien dapat - Berikan informasi tentang
mempertahankan hubungan diagnosa, prognosis, dan
sosial. tindakan.
- Klien dapat - Motivasi klien untuk
mempertahankan menyampaikan tentang isi
konsentrasi. perasaannya.
- Klien melaporkan tidur - Dampingi klien untuk
adekuat. mengurangi kecemasan dan
- Ekspresi wajah klien meningkatkan kenyamanan.
tenang. - Bantu klien menjelaskan
keadaan yang bisa
menimbulkan kecemasan.
- Bantu klien untuk
mengungkapkan hal-hal yang
membuat cemas.
- Ajarkan klien teknik relaksasi.
- Berikan obat-obat yang
mengurangi cemas.

15
3. Kurang Setelah dilakukan tindakan Pendidikan kesehatan : Proses
pengetahuan keperawatan diharapkan penyakit (Teaching Disease Process)
tentang kondisi, pengetahuan klien tentang proses - Kaji tingkat pengetahuan klien
prognosis dan penyakit nya meningkat berhubungan dengan proses
kebutuhan (Knowledge Disease Process) penyakitnya yang spesifik.
pengobatan denga kriteria hasil : - Jelaskan pengertian penyakit
berhubungan - Klien dapat menjelaskan secara spesifik.
dengan salah pengertian penyakitnya. - Jelaskan penyebab dan proses
interpretasi - Klien dapat menjelaskan perjalanan penyakitnya.
infomasi, tidak penyebab dan patofisiologi - Jelaskan tanda-tanda dan gejala
mengenal sumber penyakitnya. penyakit yang dialami klien.
informasi. - Klien dapat menjelaskan - Jelaskan tindakan yang dapat
gejala dan tanda dilakukan untuk mengurangi
penyakitnya. keluhan.
- Klien dapat menjelaskan - Jelaskan tindakan pengobatan
tindakan untuk mengurangi untuk penyakitnya.
keluhan dan - Berikan informasi kepada klien
penatalaksanaannya. tentang kondisinya.
- Berikan informasi tentang
tindakan diagnostik yang
dilakukan.
- Diskusikan perubahan perilaku
yang dapat mencegah
komplikasi.
INTRAOPERASI
4. Resiko syok Setelah dilakukan tindakan Manajemen Syok Hipovolemik
hipovolemik keperawatan selama ...x 24 jam (Hipovolemia Management) :
berhubungan diharapkan tidak terjadi syok - Kaji adanya perdarahan selama
dengan perdarahan hipovolemik dengan kriteria hasil proses pembedahan.
: - Kaji warna kulit,suhu,adanya
- Tanda-tanda vital dalam sianosis, nadi perifer dan
batas normal diaporesis secara teratur.
- Turgor kulit baik - Pantau frekuensi dan irma
- Tidak ada sianosis jantung.
- Suhu kulit hangat - Pantau status cairan,turgor
- Tidak ada diaporesis kulit,membran mukosa,urin
- Membran mukosa output.
kemerahan - Monitor status cairan , termasuk
inrake dan output sesuai
kebutuhan.
- Monitor kadar haemoglobin dan
hematokrit .
- Monitor kehilangan cairan
(seperti :
perdarahan,muntah,diare,pengua
pan dan takipneu).
- Monitor tanda-tanda vital sesuai
kebutuhan.
- Monitor respon klien terhadap
perubahan cairan.

16
- Kelola pemberian cairan
hipotonik seperti (dekstrose 5%)
untuk rehidrasi sesuai
kebutuhan.
- Kelola pemberian cairan
isotonik seperti : Nacl, Ringer
Laktat untuk rehidrasi cairan
ekstraseluler
- Kombinasikan cairan kristaloid
(seperti Nacl, dan Ringer
Laktat) dan cairan koloid
(seperti plasma) untuk pengganti
volume intravaskuler.
- Pertahankan pemberian cairan
secara vena.
- Kelola pemberian transfusi.
- Monitor reaksi transfusi sesuai
kebutuhan.
- Atur posisi klien trendelenburg
jika klien hipotensi sesuai
kebutuhan.
- Monito tanda dan gejala
overhidrasi.

POST OPERASI
5. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas (Airway
tidak efektif keperawatan selama … x 24 jam, Management)
berhubungan klien menunjukkan bersihan - Posisikan klien untuk
dengan akumulasi jalan nafas dengan status memaksimalkan ventilasi
secret, efek pernafasan adekuat dengan - Auskultasi bunyi nafas
anestesi kriteria : tambahan
- Klien mudah untuk bernafas - Keluarkan secret dengan batuk
- Tidak ada sianosis efektif atau suksion sesuai
- Satruasi O2 dalam batas kebutuhan
normal - Anjurkan klien untuk bernafas
- Jalan nafas paten pelan, nafas dalam dan batuk
- Mengeluarkan sekresi - Atur posisi klien untuk
secara efektif. mengurangi dyspneu

17
- Klien mempunyai irama dan - Monitor status respirasi dan
frekuensi pernafasan dalam oksigenasi sesuai kebutuhan
rentang normal - Atur intake cairan untuk
- Klien mempunyai fungsi mengoptimalkan keseimbangan
paru dalam batas normal cairan

Suksion jalan nafas (Airway


Suctioning)
- Tentukan kebutuhan untuk
suksion oral atau trakheal
- Auskultasi bunyi nafas sebelum
dan setelah suksion
- Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suksion
- Aspirasi nasofaring dengan
suction sesuai kebutuhan
- Gunakan universal precaution :
Sarung tangan dan masker
sesuai kebutuhan
- Gunakan tambahan oksigen
sesuai kebutuhan

Terapi oksigen ( Oksigen Therapy)


- Bersihkan mulut, hidung dan
trachea dari sekresi sesuai
kebutuhan.
- Pertahankan kepatenan jalan
nafas .
- Siapkan perlengkapan oksigen
dan atur sistem humidifikasi .
- Berikan tambahan oksigen
sesuai permintaan
- Monitor aliran oksigen
- Monitor posisi pemberian
oksigen
- Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
- Monitor keefektifan terapi
oksigen.

6. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri ( Pain


berhubungan keperawatan diharapkan klien dapat Management)
dengan : - Kaji secara komphrehensif
terputusannya 1 .Mengontrol nyeri ( Pain tentang nyeri,meliputi: Lokasi,
jaringan saraf pada Control), dengan kriteria : karakteristik dan onset, durasi ,
daerah luka bekas - Klien dapat mengetahui frekuensi , kualitas , intensitas/
operasi yang di penyebab nyeri , onset berat nyanyeri dan faktor –
tandai dengan klien nyeri. faktor presipitasi.
menyatakan nyeri - Klien mampu mengguakan - Obsevasi isyarat non verbal dari
perut bekas tekhnik non farmakologi ketidaknyamanan,khususnya

18
operasi, ekspresi untuk mengurangi nyeri, ketidakmampuan komunikasi
wajah meringis dan tindakan pencegahan secara efektif .
menahan sakit. nyeri. - Gunakan komunikasi terapeutik
- Klien melaporkan nyeri agar klien dapat
berkurang dengan mengeskpresikan nyeri
menggunakan manajemen - Ajarkan penggunaan teknik non
nyeri. farmakologi (misalnya :Nafas
dalam , teknik distraksi atau
2. Menujukkan tingkat nyeri massage).
(Pain Level). - Evaluasi tentang keefektifan dari
- Klien melaporkan nyeri dan tindakan mengontrol nyeri yang
pengaruhnya pada tubuh. telah digunakan .
- Klien mampu mengenal - Berikan dukungan terhadap
skala, intensitas,frekuensi klien dan keluarga.
dan lamanya episode nyeri. - Berikan informasi tentang nyeri,
- Klien mengatakan rasa seperti :Penyebab, berapa lama
nyaman setelah nyeri terjadi dan tindakan pencegahan
berkurang .
- Tanda- tanda vital dalam - Kontrol faktor –faktor lingkugan
batas normal yang dapat mempengaruhi
- Ekspresi wajah tenang. respon klien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya:
Temperatur ruangan ,penyinaran
dan lain lain )
- Tingkatkan istirahat yang cukup
- Modfikasi tindakan mengontrol
nyeri berdasarkan respon klien .
- Monitor kenyamanan klien
terhadap manajemen nyeri.
- Libatkan keluarga untuk
mengurangi nyeri

Pemberian Analgetik ( Analgetic


Administration ):
- Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik kualitas dan
keparahan sebelum pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5
benar .
- Cek riwayat alergiobat .
- Pilih analgetik secara tepat /
kombinasi lebih dari satu
analgetik jika diresepkan .
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pmberian analgetik
pertam akali .
- Berikan analgetik yang tepat
waktu terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala( efeksamping).

19
7. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pengendalian infeksi ( Infection
berhubungan keperawatan selama…. x 24 jam Control) dan perlindungan terrhadap
denganprosedur diharapkan klien dapat infeksi (Infection protection ):
invasive yang di meningkatkan pertahanan tubuh - Pantau tanda/gejala infeksi(
tandai dengan klien ( Immune Status) dengan misalnya . Suhu tubuh ,keadaan
mengeluh sakit bila kriteria: luka post operasi , kondisi vulva
bergerak ,keadaan - Klien tidak menunjukkan tanda- ,kelelahan dan malaise.
umum lemah . tanda infeksi. - Kaji faktor yang meningkatkan
- Suhu tubuh normal (36,5 - 30®C) serangan infeksi (misalnya; Usia
- Nadi normal (70 – 80 ×/menit) lanjut, status imun menurun dan
- Frekuensi nafas normal (20 malnutrisi).
×/menit). - Pantau personal hygiene untuk
- Tekanan darah normal: 120/70 perlindungan terhadapinfeksi.
mmHg. - Monitor tanda dan gejalai nfeksi
- Luka tidakmengeluarkan nanah. sistemik.
- Monitor sel darah putih (White
Blood Cell)
- Anjurkan klien atau keluaraga
untuk menjaga personal hygiene
dan melindungi tubuh terhadap
infeksi.
- Anjurkan pada pengunjung
untuk mencuci tangan sewaktu
masuk dan meninggalkan
ruanagan klien.
- Ajarkan klien dan keluarga
tentang tanda-tanda dan gejala
dari infeksi.
- Ajarkan klien dan anggota
keluarga bagaimana mencegah
- infeksi .
- Ajarkan klien dan keluarga
tanda/gejala infeksi dan kapan
harus melaporkan ke petugas
kesehatan.
- Bersihkan lingkungan secara
tepat setelah digunakan oleh
klien.
- Ganti peralatan klien setiap
selesai tindakan.
- Batasi jumlah pengunjung.
- Gunakan sabun untuk cuci
tangan.
- Gunakan sarung tangan steril.
- Tingkatkan asupan nutrisi dan
cairan.
- Pertahahankan teknik aseptik.

20
- Pertahankan teknik isolasi sesuai
kebutuhan.

8. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Exercise Therapy: Ambulation


mobilitas fisik perawatan mobilitas klien (Terapi Latihan Ambulasi)
berhubungan meningkatkan (Mobility level) - Kaji kemampuan klien dalam
dengan nyeri luka dengan kriteria: melakukan mobilitas,
bekas operasi , di - Klien melaporkan aktivitas - Observasi penyebab gangguan
tandai dengan klien fisik meningkatkat. mobilitas yang dialami klien.
mengeluh sakit bila - Klien melaporkan perasaan - Monitor dan catat kemampuan
bergerak , keadaan peningkatan kekuatan dan klien dalam mentoleransi
umum lemah , kemampuan bergerak . aktivitas dan penggunaan
kebutuhan aktivitas keempat ekstremitasnya.
klien tampak - Jika memungkin kan observasi
dibantu tindakan yang dilakukan untuk
nyeri sebelum beraktivitas.
- Ajarkan latihan ROM secara
pasif/ akti fsesuai kondisi klien

Possitioning:
- Mobilitas support area yang
terpengaruh jika di perlukan .
- Ubah posisi tiap 2 jam.
- Monitor intergritas kulit pada
area yang tertekan.

Exercise Therapy:
- Pastikan keterbatasan gerak
sendi yang dialami.
- Motivitasi klien untuk
mempertahankan pergerakan
sendi.

9. Kurang perawatan Setelah dilakukan tindakan Bantu Perawatan Diri (Self Care
diri berhubungan keperawatan selama ...x 24 jam Assistance) :
dengan kelemahan klien dapat menunjukkan - Kaji kemampuan klien untuk
fisik perawatan diri (mandi) adekuat menggunakan alat abntu.
dengan kriteria hasil : - Pantau adanya perubahan
- Klien menerima bentuan kemampuan fungsi.
atau perawatan dari perawat - Pantau kemampuan klien dalam
jika diperlukan . melakukan perawatan diri secara
- Klien mengungkapkan mandiri.
kepuasan tentang - Pantau kebutuhan klien terhadap
kebersihan tubuh dan perlengkapan alat-alat untuk
hygiene mulut. kebersihan diri, berpakaian, dan
- Klien mempertahankan makan.
mobilitas yang diperlukan - Berikan bantuan sampai klien
untuk ke kamar mandi dan mampu untuk melakukan

21
menyediakan perlengkapan perawatan diri.
mandi. - Bantu klien dalam menerima
- Klien mampu ketergantungan pemenuhan
membersihkan dan kebutuhan sehari-hari.
mengeringkan tubuh. - Dukung kemandirian dalam
- Klien mampu melakukan melakukan mandi dan hygiene
perawatan mulut. mulut, bantu klien hanya jika
diperlukan.
Bantu Perawatan Diri : mandi (Self
Care Assistance : Bathing)
- Kaji membran mukosa oral dan
kebersihan tubuh setiap hari.
- Kaji kondisi kulit saat mandi.
- Pantau kebersihan kuku,
berdasarkan kemampuan
perawatan diri klien.
- Berikan bantuan sampai klien
mampu secara penuh untuk
melakukan perawatan diri.
10. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Citra Tubuh (Body
tubuh (body image) keperawatan di harapkan klien Image Enhanchment) :
berhubungan mengalami peningkatan citra - Observasi mekanisme koping
dengan tubuh (Body Image) dengan yang digunakan klien saat stress.
kekhawatiran kriteria hasil : - Identifikasi klien terhadap risiko
tentang - Klien mendemonstrasikan gangguan citra tubuh.
ketidakmampuan penerimaan terhadap - Ekspolari kekuatan dan sumber
memiliki anak, perubahan bentuk tubuh. yang dimiliki klien. Diskusikan
perubahan dalam - Klie peduli terhadap jika memungkinkan perubahan
masalah perubahan bentuk tubuh. berat badan.
kewanitaan, akibat - Dorong klien untuk
pada hubungan mendiskusikan secara
seksual. interpersonal tentang masalah
yang dihadapi.
- Dorong klien untuk
mengeksplorasi perubahan yang
dialaminya.
- Dorong klien untuk
mendapatkan support dari orang
yang berarti.
- Dorong klien untuk ikut
berpartisipasi membuat
keputusan dalam rencana
perawatannya.
- Bantu klien agar dapat
menerima bantuan dari orang
lain.
- Bantu klien untuk
menggambarkan tentang ideal
dirinya,karateristik identitas
dirinya dan menerimanya.

22
11. Risiko konstipasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen kosntipasi (Constipation
berhubungan keperawatan di harapkan Management) :
dengan penurunan eliminasi BAB normal kembali - Observasi pola kebiasaan BAB
peristaltik sekunder (Bowel Elimination) dengan meliputi :
akibat efek anatesi. kriteria hasil : waktunya,frekuensi,konsistensi
- Klien dapat BAB, riwayat penggunaan obat-
mempertahankan obatan laksatif,riwayat diet
konsistensi BAB lunak. termasuk intake cairan,pola
- Klien BAB 1x sehari latihan,riwayat obstetri dan
- Klien dapat pembedahan.
mengidentifikasi - Palpasi adanya distensi
pencegahan dan pengobatan abdomen,perkusi bunyi dullnes
konstipasi. dan auskultasi bunyi peristaltik
usus. Pada klien dengan
konstipasi, abdomen sering
mengeluarkan distensi.
- Berikan privasi saat klien BAB
- Anjurkan makan-makanan
berserat, seperti buah-buahan
dan sayuran.
- Anjurkan minum 1,5 s/d 2
liter/hari.
- Jika perlu berikan laxative dan
suppositoria.

23

Anda mungkin juga menyukai