PENGANTAR
JURNAL ILMIAH MEDIS DAN KESEHATAN Politeknik Piksi Ganesha
ini terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan ilmiah
dalam bentuk hasil penelitian, kajian analisis, aplikasi teori dan pembahasan
tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan Informasi Medis, Kesehatan
dan masalah Kesehatan Populer.
Penasehat
DR. H. K. Prihartono AH, Drs., S.Sos., S.Kom., MM
Pimpinan Redaksi
Wahyudi, SH., MH. Kes
Reviewer
dr. Evi Novitasari
Emylia Fiskasari, S.Si., MM., APT
Santy Christinawati, SS., M.Hum (Bahasa)
Mitra Bestari
Akasah, S.Sos., MM
Aris Susanto, S.ST., MM
Administrasi Naskah
Ria Khoirunnisa, S.Si., M.Si
Tedy Hidayat, S.ST., MM
Alamat Redaksi/Penerbit
POLITEKNIK PIKSI GANESHA
JalanJend. GatotSubroto no.301 Bandung 40274
Telp.022 87340030 Fax. 022 87340086
Email :jurnal_medkes@yahoo.co.id
www.piksi-ganesha-online.ac.id
JURNAL ILMIAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
ILMU MEDIS DAN KESEHATAN
POLITEKNIK PIKSI GANESHA BANDUNG
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Ilmiah ini memuat karya ilmiah yang membahas tentang Komunikasi
Antarpribadi People With Systemic Lupus Erythematosus (Sle)/ Odapus Dengan
Pendampingnya Oleh Agustin Rozalena, Analisis Prosedur Pendaftaran Pasien Adiksi
Guna Menunjang Efektivitas Pelayanan Poli Adiksi Di Klinik Utama Medika Antapani
Bandung Oleh Anita Putri Wijayanti, Rini Nur Arini, Tinjauan Sistem Pelayanan
Administrasi Pasien Asuransi BPJS Rawat Jalan Guna Menunjang Kualitas Pelayanandi
Klinik Medika Antapani Bandung Oleh Ceria Febiana, Aktivitas Komunikasi Humas
Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung Oleh
Mira Veranita, Analisa Kimia Mutu Semen Portland Putih Oleh Sri Martini, Teni
Rodiani , Deris Aditya, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Terhadap Kerugian
Pasien Vaksin Palsu Oleh Wahyudi.
Semoga dengan terbitnya Jurnal Ilmiah ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran
serta perkembangan keilmuan, terutama di bidang biomedis dan kesehatan.
Judul. Judul naskah hendaknya dibuat seringkas mungkin, dan mencerminkan isi naskah secara
keseluruhan.
Data Penulis Tuliskan nama para penulis (nama lengkap tanpa gelar atau jabatan lainnya),
Fakultas/Departemen,dan Universitas/Institusinya.
Abstrak. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris apabila tulisan dalam Bahasa Indonesia sedangkan
apabila tulisan menggunakan bahasa Inggris abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia, tidak berisikan
rumus atau referensi. Abstrak harus meringkas permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian,
hasil utama, dan kesimpulan. Panjang abstrak maksimum 200 kata.
Kata kunci: terdiri dari maksimal 5 kata, tiap kata dipisahkan dengan titik koma (;).
Naskah. Naskah ditulis dengan sistematika yang terstruktur, konsisten, dan lugas. Naskah ditulis
dengan menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar atau bahasa Inggris dengan tata
bahasa (grammar) yang benar. Adapun format penulisan sebagai berikut;
1. Naskah ditulis pada kertas ukuran A4 (210x297mm), dengan marjin kiri 3, kanan 3, atas 3, dan
bawah 2 cm.
2. Naskah di tulis dalam format satu kolom untuk isi, sedangkan judul dan abstrak dalam satu
halaman.
3. Halaman naskah terdiri dari 10-13 halaman.
4. Huruf yang digunakan adalah Times New Roman 12 petunjuk judul, dan 10pt untuk abstrak dan
isi naskah, naskah ditulis dalam spasi satu.
5. Naskah minimal berisi bagian sebagai berikut:
A. Pendahuluan
B. Kajian Pustaka
C. Metode Penelitian
D. Pembahasan
E. Kesimpulan
F. Daftar Pustaka
Rumus. Setiap rumus diletakkan di tengah halaman dan diberi nomor pemunculan di sisi kanan
dengan menggunakan angka arab di dalam kurung.
𝑛𝑛
(𝑥𝑥 + 𝑎𝑎)𝑛𝑛 = � �𝑛𝑛𝑘𝑘�𝑥𝑥 𝑘𝑘 𝑎𝑎𝑛𝑛−𝑘𝑘 …………………………………….(1)
𝑘𝑘=0
Tabel. Huruf yang digunakan Times New Roman 10pt untuk isi tabel, judul tabel, dan sumber. Tabel
diberi nomor menggunakan angka arab, dengan menggunakan garis horisontal tanpa garis vertikal
untuk memisahkan kolom. Nomor dan judultabel diletakkan diatas, sumber diletakan di bawah sejajar
dengan garis tabel paling kiri. Judul tabel di Bold.
6000
20
4000 10
2000
20
0 11
20
12
Daftar Pustaka.
Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan abjad nama belakang mulai dari penulis pertama. Unsur-
unsur daftar pustaka meliputi: nama pengarang, tahun terbit publikasi, judul publikasi, tempat terbit,
dan penerbit. Judul buku atau jurnal ditulis miring (italic) sementara judul artikel pada jurnal ditulis
dengan huruf tegak. Apabila terdapat lebih dari satu artikel rujukan yang ditulis oleh penulis yang
sama, maka diurutkan berdasarkan tahun penerbitan terbaru. Seluruh pustaka yang tercantum dalam
daftar pustaka harus dirujuk atausesuaidalam isi naskah, demikian pula sebaliknya.
Jurnal
Alfanura, F., Arai. T., danPutro. U.S. (2010). System Dynamics Modelling for E-Government
Implementation: a Case Study in Bandung City, Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi, Vol9
No 2, hal: 121-145.
Buku
Husnan S, 2000, Dasar-dasar Manajemen Kauangan, Edisi keempat, Yogyakarta, UPP AMP
YKPN.
-----------.2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi keempat.
Yogyakarta. UPP AMP YKPN.
Internet
Howard, N. (1995). Confrontation Analysis: How to Win Operations Other than War. CCRP
Publication. Washington DC: Departement of Defence. Available at www.dodccrp.org.
[diunduhpadatanggal 20 Oktober 2011]
ANALISA KIMIA MUTU SEMEN PORTLAND PUTIH
ABSTRACT- Portland cement is hydraulic cement made by clinker sublimation. Portland cement
consists of calcium silicates, which has hydraulic characteristic, and gypsum as an adjuvant. Note that a
study is needed to test the quality of Portland cement using physical and chemical criteria. In this study,
white Portland cement was analyzed based on the ASTM C 114-1997 standard method and SNI 15-2049-
2004 as the references. The following chemical analyses were performed simultaneously: estimation of
Insoluble Part (IP), Sulfur Trioxide (SO 3 ), Lost On Ignition (LOI), Magnesium Oxide (MgO) dan
Iron(III)Oxide (Fe 2 O 3 ). The results showed that the Portland cement has passed the chemical criteria
based on SNI 15-2049-2004, i.e. IP =0,61%; SO 3 = 2,07%; LOI = 3,86% and Fe 2 O 3 = 0,63%. However,
the MgO fraction was not met the reference criteria, i.e. 7,21%.
A. PENDAHULUAN
Beberapa negara berkembang bergantung pada industri konstruksi sebagai salah
satu pilar utama untuk pertumbuhan ekonomi mereka. Dalam mengembangkan
ekonomi, industri konstruksi memberikan banyak lahanpekerjaan bagi orang-orang di
negaranya baik di sektor formal maupun non formal. Setiap penurunan pada konstruksi
industri biasanya menimbulkan kemunduran ekonomi yang serius (Bediako Mark and
Amankwah, E.O, 2015).
Semen memegang peranan penting sebagai bahan kostruksi sepanjang sejarah
peradaban. Semen ini sangat penting dalam bahan konstruksi bangunan, jembatan,
terowongan, dan yang lainnya. Setiap tahun semen potrland digunakan dalam jumlah
besar untuk tujuan konstruksi(Sam dkk,2013).
Perkembangan terbaru tentang runtuhnya jembatan penyebrangan di Jakarta
mengharuskan untuk mengkaji ulang kualitas semen yang tersedia secara komersial di
Indonesia yang diproduksi untuk konstruksi umum (Sam R.A et all,2013).
Penggunaan semen kualitas rendah dalam konstruksi bangunan dapat menyebabkan
hilangnya properti bahkan nyawa sekaligus. Oleh karena itu, jaminan kualitas semen
menjadi faktor penting dan kritis.
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping
sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil
akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya,
yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air (Fatimah SS, 2008).
Semen Portland merupakan salah satu jenis semen yang merupakan bahan ikat yang
penting dan banyak dipakai untuk pembangunan fisik. Pada penelitian ini akan
mengkaji lebih dalam mengenai semen Portland putih dengan rmerk dagamg “Tiga
Roda”.Semen Analisis kimia yang akan dilakukan pada semen Portland putih ini
meliputi bagian tak larut (BTL), Sulfur tiroksida (SO 3 ), Hilang Pijar (HP), Magnesium
Oksida (MgO) dan Besi Oksida (Fe 2 O3).
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Sejarah Perkembangan Semen
Pada Zaman Mesir Kuno tahun 500 SM dalampembuatan piramida, semen
digunakan sebagai pengisi ruang kosong diantara celah-celah tumpukan batu. Semen
yang digunakan bangsa Mesir merupakan kalsinasi gipsum yang tidak murni, sedangkan
44
kansinasi batu kapur mulai digunakan pada zaman Romawi. Kemudian bangsa Yunani
membuat semen dengan cara mengambil tanah vulkanik (volcanic tuff) yang berasal
dari pulau Santoris yang dikenal sebagai santoris cement. Bangsa Romawi
menggunakan semen yang diambil dari material vulkanik yang ada di pegunungan
Vesuvius di lembah Napples yang dikenal sebagai pozzulona cement.Nama ini diambil
dari sebuah nama di Italia yaitu pozzoula. Penggunaan bahan perekat dalam konstruksi
telah dipergunakan sejak zaman Mesir, Yunani dan Romawi kuno. Bahan perekat
berupa batu-batuan anorganik seperti, kapur, gamping (quick lime), gipsum dan
pozzolan yang akhirnya dikenal sebagai semen.
Setelah Revolusi Industri di Eropa pada pertengahan abad 18, dikembangkan
penelitian-penelitian penting. Pada tahun 1756, John Smeaton seorang penemu Inggris
menemukan batu kapur lunak yang tidak murni dan mengandung tanah liat merupakan
bahan pembuat semen hidrolis yang bagus. Campuran itu dikenal sebagai hydraulic lime
yang dipakai untuk membangun gedung Eddystore Lighthouse. Kemudian oleh Vicat
ditemukan sifat hidrolis akan bertambah lebih baik jika ditambahkan alumina dan silika.
Sehingga Vicat membuat kapur hidrolis dengan cara mencampur tanah liat dengan batu
kapur dengan perbandingan tertentu (Irawati dkk, 2015) .
Pada tahun 1797, James Parker seorang penemu Inggris menemukan suatu
pembaharuan dengan membuat semen hidraulik dengan cara membakar batu kapur dan
batuan silika. Semen inilah yang akhirnya dikenal dengan nama Roman Cement yang
banyak dipakai pada periode tersebut. Tahun 1811, James Frost melanjutkan penelitian
Vicat mulai membuat semen dengan mencampur dua bagian batu kapur dengan satu
bagian tanah liat (Irawati dkk, 2015).
2. Pengertian Semen
Semen berasal dari kata “Cement” dalam bahasa Inggris yang berarti pengikat atau
perekat. Dengan kata lain semen merupakan material yang berfungsi untuk merekatkan
butir-butir agregat agar terjadi suatu masa yang padat. Selain itu juga dapat mengisi
rongga rongga diantara butiran agregat (Duda, Walter H. 1984).
3. Semen Portland
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling
terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan
digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain (SNI,15-2049-
2004).
Komponen utama semen Portland terbentuk dari empat unsur oksidasi, yaitu :
1. Batuan kapur mengandung komponen Limestone (CaO) : 60% – 66%
2. Lempung mengandung komponen :
- Silika (SiO 2 ) : 19% – 25%
- Alumina (AL2 O 3 ) : 3% – 8%
- Oksida Besi (Fe 2 O 3 ) : 1% – 5%
Semen Portland putih adalah semen hidrolisis yang berwarna putih dan dihasilkan
dengan cara menggiling terak semen Portland putih yang terutama terdiri atas kalsium
silikat dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk
kristal senyawa kalsium sulfat (SNI 15-0129 2004).
Nama semen Portland berasal dari gabungan antara warna dan kualitas dari semen
yang berasal dari batu Portland – batu kapur yang ditambang di Dorset. Pada saat ini,
nama semen Portland telah mendunia sebagai semen yang diperoleh dengan cara
45
mencampur calcareous dan argillaceous, atau -silika, -alumina dan material yang
teroksidasi oleh besi, kemudian dibakar pada temperatur yang sangat tinggi, dan abunya
diperhalus lagi (Wulandari A, 2008).
Semen portland putih harus memenuhi syarat fisika dan kimia yang telah
ditentukan. Berikut tabel syarat kimia pada semen Portland putih yang harus dipenuhi :
4. Jenis-Jenis Semen
Semen yang digunakan dalam bangunan terdapat 2 jenis, yaitu:
1. Semen hidrolisis
Semen yang berubah menjadi produk yang padat setelah ditambah air,
menghasilkan material yang tidak terpisah dengan air atau dengan kata lain akan
mengeras bila diberi air. contoh: semen Portland, semen alumina, semen putih.
2. Semen non-hidrolisis
Semen yang tidak membutuhkan air untuk membuatnya menjadi solid. Semen non-
hidrolis yang paling umum adalah kapur dan gypsum. Gypsum pernah digunakan di
Mesir sekitar 3000 SM untuk membangun pyramid (Yusnita,Heni, 2009).
2. Kesegaran semen
Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran ( Loss of Ignition) dilakukan pada
semen untuk menentukan kehilangan berat jika semen dibakar sampai sekitar 900-
1000oC. kehilangan berat ini terjadi karena adanya kelembapan dan adanya karbon
dioksida dalam bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap. Kehilangan
berat dari semen ini merupakan ukuran dari kesegaran semen.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran
dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang
47
tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida
besi,kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.
Secara garis besar proses produksi semen melalui 6 tahap, yaitu :
1. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah
Semen yang paling umum yaitu semen portland memerlukan empat komponen
bahan kimia yang utama untuk mendapatkan komposisi kimia yang sesuai.
Bahan tersebut adalah kapur (batu kapur), silika (pasir silika), alumina (tanah
liat), dan besi oksida (bijih besi). Gipsum dalam jumlah yang sedikit
ditambahkan selama penghalusan untuk memperlambat pengerasan.
2. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah
Semua bahan baku dihancurkan sampai menjadi bubuk halus dan dicampur
sebelum memasuki proses pembakaran.
3. Homogenisasi dan pencampuran bahan mentah
4. Pembakaran
Tahap paling rumit dlam produksi semen Portland adalah proses pembakaran,
dimana terjadi proses konversi kimiawi sesuai rancangan dan proses fisika untuk
mempersiapkan campuran bahan baku membentuk klinker . Proses ini dilakukan
di dalam rotary kiln dengan menggunakan bahan bakar fossil berupa padat
(batubara), cair (solar) atau bahan bakar alternative. Batubara adalah bahan
bakar yang paling umunm dipergunakan karena pertimbangan biaya.
5. Penggilingan hasil pembakaran
Proses selanjutnya adalah penghalusan klinker dengan tambahan sedikit gypsum,
kurang dari 4%, untuk dihasilkan semen Portland tipe 1. Jenis semen lain
dihasilkan dengan penambahan bahan aditif posolon atau batu kapur didalam
penghalusan semen.
6. Pendinginan dan pengepakan (Fatimah S.S, 2008)
2. Air
Kualitas air menurun akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan
sisa air dari kegiatan penambangan. Menimbulkan lahan kritis yang mudah
terkena erosi dan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan
menimbulkan banjir pada musim hujan. Kuantitas air atau debit air menjadi
berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan akan mengakibatkan
penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu berkurang, sehingga persediaan
air tanah menipis. Sungai menjadi kering pada musim kemarau dan banjir pada
musim hujan karena tanah tidak mampu lagi menyerap air.
3. Udara
Debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama proses
pembakaran dan debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke
pabrik dan bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya. Debu yang
secara visual terlihat di kawasan pabrik dalam bentuk kabut dan kepulan debu
menimbulkan pencemaran udara serius. Suhu udara di sekitar pabrik naik. Gas
yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara,
berupa gas CO, CO2, SO2 dan gas lainnya yang mengandung hidrokarbon dan
belerang (Fatimah S.S, 2008).
49
C. METODE PENELITIAN
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel semen, NaOH
(10g/L), NH 4 NO 3 (20g/L), HCl p.a, aquades, indikator metil merah, BaCl 2 (100g/L),
dan aquades.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia 400, 250, dan
100 mL, gelas ukur 10 mL, batang pengaduk, kertas saring whatman no.41 dan 42, hot
plate, cawan porselin, desikator, corong, furnace, neraca analitik, pipet tetes, pipet ukur,
labu semprot, penyangga corong, spatula dan AAS.
4. Penetapan SO 3
Filtrat dari penetapan bagian tidak larut diencerkan dengan aquades sampai 250 mL
dan dipanaskan sampai mendidih. 10mL larutan panas BaCl2 (100 g/L) ditambahkan
tetes demi tetes dan terus didihkan sampai terbentuk endapan. Didiamkan dalam suhu
panas hingga endapan terbentuk sempurna dan mengendap, diatur volume larutan antara
225-260 mL (ditambahkan aquades bila perlu). Setelah itu disaring dengan kertas
whatmann no.42, endapan dicuci dengan aquades panas. Kertas saring dan isinya
ditempatkan dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya, dikeringkan di atas
plat pemanas. Dibakar dan dipajarkan pada suhu 800-900 ºC selama 15 menit,
didinginkan dalam desikator. Ditimbang sampai bobot tetap dan dikerjakan blanko.
Penetapan kadar SO 3 dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
……………………………………. (3)
dengan :
W 1 adalah berat contoh awal
W 2 adalah berat contoh sisa pijar
6.5.2 Penetapan Fe 2 O 3
Larutan semen dipipet sebanyak 5 mL, diencerkan dengan HCl 0,01 M sampai 50
mL, dan diukur absorbansinya secara duplo. Setelah itu, ditentukan kadar Fe 2 O 3.
D. PEMBAHASAN
Untuk mengetahui susunan kimia dari semen dilakukan analisa kimia, dengan cara ini
diperoleh persentase dari setiap oksida dan kemudian dihitung susunan ikatannya.
Parameter kimia yang diujikan pada penelitian ini, yaitu: (1) Bagian tak larut (2) Sulfur
51
trioksida (SO 3 ) (3) Hilang pijar, (4) MgO dan Fe 2 O 3 , penentuan kadar logam tersebut
dilakukan cara pengujian Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, Untuk menilai
sifat-sifat dan mutu semen perlu dilakukan pengujian di Laboratorium. Pengujian
dilaksanakan berdasarkan suatu standar yaitu standar cara pengujian dan standar
persyaratan mutu.
Standar yang paling umum dianut di Dunia ialah standar ASTM -C150, Standar
Inggris BS – 12, Standar Jerman DIN dan Standar “Internasional Standar
Organization” ISO . Kini Indonesia telah memiliki Standar Industri Indonesia (SII-
0013-77) yang menganut standar ASTM. Dari semua standar yang terdapat di Dunia
hampir semuanya menguji mutu semen terhadap susunan kimia dan sifat-sifat fisiknya.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah semen portland putih dengan
merk “Tiga Roda yang merupakan tipe ordinary portland cement”. Ordinary portland
cement adalah semen portland yang dipakai untuk segala macam konstruksi yang tidak
memerlukan sifat-sifat khusus, misalnya ketahanan terhadap sulfat, panas hiderasi dan
lain-lain.
Bagian tak larut (BTL) adalah jumlah senyawa-senyawa yang ada pada sampel
semen yang tidak larut dengan HCl dan NaOH, dan dinyatakan dalam persen (%).
Prinsip dari BTL ini yaitu sampel semen dilarutkan dengan HCl,dipanaskan, disaring,
residu kemudian dilarutkan kembali dengan NaOH, disaring lagi, residu ditimbang
sebagai bahan tak larut (ASTM C114-1994).
Prinsip penentuan bagian tak larut adalah residu sisa dari sampel yang tidak larut
baik dalam basa maupun dalam asam. Dalam percobaan ini, larutan basanya adalah
larutan NaOH dan larutan asamnya adalah larutan HCl. Jumlahnya sangat bergantung
pada kesempurnaan sampel larut baik dalam asam dan basa. Selain itu, jumlah residu
tak larut juga bergantung pada proses pengabuan dengan menggunakan furnace. Dari
hasil percobaan, didapatkan persentase bagian tak larut sebesar 0,61%. Berdasarkan
hasil tersebut, kadar bagian tak larut dalam sampel semen putih yang diujikan
memenuhi persyaratan kimia SNI 15-0129-2004.
Residu tak larut merupakan residu sisa dari sampel yang tidak larut baik dalam basa
maupun dalam asam. Jumlahnya sangat bergantung pada kesempurnaan sampel larut
baik dalam asam dan basa. Selain itu, jumlah residu tak larut juga bergantung pada
proses pengabuan dengan menggunakan furnace. Pada penentuan SO 3 juga dilakukan
dengan menggunakan metode gravimetri dimana filtrat sampel hasil residu tak larut
diubah menjadi senyawa barium sulfat dengan menambahkan BaCl 2 . pengendapan
dibantu dengan pemanasan agar endapan yang terbentuk diharapkan banyak.
Pada kedua parameter ini, sebelum diabukan, ada baiknya sampel diarangkan
terlebih dahulu untuk mengurangi jumlah karbon yang terbakar. Jika pengarangan
dilakukan di dalam furnace maka akan ada karbon yang menempel pada dinding furnace
atau pada krus sehingga bisa menimbulkan kontaminan.
Hilang Pijar diebut juga Loss on Ignition adalah sebagai hilangnya bagian dari suatu
material atau oksida dari suatu mineral. Zat yang mudah terbang pada hilang pijar
adalah air terikat dan karbon dioksida dari karbonat, dan ini dapat digunakan sebagai
pengujian kualitas.
Hilang pijar adalah kehilangan berat sampel semen setelah dipanasi pada suhu dan
waktu tertentu yang nilainya dinyatakan dalam persen (%). Prinsip penentuan hilang
pijar adalah berat hilang pijar dihitung berdasarkan berat sampel yang hilang setelah
pemanasan. Penentuan hilang pijar pada sampel semen putih Portland ini dilakukan
dengan metode gravimetri dengan cara penguapan. Hilang pijar pada semen terutama
disebabkan oleh terjadinya penguapan air kristal yang berasal dari gypsum dan
52
penguapan karbon dioksida. Kadar hilang pijar pada semen, sebanding dengan jumlah
kristal yang terdapat dalam gypsum. Selain itu, bahan yang hilang biasanya berupa
bahan-bahan organik yang terdapat di dalam sampel. Kadar hilang pijar pada semen
sebaiknya rendah, karena bila kadar hilang pijar semen tinggi akan menyebabkan
menurunnya kekuatan tekan semen dan bertambahnya waktu pengikatan semen. Dari
hasil percobaan, diperoleh persentase hilang pijar sebesar 3,86 %. Berdasarkan hasil
tersebut, kadar hilang pijar dalam sampel semen putih yang diujikan memenuhi
persyaratan kimia SNI 15-0129-2004.
Prinsip penentuan SO 3 adalah sulfat diendapkan sebagai BaSO 4 dari larutannya
yang asam dan panas dengan larutan BaCl 2. Reaksi yang terjadi adalah:
SO 4 2-(aq) + Ba2+(aq) BaSO 4 (s)
Proses pengendapan dibantu dengan pemanasan sehingga terbentuk endapan yang
sempurna. Endapan yang diperoleh dipijarkan dan ditimbang sebagai BaSO 4 . Kadar
SO 3 diperoleh dengan mengalikan angka 0,343 dalam perhitungan, angka tersebut
merupakan perbandingan molekul SO 3 terhadap BaSO 4 . Dari hasil percobaan, diperoleh
persentase SO 3 sebesar 2,07%. Berdasarkan hasil tersebut, kadar SO 3 dalam sampel
semen putih portland yang diujikan memenuhi persyaratan kimia SNI 15-0129-2004.
Pada penentuan kadar MgO dan Fe 2 O 3 dilakukan dengan cara Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) . Spektrofotometri Serapan Atom merupakan metode analisis unsur
secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Perbedaan yang paling
menonjol antara Spektrofotometri serapan atom dibandingkan dengan spektoskopi
serapan molekul adalah mengubah cuplikan ke dalam bentuk atom bebas (Harvey D,
2000) .Unsur-unsur dalam cuplikan diidentifikasi dengan sensitivitas dan limit deteksi
pada teknik pengukuran ini dapat mencapai < 1 mg/L (1 ppm) bila menggunakan lampu
nyala biasa dan dapat dicapai sampai 0,1 ppm dengan menggunakan prosedur SSA yang
lebih canggih.
Pada penentuan kadar MgO dilakukan dengan membuat larutan standar pada
rentang 0,1 sampai 0,5 ppm. Rentang ini termasuk pada rentang deteksi untuk Mg.
Berikut ini adalah kurva kalibrasi dari Mg:
Kurva kalibrasi Mg yang dihasilkan cukup baik dengan R2 = 0,979. Dari persamaan
linier yang tertera pada kurva kalibrasi Mg, diperoleh kadar MgO dalam semen Portland
putih sebesar 7,21%. Berdasarkan hasil tersebut, kadar MgO dalam sampel semen
Portland putih yang diujikan tidak memenuhi persyaratan kimia SNI 15-0129-2004.
Kadar MgO yang tinggi dalam semen dimungkinkan dapat terjadi karena beberapa
53
faktor saat dilakukan analisis, misal dari pembuatan larutan standar analisis yang kurang
tepat, atau kemungkinan semen Portland putih yang diuji kurang baik.
Pada penentuan kadar Fe 2 O 3 dilakukan dengan membuat larutan standar pada
rentang 0,4; 1;3;6; dan 8 ppm. Rentang ini masuk pada rentang deteksi untuk Fe.
Fe 2 O 3 dalam semen berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak
semen. Berikut ini adalah kurva kalibrasi dari Fe:
E. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian sampel semen putih menggunakan acuan ASTM C
114-1997, diperoleh hasil bagian tak larut sebesar 0,61%; kadar sulfur trioksida sebesar
2,07%; hilang pijar sebesar 3,86 dan kadar Fe 2 O 3 sebesar 0,63%. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan sampel semen tersebut memenuhi persyaratan kimia yang
ditentukan oleh SNI 15-0129-2004. Sementara kadar MgO dalam semen sebesar 7,21%.
Hal ini tidak memenuhi persyaratan kimia yang ditentukan oleh SNI 15-0129-2004.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM C 114-1997, Standard Test Method for Chemical Analysis of Hydraulic Cement.
55
FORMULIR BERLANGGANAN
1. Nama : ............................................................................................
2. Alamat : ............................................................................................
3. Telepon/HP : ............................................................................................
4. e-mail : ............................................................................................
Pemohon,
(....................................)