PT Pupuk Kujang Cikampek didirikan pada tanggal 9 Juni 1975 yang berlokasi di Desa
Dawuan, Kecamatan Cikampek, Kabupaten karawang, Jawa Barat.
Unit Urea IA PT.Pupuk Kujang Cikampek memiliki kapasitas produksi 570.000 ton/tahun.
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi urea yaitu ammonia cair dan gas karbondioksida yang
diperoleh dari pabrik ammonia unit 1 A. Proses produksi yang digunakan oleh unit urea IA adalah Mitsui
Toatsu Total Recycle C Improved yang terdiri dari empat seksi, yaitu Seksi sintesa, Seksi dekomposisi,
Seksi recovery dan Seksi kristalisasi.
Urea yang sudah dalam bentuk prill akan ditransportasikan dengan conveyor ke bagian bagging.
Unit ini bertugas untuk memasukannya kedalam karung dengan berat masing-masing adalah 50 kg
dan 1 ton. Disini juga dilakukan penyimpanan sebelum pupuk urea dipasarkan kepada konsumen.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No.17/MDAG/PER/6/2011 tentang Pengadaan dan
Penyaluran Pupuk urea yang diproduksi pada unit 1A dibedakan menjadi 2 yaitu: pupuk subsidi yang
berwarna merah muda dan pupuk non subsidi berwarna putih. Daerah pemasaran PT.Pupuk Kujang
telah ditentukan khusus untuk memenuhi kebutuhan pupuk di Pulau Jawa terutama Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Penyaluran pupuk urea dilakukan oleh lima distributor yang ditunjuk oleh PT.Pupuk
Kujang yaitu PT Pertani, PT Hurip Utama, PT Selini, PT.Cipta Niaga dan PT Muara Teguh Perkasa.
Proses pembuatan urea ada 3 berdasarkan kuantitas dari proses recycle : once-through processes,
partial recycle processes dan total recycle processes.
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah bahan baku yang digunakan adalah gas
Karbondioksida 16641,474 kg dan Amonia cair 29,928 kg serta Ammonium Karbamat yang dialirkan
adalah 34.300,422 kg menghasilkan bahan keluar menjadi produk urea 26.212,417 kg sehingga yield
yang dihasilkan adalah 56,287%. Jumlah panas total panas yang masuk adalah 430835484,761 kkal
sedangkan jumlah panas yang keluar ke udara adalah 121076600,814 kkal sehingga % panas yang
dibuang ke udara adalah 28,1% .
Utilitas Departemen Produksi 1A PT Pupuk Kujang menyediakan sarana penunjang
operasional Pabrik Urea 1A yang meliputi: unit penyediaan air, unit penyediaan steam, unit penyediaan
listrik, unit penyediaan udara dan unit pengolahan limbah. Jenis limbah pada PT. Pupuk Kujang adalah
limbah gas, limbah padat dan limbah cair. Untuk meningkatkan tingkat efisiensi dalam pengendalian
dan pengawasan mutu di dalam suatu pabrik, PT. Pupuk Kujang memiliki laboratorium analisa untuk
menganalisa bahan baku, bahan setengah jadi dan bahan jadi agar produk yang dihasilkan sesuai
dengan spesifikasi standart yang ditentukan.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Berdirinya Pabrik
Sekitar tahun 1960-an, pemerintah berinisiatif untuk membangun pabrik pupuk baru
karena produksi pupuk dari pabrik Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan pupuk nasional. Selain itu, pembangunan pabrik baru diperlukan sebagai upaya
pemerataan di sektor perindustrian. Pada tahun 1969, ditemukan sumber gas alam dan
minyak di Jatibarang (Cirebon) dan lepas pantai Cilamaya (Kabupaten Karawang) dibagian
utara Jawa Barat, sehingga muncul gagasan untuk mendirikan pabrik pupuk urea yang
dikenal dengan nama PT Pupuk Kujang di Jawa Barat dengan memanfaatkan gas alam
tersebut sebagai bahan baku.
Rencana pemerintah kemudian direalisasikan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
Departemen Pertambangan. Wewenang untuk melaksanakan pembangunan ini kemudian
dilimpahkan kepada Pertamina yang kemudian menetapkan Jatibarang, Balongan sebagai
lokasi proyek. Pada tahun 1978, pelaksanaan proyek Pabrik Pupuk Jawa Barat dialihkan dari
Departemen Pertambangan ke Departemen Perindustrian berdasarkan Surat Keputusan
No.16/1975 tertanggal 17 April 1975. Pada bulan April 1975, Menteri Perindustrian
membentuk sebuah tim untuk menyelesaikan proyek tersebut berdasarkan Surat Keputusan
No.25/M/SK/IV/1975 dengan Ir. A. Salmon Mustafa yang merupakan ketua tim Dirjen
Industri Kimia sebagai pimpinan proyek, sedangkan Ir. Didi Suwardi sebagai pimpinan
lapangan. (PT Pupuk Kujang, 2020)
PT Pupuk Kujang berdiri pada 9 Juni 1975. Guna mengelola pabrik pupuk urea yang
akan dibangun tersebut, dibentuklah suatu badan hukum (Persero) dengan Peraturan
Pemerintah No. 19/1975 tertanggal 2 Juni 1975. Pemberian nama badan hukum tersebut
diberikan oleh Bapak Aang Kunaefi selaku Gubernur Jawa Barat, dan dipilih nama Pupuk
Kujang yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani no. 39 di Desa Dawuan, Cikampek, Jawa Barat.
PT Pupuk Kujang telah dibentuk dengan Akta Notaris Sulaeman Ardjasasmitra, SH No. 19.
Pembangunan pabrik dimulai pada bulan Juli 1976 dan dibangun selama 36 bulan dan
diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto pada tanggal 12 Desember 1978. PT Pupuk Kujang
merupakan anak perusahaan dari BUMN Pupuk di Indonesia yaitu PT Pupuk Indonesia
Holding Company. Pembangunan pabrik menghabiskan dana US$ 260 Juta yang merupakan
pinjaman dari Pemerintah Iran sebesar US$ 200 Juta yang digunakan untuk membeli mesin-
mesin dan pipa gas, serta Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) Indonesia sebesar US$ 60
Juta yang digunakan untuk pembiayaan konstruksi. Perjanjian pinjaman dengan Pemerintah
1
2
Iran ditandatangani pada tanggal 9 Maret 1975 dan mulai berlaku pada tanggal 24 Desember
1975. Pinjaman kepada Pemerintah Iran telah dilunasi tahun 1989. PT Pupuk Kujang mulai
beroperasi secara komersial pada tanggal 1 April 1979. (PT Pupuk Kujang, 2020)
Kapasitas produksi yang dihasilkan PT Pupuk Kujang sebesar 570.000 ton/tahun urea,
330.000 ton/tahun amoniak, dan 9.900 ton/tahun hasil samping amoniak. Kontraktor utama
Pembangunan PT Pupuk Kujang 1A dilaksanakan oleh Kellog Overseas Corporation (USA)
dan Toyo Engineering Corporation (Japan) yang keduanya dipilih oleh Pemerintah RI
sebagai hasil tender internasional terbatas yang dilakukan tanggal 30 Mei 1975. Kellog
Overseas Corporation dari Amerika Serikat dengan tugas-tugas sebagai engineering, design
procerument, dan start up dari pabrik amoniak dan utilitas, konstruksi dan koordinasi dari
pabrik urea.Toyo Engineering Corporation dari Jepang dengan tugas-tugas sebagai
engineering, procerument dan pengawasan konstruksi dari pabrik urea.
PT Pupuk Kujang diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam memasok
kebutuhan pupuk di Jawa barat. Selain itu untuk melanjutkan program pemerintah dan
pemulihan ekonomi jangka menengah dan jangka panjang, pada tahun 2002 dibangunlah
pabrik Kujang 1B. Pelaksanaan peresmian tiang pancang pertama oleh Presiden RI
Megawati Soekarno Putri yang dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2002.
Pembangunan Pabrik Pupuk Kujang 1B dengan kapasitas produksi 570.000 ton/tahun
urea dan 330.000 ton/tahun amoniak dilaksanakan oleh kontraktor utama Toyo Engineering
Corporation (TEC) Japan dan didukung oleh dua kontraktor dalam negeri yaitu PT Rekayasa
Industri dan PT Inti Karya Persada Teknik (IKPT). Penandatanganan kontrak dilaksanakan
pada 15 Maret 2001 dan pembangunan Pabrik Kujang 1B diselesaikan dalam waktu 36
bulan, dimulai tanggal 1 Oktober 2003 sampai dengan 6 September 2005. Selain dari equity
yang dimiliki PT Pupuk Kujang, pendanaan proyek ini diperoleh dari pinjaman Japan Bank
for International Coorporation (JBIC) sebesar JP¥ 27.048.700.000. Peresmian Kujang 1B
dilakukan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada tangal 3 April 2006. (PT
Pupuk Kujang, 2020)
Pabrik Kujang 1B berbeda dengan pabrik Kujang 1A, perbedaan terletak pada
teknologi yang digunakan. Pabrik Kujang 1A masih menggunakan system operasi manual
dan sederhana atau disebut teknologi Mitsui Toatsu Total Recycle C Improved. Sedangkan
pabrik Kujang 1B dirancang berdasarkan teknologi mutakhir yaitu teknologi hemat energy
diantaranya low process KBR, system pemanasan udara bakar dan unitized chiller. Pabrik
sangat modern dan handal karena dilengkapi dengan peralatan redundancy, deteksi
kebocoran dini pada reactor urea, dan system dry gas seal pada compressor.
3
Produk samping yang dihasilkan dari Unit Urea 1A PT. Pupuk Kujang yaitu berupa biuret.
Biuret adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2NC(O)NHC(O)NH2. Ini adalah hasil dari
kondensasi dua molekul urea dan merupakan pengotor dalam pupuk urea.Senyawa ini
berbentuk padatan putih, larut dalam air panas. Biuret pertama kali disusun dan dipelajari oleh
Gustav Heinrich Wiedermann (1826-1899) untuk disertai doktornya, yang disampaikan pada
tahun 1847. Dalam proses pembuatan urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan
racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Kehadiran biuret dalam urea
sangat tidak dikehendaki, dikarenakan sifatnya yang menjadi racun bagi tanaman. Oleh karena
itu kadar buret pada pupuk urea prill di Unit Urea 1A kadar maksimumnya yaitu sebanyak 5%,
kadar biuret yang didapat sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 02-2801-2010 dimana
kadar buret maksimum 1,5%. (SNI 2801 : 2010)
Unit Ammonia memproses gas alam, udara dan steam untuk menghasilkan ammonia,
selain ammonia juga dihasilkan produk samping berupa CO2. Unit ammonia dibagi menjadi
beberapa sub unit, yaitu sub unit pemurnian gas alam, sub unit pembuatan gas sintesa, sub unit
pemurnian gas sintesa, sub unit sintesa ammonia dan sub unit pemurnian ammonia dan
refrigerasi.
Unit urea menghasilkan urea prill dengan mereaksikan amoniak cair dengan gas
karbondioksida yang diperoleh dari unit amoniak membentuk amonium karbamat yang
kemudian didehidrasi membentuk urea dan air. Kapasitas terpasang unit ini 1.725 ton/hari.
Secara keseluruhan proses ini dibagi menjadi empat seksi yaitu seksi sintesa urea, seksi
dekomposisi, seksi recovery, seksi kristalisasi dan pembutiran.
1.2.2.3 Unit Utilitas 1A
Unit utilitas bertugas menyediakan sarana untuk kebutuhan proses bagi unit-unit lainnya.
Sesuai dengan operasinya, unit utilitas meliputi unit penyediaan air, unit penyediaan uap air, unit
penyediaan tenaga listrik, unit pengolahan limbah dan unit penyediaan udara tekan kering dan
udara instrument.
6
Unit Pengantongan bertugas untuk mengemas produk urea kedalam kantong dengan berat
masing-masing 50 kg atau 1ton bila ada permintaan konsumen dan menyimpan produk urea yang
belum terjual kedalam gudang penyimpanan. Kapasitas gudang penyimpanan untuk produk urea
adalah 40.000 ton. Produk yang telah dikemas kemudian didistribusikan ke pasaran melalui unit
pemasaran.
Tabel 7. Jam Kerja Shift (Departemen Pengelolaan SDM dan Umum PT Pupuk Kujang,
2020)
Group Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin
A NS NS OFF OFF DS DS SS SS
B SS SS NS NS OFF OFF DS DS
C DS DS SS SS NS NS OFF OFF
D OFF OFF DS DS SS SS NS NS
Kesehatan dan keselamatan kerja di PT Pupuk Kujang telah menerapkan SMK3 dalam
pelaksanaan manajemen K3 pada perusahaan.Departemen K3LH di PT Pupuk Kujang
memiliki beberapa personil. Personil pada departemen K3LH diantaranya bagian K3 terdiri
dari 9 orang, bagian lingkungan hidup terdiri dari 8 dan 1 orang manager. Departemen K3LH
11
telah menyiapkan fasilitas K3 yang menunjang untuk kegiatan produksi. Fasilitas K3 yang
telah diasiapkan diantaranya personal APD, penanggulangan kotak P3K, pemadan kebakaran,
fire hydran, fire truck, ambulance, fire alarm, gardu darurat dan lain-lain.
1.2.3.5 Jaminan Sosial
Jaminan sosial yang diperoleh karyawan PT. Pupuk Kujang adalah sebagai berikut :
1. Gaji
2. Uang Cuti
3. Jaminan Kesehatan
1.2.4 Sistem Pemasaran Hasil
Dengan Peraturan Menteri Perdagangan No.17/MDAG/PER/6/2011 tentang Pengadaan
dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi, dan Surat Direktur Utama PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero)
No. U-909/A00000.UM/2011 tanggal 11 Agustus 2011 bahwa mulai tanggal 1 September
2011, seluruh Provinsi Jawa Barat menjadi daerah tanggung jawab PT. Pupuk Kujang.
Penyaluran Pupuk Urea Kujang dilakukan oleh lima distributor yang ditunjuk oleh PT.
Pupuk Kujang yaitu PT. Pertani, PT. Hurip Utama, PT. Selini, PT. Cipta Niaga dan PT. Muara
Teguh Perkasa. Sedangkan untuk eksport ke luar negeri ditangani oleh PT. Pupuk Kujang
sendiri.
Sedangkan amonia, yang merupakan kelebihan dari produksi amonia yang diproses
menjadi urea, sebagian besar disalurkan ke PT.Multi Nitrotama Kimia serta sebagian lagi
dipasarkan ke wilayah Jawa Barat, Jawa Timur dan diekspor dalam partai kecil (small cargo).
Untuk produk NPK dan organic, distributor mengambil langsung sesuai pesanannya ke
gudang penyangga PT. Pupuk Kujang.
Rel KA
Garasi Bus
Karyawan
Unit Utilitas
Penampungan
Unit
Unit Urea
Amonia
Kolam
1A
1A
air
Pabrik-Pabrik
Prusahaan
Pengantongan
Pabrik-Pabrik
Perusahaan
Anak
Unit Unit
Unit
Anak
Utilitas Utilitas
Unit
Unit Urea
Amonia
1B
1B
Diklat
laboratorium bengkel
Balai
Kesehatan
Halaman
Parkir
Jalan ke
Perumahan
Kantor
Perusahaan Kantor Pusat
Patungan
15
16
2.1.1.2 Karbondioksida
Karbondioksida atau zat asam arang memiliki rumus kimia CO2 adalah sejenis senyawa
kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon.
Sifat fisika karbondioksida (CO2) :
Tabel 9.Tabel sifat fisika karbondioksida (CO2) (Perry,2008)
No Komponen Nilai
1. Formula CO2
2. Formula Weight 44.01 gram/mol
3. Spesific Gravity 1.53
4. Melting Point -56,6 0C
5. Boiling Point -78.5 0C
Sifat Kimia karbondioksida (CO2) :
1. Asam oxcalic bereaksi dengan permanganat pada larutan asam yang panas :
O O
5 HO C C OH + 2MnO4 - + 6H + 10 CO2 + 2 Mn2+ + 8H2O
Asam Oxalic Titran Permanganat
2. Limestone terdiri dari mineral calcite dan CaCO3. Karbonat terbentuk dari bubuk limestone
yang berada pada air dengan penambahan HCl dan dipanaskan akan terbentuk padatan dan
uap CO2.
CaCO3 + 2H+ Ca2+ + CO2 + H2O
3. Reaksi netralisasi bikarbonat :
CaCO3 (s) + CO2 (aq) + H2O (l) Ca2+ (aq) + 2HCO3 – (aq)
Netralisasi
CO2 NH3
NH3
Larutan Larutan
Recycle Induk
Unit Urea ke
Recovery pengantongan
absorber dan perputaran pada proses sintesa yang masuk ke high pressure absorber. Ammonia
dikompresi hingga mencapai 240 atm. Namun apabila proses telah berjalan, akan ada
penambahan ammonium karbamat yang masuk kedalam reaktor.
Didalam reaktor ammonia dan karbondioksida bereaksi membentuk ammonium karbamat,
dan sebagian ada yang terdehidrasi membentuk urea dan air. Faktor yang mempengaruhi adalah
jumlah rasio reaktan, temperatur operasi, waktu tinggal dalam reaktor dan tekanan reaksi. Secara
teoritis mol rasio antara NH3 dan CO2 adalah 2:1. Reaksi yang terjadi di dalam reaktor adalah
sebagai berikut:
2NH3 (l) + CO2 (g) NH2COONH4 (s) Eksotermis
NH2COONH4 (s) NH2CONH2 (s) + H2O (l) Endothermis
Pada proses sintesa terjadi pada temperatur 190 0C dan tekanan 154 atm dan reaksi pertama
berjalan dengan cepat sedangkan reaksi kedua berjalan dengan lambat dengan volume urea yang
terbentuk masih sedikit.
Larutan hasil pada reaktor berisi larutan urea, ammonium karbamat, H2O, dan sisa ammonia
dan karbondioksida yang tidak beraksi masuk kedalam high pressure stripper dimana tekanannya
dibuat sama dengan reaktor. Pada bagian ini karbamat terdekomposisi pada steam bertekanan 24
atm. Pada bagian atas karbamat separator gas ammonia dan karbondioksida yang tidak bereaksi
dikirim kebagian high pressure absorber untuk dijadikan ammonium karbamat dan dikembalikan
lagi kedalam reaktor.
2. Dekomposisi dan Low Pressure Recovery unit
Pada unit dekomposisi terjadi dalam dua stage yang mengalami penurunan tekanan :
1st stage dekomposisi dan recovery stage pada tekanan 18 atm.
Pada kondisi ini terdapat dua bagian : Bagian atas separator dimana akan terjadi flashing
gas,setelah itu larutan yang akan masuk kedalam tube-tube dan dekomposisi larutan karbamat
menjadi air dan urea pada tekanan 24 atm.
2nd stage dekomposisi dan recovery stage pada tekanan 4,5 atm
Pada tahap ini sama dengan tahap 1st dekomposisi namun perbedaan nya hanya menggunakan
tekanan 4,5 atm. Hasil dari unit ini akan dimasukan kedalam urea konsentrator.
3. Urea konsentrator unit
Pada unit ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air sehingga kadar air yang ada hanya
sekitar 1 %. Biasanya alat yang dipilih adalah jenis vaccum konsentrator. Larutan yang berasal
dari Low pressure decomposer memiliki konsentrasi 72 %, dalam hal ini operasi tekanan pada
vacuum konsentrator adalah 0,23 atm. Larutan yang masuk akan menuju 1st vacuum separator
untuk menghilangkan gas volatil kemudian masuk ke 2nd vacuum konsentrator dengan tekanan
20
0,03 atm, steam yang digunakan dapat berasal dari steam tekanan 4,5 atm atau panas sensible
dari recovery system.
4. Prilling unit
Larutan urea hasil dari konsentrator masuk kedalam prilling dengan pompa sentrifugal.
Sebelumnya urea akan dilelehkan pada bagian distributor. Urea yang keluar berbentuk tetesan
yang akan kontak dengan udara sebagai pendingin yang menyebabkan pembekuan sehingga
terbentuk padatan. Butiran akan jatuh kebawah dan akan ditransportasikan dengan belt conveyor
yang akan dibawa kedalam bagging. (Khumar, 2007)
Dalam proses Mitsui Toatsu Total Recycle C Improved, gas-gas yang tidak bereaksi
dikembalikan dalam bentuk larutan. Gas-gas campuran dari decomposer diserap oleh amonia cair
atau larutan di dalam masing-masing absorber kemudian dikembalikan ke Reaktor Sintesa dalam
bentuk ammonium karbamat. (Anonim7)
Berikut adalah blok diagram pada proses Mitsui Toatsu Corporation :
CO2 NH3
Namun apabila larutan sangat encer namun suhu nya terlalu panas maka akan terjadi hirolisa dari
urea, dimana urea akan membentuk ammonia dan karbondioksida :
CO(NH2)2 + H2O 2NH3 + CO2
Disini terlihat bahwa biuret akan terbentuk bila kadar ammonia rendah dan yang penting untuk
diingat, biuret akan terbentuk bila suhu tinggi dan waktu tinggal yang lama.
(Europian Fertilizer Manufacturers; Association : 2000)
2.3.2 Produk Samping
Produk samping yang dihasilkan dari Unit Urea 1A PT. Pupuk Kujang yaitu berupa
biuret. Biuret adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2NC(O)NHC(O)NH2. Ini adalah
hasil dari kondensasi dua molekul urea dan merupakan pengotor dalam pupuk urea.Senyawa ini
berbentuk padatan putih, larut dalam air panas. Biuret pertama kali disusun dan dipelajari oleh
Gustav Heinrich Wiedermann (1826-1899) untuk disertai doktornya, yang disampaikan pada
tahun 1847. Dalam proses pembuatan urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan
racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Kehadiran biuret dalam urea
sangat tidak dikehendaki, dikarenakan sifatnya yang menjadi racun bagi tanaman. Oleh karena
itu kadar buret pada pupuk urea prill di Unit Urea 1A kadar maksimumnya yaitu sebanyak 5%,
kadar biuret yang didapat sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 02-2801-2010 dimana
kadar buret maksimum 1,5%. (SNI 2801 : 2010)
2.4 Pengembangan Proses di Industri
PT. Pupuk Kujang Unit Urea 1A menggunakan jenis proses pembuatan pupuk urea Total
Recycle berupa TRIC (Mitsui Toatsu Recycle C Improved) yang dikembangkan oleh TEC (Toyo
Engineering Corporation). TEC yang bekerjasama dengan suatu manufacturing company yang
telah memiliki lisensi teknologi proses urea , yaitu MTC (Mitsu Toatsu Chemicals),
mengembangkan teknologi pembuatan urea yang paling sederhana yaitu proses sekali lewat
(once through process) sampai pada teknologi proses hemat energi ACES (advanced cost and
energy saving).
Secara garis besar perkembangan teknologi proses pembuatan urea tersebut adalah
sebagai berikut:
proses berikutnya (downstream process) untuk membuat senyawa nitrogen lainnya seperti HNO3
dan (NH4)2SO4
2. Proses recycle (recycle process).
Proses recycle merupakan proses pembuatan urea dengan melakukan daur ulang (recycle)
material yang tidak terkonveksi menjadi urea, setelah gas CO2 dan cairan NH3 direaksikan
dalam reaktor urea pada suhu dan tekanan yang tinggi .
Macam-macam proses recycle yang telah dikembangkan oleh TEC-MTC adalah:
a. Partial recycle process :tahun 1950
b.Total recycle A process :tahun 1958
c.Total recycle B process :tahun 1960
d.Total recycle C process :tahun 1966
e.Total recycle C improved process :tahun 1969
f. Total recycle D process :tahun 1980
Perbedan utama antara proses partial recycle dengan total recycle adalah dalam hal jumlah
material yang tidak terkonvesi menjadi urea yang didaur ulang ke reaktor urea sebagai larutan
amonium karbamat. Di dalam proses partial recycle hanya sebagian dari material yang tidak
terkonveksi menjadi urea yang di daur ulang ke reaktor ure, sedangkan proses total recycle
mendaur ulang seluruh material yang tidak terkonveksi tersebut. Cara daur ulang material yang
tidak terkonveksi menjadi urea bisa dalam bentuk gas maupun dalam bentuk larutan atau slurry.
Pada umumnya proses MTC -TEC mendaur ulang gas-gas tersebut dalam bentuk larutan.
Proses pembuatan urea secara garis besar dibagi menjadi 4 tahap:
a. Seksi Sinthesa
b. Seksi dekomposisi/ purifikasi
c. Seksi Recovery
d. Seksi Kristalisasi dan pembutiran
3. Proses ACES (Advanced Cost And Energy Saving).
Proses ACES (Advanced Cost And Energy Saving) merupakan proses pembuatan urea
generasi baru yang dikembangkan olegh TEC (Toyo Engineering Corporation) yang merupakan
teknologi proses hemat energi.
Didalam proses ACES, pemisahaan material yang tidak terkonveksi menjadi urea
disamping cara penurunan tekanan sekaligus pemanasan secara bertahap (Thermal
Decomposition) terhadap larutan dari sintesa juga dilakukan stripping menggunakan gas CO2
(Stripping Process). Dengan penggabungan kedua cara pemisahan material yang tidak
terkonveksi tersebut maka disamping didapatkan konversi CO2 menjadi urea yang tinggi juga
24
diperoleh pengurangan pemakaian uap air pada daerah dekomposisi serta pengurangan
pemakaian tenaga listrik untuk mendaur ulang larutan karbamat ke reaktor urea.Dengan
demikian rasio konsumsi energi didalam proses ACES menjadi lebih kecil dibanding proses
TRIC (PT Pusri Palembang, 1963).
BAB III
DESKRIPSI PROSES
Ammonia dialirkan dari unit pembuatan ammonia dan disimpan dalam Ammonia
Reservoir (FA-401) dengan tekanan 18 kg/cm2 dengan temperatur 30 ℃. Ammonia dialirkan ke
dalam Ammonia Bost Up Pump (GA-404) untuk menaikkan tekanan dari ammonia agar dapat
mengalir ke dalam pompa selanjutnya. Ammonia Bost Up Pump (GA-404) bertipe sentrifugal
dimana fluida dimasukkan ke dalam pompa dan dialirkan secara sentrifugal sehingga tekanannya
menjadi 23 kg/cm2. Kemudian fluida mengalir ke Liquid Ammonia Feed Pump (GA-101) yang
berjenis pompa reciprocating yang digerakkan oleh motor, dimana tekanan akhir yang dihasilkan
adalah 200 kg/cm2dengan temperatur 37 ℃.
25
26
Karbondioksida (CO2) yang memiliki temperatur 38 ℃ dan tekanan 0,5 kg/cm2 terlebih
dahulu diinjeksikan dengan udara pasivasi sebesar 340 m3 yang mengandung 2500 ppm oksigen.
Penambahan udara pasivasi ini digunakan untuk memperlambat laju korosi pada stainless steel.
Kemudian fluida akan masuk kedalam Knock Out Drum(FA-161) dengan cara sentrifugal, fluida
akan terlebih dahulu masuk ke demister. Demister adalah salah satu komponen pada Knock Out
Drum(FA-161) yang berbentuk seperti penyaring, dimana pemisahannya berdasarkan fraksi
sehingga fluida yang memiliki berat jenis yang besar akan turun ke bawah yang akan di buang
ke Hot Water Tank dan gas CO2 yang lolos akan masuk ke tahap selanjutnya yaitu pada CO2
Booster Compressor (GB-102).
Gas CO2 yang telah terpisah dari kondensatnya akan masuk ke CO2 Booster Compressor
(GB-102) untuk menaikkan tekanan. CO2 Booster Compressor (GB-102) memiliki jenis
kompresor yaitu multi stage sentrifuge dengan penggerak steam turbin bertekanan 42 kg/cm2.
Penggunaan jenis kompresor ini dikarenakan debit aliran dari CO2 pada tahap ini cukup tinggi
namun tekanan yang dihasilkan kecil. Pada CO2 Booster Compressor (GB-102) terjadi proses
kompresi pada CO2 sehingga tekanan dan suhu dari CO2 mengalami peningkatan. Tekanan CO2
meningkat dari 0,6 kg/cm2 menjadi 25 kg/cm2 dan temperatur meningkat dari 35 ℃ menjadi
38℃Kemudian CO2 dialirkan menuju CO2 Compressor (GB-101 A/B).
Pada reaktor ammonia (NH3) dan karbondioksida (CO2) akan direaksikan membentuk
ammonium karbamat pada temperatur 154 0C dan tekanan 200 kg/cm2, berikut reaksi
pembentukan ammonium karbamat :
𝑘𝑘𝑎𝑙
2 NH3(l) + CO2(g) NH2COONH4(l)∆𝐻 = −38 𝑚𝑜𝑙
154 0C ; 200 kg/cm2
Reaksi diatas merupakan reaksi yang bersifat eksotermis, dimana ammonia dan karbondioksida
𝑘𝑘𝑎𝑙
bereaksi menghasilkan panas sebesar −38 yang akan dimanfaatkan untuk reaksi
𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑘𝑎𝑙
NH2COONH4(l) NH2CONH2(l)+ H2O(g)∆𝐻 = +7.7 𝑚𝑜𝑙
194 0C ; 200 kg/cm2
Reaksi pembentukan urea adalah endotermis sehingga dibutuhkan temperatur reaksi yang
cukup tinggi untuk menghasilkan konversi urea yang tinggi. Konversi menjadi urea akan
berkurang dengan adanya air dan akan bertambah dengan adanya kelebihan ammonia. Sehingga
aliran keluaran reaktor temperaturnya menjadi 1940C. Bila temperatur yang dihasilkan rendah
akan menyebabkan turunnya konversi pembentukan urea menjadi karbamat, sehingga
mengakibatkan bertambahnya larutan karbamat.
Selain ammonia (NH3) dan karbondioksida (CO2) yang dialirkan kedalam reaktor
ammonium karbamat juga dialirkan ke dalam reaktor melalui High Pressure Absorber Cooler
28
(EA-401). Tujuan penambahan ammonium karbamat adalah untuk menaikan konversi pada
pembentukan urea dan srart up pabrik.
Hasil dari tahap sintesa adalah urea (NH2COONH2) 36 %, ammonium karbamat (NH2COONH4),
gas ammonia (NH3), gas karbondioksida (CO2), senyawa biuret (NH2CONHCONH2) dan uap air
(H2O).
Tahap purifikasi ini terdapat tiga alat yang digunakan yaitu High Pressure Decomposer
(DA-201), Low Pressure Decomposer (DA-202), dan Gas Separator (DA-203). Tahap ini
bertujuan untuk memisahkan urea dari produk reaksi sintesis yang lain seperti ammonium
karbamat, gas ammonia, gas karbondioksida, biuret, dan uap air dengan prinsip tekanan rendah
dan temperatur tinggi, sehingga urea yang terbentuk akan mengalami kenaikan konsentrasi.
High Pressure Decomposer (DA-201)memiliki tiga bagian utama yaitu Flashing Section
(bagian atas HPD), Stripping Section (bagian tengah HPD), dan Falling Film Heater (bagian
bawah HPD). High Pressure Decomposer berguna untuk memisahkan kelebihan ammonia dari
reaksi sintesa dan mendekomposisi ammonium karbamat menjadi ammonia dan gas
karbondioksida. Cairan hasil reaksi dari Urea Synthesis Reaktor (DC – 101) yang masuk ke High
Pressure Decomposer (DA-201) terdiri dari urea (NH2COONH2) 36 %, ammonium karbamat
(NH2COONH4), gas ammonia (NH3), gas karbondioksida (CO2), senyawa biuret
(NH2CONHCONH2) dan uap air (H2O) yang mengalir kebagian atas High Pressure Decomposer
(DA-201) dengan tekanan200 kg/cm2 dan temperatur 194 0C.
Larutan yang mengalir masuk ke bagian Flashing Section dipancarkan (flash) melalui let
down valve akan mengalami penurunan tekanan dari 200 kg/cm2 menjadi 17 kg/cm2dan suhu
menjadi 124 0C dikarenakan terjadi penurunan tekanan secara tiba-tiba akibat adanya perbedaan
luas permukaan antara pipa dengan diameter yang kecil menuju pipa dengan luas permukaan
yang lebih besar, sehingga terjadi penurunan tekanan pada larutan.Dari hasil flashing larutan
akan terpisah menjadi dua fasa yaitu fasa cair dan fasa gas.
Gas akan mengalir ke atas sedangkan cairan akan mengalir ke bawah melewati Stripping
Section. Dengan terdekomposisinya ammonia dan karbondioksida dalam bentuk gas maka
29
ammonia dan karbondioksida akan naik ke bagian atas High Pressure Decomposer (DA-201)
untuk masuk ke dalam seksi recovery.
Setelah melewati bagian flashing section, larutan yang lolos akan melewati bagian
stripper, dimana pada bagian ini temperatur dijaga 140 0C - 1500C. Fungsi stipper disini adalah
komponen alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen menggunakan prinsip
perbedaan titik didih serta perbedaan berat jenis dari campuran yang akan dipisahkan. Stripping
Section terdiri dari empat buah sieve tray, pada sieve tray tersebut terjadi kontak antara cairan
yang turun dengan gas bertemperatur tinggi (1450C) dari Reboilerfor High Pressure Decomposer
(EA-201) dan gas dari Falling Film Heater.
Udara pasivasi diinjeksikan dengan kompresor udara (GB-201) kebagian dasar Reboiler
(EA-101). Kegunaan udara pasivasi adalah untuk menghindari adanya korosi akibat panas yang
terlalu tinggi dan adanya karbondioksida yang dapat mengkorosi stainless stell.
Larutan yang lolos dan tidak ikut terstripper pada bagian tengah akan masuk ke Falling
Film Heater dimana terjadi pemanasan kembali oleh heater. Fungsi dari pemanasan pada falling
film heater adalah untuk mendekomposisikan ammonium karbamat yang belum terdekomposisi
pada tahap stripper untuk dijadikan gas ammonia dan karbondioksida sehingga konsentrasi dari
urea juga meningkat, pemanasan juga dilakukan untuk mempercepat waktu tinggal , karena
semakin lama waktu tinggal kandungan biuret pada larutan semakin besar dan akan membentuk
hidrolisa urea.
Larutan yang berasal dari High Pressure Decomposer (DA-201) adalah urea
(NH2COONH2) 60 %, ammonium karbamat (NH2COONH4), gas ammonia (NH3), gas
karbondioksida (CO2), senyawa biuret (NH2CONHCONH2) dan uap air (H2O). Pada tahap ini
bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi dari urea yang terbentuk. Kenaikan konsentrasi urea
dilakukan dengan kenaikan temperatur pada unit Low Pressure Decomposer (DA-202). Tahapan
pada Low Pressure Decomposer (DA-202) sama seperti pada bagian High Pressure Decomposer
(DA-201).
30
Mula mula larutan yang berasal dari High Pressure Decomposer Heat Exchanger(EA-
203) perpindahan panas terjadi antara larutan yang masuk dengan larutan yang keluar dari Low
Pressure Decomposer (DA-202)dimana temperatur masuk adalah 1450C dan tekanan 17 kg/cm2
menjadi 117 0C dan tekanan menjadi 2,5 kg/cm2. Larutan dari High Pressure Decomposer Heat
Exchanger(EA-203) akan masuk melalui bagian atas Low Pressure Decomposer (DA-202).
Tahapflashing ini terjadi dimana gas-gas volatile seperti NH3 dan CO2 akan teruapkan karena
adanya penurunan tekanan pada bagian atas unit purifikasi.
Pada bagian stripper larutan yang lolos akan masuk melalui tahap stripper dimana akan
dialirkan gas CO2 yang berasal dari CO2 Booster Compresor (GB-102) pada stage 2 dengan
tekanan 2.5 kg/cm2 yang berfungsi untuk menstrippper NH3 yang masih lolos dalam larutan.
Dengan adanya stripper CO2 terjadi peningkatkan konsentrasi ammonium karbamat, sehingga
konsentrasi dari urea juga semakin besar.
3. Heater Section
Larutan ammonium karbamat yang terbentuk pada bagian stripping section akan masuk
ke dalam heat exchanger, fungsi dari proses tersebut adalah agar terjadi perpindahan panas akibat
perbedaan suhu larutan. Larutan yang berasal dari bagian Low Pressure Decomposer (DA-202)
memiliki suhu 117 0C dan tekanan 2,5 kg/ cm2 dengan pemanasan yang dilakukan oleh larutan
yang masuk kedalam Low Pressure Decomposer (DA-202)memiliki suhu 1450C maka
temperatur yang dihasilkan adalah 1300C. Setelah larutan dipanaskan maka konsentrasi urea akan
semakin meningkat. Untuk optimalisasi proses larutan akan dimasukan kedalam Reboiler (EA-
202) untuk meningkatkan panas pada larutan. Larutan urea yang terbentuk pada tahap ini adalah
sekitar 70 %. Larutan yang lolos akan memasuki packed bed befungsi untuk memperluas bidang
kontak antara CO2 dan NH3 sehingga kemungkinan adanya NH3 yang masih ada di dalam larutan
akan distripper kembali oleh CO2 menjadi ammonium karbamat. Hasil dari Low Pressure
Decomposer(DA-202) adalah urea (NH2COONH2) 70 %, ammonium karbamat
(NH2COONH4), gas ammonia (NH3), gas karbondioksida (CO2), senyawa biuret
(NH2CONHCONH2) dan uap air (H2O).
3.2.2.3 Gas Separator (DA-203)
Fungsi dari Gas Separator(DA-203)disini adalah untuk memisahkan gas NH3 dan CO2
dari larutan yang keluar dari Low Pressure Absorber (EA-402) sehingga larutan urea yang
31
dihasilkan menjadi lebih murni. Pada unit separator larutan masuk dengan tekanan 0,3 kg/cm2
dan suhu 106 0C.
Larutan pertama kali masuk ke kolom atas dengan prinsip flashing gas, perbedaan luas
permukaan antara pipa dan bagian atas separator menyebabkan gas-gas volatile akan menguap
ke atas dan masuk ke Off Gas Condensor (EA-406) untuk dikondensikan menjadi ammonium
karbamat selanjutnya larutan akan melewati demister yang berfungsi menyaring gas-gas NH3
dan CO2 yang terkandung dalam larutan yang nantinya gas-gas tersebut akan masuk ke bagian
Off Gas Condensor (EA-406) larutan yang lolos akan memasuki bagian U-shell dimana bagian
ini berfungsi untuk dapat mengalirkan larutan yang berbeda tekanan, dimana tekanan pada bagian
atas lebih kecil dari pada bagian bawah sehingga dengan adanya U-shell dengan gaya dorongan
pada kolom pertama sehingga berat jenis larutan dapat melewati bagian bawah dengan bantuan
U-shell, tanpa adanya U-shell larutan tidak akan dapat berjalan. Selanjutnya larutan melewati
packed bed, pada bagian ini akan memperlama kontak antara gas CO2 yang tersisa dengan
stripper NH3 yang berasal dari Off Gas Absorber (DA-402) selanjutnya larutan dipanaskan
dengan dilewatkan pada steam 7 kg/cm2 dengan pemanasan tersebut akan mengakibatkan
ammonium karbamat terurai menjadi urea dan air sehingga larutan urea memiliki konsentrasi 70-
75 %. Pada Gas Separator juga terdapat penambahan udara pasivasi pada Off Gas Condensor
Blower (GB-401).
Ada tiga media penyerap panas. Tahap pertama adalah larutan urea sirkulasi dari
Crystallizer (FA-201) yang mengambil kelebihan panas sekitar 63%, kedua adalah hot water
yang mengambil kelebihan panas sekitar 28% dan yang ketiga adalah cooling water yang
mengambil kelebihan panas sekitar 9%. Temperatur di HPAC (EA-401) ini dijaga pada 1000C
dengan tekanan 16,5 kg/cm2. Level di HPAC(EA-401) dijaga dengan mengatur keluaran larutan
ammonium karbamat, agar tidak terjadi kekosongan di HPAC(EA-401). Hasil penyerapan
berupa larutan amonium karbamat kemudian dipompakan kembali ke reaktor sebagai recycle.
Sedangkan gas yang tidak terserap mengalir ke High Pressure Absorber (DA-401).
High Pressure Absorber(DA-401)mempunyai dua bagian utama, bagian atas berupa
empat buahtray denganBubble Cap Tray dan bagian bawah berupa packed bed yang berisi
raschigring. Fungsi utama HPA(DA-401) adalah memurnikan ammonia excess dan menyerap
gas karbondioksida yang belum terserap di HPAC(EA-401). Media penyerap yang digunakan
pada HPA(DA-401) ada dua yaitu, pertama larutan hasil absorbsi dari LPA (EA-402)yang
dicampur dengan ammonia cair dari Ammonia Reservoir(FA-401). Larutan ini dipompakan ke
bagian atas packed bed. Aliran media penyerap yang kedua adalah ammonia aqueus yang berasal
dari Ammonia Recycle Absorber (EA-405)yang berkonsentrasi 75%, pada absorber yang
terbawah dan diumpankan kebagian puncak HPA(DA-401)oleh Pompa Aqueus Ammonia(GA
405 A/B)yang telah dicampur dengan ammonia cair dari Ammonia Reservoir (FA-401). Larutan
ini dipompakan ke bagian atas tray. Dengan sistem penyerap yang sedemikian ini, maka praktis
CO2 yang belum terserap di HPAC (EA-401) akan terserap di sini. Kondisi operasi dijaga pada
temperatur dibawah 500C dan tekanan 16,5 kg/cm2.
Larutan dari penyerapan berupa slurry yang keluar dari bagian bawah HPA (DA-401)
yang selanjutnya digunakan sebagai media penyerap di HPAC(EA-401). Gas yang lolos dari
penyerapan berupa gas ammonia murni dikondensasikan di Ammonia Condenser(EA-404)
dengan menggunakan media pendingin cooling water, untuk kemudian disimpan di Ammonia
Reservoir(FA-401). Sementara ammonia yang tidak terkondensasi di Ammonia Condensor (EA-
404) akan masuk melalui pipa sparger di bawah permukaan cairan pada Ammonia Recycle
Absorber (EA-405)bagian bawah, untuk diserap lagi dan digunakan sebagai penyerap dibagian
atas HPA(DA-401). Ammonia Recycle Absorber(EA-405)terdiri dari 4 tingkatan, media
pendingin yang digunakan adalah cooling water dan hasilnya adalah Ammonia Aqueus.
33
suhunya 32 oC. Kontak ini terjadi pada bagian bawah. Gas yang masih lolos akan dikontakkan
lagi dengan larutan karbamat dari Off Gas Absorber Final Cooler(EA-408) pada packed bed
bagian atas. Gas yang masih tidak terserap akan keluar dari bagian atas Off Gas Absorber(DA-
402)pada temperatur 39oC dan tekanan atmosferik. Gas ini kemudian ditambah dengan udara
yang mengandung sedikit ammonia dan air dari Blower(GB-401) dan dikirim ke bagian bawah
Gas Separator (DA-203).
Larutan hasil penyerapan dari Off Gas Absorber (DA-402)dibagi menjadi dua aliran.
Aliran pertama dipompa oleh Low Pressure Absorber PumpGA-403 dan aliran kedua dipompa
oleh Off Gas AbsorberRecycle Pump (GA-407). Aliran yang dipompa oleh Low Pressure
Absorber Pump (GA-403) dibagi menjadi dua, yaitu menuju LPA (EA-402) sebagai absorben
dan menuju LPD (DA-202) untuk dimurnikan lebih lanjut. Sedangkan aliran yang dipompa oleh
Off Gas AbsorberRecycle Pump (GA-407) dikembalikan lagi ke Off Gas Absorber (DA-402)
tepatnya di antara dua packed bed untuk proses penyerapan gas dari Off Gas Condensor (EA-
406).
3.2.4 Tahap Kristalisasi dan Pembutiran
Unit ini berfungsi untuk membentuk butiran urea dari larutan urea yang berasal dari Gas
Separator(DA-203).
3.2.4.1 Pengkristalan
Proses pengkristalan terjadi di dalam Crystallizer (FA-201)yang terdiri dari dua bagian,
yaitu :
a. Bagian atas
Berupa Vacum Concentrator dengan Vacum Generator (EE-201)yang terdiri dari Steam
Ejector tingkat I dan II dan Barometric Condenser tingkat I dan II.
b. Bagian bawah.
Berupa Crystallizer(FA-201)dengan pengaduk. Di sini terbentuk kristal-kristal urea dalam
larutan urea.
Vacum Concentrator beroperasi padatemperatur60 oC dan tekanan 72,5 mmHg absolute,
sedangkan pada bagian bawah beroperasi pada temperatur sekitar 60oC dan tekanan atmosfer.
Dengan menggunakan Urea Solution Pump(GA-205), larutan urea dari Gas
Separator(DA-203) dialirkan ke bagian bawah dari Crystallizer(FA-201). Kemudian dengan
menggunakan Circulation Pump for Crystallizer (GA-201), larutan urea dari bagian bawah
Crystallizer disirkulasikan ke Vacum Concentrator untuk dipekatkan. Dimana sebagian telah
dilewatkan ke HPAC (EA-401) untuk menyerap panas. Panas pembentukan ammonium
35
karbamat di HPAC (EA-401) diserap oleh sirkulasi slurry urea kira-kira 63% digunakan untuk
menguapkan air yang terkandung dalam slurry urea diarea Crystallizer(FA-201), sekitar 28 %
panas di serap oleh Hot Water pada jaket Crystallizer dimana Crystallizer(FA-201)dilengkapi
dengan jaket air panas untuk mencegah terbentuknya endapan urea pada dinding Crystallizer,
dan sisanya sekitar 9% panas diserap oleh Cooling Water. Panas digunakan untuk menguapkan
air di Crystallizer bagian atas.
Dalam Vacum concentrator, tekanannya dibuat vacum yaitu 72,5 mmHg sehingga titik
didih air ikut turun menjadi 60 oC. Menggunakan panas yang diambil dari HPAC(EA-401), air
akan dipisahkan dari larutan urea. Air dalam bentuk uap yang telah dipisah akan dikirim melalui
bagian atas Vacum Concentrator untuk dikondensasi di Barometric Condenser(EE-201) tingkat
I dengan menggunakan cooling water dan tekanan 12 kg/cm2 pada Steam Ejector tingkat I. Hasil
yang sudah terkondensasi akan ditampung di Hot WaterBasin yang terletak di bawah cooling
tower sedangkan yang belum terkondensasi akan masuk ke Barometric Condenser tingkat II dan
mendapat perlakuan yang sama.
Hasil dari Vacum Concentrator yang berupa larutan jenuh dialirkan ke Crystalizer
bagian bawah. Crystallizer dilengkapi dengan jaket air panas untuk mencegah terbentuknya
endapan urea pada dindingnya. Selain itu Cryztalizer bagian bawah juga dilengkapi pengaduk
yang berfungsi menghomogenkan larutan agar tidak terjadi gumpalan dan mencegah
penumpukan larutan urea di suatu tempat.Larutan jenuh akan kontak dengan larutan urea yang
semula sudah ada di Cryztalizer dan membentuk inti kristal. Dengan bantuan agitator, inti-inti
kristal akan bertumbukkan dan membentuk kristal urea. Dengan bertambahnya cairan dari
Vacuum Concentrator, level cairan urea akan naik dan melebihi batas ketinggian cairan.
Kelebihan ini akan dikirim kembali ke Vacuum Concentrator, sedangkan bagian bawah
Cryztalizer terdapat saluran untuk memompa larutan urea dengan menggunakan Slurry Feed
Pump (GA-202). Jika larutan urea sudah mengandung sekitar 80-85% berat maka oleh Slurry
Feed Pump (GA-202) larutan akan dialirkan ke Centrifuge(GF-201) sedangkan bila larutan urea
belum mencapai konsentrasi yang diinginkan maka akan dikembalikan ke Cryztalizer lagi oleh
GA-202. Slurry yang dihasilkan pada bagian dasar Crystallizer mengandung kira-kira 30-35%
berat kristal urea.
3.2.4.2 Pemisahan
Proses pemisahan dimaksudkan untuk memisahkan kristal urea dari larutan induknya.
Proses ini terjadi pada Centrifuge(GF-201) yang berjumlah lima buah dan bekerja secara paralel.
Di Centrifuge(GF-201)ini kristal urea dipisahkan dari larutan induknya berdasarkan gaya
sentrifugal sehingga dihasilkan kristal urea dengan kadar air 2,4 %. Larutan yang diputar dalam
36
Centrifuge(GF-201)akan terpisah berdasarkan berat jenis. Larutan yang memiliki berat jenis
rendah akan dialirkan menuju Mother Liquor Tank(FA-203)memiliki konsentrasi 30-40%. Untuk
mencegah terjadinya akumulasi biuret, dengan bantuan Mother Liquor Pump(GA-203)maka
larutan induk dipompakan ke dalam LPA (EA-402) sebagai penyerap dan ke Crystaliser(FA-
201)untuk dikristalkan. Sedangkan urea yang memiliki berat jenis yang lebih besar yaitu 98%
akan dialirkan menuju Fluidizing Dryer(FF-301).
3.2.4.3 Pengeringan
Di dalam Fluidizing Dryer(FF-301), kristal urea dikeringkan sampai kandungan airnya
tinggal 0,1-0,3 %. Sebagai pengering digunakan udara panas yang dihembuskan dari bawah.
Udara panas didapatkan dari hembusan fan yang disebut Force Fan Dryer(GB-301) yang telah
melewati pemanas udara atau Air Heater for Dryer dengan menggunakan steam condensat dan
steam tekanan rendah 4 kg/cm2. Udara panas yang masuk ke Fluidizing Dryer(FF-301)dijaga
suhunya 1200C dan tidak boleh melebihi 1300C sebab ada kemungkinan terjadi pelelehan urea di
Fluidizing Dryer(FF-301).Kristal-kristal urea dengan bantuan hembusan udara pengering dan
hisapan dari Induced Fan(GB-302) akan melewati Pneumatic Duct dan masuk ke dalam
Cyclone(FC-301) yang terletakdi bagian atasPrilling Tower. Kristal urea yang ukurannya terlalu
besar (berupa gumpalan) dilarutkan kembali di Dissolving Tank I (FA-302) dan kemudian
dipompakan ke Mother Liquor Tank(FA-203) untuk diproses lagi.
3.2.4.4 Pembutiran
Kristal yang terhisap ke atas Prilling Tower ini memasuki empat buah Cyclone (FC-
301)yang bekerja secara paralel. Dari bawah Cyclone, kristal urea akan turun melewati Screw
Conveyor(ID-301) untuk kemudian dilelehkan Melter(EA-301). Debu-debu yangkecil
ukurannya akan terisap oleh Induced Fan(GB-302) dan masuk ke Dust Separator(FD-304).
Dalam Dust Separator, debu-debu yang masuk akan diserap dengan air yang berasal dari jaket
pendingin pada Prilling Tower. Air yang telah bercampur debu akan dikembalikan ke jaket
sebagai pendingin. Sedangkan debu-debu yang tidak tercampur akan dialirkan kembali ke Dust
Chamber(PF-302).Sirkulasi air pendingin ini di make up dengan air yang berasal dari kolam
penampungan air pendingin pada cooling tower. Overflow dari Dust Chamber akan dialirkan ke
Mother Liquor Tank(FA-203)melalui Dissolving Tank I(FA-302).
Urea yang sudah terpisah dari debu akan turun memenuhi Dust Box, yang mengatur
masuknya urea dengan Screw Conveyor (ID-301) dengan menggunakan Flapper. Penggunaan
Screw Conveyor(ID-301)betujuan menstabilkan aliran urea yang akan masuk ke Melter(EA-301)
dan untuk mencegah adanya penggumpalan urea pada penampungan sementara urea. Selanjutnya
dari Screw Conveyor(ID-301)urea akan dialirkan ke Melter (EA-301) untuk dilelehkan.
37
Tipe : silinder
Jumlah : 1 buah
Posisi : Horisontal
Ukuran :
1. Diameter : 2.743 mm
2. Panjang total : 12.000 mm
Temperatur design : 70 0C
Temperatur operasi : 37 0C
Tekanan operasi : 16,5 kg/cm2G
Tekanan design : 20,0 kg/cm2G
Insulation : 25 mm
Total weight full of water : 107.300 kg
Kapasitas : 74 m3
Bahan konstruksi : Carbon steel
4.1.1.5 Ammonia Boost Up Pump (GA-404)
Fungsi : Sebagai pemompa dan menaikan tekanan ammonia
Tipe : Centrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasaitas Desain : 83 m3/jam
Tipe penggerak : Motor
Rated BHP/ Driver : 37,5/75 kW
Tekanan desain suction : 16,4 kg/cm2G
Tekanan desain discharge : 23 kg/cm2G
Temperatur fluida : 30 0C
Head/Daya : 13.98 m / 75 kW
4.1.1.6 Liquid Ammonia Feed Pump (GA-101)
Fungsi : Memompakan ammonia dari boost up pump ke reaktor
Tipe : Reciprocating
Jumlah : 4 unit, 3 operasi 1 standby (bergantung rate aliran ammonia)
Tekanan desain : 176 kg/cm2G
Kapasitas : 56 m3/jam
41
Shell Tube
Surface per cell : 190 m –
Fluida : Hot water NH3 cair
Laju alir : 378.370 kg/jam 95.750 kg/jam
Temperatur masuk : 80 0C 35.5 0C
Temperatur keluar : 72.6 0C 58.6 0C
Temperatur design : 110 0C 90 0C
Tekanan operasi : 2,7 kg/cm2 2,0 kg/cm2
Tekanan design : 2,5 kg/cm2 3,2 kg/cm2
Tube Shell
Surface per cell : 84 m –
Fluida : Steam kondensate NH3 cair
Laju alir : 59.270 kg/jam 95.750 kg/jam
Temperatur masuk : 143 0C 58.6 0C
Temperatur keluar : 106.8 0C 81.4 0C
Temperatur design : 200 0C 110 0C
Tekanan operasi : 5 kg/cm2 2,28 kg/cm2
Tekanan design : 4,3 kg/cm2 4,95 kg/cm2
4.1.1.9 Urea Syntetic Reactor (DC-101)
Fungsi : Tempat mereaksikan ammonia (NH3) dan Karbondioksida (CO2)
Tipe : Silinder tegak
Jumlah : 1 buah
Ukuran :
1. Diameter : 2.170 mm
2. Tinggi total : 34.815 mm
3. Tebal shell : 153 mm
4. Tebal head : 125 mm
Jumlah tray : 11 buah
43
Ukuran :
Diameter : 2.000 mm 25,4 mm
Tebal : 13 mm 1,6 mm
Tekanan Udara : 200 kg/cm2 –
Corrosion Allowance : 1.0 mm 3.0 mm
Temperatur operasi masuk : 45,1 0C 31,1 0C
Temperatur operasi keluar : 40,1 0C 35,0 0C
Tekanan operasi : 2,2 kg/cm2 3,0 kg/cm2
Tekanan design : 4,0 kg/cm2 4,5 kg/cm2
Corrosion Allowance : 1,0 mm 3,0 mm
Surface area : 1.087 m2
Bahan konstruksi : Carbon Steel
Fungsi : Mengabsorbsi gas NH3 dan CO2 yang masuk dari LPD dengan
larutan ammonium karbamat menjadi larutan ammonium karbamat
Tipe : Vertical Tank dilengkapi cooler
Jumlah : 1 buah
Spesifikasi Cooler :
Shell side Tube side
Fluida : Larutan karbamat Air Dingin
Density : 1,150 kg/cm3 1,000 kg/cm3
Tipe head : ellips 2:1 flat
Ukuran :
Diameter : 2.000 mm 25,4 mm
Tebal : 13 mm 1,6 mm
Tekanan Udara : 200 kg/cm2 –
Corrosion Allowance : 1,0 mm 3,0 mm
Temperatur operasi masuk : 45,1 0C 31,1 0C
Temperatur operasi keluar : 39,1 0C 35,0 0C
Tekanan operasi : 2,2 kg/cm2 3,0 kg/cm2
Tekanan design : 4,0 kg/cm2 4,5 kg/cm2
Corrosion Allowance : 1,0 mm 3,0 mm
Surface area : 1.087 m2
Bahan konstruksi : Carbon Steel
4.3.1.10 High Pressure Absorber Pump (GA-402)
Fungsi : Memompa larutan dari LPA ke HPA
Tipe : Centrifugal Pump
Jumlah : 2 buah
Kapasitas normal : 85 m3/jam
Kapasitas Design : 92 m3/jam
Tekanan suction : 25 kg/cm2G
Tekanan discharge : 30 kg/cm2G
Total head : 15,8 m
Daya : 45 kW
52
Pumping Temperatur : 45 0C
Fluida : Urea, Ammonium karbamat , ammonia
Spesific gravity : 115
Tekanan uap : 16 kg/cm2 Abs
Bahan konstruksi : Carbon Steel
4.3.1.11 High Pressure Absorber Cooler (EA-401)
Fungsi : Merecycle larutan karbamat ke reactor
Tipe : Shell and Tube
Jumlah : 1 buah
Tebal tube : 2.0
Bahan konstruksi : Carbon Steel
Slurry Hot water Cold water
Jumlah tube : 744 389 148
Karbamat urea HW CW
Tipe head :- flat - -
Temperatur masuk : 100 0C 60 0C 70 0C 35 0C
Temperatur keluar : 100 0C 68 0C 80 0C 50 0C
Temperatur design : 130 0C 110 0C 110 0C 110 0C
Tekanan operasi : 3 kg/cm2 16.5 kg/cm2 1 kg/cm2 2.5 kg/cm2
4.3.1.12 High Pressure Absorber (DA-401)
Fungsi : Menyerap CO2 dari DA-201 oleh ammonia menjadi ammonium
karbamat
Tipe : 1 buah
Ukuran :
1. Diameter : 2.300 mm
2. Tinggi total : 21.500 mm
3. Tipe head : ellips 2:1
Temperatur design : 130 0C
Temperatur operasi : 100 0C
Tekanan operasi : 16,5 kg/cm2
Tekanan design : 20,0 kg/cm2
53
Temperatur operasi : 60 0C
Tekanan Operasi : 72.5 mmHg abs
Tekanan design : Full vaccum
Bahan Konstruksi : Carbon Steel
2.Crystallizer dengan agitator
Fungsi : Mengkristalkan urea
Tipe : Vessel dengan jaket air pemanas dan pengaduk
Jumlah : 1 buah
Posisi : Vertikal
Temperatur Design : 100 0C
Temperatur Operasi : 60 – 80 0C
Tekanan Operasi : 0.1 kg/cm2G
Tekanan Design : 0.7 kg/cm2G
Bahan Konstruksi : Carbon Steel
4.1.4.2 Slurry Feed Pump (GA-202)
Fungsi : Memompa larutan dari cristaliizer menuju centrifuge
Tipe : Centrifugal
Tekanan desain : 5.5 kg/cm2G
Kapasitas : 59 m3/jam
Tipe driver : Motor
Power : 1.5 kW
Head : 9.9 m
4.1.4.3 Circulation Pump for Crystallizer (GA-201)
Fungsi : Memompa larutan urea dari cristaliizer menuju vaccum area
Tipe : Centrifugal
Tekanan desain : 5.5 kg/cm2G
Kapasitas : 59 m3/jam
Head : 10,89 m
Daya : 15 kW
Temperatur Desain :
1. Inlet : 160 0C
2. Outlet : 55 0C
Tempertur Operasional :
1. Inlet : 158 0C
2. Outlet : 53 0C
Putaran : 62 rpm
Media pemaanas : Steam 7 kg/cm2
4.1.4.8 Dissolving Tank II (FA-302)
Fungsi : Tempat pelarutan urea oversize
Jumlah : 1 buah
Ukuran ;
1. Panjang : 2000 mm
2. Lebar : 1000 mm
Temperatur Design : 110 0C
Temperatur Operasi : 80 0C
Tekanan Design : Full Liquor
Tekanan Operasi : 4 kg/cm2
Kapasitas : 2 m3
Steam oil :
1. Tekanan operasi : 4 kg/cm2
2. Temperatur operasi : 151 0C
Bahan konstruksi : Carbon Steel
4.1.4.9 Blower (GB-301)
Fungsi : Mengalirkan udara yang akan digunakan sebagi steam pada dryer
Tipe : Centrifugal blower
Flow rate : 6320 m3/min
Tipe driver : Motor
4.1.4.10 Steam Ejector (EE-201)
Fungsi : Menginjeksi steam agar kondisi vacuum
Tipe : Steam ejector
59
4 Solution Outlet
Gas CO2
Tray
Keterangan gambar :
1 : Solution Inlet (larutan ammonium karbamat) dari EA – 401 (High Pressure Absorber
Cooler)
4 : Solution Outlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, karbamat) to DA – 201 (High Pressure
Decomposer)
Prinsip Kerja : Mereaksikan NH3 dan CO2 dengan reaksi eksotermis membentuk
ammonium karbamat dan melalui reaksi endotermis akan terbentuk urea
Cara kerja : Umpan berupa NH3, CO2 dan larutan karbamat recycle yang masuk dari
bagian bawah reaktor. Reaktor beroperasi pada tekanan 194 kg/cm2 dan temperatur 200oC. Karena
tekanan masuk tinggi dan adanya perbedaan tekanan yang cukup besar antara tekanan masuk dengan
tekanan menuju HPD maka bahan mengalir ke atas melewati tray-tray yang berada di dalam reaktor.
Umpan pertama kali melewati tray pertama kemudian terjadi kontak antara umpan sehingga terjadi
reaksi. Kemudian melewati tray kedua dan terjadi kontak lagi yang menyempurnakan reaksi. Umpan
kemudian melewati tray ke-3 dan seterusnya sampai pada tray ke-11 sampai hasil reaksi keluar
melalui bagian atas reaktor menuju HPD. Tray berfungsi sebagai alat yang memperluas kontak
reaksi antara bahan masuk sehingga terjadi reaksi dan terbentuk urea. Hasil dari reaksi juga
komponen campuran hasil reaksi mengalir ke atas melalui Solution outlet menuju HPD.
64
Gas
Outlet
Solution
Inlet
Tray
Solution
Solution inlet
outlet dari
ke reboiler
reboiler
Solution
Inlet
Steam 12 Steam
kg/cm2 kondensat
Faaling Film
Heater
Solution Outlet
Keterangan :
B : Gas NH3, gas CO2, gas H2O ke EA 402 (High Pressre Absorber Cooler)
65
D : Solution Inlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) dari Reboiler
EA-201
E : Steam (H2O)
SV : Savety Valve
TR : Temperature Control
Cara Kerja : Umpan hasil reaksi dari Reactor pada temperatur 124 oC masuk ke bagian atas High
Pressure Decomposser pada flashing section. Karena cairan mengalami penurunan tekanan yang
besar sehingga gas-gas dari komponen volatilnya akan terpisah dari cairannya. Gas akan mengalir
ke atas dan cairannya akan mengalir ke bawah melalui 4 shieve tray. Pada sieve tray tersebut terjadi
kontak antara cairan yang turun dengan gas bertemperatur tinggi dari Reboiler for High Pressure
Decomposer dan gas panas dari Falling Film Heater. Cairan distripping dengan maksud agar gas–
gas yang terlarut akan lepas dan mengalir ke atas, sedangkan cairannya akan mengalir ke Reboiler
for High Pressure Decomposer. Panas sensible dari gas dan panas kondensasi dari uap air digunakan
untuk menguapkan kelebihan amonia dan menguraikan ammonium karbamat. Gas dari High
66
Pressure Decomposser masuk ke dalam High Pressure Absorber Cooler sedangkan larutannya
mengalir melalui bagian bawah dari HPD menuju Low Pressure Decomposser.
67
B
Vapor Outlet
Solution Inlet A
C Larutan
Recycle
Tray
Solution dari Solution dari
E EE
EA 203 EA 202
D D Solution ke
Solution ke EA-202
EA 203
Pall Ring
F
CO2 Stripper
Solution
G Outlet
Keterangan :
A : Solution Inlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) dari DA-201 (High
Pressure Decomposer)
C : Larutan recycle (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) dari DA – 402 (Off Gas
Absorber)
68
D : Solution (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret) ke EA-203 (Reboiler untuk Low Pressure
Decomposer)
E : Solution (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret) dari EA-203 (Reboiler untuk Low Pressure
Decomposer)
F : CO2 Inlet
Cara Kerja : Umpan dari HPD masuk dari bagian atas dari LPD bersama dengan
umpan yang berasal dari Off Gas Absorber. Karena terjadi penurunan tekanan yang besar, dari
tekanan 17 kg/cm2 menjadi 2,3 kg/cm2 maka gas terlepas dari komponen volatilnya. Gas akan
menguap ke atas dan cairannya akan mengalir ke bawah melalui sieve tray. Pada sieve tray tersebut
terjadi kontak antara cairan yang turun dengan gas bertemperatur tinggi dari Reboiler for Low
Pressure Decomposser. Gas CO2 untuk striping diinjeksikan ke bagian bawah packed bed melalui
sebuah distributor oleh CO2 Bootser Compresor dengan maksud agar sisa ammonia yang terdapat di
dalam larutan dapat distripping oleh sebagian gas CO2. Gas yang keluar dari Low Pressure
Decomposser dikirim ke Low Pressure Absorber sedangkan larutannya mengalir melalui bagian
bawah dari LPD menuju Gas Separator.
69
Vapor Outlet
Solution Inlet
Solution ke
Gas menuju U-Sheel
recycle
Solution dari
U-Sheel
Pall Ring
Keterangan :
A : Solution (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) dari DA – 202 (Low Pressure
Decomposer)
Prinsip Kerja : Memisahkan urea dengan impuritasnya (sisa NH3 dan CO2)
Cara kerja : Larutan dari LPD masuk melalui bagian atas Gas Separator. Karena
terjadi penurunan tekanan dari 2,5 kg/cm2 menjadi 0,4 kg/cm2 maka gas NH3 dan CO2 yang
jumlahnya tinggal sedikit dihilangkan dari larutan urea. Larutannya turun ke bawah melalui sebuah
saluran yang menghubungkan antara bagian atas dengan bagian bawah ke packing. Dari bagian
bawah packing dihembuskan udara yang mengandung sedikit sekali amonia dan air melalui
distributor di bawah packed bed untuk menghilangkan sedikit sisa amonia dan gas karbondioksida
dalam larutan dengan menggunakan Off Gas Circulation Blower dan juga hembusan gas dari Off
Gas Absorber. Gas-gas yang keluar dari bagian atas dan bagian tengah digabungkan dan masuk ke
Off Gas condenser sedangkan larutan urea yang keluar dari bagian bawah Gas Separator dengan
konsentrasi sekitar 70–75% dikirim ke Crystallizer
4.2.5 Crystallizer (FA-201)
B Vapor Outlet
F G
LIQUID LEVEL
E
Liquid Inlet dari
EA-401
C
Liquid ke EA- Agitator
401 untuk
mengambil
panas
D
Liquid outlet
71
Keterangan :
A : Liquid Inlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) From GA 205
E : Solution Inlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) From GA – 201
Prinsip Kerja : Menguapkan air dari larutan urea dan mengkristalkan larutan urea dari
Gas Separator
Cara kerja : Larutan urea dari Gas Separator dipompa oleh Urea Solution Feed Pump
dialirkan ke bagian bawah Crystallizer. Crystallizer ini terbagi menjadi dua bagian, bagian atas
adalah Vacuum Concentrator dengan Vacuum Generator dan bagian bawah adalah Crystallizer
dengan Agitator dimana terbentuk kristal-kristal urea dalam larutan slurry. Di dalam Vacuum
Concentrator yang beroperasi pada tekanan 72,5 mmHg absolut dan temperatur 73oC. Kemudian
dengan menggunakan Circulation Pump for Crystallizer, larutan urea dari bagian bawah Crystallizer
disirkulasikan ke Vacum Concentrator untuk dipekatkan. Sebagian dilewatkan ke High Pressure
Absorber Cooler (EA-401) untuk menyerap panas panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air
didapat dari panas sensibel larutan urea yang masuk, panas kristalisasi urea dan panas yang didapat
dari slurry urea yang disirkulasikan ke High Pressure Absorber Cooler. Larutan bubur urea dari
Cristallizer bagian bawah dipompa oleh Slurry Feed Pump ke Centrifuge dan sebagian dialirkan
kembali ke Cristallizer untuk mencegah mampatnya pipa.
72
Packed Bed
SOLUTION
C
Solution Inlet
INLET FROM
EA-407
Packed Bed
GAS INLET
Gas Inlet D
FROM
EA-406
SIGHT GLASS
SOLUTION VENT
E
OUTLET TO
Solution Inlet GA-407
Keterangan :
A : Solution inlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) from EA – 408 (Off Gas
Absorber Final Cooler)
B : Vapour Outlet NH3(g), CO2(g), H2O(g) to GB – 401 (Off Gas Absorber Pump)
C : Solutin Inlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret) From EA – 407 (Off Gas Absorber Cooler)
D : Gas Inlet NH3(g), CO2(g), H2O(g) From EA – 406 (High Pressure Absorber Cooler)
73
Prinsip Kerja : Absorbsi gas CO2 dari gas separator dengan menggunakan larutan karbamat hasil
kondensasi
Cara kerja : Gas-gas dari Gas Separator yang telah didinginkan oleh Off Gas Condenser masuk ke
bagian atas Off Gas Absorber melalui sebuah distributor. Sejumlah ammonia dan gas karbon
dioksida diserap dan dikondensasikan dalam packed bed bagian bawah oleh larutan recycle yang
telah didinginkan oleh Off Gas Absorber Cooler. Di dalam packing terjadi penyerapan gas ammonia
oleh air. Gas yang diserap masuk lewat pipa sparge kontak dengan cairan dan akhirnya gas yang
tidak diserap keluar dari bagian atas Off Gas Absorber dan dikirim ke Gas Separator sebagai
stripping gas CO2 dan NH3 oleh Off Gas Circulation Blower setelah ditambah udara proses. Larutan
hasil penyerapan dibagi menjadi dua yaitu sebagian larutan dikirim ke Low Pressure Decomposer
dan sebagian larutan lagi dipompa oleh Low Pressure Absorber Pump ke bagian atas packed bed
sebagai penyerap gas pada Low Pressure Absorber.
74
E Gas Ammonia
Vapor Gas
Aquos Ammonia
C
B Bubble Cap
Solution Inlet
Pall Ring
A
Vapor Gas
D
Larutan Karbamat
Keterangan :
A : Vapour Gas NH3(g), CO2(g), H2O(g) From EA – 401 (High Presssure Absorber Cooler)
B : Solution (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret) from EA 402 (Low Pressure Absorber)
Prinsip Kerja :
1. Absorbsi CO2 yang belum terserap di High Pressure Absorber Cooler sampai habis sehingga
gas keluar dari High Pressure Absorber tidak mengandung CO2 lagi.
2. Memurnikan kelebihan NH3 berupa gas dan dikembalikan ke Amonia Reservoir melalui NH3
Condenser.
Cara kerja : Umpan masuk berupa gas yang tidak terserap dari High Pressure Absorber Cooler
masuk ke bagian bawah dari High Pressure Absorber melalui pendingin dan naik kontak dengan
permukaan cairan penyerap di packed bed dan jajaran tray. Proses penyerapannya yaitu gas dari
pendingin dialirkan ke High Pressure Absorber didinginkan oleh intercooler dan dialirkan melalui
packed bed coloum dan terjadi penyerapan gas karbon dioksida oleh dimana 35% dari
karbondioksida dapat diserap oleh campuran larutan dari Low Pressure Absorber dan amonnia cair.
Gas ammonia dari packed column diikat dengan larutan ammonia cair yang dialirkan melalui lima
buble cup tray agar sisa karbondioksida dapat diserap secara sempurna. Uap dalam gas ammonia
dari puncak absorber dipisahkan dengan Drain Separator yaitu bagian tertinggi dari High Pressure
Absorber. Larutan dari penyerapan berupa slurry yang keluar dari bagian bawah High Pressure
Absorber digunakan sebagai media penyerap di High Pressure Absorber Cooler. Gas yang lolos dari
penyerapan berupa ammonia murni dikondensasikan di Ammonium Condenser untuk kemudian
disimpan di Ammonia Reservoir.
76
D C
LIQUID LEVEL
DRAIN DRAIN
HW OUTLET
DRAIN HW INLET
CW OUTLET
CW INLET
B
SPARGER F
A
Keterangan :
A : Gas Inlet NH3(g), CO2(g), H2O(g) from DA – 201 (Low Pressure Decomposer)
B : Solution Inlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) from DA – 401 (High Pressure
Absorber)
C : Solution Inlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) from FA – 201 (Cryztaliser)
D : Slurry outlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) to FA – 201 (Cryztaliser)
F : Slurry outlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) to DC – 101 (Reaktor Sintesa)
G : Slurry inlet (urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat) from sirkulasi to EA-401(High
Pressure Absorber Cooler)
Prinsip Kerja : Absorbsi gas CO2 yang keluar dari High Pressure Decomposer dengan menggunakan
slurry yang keluar dari High Pressure Absorber Cooler.
77
Cara kerja : Umpan berupa gas yang berasal dari High Pressure Decomposer masuk ke bagian bawah
High Pressure Absorber Cooler kemudian digelembungkan melalui pipa sparger sehingga terbentuk
gelembung-gelembung gas di High Pressure Absorber Cooler. Larutan recycle dari High Pressure
Absorber masuk melalui bagian bawah HPAC kemudian menyerap CO2 kurang lebih 65% dari
seluruh CO2 yang masuk. Dengan adanya panas yang diakibatkan oleh reaksi penyerapan pada High
Pressure Absorber Cooler maka dipakai shell and tube. Peristiwa absorbsi terjadi dalam shell yang
berisi urea dan larutan karbamat sedangkan media pemanasnya berupa air panas mengalir dalam
tube-tube. Laju alir pendingin dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan temperatur. Hasil
penyerapan berupa larutan ammonium karbamat yang keluar melalui bagian bawah kemudian
dipompa ke reactor sebagai recycle oleh Recycle Solution Boost Up Pump. Sedangkan gas yang tidak
terserap mengalir melalui bagian atas ke High Pressure Absorber.
6 2 2 2 7
4
9
10 2
5 8
Keterangan :
2 : Solution Inlet ( urea, NH3, CO2, H2O, Biuret, Karbamat ) from FA – 203 ( Mother
Liquor Tank )
78
4. Packing Suport
5 : Cooling Water inlet ( H2O )
7 : vent
8 : drain
9 : pipa sparger
10 : Gas Inlet NH3(g), CO2(g), H2O(g) from DA – 202 (Low Pressure Decomposer)
Prinsip Kerja : Absorbsi gas CO2 yang keluar dari Low Pressure Decomposer dengan menggunakan
Larutan dari Mother Liquor Tank.
Cara kerja : Umpan berupa gas dari Low Pressure Decomposer masuk melalui bagian bawah dari
Low Pressure Absorber kemudian dikondensasikan dan diserap dengan sempurna dengan
digelembungkan melalui pipa sparger di bawah absorber. LPA menggunakan tipe shell and tube.
Pada sisi shell berisi air dingin sedang pada sisi tube berisi larutan karbamat. Terjadi pertukaran
panas antara cairan yang ada di dalam shell dengan larutan yang ada di dalam tube. Sedangkan pada
bagian atas dari LPA terjadi penyerapan biuret oleh larutan yang berasal dari Mother Liquor Tank
dan penyerapan gas oleh larutan yang berasal dari OGA. Larutan hasil penyerapan keluar melalui
bagian atas ke packed bed High Pressure Absorber sebagai penyerap dan sebagian lagi dikeluarkan
melalui bagian bawah ke HPA. Sedangkan gasnya dialirkan ke OGA.
BAB V
79
80
LPD
Komponen SC GS To Atm
GS (aliran LPA
(aliran (aliran (aliran
(aliran 12) 10) (aliran 25)
24) 13) 23)
Urea - - - - - -
NH3 - 2.535,905 557 291,050 1.667,708 20,146
CO2 - 823,266 523 300,266 - -
H2O 1.089,512 3.497,990 3.591 927,541 62,099 6,861
Biuret - - - - - -
Komponen
Urea 102.867,413 102.867,413
Fluidizing Dryer
-Dust Chamber Urea 52,239
H2O 659,575
Prilling Tower
-Dust Chamber Urea 52,032
H2O 0,047
-Ke Pengantongan Urea 26.212,417
H2O 50,963
Biuret 118,124
Total 48.941,474 48.941,474
Bahan Keluar
Yield = x 100 %
Bahan Masuk
26.212,417
= 𝟒𝟖.𝟗𝟒𝟏,𝟒𝟕𝟒 x 100 %
= 56,287 %
85
2 Seksi Purifikasi
- Fluidzing Dryer
35490922,999 22833079,167
Total
16165167,119 19675829,422
708877,756 708877,756
121076600,814
430835484,761 430835484,761
91
=(430835484,761-309758883,947) kkal
= 121.076.600,814 kkal
121.076.600,814
= x 100 % = 0,281
430835484,761
BAB VI
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
6.1. Utilitas
Utilitas merupakan plant pabrik yang menyediakan bahan baku pembantu yang biasa
dikenal sebagai sarana penunjang proses. Unit ini memegang peranan yang sangat penting dalam
operasi pabrik karena tanpa adanya unit ini maka proses produksi tidak dapat berjalan secara
optimal.
Unit utilitas yang ada di PT. Pupuk Kujang Cikampek dibagi menjadi 5 :
1. Unit Penyediaan Air
2. Unit Penyediaan Steam
3. Unit Penyediaan Listrik
4. Unit Penyediaan Udara
5. Unit pengolahan Limbah
6.1.1 Penyediaan Air (Water Intake)
Water intake merupakan tempat pertama kalinya air laut masuk,untuk kemudian di
treatment, station pompa water intake PT Pupuk Kujang berasal dari Water intake Jatiluhur.
a. Water Intake Cikao/Jatiluhur
Jatiluhur merupakan sumber air utama PT Pupuk Kujang, Cikao station pompa
berlokasi di desa Cikao / Jatiluhur Purwakarta. WI Cikao dioperasikan jika kondisi air baku
di WI Parung Kadali turbidity-nya mengalami kenaikan lebih dari 200 ntu. station ini
mempunyai dua buah pompa MPA, dan MPB dengan kapasitas masing-masing pompa
1250 m3/jam dengan power PLN dan dengan penggerak motor 500 HP.
b. Water Intake Parung Kadali (Curug)
WI Parung Kadali memiliki 4 buah pompa, diantaranya MP I, MP II, MP III, dan
MP IV (MP 3001 JA/JB/JC/JD). Masing-masing pompa memiliki kapasitas 5500 GPM
dan motor penggerak dengan daya 500 HP dan tegangan 2300 V. Selain 4 pompa utama,
terdapat 2 buah pompa auxiliary (AP I dan AP II) yang memiliki kapasitas 3700 GPM dan
motor penggerak dengan daya 125 HP/440 V. Pompa auxiliary digunakan ketika
ketinggian air sungai terlalu rendah sehingga tidak dapat ditarik oleh pompa utama. Suction
pompa ini diambil dari aliran sungai Citarum
c. Kolam Emergency
Kolam Emergency atau Kolam 8 adalah kolam cadangan yang sumbernya berasal
dari air hujan yang ditampung di dalam suatu kolam. Terdapat delapan kolam untuk
menampung air hujan serta air make up dari air baku Parung Kadali. Air dari kolam
92
93
emergency digunakan ketika Water Intake Parung Kadali tidak dapat menyuplai air baku.
Kolam emergency dilengkapi dengan dua buah pompa 3003 J/JA dengan kapasitas pompa
450 m3/jam/440 V/ AMP Maks 224 A.
muatan elektrisnya dengan putaran ± 6 mpr (menit per rotasi), agar flok-flok halus tidak
mengendap didasar cone tetapi menyebar dan terangkat keluar cone.
Diatas cone terjadi proses flokulasi yaitu penyatuan kembali partikel-partikel yang
sudah di destabilisasikan menjadi suatu flok. Kemudian terjadi proses sedimentasi dimana
partikel-partikel yang telah teraglomerasi menjadi flok yang lebih besar dan semakin berat
sehingga akan mengendap di luar cone, yang nantinya secara periodik dibuang / di blow
down, setiap 100.000 liter air yang masuk .
Air bersih mengalir melalui lubang-lubang over flow dan masuk ke penampungan
kemudian mengalir ke Clearwell. Air ini mempunyai pH 6,4 - 6,6 dan turbidity < 1,0
ppm dan Cl2 antara 0,5-1,0 ppm .
Clearwell diinjeksikan kaustik makan akan menaikkan pH 7,0 – 7,5, kemudian dari
clearwell dipompakan dengan pompa 2203 UJA/UJB/UJC, menuju sand filter. Premix
tank dan clearwell dihubungkan dengan pipa bypass yang digunakan bila clarifier tidak
dapat dioperasikan. Keluaran dari clearwell sebagian akan masuk ke cooling tower dan
sebagian masuk ke Sand Filter.
a. Servise adalah air masuk dari bagian atas lalu disaring oleh filter partikel koloid yang
lolos dari proses klarifikasi.
b. Regenerasi adalah pasir sudah padat oleh partikel dan akan mengurangi laju alir .
95
Air dari clearwell disaring dalam enam buah rapidpressure horizontalsand filter
yang disusun secara paralel dan berfungsi menyaring partikel – partikel halus yang
terbawa. Air yang telah disaring oleh sand filter dengan turbidity dan Cl2 masing-masing
kurang dari 0,5 ppm, lalu dikirim ke dalam dua buah storage yaitu filtered water storage
dan portabel water storage. Selain itu ada pula yang dikirim ke anak perusahaan PT Pupuk
Kujang.
1. Antrifilt
2. Fine Sand
3. Media Sand
4. Fine Gravel
5. Media Gravel
6. Coarse Gravel
Back wash (pencucian balik) terhadap sand filter dilakukan ketika pressure drop antara
inlet dan outlet melebihi 1,0 kg/cm2G. Pencucian balik dilakukan dengan membalikkan
arah aliran air yang dapat dilaksanakan secara otomatis di control room atau secara manual
di tempat. Step regenerasi dilakukan ketika filter sudah jenuh akan padatan partikel yang
menempel adalah :
4). Storage
Cooling
Tower
Pengolahan air pendingin dalam suatu industri mutlak diperlukan. Air pendingin adalah
air yang digunakan untuk mendinginkan alat dengan melewatkannya melalui alat penukar panas
(HE) sehingga dapat terjadi pertukaran panas. Air pendingin harus memenuhi beberapa
persyaratan pabrik yaitu tidak korosif, tidak menimbulkan kerak, dan tidak mengandung
mikroorganisme yang dapat menimbulkan lumut. Menara pendingin cooling tower yang
digunakan terbuat dari kerangka kayu yang kokoh dari jenis kayu red wood dari amerika yang
telah diproses agar tahan air asam dan basa.
Tabel 34. Karakteristik Air Proses dan Air Pendingin
No. Parameter Satuan Air Standar Air Analisa Air
Proses Pendingin Pendingin
1 Kekeruhan Ppm 0,5 ≤ 0,5 0,2
2 Ph 7,1 7 – 7,8 7
3 Cl2 Ppm 0,5 < 0,5 0,5
4 Kesadahan Ppm 20 ≤ 50 20
(Utilitas Pabrik Kujang 1A PT. Pupuk Kujang, 2020)
Untuk mempertahankan kondisi air agar seperti yang diinginkan, maka air diinjeksikan
senyawa kimia sebagai berikut :
1. Klorin berfungsi untuk membunuh mikroorganisme.
2. Asam fosfat berfungsi untuk mencegah timbulnya kerak alat.
3. Asam sulfat berfungsi untuk mengatur pH air.
4. Seng kromat berfungsi untuk anti korosi.
5. Dispersen berfungsi untuk mencegah penggumpalan dan mengendapnya kotoran dalam air
pendingin.
Dalam cooling tower ini, air panas dengan suhu ± 460C dari bagian atas menara dicurahkan
ke bawah melalui distibutor, dialirkan melalui lubang saluran air/swir sehingga akan kontak
dengan udara yang masuk lewat kisi – kisi menara akibat tarikan dari induced draft fan yang ada
dibagian atas menara. Kemudian air yang sudah dingin dengan temperatur ± 32 0C ditampung
sementara dalam bak penampung yang ada di bagian bawah menara yang disebut basin.
Kehilangan air karena penguapan, terbawa tetesan oleh udara maupun dilakukan blown down di
cooling tower diganti dengan air yang disediakan oleh filtered water storage. Kebutuhan air
pendingin adalah 573,4 m3/jam.
99
instrumentasi di panel unit utilitas, unit amonia dan unit urea, penerangan panel dan pompa
bermotor.
Keempat sumber listrik ini di dalam penggunaannya diubah dahulu oleh transformator
sehingga tegangannya menjadi 13,8 kV. Kemudian tegangan diubah lagi dalam
pendistribusiannya sehingga diperoleh tegangan yang sesuai dengan yang diinginkan.
Unit pembangkit uap memiliki dua buah package boiler (2007 U & 2007 UA) dengan tipe
Water Tube Boiler. Boiler ini memiliki kapasitas produksi steam sebesar 102,06 ton/jam
dengan kondisi operasi pada suhu 399ºC dan tekanan 42,3 kg/cm2. Steam yang dihasilkan oleh
kedua package boiler ini dapat memenuhi 55% dari total kebutuhan steam yang diperlukan.
b. Waste Heat Boiler (WHB)
Alat ini memiliki tipe Water Tube Boiler dengan kapasitas 90,7 ton/jam. Kondisi operasi
WHB adalah pada temperatur 397ºC dan tekanan 42,3 kg/cm2. Steam yang dihasilkan dapat
memenuhi 45 % dari total kebutuhan steam yang diperlukan.
1. Gas Alam : digunakan untuk bahan bakar boiler dan digunakan sebagai fuel gas pada
proses di unit Ammonia.
2. Solar : digunakan untuk bahan bakar diesel, pembakaran awal boiler, diesel pump
(fire hydrant) dan keperluan-keperluan lain di seluruh pabrik.
6.2. Pengolahan Limbah
Laboratorium memiliki peranan sangat besar di dalam sebuah pabrik untuk memperoleh
data-data yang diperlukan untuk mengevaluasi unit-unit yang ada, menentukan tingkat efisiensi
dan untuk pengendalian mutu. Pengendalian mutu atau pengawasan mutu di dalam suatu pabrik
pada hakekatnya dilakukan dengan tujuan mengendalikan mutu produk yang dihasilkan agar
sesuai dengan standar yang ditentukan. Pengendalian mutu dilakukan mulai bahan baku, saat
proses berlangsung dan juga pada hasil atau produk.
Pengendalian rutin dilakukan untuk menjaga agar kualitas dari bahan baku dan produk
yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Pemeriksaan yang dilakukan secara
rutin dapat diketahui juga apakah proses berjalan secara normal atau tidak. Jika diketahui analisa
produk tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka dapat dengan mudah diketahui dan diatasi.
Analisa yang terdapat di dalam laboratorium PT. Pupuk Kujang meliputi analisa fisika
dan analisa kimia yang terdiri dari:
1. Analisa bahan baku
2. Analisa bahan setengah jadi
3. Analisa produk
106
107
Bahan :
- Ammonium klorida (NH4Cl)
- Larutan fenol (C6H5OH)
- Natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) 0,5%
- Larutan alkalin sitrat (C6H5Na3O7)
- Natrium hipoklorit (NaClO) 5%
- Larutan pengoksidasi
Persiapan pengujian
1. Pembuatan larutan induk ammonia 1000 mg N/L
2. Pembuatan larutan baku ammonia 100 mg N/L
3. Pembuatan larutan baku ammonia 10 mg N/L
4. Pembuatan larutan kerja ammonia
5. Pembuatan kurva kalibrasi
Prosedur
1. Pipet 25 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml
2. Tambahkan 1 ml larutan fenol, dihomogenkan
3. Tambahkan 1 ml natrium nitroprusid, dihomogenkan
4. Tambahkan 2,5 ml larutan pengoksidasi, dihomogenkan
5. Tutup Erlenmeyer tersebut dengan plastic atau paraffin film
6. Biarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna
7. Masukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya pada
Panjang gelombang 640 nm
Perhitungan :
dengan pengertian :
C : kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
Fp : factor pengenceran
(SNI O6-6989.30-2005)
109
Perhitungan :
100−𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑜𝑟𝑠𝑎𝑡 (𝑚𝑙)
Konsentrasi karbon dioksida = 𝑥 100%
100
(SNI 0029:2008)
110
7.2.1 Kadar CO2 Dalam Larutan Karbamat Pada High Pressure Absorber Cooler
Prinsip :Konsentrasi CO2 dalam larutan carbamate, ditetapkan dengan cara
mereaksikannya dengan larutan H2SO4 30% dan mengukur volume gas CO2
yang terjadi dengan menggunakan WTM (West Test Meter).
Tujuan : Untuk mengetahui kadar CO2 dalam larutan karbamat.
Reaksi :
NH2COONH4+ H2SO4 (NH4)2SO4+ CO2
Pereaksi : Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 30%.
Alat yang dipakai : Erlenmeyer
Wet Test Meter
Klem dan statif
Reservoir (corong pemisah)
Prosedur :
1. Mengambil sampel 25 ml, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Mengencerkan sampel dalam air kurang lebih 3 ml.
3. Erlenmeyer yang berisi sampel dihubungkan dengan H2SO4 25%-30% kemudian
dihubungkan dengan Wet Test Meter.
4. Larutan sampel di titrasi dengan H2SO4 sehingga membentuk gelembung-gelembung CO2.
Gas ini kemudian masuk dalam Wet Test Meter.
5. Volume CO2 dapat dibaca setelah gelembung- gelembung CO2 berhenti.
7.2.2 Kadar CO2 dalam Larutan Karbamat pada Low Pressure Absorber
Prinsip : Konsentrasi CO2 dalam larutan carbamate, ditetapkan dengan cara
mereaksikannya dengan larutan H2SO4 30% dan mengukur volume
111
2. Menentukan kadar urea yang terkandung dapat dilihat pada tabel perhitungan Hubungan
Temperature Salting Out dengan % Urea.
7.2.4 Berat Jenis Kristal Urea pada Crystallizer
Prinsip : Pemeriksaan dilakukan dengan cara pengukuran temperatur operasi
slurry dan temperatur salting out dari larutan urea dalam crystallizer.
Temperatur Operasi dari slurry, diukur tepat pada saat slurry keluar dari
outlet dan temperatur salting out diukur pada saat pembentukan kristal
yang pertama kali pada larutan. Berat kristal berkisar antara 28 – 45 %.
Jika berat jenis kristal rendah berarti encer. Dengan pengenceran kristal ini
akan memperbesar beban di cetrifuge.
Tujuan : Menentukan Berat jenis Kristal pada crystallizer.
Alat yang dipakai : Beaker glass 200 ml
Thermometer, range 0 – 1000C
Pemanas Listrik
Magnetic stirrer
Prosedur kerja :
1. Ambil 200ml sampel dari outlet system dan dimasukkan kedalam beker glass.
Kemudian masukan thermometer ke dalam beaker glass. Dan temperatur yang
terbaca adalah temperatur operasi.
2. Dipanaskan dalam pemanas listrik sampai semua kristal melarut sempurna. Pakai
magnetic stirrer, untuk menyempurnakan pelarutan.
3. Setelah larut, bersihkan dinding beaker bagian luar dengan kain yang sedikit basah,
supaya pembentukan kristal bisa diamati dengan jelas.
4. Angkat beaker dari pemanas listrik, didinginkan dalam udara terbuka, didiamkan
sampai semua kristal urea terbentuk dan baca temperatur salting out yaitu temperatur
dimana pembentukan kristal yang pertama dari larutan terjadi
5. Menentukan kadar urea yang terkandung dapat dilihat pada tabel Hubungan Antara
Temperatur Operasid engan temperature Salting Out.
7.2.5 Konsentrasi Urea pada Dust Chamber
Prinsip : Konsentrasi urea ditetapkan dengan cara mengukur temperatur operasi
dan spesific grafity (SG) dari larutan urea, kemudian melihatnya dalam
kurva yang menghubungkan antara temperatur, density dan solubility.
Tujuan : Untuk menetapkan konsentrasi urea
Alat yang dipakai : Beaker glass
113
Pereaksi :
1. Larutan tembaga sulfat
Larutkan 15 gram tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) dalam air suling bebas CO2,
masukkan ke dalam labu ukur satu liter, diencerkan sampai tanda tertera dan dikocok.
2. Larutan alkali (kalium natrium) tartrat tetrahidrat
Larutkan 40 gram natrium hidroksida dalam 500 mL air suling.Dinginkan, tambahkan 50
gram kalium natrium tartrat (KNaC4H4O6.4H2O) dan tepatkan dengan air suling hingga 1
liter.Biarkan selama satu hari sebelum digunakan.
3. Larutan biuret standar, 1 mg/mL
Larutkan 1g biuret rekristalisasi dalam air yang bebas CO2 dan encerkan hingga 1 liter.
Biuret standar (rekristalisasi) dimurnikan sebagai berikut:
Masukkan 10 gram biuret kedalam beker gelas 2 liter dan tambahkan 1 liter alkohol absolut
untuk melarutkan.Pekatkan larutan dengan pemanasan hingga volume 250 mL. Dinginkan pada
5°C dan saring kristal biuret. Ulangi rekristalisasi. Keringkan produk akhir dalam oven pada 105
sampai dengan 110 °C selama 1 jam dan simpan dalam desikator.
4. Larutan indikator merah metal
Larutkan 1gram merah metil dalam 200 mL etanol 95 %.
5. Asam sulfat 0,05 M
Prosedur Kerja :
a. Preparasi contoh :
1. Timbang teliti 10 gram contoh (atau sejumLah 30 mg sampai dengan 125 mg
biuret) dan pindahkan ke dalam gelas piala 400 mL. Tambahkan 150 mL air suling
hangat (kira-kira 50 °C) dan aduk selama 30 menit hingga larut. Saring, cuci
kedalam labu ukur 250 mL dan tepatkan hingga tanda tera.
2. Larutan contoh untuk analisa
Pipet 50 mL larutan dari preparasi contoh, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
tambahkan 1 tetes larutan indikator merah metil dan netralkan dengan larutan asam
sulfat 0.05M hingga berwarna merah muda (pink). Tambahkan, sambil diaduk 20
mL larutan kalium natrium tartrat dan kemudian 20 mL larutan tembaga sulfat.
Encerkan dengan air suling sampai tanda tera dan kocok.Absorbansi ditetapkan
dengan spektrofotometer dengan cell 2 cm sampai dengan 4 cm pada panjang
gelombang 555 nm, buat larutan blanko dengan air suling.
115
b. Kurva Kalibrasi
Buat deret standar dari 2 mL sampai 50 mL masukkan masing- masing kedalam labu ukur
100 mL, kemudian dilanjutkan seperti pada pengerjaan contoh.
Perhitungan :
𝐶𝑥𝑓
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑢𝑟𝑒𝑡(%) = 𝑥100%
𝑊 𝑥 1000
Keterangan :
C = konsentrasi biuret dalam 50 mL larutan preparasi contoh (mg/mL)
f = faktor pengenceran (mL)
W = bobot contoh (gr)
(SNI 2801:2010)
7.3.2 Analisa Kadar Air
Tujuan : Mengetahui kandungan air dalam urea prill.
Prinsip : Bila air bereaksi dengan larutan pereaksi Karl Fischer, yaitu campuran dari
Iodin, belerang dioksida, piridin dan metanol, maka elektroda platina dari
alat aquatitrator akan terpolarisasi yang menyebabkan sejumLah besar
arus akan mengalir ke mikrometer. Kelebihan iodin sedikit saja akan
mendepolarisasi elektroda dan akan menunjukkan titik akhir titrasi.
Standar : 0,5%
Alat yang dipakai : Aquatitrator atau aquameter.
Botol timbang
Neraca analitik.
Pereaksi : Larutan pereaksi Karl Fischer
Larutan tunggal yang stabil 5 mg H2O/mL
Metanol dengan kadar air maksimum 0,1%.
Air suling
Prosedur Kerja :
1. Masukkan sejumlah metanol ke dalam botol reaksi aquatitrator hingga elektroda platina
terendam
2. Titrasi dengan larutan Karl Fischer sampai titik akhir tercapai dan diperoleh metanol bebas air
3. Timbang dengan teliti 2 - 3 gram contoh urea dan masukkan ke dalam botol reaksi aquatitrator
dan aduk hingga semua contoh terlarut
4. Titrasi dengan larutan Karl Fischer hingga titik akhir tercapai dan catat volume larutan Karl
Fischer yang dipakai untuk titrasi (V mL).
116
Perhitungan :
𝑉𝑥𝑓
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟(%) = 𝑥100%
𝑊 𝑥 1000
Keterangan :
V = Volume pereaksi Karl Fischer yang dipakai untuk titrasi contoh (mL)
f = Faktor pereaksi Karl Fischer yang dipakai sebagai titran (mg/mL)
W = Bobot contoh (gram)
(SNI 2801:2010)
7.3.3 Analisa Total Nitrogen
Tujuan : Mengetahui jumLah nitrogen dalam urea prill.
Prinsip :Nitrogen dalam contoh didestruksi dengan dengan H2SO4 menjadi
senyawa (NH4)2 SO4. Garam (NH4)2 SO4 yang terbentuk dengan
penambahan larutan NaOH 40% diubah menjadi NH3 dengan cara
destilasi. Destilasi diserap oleh H2SO4 0,25 N berlebih dan kelebihan
H2SO4 dititrasi kembali dengan NaOH 0,25 N standar.
Metode : Destilasi Kjeldhal
Standar : > 46%
Peralatan : Labu kjeldahl 300 mL atau 500 mL
Erlenmeyer 500 mL
Unit destilasi lengkap
Labu ukur 500 mL
Buret 50 mL
Pipet volume 25 mL dan 50 mL
Gelas ukur 100 mL
Corong
Pemanas
Pereaksi :
1. Asam Sulfat (H2SO4) pekat
2. Larutan H2SO4 0,25 N
3. Larutan NaOH 0,25 N
4. Larutan NaOH 40 %
5. Indikator campuran 1:1 (0,1% metylen red + 0,1% metylen blue)
117
Larutkan 0,1 gram metylen red dalam 100 mL alkohol 95%. Kedalam larutan tersebut
tambahkan 0,1 gram metylen blue dan larutkan, kemudian encerkan hingga volume menjadi
200 mL dengan alkohol 95%.
6. Indikator phenolptalein
Prosedur Kerja :
1. Timbang teliti 5 gram contoh dan masukkan kedalam labu kjeldahl
2. Tambahkan 25 mL H2SO4 pekat
3. Destruksi dengan pemanasan pelan-pelan dan teruskan pemanasan sampai timbul asap putih
selama 20 menit atau sampai larutan berwarna jernih
4. Setelah dingin, encerkan dengan air suling secara hati-hati dan pindahkan ektrak secara
kuantitatif ke dalam labu ukur 500 mL lalu tepatkan dengan air suling sampai tanda tera dan
kocok hingga homogen (larutan A)
5. Siapkan alat destilasi dan larutan penampung 50 mL H2SO4 0,25 N dalam erlenmeyer yang
mengandung beberapa tetes indikator campuran, ujung pendingin harus tercelup dalam larutan
penampung
6. Pipet 25 mL larutan A masukkan ke dalam labu destilasi, tambahkan air suling hingga volume
menjadi 300 mL, tambahkan indikator PP
7. Tambahkan larutan NaOH 40% sampai larutan berwarna merah. Penambahan larutan NaOH
harus dilakukan dengan cepat
8. Lakukan destilasi sampai semua nitrogen terdestilasi (kurang lebih 100 mL destilat)
9. Keluarkan erlenmenyer dan bilas ujung pendingin dengan air suling
10. Titrasi dengan NaOH 0,25 N standar sampai titik akhir titrasi dicapai
11. Lakukan penetapan blanko.
Perhitungan :
(𝑉1 −𝑉2 ) 𝑥 𝑁 𝑥 14,008 𝑥 𝑓
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 % = 𝑥 100%
𝑊 𝑥 1000
Keterangan :
V1 = volume NaOH 0.25 N yang dipakai pada titrasi blanko (mL)
V2 = volume NaOH 0.25 N yang dipakai pada titrasi contoh (mL)
N = normalitas NaOH 0,25 N yang dipakai sebagai titran (grol)
W = bobot contoh(gram)
f = faktor pengenceran (mL)
14,008 = Mrnitrogen (gr/grol)
(SNI 2801:2010)
118
Bahan kimia :
1. Larutan HCl 0,02 N
2. Indikator campuran, Methyl Red dan Methylen Blue : Campur 100 mL larutan Ethyl
Alkohol, yang mengandung 0.2 gr Methyl Red dan 100 mL larutan Ethyl Alkohol yang
mengandung 0,1 gr Methylen Blue.
Prosedur kerja :
1. Timbang 10 gr sampel urea dan tambahkan 25 mL air lalu larutkan hingga homogen.
2. Menambahkan 3 – 4 tetes indikator Methyl Red dan Methylen Blue dengan perbandingan
1:1
3. Setelah pelarutan sempurna, titrasi larutan dengan larutan HCl 0,02N, titik akhir titrasi dari
hijau ke biru
Perhitungan :
𝑉×𝑁×17×100 %
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 (%) 𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙×1000
Perhitungan :
- Periksa jumlah bobot total masing-masing setiap ayakan harus sama dengan bobot +-
5% (gram), jika tidak sama pengujian harus diulang
𝑊1
- Ukuran butiran (%) = x 100
𝑊
𝑊2
- Ukuran gelintiran (%) = x 100
𝑊
Dengan :
W1 adalah bobot contoh lolos ayakan 3,35 mm, tidak lolos ayakan 1,00 mm
W2 adalah bobot contoh lolos ayakan 4,75 mm, tidak lolos ayakan 2,00 mm
W adalah bobot contph yang diayak/diuji
(SNI 2801:2010)
Tabel 36.Hasil Analisa Urea Produk Dibandingkan dengan Standar Mutu Pupuk Urea Prill
(Laboratorium PT Pupuk Kujang, 2020)
Analisa (satuan) Nilai SNI 2801:2010
Total Nitrogen (%) 46,46 Min. 46,0
H2O (%) 0,04 Maks. 0,5
Biuret (%) 0,41 Maks. 1,2
Besi (ppm) 0,98 < 150
Free NH3 (ppm) 111 Maks. 200
Ukuran Produk
- 6 Mesh (%) 0,27 Maks. 1,0
- 18 Mesh (%) 98,61 Min. 95
- 25 Mesh (%) 0,5 Maks. 1,0
BAB VIII
8.1. Kesimpulan
121
122
bahan baku, bahan setengah jadi dan bahan jadi agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
spesifikasi standart yang diinginkan.
8.2. Saran
Dari pengamatan setelah melaksanakan praktek kerja, kami dapat memberikan saran yang
mungkin bermanfaat untuk perlunya memperketat penggunaan bahan baku mengingat bahan
baku tersebut merupakan bahan baku yang berasal dari bahan–bahan yang tidak dapat di
perbaharui dan jumlahnya terbatas, walaupun proses Mitsui Toatsu Total Recycle C Improved
melakukan recycle terhadap semua hasil samping, tetapi masih terdapat butiran urea yang lolos
dari prilling tower dan beterbangan di sekitar pabrik. Untuk itu di perhatikan penanganan
terhadap debu-debu urea ini agar tidak menimbulkan polusi udara.
Peningkatan dalam pemeliharaan alat–alat pabrik yang sudah tua dengan mengganti
peralatan yang lebih baru atau memodifikasi ulang, karena peralatan yang tidak berfungsi
dengan baik akan mengakibatkan produk yang di hasilkan tidak optimum juga dapat
mengakibatkan kecelakaan akibat alarm yang tidak berfungsi.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel C Harris, 2010. Quantitative Chemical Analysis 8th Edition. Houndmills. Basingstokes.
England.
Departemen Pemberdayaan SDM dan Umum PT Pupuk Kujang.2017. "Organisasi Perusahaan dan
Data Karyawan": Cikampek.
Hougen and Watson, 1954, “Chemical Process Principles”, 2th edition, Part I, John Willey and Sons
Inc, New York.
Khumar,Bhaskar,et all. 2007. Manufacture of Urea.A Thesis Submitted in Partial Fulfillment of
Requirement for Degree : Singapore.
Laboratorium Unit Urea IA PT Pupuk Kujang. 2020. "Hasil Analisa Unit Urea 1A": Cikampek.
Perry, R.H.,2008, "Chemical Engineering Hand Book", 8th edition, International Student, Mc. Graw
Hill, Kogakusha.
Rekayasa Proses PT Pupuk Kujang “Spesifikasi Alat Plan Urea 1A": Cikampek.
Search, W.J. and R.B. Reznik. 1977. "Urea Maufacture". Mosanto Research Corporation: Ohio.
Vogel,1989. “Textbook of Quantitative Chemical Analysys” Fifth Edition, John Willey and Sons
Inc, New York.
123
LAMPIRAN 1
PERHITUNGAN NERACA MASSA
Dalam 1 jam operasi total gas CO2 yang masuk reaktor sintesa adalah 8.472,023 Nm3.
Konversi gas CO2 yang masuk reaktor dalam satuan kg adalah
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 44 𝑘𝑔
𝐶𝑂2= 8.472,023 Nm3 x 22,4 𝑁𝑚3 x 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 = 16641,474 kg
124
125
Dalam 1 jam operasi total gas NH3 yang masuk reactor sintesa adalah 29,928 ton.
Konversi larutan NH3 yang masuk reactor dalam satuan kg adalah :
NH3 = 29,928 ton x 1000 kg/ton = 29928 kg
1.1.3 Data komposisi bahan baku NH2COONH4 recycle masuk reaktor sintesa
Tanggal Banyak jam Banyaknya NH2COONH4 (m3)
Kamis, 9 Januari 2020 24 Jam 709
Jumat, 10 Januari 2020 24 Jam 715
Sabtu, 11 Januari 2020 24 Jam 713
Minggu, 12 Januari 2020 24 Jam 722
Senin, 13 Januari 2020 24 Jam 724
Selasa, 14 Januari 2020 24 Jam 710
Rabu, 15 Januari 2020 24 Jam 718
Total 168 jam 5.011
Dalam satu minggu (168 jam operasi) total NH2COONH4 yang disuplay kedalam reaktor
adalah 5.011 m3. Dalam basis operasi 1 jam banyaknya NH2COONH4 dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 NH2COONH4 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑛𝑡𝑒𝑠𝑎
NH2COONH4=𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑎𝑚 NH2COONH4 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑛𝑡𝑒𝑠𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
126
5.011 𝑚3 𝑚3
NH2COONH4= = 29,827
168 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
Dalam 1 jam operasi total NH2COONH4 yang masuk reaktor adalah 29,827 m3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 NH2COONH4 MBS no 7
𝜌= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐷𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 𝑀𝐵𝑆 𝑛𝑜 7
81.890 𝑘𝑔
𝜌= 71,21 𝑚3 = 1.149,978 𝑘𝑔/𝑚3
HPD(DA-101)
4 Urea = ........
NH3 = .…...
CO2 = .........
H2O = .........
Biuret = .........
REAKTOR
DC-101
HPAC (EA-401)
Urea = 3430,042 kg
1 3
CO2 = 16641,474 kg NH3 = 12588,255 kg
CO2 = 11.524,942 kg
H2O = 6.585,681 kg
2
Biuret = 171,502 kg
NH3 = 78.654 kg
4 6 HPAC (EA-401)
NH3 = .......?
CO2 = .......?
H2O = .......?
Reaktor(DC-101)
Urea = 31064,953 kg
NH3 = 26886,237 kg
CO2 = 7952,174 kg
H2O = 14855,143 kg HPD
Biuret = 111,388 kg DA-201
LPD (DA-202)
Urea = .......?
NH3 = ........?
CO2 =.........?
5 H2O = ........?
Biuret = ......?
Flashing Section
Perhitungan output yang keluar pada seksi flashing menuju HPAC (EA-401)
1. Flashing NH3
NH3 = NH3 output HPD (MBS no.11)/ NH3 total output (MBS no 11 + 9 ) x NH3 Input
HPD
= 76954 kg/(76954+83944)kg x 26886,237 kg = 12859,100 kg
2. Flashing CO2
CO2 = CO2 output HPD(MBS no.11)/CO2 total output HPD(MBS no.11+no.9) x CO2 Input
HPD
= 22722 kg/(22722 + 23855) kg x 7952,174 kg = 3879,367 kg
131
3. Flashing H2O
H2O = H2O output HPD (MBS no.11)/H2O total output HPD(MBS no.11+no.9) x H2O
Input HPD
= 5441kg/(5441+ 37860) x 14855,143 kg = 1866,627 kg
Stripping Section
Sisa NH3 = NH3 input – NH3 hasil flashing
= 26886,237 kg – 12859,100 kg = 14.027,137 kg
= 14.027,137 kg / 17 kg/kmol = 825,126 kmol
Sisa CO2 = CO2 input – CO2 hasil flashing
= 7952,174 kg –3879,367 kg = 4072,807 kg
= 4072,807 kg / 44 kg/kmol = 92,564 kmol
Sisa H2O = H2O input – H2O flashing
= 14855,143 kg – 1866,627 kg = 12988,516 kg
= 12988,516 kg / 18 kg/kmol = 721,584 kmol
CO2 yg bereaksi = konversi CO2 x CO2 sisa
= 0,718 x 92,564 kmol = 66,430 kmol
Proses Dekomposisi Ammonium karbamat menjadi urea
2NH3 (l) + CO2 (g) NH2COONH4 (l)
Mula-mula (kmol) 825,126 92,564 -
Bereaksi (kmol) 132,861 66,430 66,430
Sisa(kmol) 692,265 26,133 66,430
NH2COONH4 (l) NH2CONH2 (l) + H2O
Mula-mula (kmol) 66,430 - -
Bereaksi (kmol) 66,430 66,430 66,430
Sisa (kmol) - 66,430 66,430
1. Urea yang dihasilkan = 66,430 kmol x 60 kg/kmol = 3985,825 kg
2. H2O yang dihasilkan = 66,430 kmol x 18 kg/kmol = 1195,747 kg
3. Sisa NH3 = 692,265 kmol x 17 kg/kmol = 11768,503 kg
4. Sisa CO2 = 26,133 kmol x 44 kg/kmol = 1149,868 kg
5 9 LPA(EA-402)
NH3 =
CO2=
HPD (DA-202) H2O =
Urea = 31264,302 kg
NH3 = 13877,953 kg CO2 Booster Comp.
CO2 = 3864,121 kg CO2 = 2372 kg
7
H2O = 13073,887 kg
Biuret = 184,538 kg LPD GS (DA-203)
DA-202 Urea =
NH3 =
OGA (DA-402) CO2 =
NH3 = 557 kg 10 H2O =
CO2= 523 kg Biuret =
H2O = 3591
Komposisi kg masuk LPD
umpan 8
134
Flashing Section
1. Flashing NH3
NH3 = (NH3 gas (MBS no.13) / NH3 total (MBS no.13 + no.10)) x NH3 input
= (7.564 kg/(7.564 kg+7.662 kg)) x 14434,953 kg = 7171,022 kg
2. Flashing CO2
CO2 = (CO2 gas (MBS no.13)/CO2 total (MBS no.13 + no.10)) x CO2 input
= (4506 kg / (4506 kg + 1977 kg)) x 6759,121 kg = 4697,917 kg
3. Flashing H2O
H2O = (H2O gas (MBS no.13)/(H2O total (MBS no.13 + no.10)) x H2O input
= (3.572 kg / (3.572 kg + 32.074 kg)) x 16664,887 kg = 1669,948 kg
Sisa komponen = jumlah input – flashing section
1. Sisa NH3 = 14434,953 kg - 7171,022 kg = 7263,931 kg
Kmol NH3 = 7263,931 kg /17kg/kmol = 427,290 kmol
2. Sisa CO2 = 6759,121 kg - 4697,917 kg = 2061,203 kg
Kmol = 2061,203 kg /44kg/kmol = 46,846 kmol
3. Sisa H2O = 16664,887 kg - 1669,9 kg = 14994,939 kg
135
Kmol = 14994,939 kg /18 kg/kmol = 833,052 kmol
Stripping Section
CO2 yg bereaksi = konversi CO2 x CO2 sisa
= 0,718 x 46,846 kmol = 33,620 kmol
2NH3 (l) + CO2 (g) NH2COONH4 (l)
Mula-mula(kmol) 427,290 46,846 -
Bereaksi (kmol) 67,239 33,620 33,620
Sisa (Kmol) 360,051 13,226 33,620
To GS Urea 29.721,832
NH3 8.099,195
CO2 3.125,395
H2O 14.559,588
Biuret 262,903
LPD (DA-202)
Urea = 29.721,832 kg 8
OGA (DA-402)
NH3 = 8.099,195 kg 12
NH3 =
CO2 = 3.125,395 kg CO2=
H2O = 14.559,588 kg H2O =
Biuret = 262,903 kg
13 GS 11
DA - 203 Crystallizer (FA-201)
OGA (DA-402)
Urea =
NH3 =
NH3 =
CO2=
CO2 =
H2O =
H2O =
Biuret =
138
(1049 216) kg
x 8.099,195 kg 9766,903 kg
1049 kg
(31886 136) kg
x 14.559,588 kg 14621,688 kg
31886 kg
= 29.626,206 kg
2) NH3 = NH3 input + NH3 hasil reaksi
9766,903 kg ( 4,411 36,545) kg
= 9.807,859 kg
3) CO2 = CO2 input + CO2 hasil reaksi
(3125,395 47,294) kg
= 3.172,689 kg
4) H2O = H2O input – H2O yang bereaksi
(14621,688 19,348) kg
= 14.602,340 kg
5) Biuret = Biuret input + Biuret hasil reaksi
= (262,903 + 26,723) kg
= 289,626 kg
Aliran 13, Input dari Off Gas Absorber
a) NH3 = NH3 total input – NH3 dari LPD
= ( 9766,903 –8.099,195) kg = 1667,708 kg
b) H2O = H2O total input – H2O dari LPD
= ( 14621,688 –14.559,588) = 62,099 kg
Output ke Off Gas Absorber
a) NH3 aliran 12 = NH3 aliran (13 + 10 + 25 + 23)
NH3 aliran 23
NH
3 aliran 23 (MBS no.46)
= x NH 3 aliran (1013) perhitunga n
NH
3 aliran (1013) (MBS no.44 no.45)
7 kg
= x (557 1667,708) kg 20,146 kg
(557 216) kg
NH3 aliran 25
NH
3 aliran 25 (MBS no.40)
= x NH 3 aliran 9 perhitunga n
NH
3 aliran 9 (MBS no.13)
140
307 kg
= x 7.171,022 kg 291,050 kg
7564 kg
NH3 aliran 12
= (1667,708 + 557 + 20,146 + 291,050 ) kg
= 2535,905 kg
b) CO2 aliran 12 = CO2 aliran (10 + 25)
CO
2 aliran 25 (MBS no.40)
CO2 aliran 25 = x CO2 aliran 9 perhitunga n
CO
2 aliran 9 (MBS no.13)
288 kg
x 4.697,917 kg = 300,266 kg
4506 kg
7 kg
x (3.591 62,099 ) kg = 6,861 kg
(3591 136) kg
H2O aliran 25
H2 Oaliran 25 (MBS no.40)
= x H2 Oaliran 9 perhitunga n
H2 Oaliran 9 (MBS no.13)
1984 kg
x 1.669,948 kg = 927,541 kg
3572 kg
H2O aliran 24
H2 Oaliran 24 (MBS no.43)
= x H2 O total output
H2 O total output (MBS no.44+no.45+no.46+no.40)
1358 kg
x (3.591 + 62,099 + 6,861 + 927,541) kg
(3591 136 7 1984) kg
= 1089,512 kg
H2O aliran 12
= (3.591 + 62,099 + 6,861 + 927,541) kg – 1.089,512 kg
= 3497,990 kg
141
Aliran 11, Output ke Crystallizer
a) Urea = 29.626,206 kg
b) NH3 = NH3 total output – NH3 aliran 12
= (9.807,859 – 2535,905) kg
= 7271,954 kg
c) CO2 = CO2 total output – CO2 aliran 12
= (3.172,689 – 823,266) kg
= 2349,422 kg
d) H2O = H2O total output – H2O aliran 12
= (14.602,340 – 3497,990) kg
= 11.104,350 kg
e) Biuret = 289,626 kg
Neraca massa pada Gas Separator (DA – 203)
Input (kg) Output (kg)
Komponen LPD OGA OGA Crystalizer
(aliran 8) (aliran 13) (aliran 12) (aliran 11)
Urea - -
29721,832 29626,206
NH3 1667,708 2535,905
8099,195 7271,954
CO2 - 823,266
3125,395 2349,422
H2O 62,099 3497,990
14559,588 11104,350
Biuret - -
262,903 289,626
Jumlah 1729,808 6857,161
55768,913 50641,559
Total 57498,720
57498,720
142
1.4 Perhitungan Neraca Massa pada Seksi Recovery
1.4.1 Off Gas Absorber (DA – 402)
LPD (DA-202)
NH3 = 557 kg
GS (DA-203) CO2 = 523 kg
CO2 = 2.535,905 kg H2O = 3591 kg GS (DA-203)
NH3 = 823,266 kg NH3 = 1667,708 kg
H2O = 3.497,990 kg 10 H2O = 62,099 kg
13
12
23 to Atm :
OGA NH3 = 20,146 kg
(DA-402) H2O = 6,861 kg
24
Steam Condensat 25
H2O = 1.089,512 kg
LPA (EA-402)
NH3 = 291,050 kg
CO2= 300,266 kg
H2O =927,541 kg
Neraca massa pada Off Gas Absorber (DA – 402)
Input (kg) Output (kg)
MLT (FA-203)
Urea =
CO2 =
NH3 =
H2O = 27
Biuret =
LPD (EA-402) 2
9 29
NH3 = 7.171,022 kg
3
CO2= 4.697,917 kg
H2O = 1.669,948 kg 4 LPA
(EA-402
26 5 HPA (DA-401)
Steam Condensate
H2O = ? Urea =
6 CO2 =
NH3 =
25 7
H2O =
Biuret =
OGA (DA-402)
NH3 = 291,050 kg
CO2= 300,266 kg
H2O = 927,541 kg
a. Komposisi input
1) Total Urea = Urea recycle masuk reactor = 3430,042 kg
2) Total NH3 = NH3 aliran (9 + 27 + 25)
NH3 aliran 27
NH
3 aliran 27 (MBS no.26)
= x NH
NH 3 aliran (925) perhitunga n
3 aliran (925) (MBS no.13 no.40)
37 kg
= x (7.171,022 291,050) kg 35,078 kg
(7564 307) kg
Total NH3
= ( 7.171,022 291,050 + 35,078 ) kg = 7497,150 kg
3) Total CO2 = CO2 aliran 29
CO2 aliran 29 = CO2 aliran (9+27+25)
CO2 aliran 27
CO
2 aliran 27 (MBS no.26)
= x CO
CO 2 aliran (925) perhitunga n
2 aliran 3 (MBS no.13 40)
144
20 kg
= x ( 4.697,917 300,266) kg = 20,852 kg
4506 288 kg
CO2 aliran 29
= ( 4.697,917 300,266 + 20,852) kg = 5019,035 kg
4) Total H2O = H2O aliran (9 + 27 + 25 + 26)
H2O aliran 27
H2 Oaliran 27 (MBS no.26)
= x H2 Oaliran (9+25) perhitunga n
H2 Oaliran (9+25) (MBS no.13 + no.40)
2766 kg
= x (1.669,948 927,541) kg = 1.293,135 kg
(3572 1984) kg
H2O aliran 26
H2 Oaliran 26 (MBS no.41)
= x H2 Oaliran (25279)
H2 Oaliran (25279) (MBS no.40 2613)
386 kg
= x( 1.669,948 927,541+1.293,135) kg
(1984 2766 3572) kg
= 180,459 kg
Total H2O = ( 1.669,948 927,541 +1.293,135+ 180,459) kg
= 4.071,083 kg
5) Total Biuret aliran 27 = biuret recycle masuk reaktor = 171,502 kg
Neraca massa pada Low Pressure Absorber
Input (kg) Output (kg)
Urea = 3430,042 kg
CO2 = 42516,255 kg
NH3 = 28166,415 kg
H2O = 6585,681 kg
Biuret = 171,502 kg
Urea = 3430,042 kg
CO2 = 5019,035 kg
NH3 = 7497,150 kg CO2 = 12859,100 kg
H2O = 4071,083 kg NH3 = 3879,367 kg
Biuret = 171,502kg H2O = 1866,627 kg
Komposisi output
NH
3 aliran 32 (MBS no.33)
a) NH3 aliran 32 = x NH 3 aliran 3 perhitunga n
NH
3 aliran 3 (MBS no.7)
81348 kg
= x 28166,415 kg = 34076,382 kg
30051 kg
b) Aliran 31
NH
3 aliran 31 (MBS no.8)
NH3 to Atm = x NH3 aliran 3 perhitunga n
NH
3 aliran 3 (MBS no.7)
7 kg
= x 28166,415 k g = 2,932 kg
30051 kg
c) Aliran 31,
CO
2 aliran 31 (MBS no.8)
CO2 to Atm = x CO2 aliran 3 perhitunga n
CO
2 aliran 3 (MBS no.7)
7 kg
= x 42516,255 kg = 2,931 kg
27529 kg
146
Komposisi input
a) NH3 aliran 33
NH
3 aliran 33 (MBS no.37)
= x NH
NH 3 aliran (629) perhitunga n
3 aliran (629) (MBS no.11no.39)
3357 kg
= x (33.372,06 1 7497,150 ) kg
(76954 7908) kg
= 805,260 Kg
b) H2O aliran 33 = H2O aliran 3 – H2O aliran (6 + 28 + 29)
= ((6585,681– (1866,627+ 446,535 + 4071,083 ))
= 446,535 kg
c) H2O aliran 28
H2 Oaliran 28 (MBS no.48)
= x H2 Oaliran (629) perhitunga n
H2 Oaliran (629) (MBS no.11no.39)
480 kg
= x (7497,150 4071,083) kg
(5441 8708) kg
= 446,535 kg
148
149
GS (DA -203)
Urea = 29.626,206 kg
NH3 = 7271,954 kg
CO2 = 2349,422 kg
H2O = 11.104,350 kg
Biuret = 289,626 kg
474 kg
= x 29.626,206 kg = 175,685 kg
79932 kg
H2 O
aliran 20 (MBS no.25)
H2O aliran 20 = x H2 O
H2 O aliran 11 perhitunga n
aliran 11 (MBS no.17)
1896 kg
= x 11.104,350 kg = 762,544 kg
27610 kg
151 kg
= x ( 29801,891 3430,042) kg
(151 72040) kg
= 55,161 kg
NH3 aliran 15
= NH3 aliran 11 – NH3 aliran 27
= 7271,954 kg – 35,078 kg
= 7236,877 kg
CO2 aliran 15
= CO2 aliran 11 – CO2 aliran 27
= 2349,422 kg – 20,852 kg
= 2328,571 kg
H2O aliran 15
H2 O
aliran 15 (MBS no.20)
= x H2 O
H2 O (total output aliran 27)
aliran (1514) (MBS no.20 no.24)
24943 kg
= x (11866,894 - 1293,135) kg
(24943 1797) kg
= 9863,174 kg
b) Menuju Fluidizing Dryer
Urea aliran 14 = Urea output – Urea aliran 27 – Urea aliran 15
= ( 29801,891 3430,042 – 55,161) kg
151
= 26316,688 kg
H2O aliran 14 = H2O output – H2O aliran 27 – H2O aliran 15
= ( 11866,894 - 1293,135 – 9863,174) kg
= 710,585 kg
Biuret aliran 14 = Biuret output – Biuret aliran 27
= (289,626 – 171,502) kg
= 118,124 kg
2) Komposisi input dari Mother Liquor Tank (MLT)
Urea
aliran 17 (MBS no.19)
a) Urea aliran 17 = x Urea
Urea aliran 11 perhitunga n
aliran 11 (MBS no.17)
117825 kg
= x 29626,206 kg = 73241,207 kg
79932 kg
484 kg
= x 7271,954 kg = 13155,167 kg
288 kg
384 kg
= x 2349,422 kg = 5103,047 kg
186 kg
H2 O
aliran 17 (MBS no.19)
d) H2O aliran 17 = x H2 O
H2 O aliran 11 perhitunga n
aliran 11 (MBS no.17)
39580 kg
= x 11104,350 kg = 16991,143kg
27610 kg
Biuret
aliran 17 (MBS no.19)
e) Biuret aliran 17 = x Biuret
Biuret aliran 11 perhitunga n
aliran 11 (MBS no.17)
5648 kg
= x 289,626 kg = 3740,701 kg
474 kg
152
Fluidizing Dryer 19
FF - 301
Dust Chamber :
Urea = ……………?
18 H2O = ……………?
Prilling Tower
(TA - 301) :
Urea = ……………?
H2O = ……………?
Biuret = ……………?
71897 kg
= x 26316,688kg = 52,032kg
72040 kg
154
129 kg
= x 710,585 kg = 0,047 kg
1797 kg
Fluidizing Dryer
Fluidizing Dryer (FF-301)
(FF - 301) :
Urea= 26264,449 kg
Urea = 74.233,77 kg
H20= 51,010 kg
H2O = 142,97 kg
18 Biuret= 118,124 kg
Biuret = 344,69 kg
Prilling Tower 21
TA - 301
Dust Chamber :
Urea = ……………?
NH3 = ……………?
22
Produk utama :
Urea = ……………?
H2O = ……………?
Biuret = ……………?
= 52,031 kg
H2O aliran 21= (MBS no. 49/H2O MBS no.49+no.24) x H2O input
1.668
= 1.668+1797 𝑥 51,010 kg
= 24,555 kg
2. Komposisi Produk Utama
a) Urea output = Urea input – Urea yang ke Dust Chamber
= 26264,449 kg – 52,031kg
= 26.212,418 kg
b) H2O output = H2O input – H2O ke Dust Chamber
= 51,010 kg – 24,555 kg
= 26,455 kg
c) Biuret output = Biuret input
= 118,124 kg
156
OGA
FD
LPD NH3= 2535,905 kg
NH3= 29928 kg LPA CO2= 823,266 kg
Urea= 31264,302 kg NH3= 7.171,022 kg
CO2 = 16641,474 kg OGA H2O= 3497,990 kg MLT
NH3= 13877,953 kg PRILLING
CO2 BOSST. COMP. CO2= 4.697,917 kg Urea= 76495,564 kg
CO2= 3864,121 kg NH3= 557 kg Urea= 26.212,418 kg
H2O= 1.669,948 kg H2O= 17521,734 kg
H2O= 13073,887 kg CO2 = 2372 kg CO2= 523 kg
HPAC Biuret= 3912,203 kg H2O= 26,455 kg
Biuret= 184,538kg H2O= 3591 kg Biuret= 118,124 kg
urea= 3430,042 kg MLT
NH3 = 12588,255 kg CYCLONE
Urea= 52,031 kg
CO2 = 11.524,942 kg H2O=24,555 kg
H2O = 6.585,681 kg
HPA
Biuret NH3= 805,260 kg
= H2O= 446,535kg
SC
171,502 kg H2O=201,435 kg
ATM Prilling
NH3= 20,146 kg
H2O= 6,861 kg Tower
NH3
NH3
Recovery HPA
Recevoir HPAC OGA
Absorber LPA
SC
H2O= 1.089,512 kg
LPA DISTRIBUTOR
NH3= 291,050kg Urea= 26264,449 kg
To HPA system CO2= 300,266 kg H2O= 51,010 kg
NH3= 25506,059kg H2O= 927,541 kg Biuret= 118,124 kg
HPA SC
To HPAC system
NH3= 7497,150 kg H2O= 180,459 kg
Urea= 3144,691kg
NH3= 11541,017 kg
CO2= 5019,035 kg Distributor
H2O= 4071,083kg
CO2= 10566,163 kg
H2O= 6037,807 kg
Biuret= 157,235 kg
157
LAMPIRAN II
Berikut adalah temperature fluida pada setiap alat diambil dai Log Sheet Plant Urea 1A
PT.Pupuk Kujang Cikampek .
158
159
730 – 1500
b. Gas 5,92 8,963.103 T 1,764.106 T 2
1500
Cp = ∫300 (0,4468 + 1,3949. 10−3 𝑇) 𝑑𝑇
1500
= ∫300 (0,4468 + 1,3949. 10−3 𝑇) 𝑇
𝑘𝑎𝑙 𝑘𝑘𝑎𝑙
= ( 3.805,2 − 259,44 ) = 3.545,76 𝑘𝑔 𝐾 = 3, 54 𝑘𝑔 𝐾
730
= ∫300 ( 22,622 − 100,75 . 10−3 𝑇 + 192,71 . 10 −6 𝑇 2 )𝑇
𝑘𝑎𝑙 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 37.791,85 − 2.922,27 ) = 34.869,58 𝑘𝑔 𝐾
= 34,869 𝑘𝑔 𝐾
1500
= ∫730 ( 5,92 + 8,963. 10−3 𝑇 − 1,764 . 10 −6 𝑇 2 )𝑇
𝑘𝑎𝑙
= (8.880 + 20.166,75 − 5.953,5) − ( 4.321,6 + 4.776,3 − 686,20 ) = 14.681,55
𝑘𝑔 𝐾
𝑘𝑘𝑎𝑙
= 14,68
𝑘𝑔 𝐾
4. Cp dari CO2
1500
Cp = ∫300 6,339 + 10,14. 10−3 − 3,415. 10 −6 𝑇 2 𝑑𝑇
1500
= ∫300 ( 6,339 + 10,14. 10−3 𝑇 − 3,415. 10 −6 𝑇 2 ) 𝑇
𝑘𝑎𝑙 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 18.960,91 𝑘𝑔 𝐾 = 18,96 𝑘𝑔 𝐾
373
= ∫298 ( 8,712 + 1,25 . 10−3 𝑇 − 0,18 . 10−6 𝑇 2 ) 𝑇
= (8,712 ( 373) + 1,25 . 10−3 ( 373)2 − (0,18. 10−6 )(373)3 ) − 8,712 ( 298 ) + 1,25. 10−3 (298)2 −
𝑘𝑎𝑙 𝑘𝑘𝑎𝑙
= ( 3.414,07 − 2.702,245 ) = 711,83 𝑘𝑔 𝐾
= 0,7118 𝑘𝑔 𝐾
1500
= ∫373 (7,136 + 2,64. 10−3 𝑇 − 0,0459 . 10−6 𝑇 2 )𝑇
= ( 7,136 (1500) + 2,64. 10−3 (1500)2 − 0,0459 . 10−6 (1500)3 ) − ( 7,136 (373) +
𝑘𝑎𝑙
= (10.704 + 5.940 − 154,91 )– ( 2.661,7 + 367,30 − 2,54 ) = 13.457,63 𝑘𝑔 𝐾
=
𝑘𝑘𝑎𝑙
113,45 𝑘𝑔 𝐾
7. Cp dari Biuret
680
Cp = ∫300 0,4468 + 1,3949 . 10−3 𝑇 𝑑𝑇
680
= ∫300 ( 0,4468 + 1,3949. 10−3 𝑇 )𝑇
= 0,4468 𝑇 + 1,3949 . 10 −3 𝑇 2
𝑘𝑎𝑙 𝑘𝑘𝑎𝑙
= ( 303,82 + 645,00 ) − ( 134,04 + 125,54 ) = 689,24 𝑘𝑔 𝐾
= 0,68 𝑘𝑔 𝐾
162
HPD ( DA-101)
REAKTOR
DC-101
1. CO2 = 128 oC
2. NH3 = 82 oC
3. NH2COONH4 = 92 oC
(Perry,1984)
164
a) Reaksi
2NH3 (l) + CO2 (g) NH4COONH2 (l)
b) Reaksi
NH4COONH2 (l) NH2CONH2 (l) + H2O (l)
= 23.939,515 kkal
c) Reaksi
2NH3 (l) + CO2 (g) NH4COONH2 (l) ∆ H 25 = -12481,105 kkal
NH4COONH2 (l) NH2CONH2 (l) + H2O (l) ∆ H 25 = 23939,515 kkal
2NH3 (l) + CO2 (g) NH2CONH2 (l) + H2O (l) ∆ H 25 = -36420,620 kkal
165
Amonia HPAC
Komponen CO2 Jumlah
Reservoir
(kkal) (kkal)
Bosteer Comp. (kkal)
(Kkal)
Urea - -
3591359,383 3591359,383
NH3 - 26651213,210
87855832,349 114507045,557
CO2 12822970,530 -
58147194,029 70970164,559
H2O - -
3908504,845 3908504,845
Biuret - -
6740,286 6740,286
Jumlah 12822970,530 26651213,210
153509630,892 192983814,630
= (192.983.814,630–84.286.037,432) kkal
= 108697777,197 kkal
Urea
3591359,383 3758983,573
NH3
114507045,557 47073499,189
CO2
70970164,559 10978461,290
H2O
3908504,845 22461614,987
Biuret
6740,286 13478,394
Panas Reaksi - -36420,620
Karena terjadi perubahan fase maka digunakan λ pada perhitungan panasnya dengan
rumus n x λ sehingga nilainya menjadi :
T
n Cp. dT n x
298
167
(Watson, 1954)
6
HPAC (EA-401)
..............?
HPD
Reaktor (DC-101) 4 WHB
DA-201
84286037,432 kkal ..............?
LPD (DA-202)
..............?
5
Urea 3758983,573
NH3 47073499,189
CO2 10978461,290
9H2O 22461614,987
Biuret 13478,394
Jumlah 84286037,432
o
1. Q dari Urea pada T = 165 C , Mula-Mula T = 25 oC
Q= m x cp x ∆ T
168
o
4. Q dari H2O cair pada T = 165 C , Mula-Mula T = 25 oC
Q= m x cp x ∆ T
Q H2O = 13073,887 kg x 8,913 kkal /kg oC x (165 -25) oC
= 16313857,676 kkal
o
5. Q dari biuret cair pada T = 165 C , Mula-Mula T = 25 oC
Q= m x cp x ∆ T
Q biuret = 184,538 kg x 0,677 kkal /kg oC x (165 -25) oC
= 17490,512 kkal
n x (Cal
kkal) = 756,418 kmol x 5,581 cal/mol = 4221,567 kkal
n x (Cal
kkal) = 88,167 kmol x 6,03 cal/mol = 531,650 kkal
169
n x (Cal )
kkal = 103,702 kmol x 9,729 cal/mol = 1008,912 kkal
Q= m x cp x ∆ T Jumlah
(kkal)
Komponen (kkal) (kkal)
NH3
11155320,686 4221,567 11159542,253
CO2
3624647,763 531,650 3625179,412
H2O
1726704,640 1008,912 1727713,552
Jumlah 16506673,089 5762,128 16512435,218
= (45.434.408,181+16.512.435,218) kkal
= 61.946.843,399 kkal
= ∆H input - ∆H output
Urea
3758983,573 2963230,544
NH3
47073499,189 33015375,315
CO2
10978461,290 7909175,800
H2O
22461614,987 18041571,228
Biuret
13478,394 17490,512
Panas yang dilepas ke WHB - 22339194,034
9 LPA(EA-402)
5
HPD (DA-202) .............?
10 DA-202 WHB
OGA (DA-402)
..............?
...............? GS (DA-203)
8
...............?
a. Perhitungan panas pada aliran bahan masuk
Panas dari High Pressure Decomposer pada T = 161,417 OC
Urea
2.963.230,544
NH3
21.855.833,062
CO2
4.283.996,388
H2O
16.313.857,676
Biuret
17.490,512
Jumlah
45.434.408,181
Urea
2963230,544 - - 2963230,544
NH3
21855833,062 61626,636 - 21917459,698
CO2
4283996,388 22129,604 207187,084 4513313,076
H2O
16313857,676 73777,539 - 16387635,215
Biuret
17490,512 - - 17490,512
Jumlah
45.434.408,181 157.533,779 207.187,084 45.799.129,044
n x (Cal
kkal) = 423,744 kmol x 5,581 cal/mol = 2364,915 kkal
o
2. Q dari CO2 gas pada T = 117 C , Mula-Mula T = 25 oC
Q= m x cp x ∆ T
172
n x (Cal
kkal) = 106,943 kmol x 6,03 cal/mol = 644,864kkal
n x (Cal )
kkal = 93,0085 kmol x 9,729 cal/mol = 904,880 kkal
Q= m x cp x ∆ T Jumlah
(kkal)
Komponen (kkal) (kkal)
NH3
4602697,575 2364,915 4605062,490
CO2
3237686,084 644,864 3238330,948
H2O
1146540,334 904,880 1147445,213
Jumlah
8986923,993 3914,658 8990838,651
o
2. Q dari NH3 cair pada T = 115 C , Mula-Mula T = 25 oC
Q= m x cp x ∆ T
Q NH3 = 8136,808 kg x 13,588 kkal /kg oC x (115 -25) oC
= 9.950.665,239 kkal
o
5. Q dari biuret cair pada T = 115 C , Mula-Mula T = 25 oC
Q= m x cp x ∆ T
Q biuret = 563,749 kg x 0,607 kkal /kg oC x (115 -25) oC
= 30.797,608 kkal
= (8.990.838,651 + 25344091,885)kkal
= 34.334.930,536 kkal
= ΔH input – ΔH output
= 11.464.198,507 kkal
Urea
2963230,544 1629262,612
NH3
21917459,698 14555727,729
CO2
4513313,076 5342875,875
H2O
16387635,215 12776266,712
Biuret
17490,512 30797,608
Panas yang dilepas ke WHB
- 11464198,507
Jumlah
45799129,044 45799129,044
174
LPD (DA-202) 8
12 OGA (DA-402)
47.379.341,644 kkal
................?
WHB
GS
..............?
OGA (DA-402) 13 DA - 203
Crystallizer (FA-201)
..............? 11 ................?
Urea 1629262,612
NH3 9950665,239
CO2 2104544,927
H2O 11628821,499
Biuret 30797,608
Jumlah 25344091,885
n x (Cal
kkal) = 98,556 kmol x 5,581 cal/mol = 550,041 kkal
n x (Cal
kkal) = 3,458 kmol x 9,729 cal/mol = 33,646 kkal
175
Q= m x cp x ∆ T Jumlah
(kkal)
Komponen (kkal) (kkal)
NH3
115003,094 550,041 115553,135
H2O
4951,427 33,646 4985,073
Jumlah
119954,521 583,687 120538,209
Urea
1629262,612 - 1629262,612
NH3
9950665,239 115553,135 10066218,375
CO2
2104544,927 - 2104544,927
H2O
11628821,499 4985,073 11633806,572
Biuret
30797,608 - 30797,608
Jumlah
25344091,885 120538,209 25464630,094
n x (Cal
kkal) = 149,708 kmol x 5,581 cal/mol = 835,523 kkal
n x (Cal
kkal) = 18,722 kmol x 6,03 kcal/kmol = 112,891 kkal
n x (Cal
kkal) = 194,438 kmol x 9,729 cal/mol = 1.891,688 kkal
Q= m x cp x ∆ T Jumlah
(kkal)
Komponen (kkal) (kkal)
= 19.753.643,235 kkal
= ΔH input – ΔH output
= 5.710.986,858 kkal
Urea
1629262,612 1145257,138
NH3
10066218,375 8751932,872
CO2
2104544,927 1155719,341
H2O
11633806,572 8689539,906
Biuret
30797,608 11193,978
Panas yang dilepas ke WHB
- 5710986,858
Jumlah
25464630,094 25464630,094
178
MLT (FA-203) 27
....................?
LPD (EA-402) WHB
9
15.938.642,607 kkal LPA ..............?
Steam Condensate
26 (EA-402 29
...................?
OGA (DA-402) 25
................?
HPA (DA-401)
............?
a. Perhitungan panas pada aliran bahan masuk
Input dari LPD pada T = 117 OC
Q= m x cp x ∆ T Jumlah
(kkal)
Komponen (kkal) (kkal)
NH3
4602697,575 2364,915 4605062,490
CO2
3237686,084 644,864 3238330,948
H2O
1146540,334 904,880 1147445,213
Jumlah
8986923,993 3914,658 8990838,651
= 4.218.872,946 kkal
= ΔH input – ΔH output
= 5.459.517,837 kkal
182
Urea
63627,279 35081,441
NH3
4687898,162 2783854,207
CO2
3265521,854 682480,318
H2O
1658162,126 715702,906
Biuret
3181,362 1754,074
Panas yang dilepas ke WHB
- 5459517,837
Jumlah
9678390,782 9678390,782
LPD (DA-202)
312.419,324 kkal
GS (DA-203) 10 GS (DA-203)
OGA 23 to Atm :
(DA-402) .....?
WHB
24 ..............
?
25
Steam Condensat
LPA (EA-402)
................?
442.115,454 kkal
183
NH3
1412117,663 835,523 1412953,186
CO2
11183,797 112,891 11296,688
H2O
2102084,030 1891,688 2103975,718
Jumlah
3525385,490 2840,102 3528225,592
Dari steam Condensate pada T= 40 OC
Q= m x cp x ∆ T
Q H2O = 1.274,830 kg x 8,712 kkal /kg oC x (40-25) oC
= 166.594,784 kkal
Urea - - -
NH3 -
1412953,186 1412953,186
CO2 -
11296,688 11296,688
H2O
2103975,718 166594,784 2270570,503
Biuret
- - -
Jumlah
3528225,592 166594,784 3694820,377
n x (Cal
kkal )= 98,556 kmol x 5,581 cal/mol = 550,041 kkal
184
n x (Cal
kkal) = 3,458 kmol x 9,729 cal/mol = 33,646 kkal
Q= m x cp x ∆ T Jumlah
(kkal)
Komponen (kkal) (kkal)
NH3
115003,094 550,041 115553,135
H2O
4951,427 33,646 4985,073
Jumlah
119954,521 583,687 120538,209
= 89.572,262 kkal
n x (Cal
kkal) = 1,189 kmol x 5,581 cal/mol = 6,637 kkal
n x (Cal
kkal) = 0,381 kmol x 9,729 kcal/kmol = 3,708 kkal
Q= m x cp x ∆ T Jumlah
(kkal)
Komponen (kkal) (kkal)
NH3
1387,626 6,637 1394,263
H2O
545,731 3,708 549,439
Jumlah
1933,357 10,345 1943,702
= 738241,806 kkal
186
= ΔH input – ΔH output
= 2.956.578,571 kkal
NH3
1412953,186 296793,000
CO2
11296,688 60710,301
H2O
2270570,503 380738,505
Panas yang dilepas ke WHB -
2956578,571
Jumlah
3694820,377 3694820,377
WHB
187
n x (Cal
kkal) = 71,616 kmol x 5,581 cal/mol = 399,690 kkal
Q= m x cp x ∆ T
Q CO2 = 3.887,322 kg x 7,375 kkal /kg oC x (123-25) oC
= 2.809.561,976 kkal
n x (Cal
kkal) = 88,348 kmol x 6,03 cal/mol = 532,740 kkal
n x (Cal
kkal) = 104,045 kmol x 9,729 cal/mol = 1012,252 kkal
Q= m x cp x ∆ T Jumlah
(kkal)
Komponen (kkal) (kkal)
= 164.501,564 kkal
Ammonia Ammonia
HPD LPA Steam Condensate Jumlah
Recycle Rec.Absorber
(kkal) (kkal) (kkal) (kkal)
Komponen (kkal) (kkal)
Urea - - - -
35081,441 35081,441
NH3 - 7723049,060 164501,564
835110,976 2783854,207 11506515,807
CO2 - - -
2810094,715 681665,758 3491760,473
H2O 38667,329 - 48125,786
1370183,994 71605,626 1528582,734
Biuret - - - -
1754,074 1754,074
Jumlah
5015389,685 3573961,106 38667,329 7723049,060 212627,350 16563694,529
191
n x (Cal
kkal) = 0,173 kmol x 5,581 cal/mol = 0,965 kkal
n x (Cal
kkal) = 0,067 kmol x 6,03 cal/mol = 0,403 kkal
Q= m x cp x ∆ T Jumlah
(kkal)
Komponen (kkal) (kkal)
NH3
312,816 0,965 313,781
CO2
281,343 0,403 281,746
Jumlah
594,159 1,368 595,527
= 161.262.528,247 kkal
= ΔH input – ΔH output
= (1.653.694,529–161.262.528,247) kkal
= -44698833,719kkal
193
Urea
35081,441 403402,183
NH3
11506515,807 30271670,916
CO2
3491760,473 26263154,557
H2O
1528582,734 4316856,098
Biuret
1754,074 7444,495
Panas yang dilepas ke WHB
- -44698833,719
Jumlah
16563694,529 16563694,529
Urea
1145257,138 1712803,503 2858060,642
NH3
7338979,686 9474630,150 16813609,835
CO2
1144422,653 1544663,603 2689086,257
H2O
6585564,188 6445945,017 13031509,204
Biuret
11193,978 87463,083 98657,061
Jumlah
16225417,643 19265505,356 35490922,999
n x (Cal
kkal) = 0,923 kmol x 0,670 cal/mol = 0,618 kkal
n x (Cal
kkal) = 427,828 kmol x 5,581 cal/mol = 2387,708 kkal
Q= m x cp x ∆ T
Q CO2 = 2.337,383 kg x 7,315 kkal /kg oC x (68-25) oC
= 735.212,135 kkal
n x (Cal
kkal) = 53,122 kmol x 6,03 cal/mol = 320,328 kkal
n x (Cal )
kkal = 549,644 kmol x 9,729 kcal/kmol = 5347,483 kkal
Q= m x cp x ∆ T Jumlah
(kkal)
Komponen (kkal) (kkal)
Q= m x cp x ∆ T
Q biuret = 118,596 kg x 0,530 kkal /kg oC x (60 -25) oC
= 2.199,9558 kkal
= (5.950.615,183+711.276,512+16.164.187,473) kkal
= 22833079,167 kkal
= ΔH input – ΔH output
= 12657843,831 kkal
Urea
2858060,642 1914987,262
NH3
16813609,835 10056798,151
CO2
2689086,257 1983902,334
H2O
13031509,204 8802386,777
Biuret
98657,061 75004,643
Panas yang dilepas ke WHB
- 12657843,831
Jumlah
35490922,999 35490922,999
Q= m x cp x ∆ T
Q Urea = 76755,026 kg x 0,530 kkal /kg oC x (60-25) oC
= 1423805,732 kkal
Urea
1423805,732 965,194 1424770,926
NH3
8015017,833 _ 8015017,833
CO2
1248369,870 _ 1248369,870
H2O
5404189,350 14,453 5404203,803
Biuret
72804,688 _ 72804,688
Jumlah
16164187,473 979,647 16165167,119
= (19.185.098,500+490.730,922) kkal
= 19.675.829,422 kkal
202
= ΔH input – ΔH output
= () kkal
= -3.510.662,303 kkal
Urea
1424770,926 1770586,849
NH3
8015017,833 9448701,604
CO2
1248369,870 1543931,052
H2O
5404203,803 6824177,978
Biuret
72804,688 88431,938
Panas yang dilepas ke WHB
- 3510662,303
Jumlah
16165167,119 16165167,119
Jumlah
Komponen Centrifuge (kkal)
(kkal)
Urea
488174,562 488174,562
H2O
218511,993 218511,993
Biuret 2191,2002 2191,2002
Jumlah 708877,756 708877,756
= (207.394,942 +505.082,814)kkal
= 708877,756 Cal
= ΔH input – ΔH output
= 0,00 kkal
Urea
488174,562 488174,562
H2O
218511,993 218511,993
Biuret
2191,200 2191,200
Panas yang dilepas ke WHB
- 0,000
Jumlah
708877,756 708877,756
205
1 Seksi Sintesa
- Urea Sintesa Reaktor
192983814,630 84286037,432
2 Seksi Purifikasi
- High Pressure Decomposer
84286037,432 61946843,399
- Low Pressure Decomposer
45799129,044 34334930,536
- Gas Saparator
25464630,094 19753643,235
3 Seksi Recovery
- Low Pressure Absorber
9678390,782 4218872,946
- Off Gas Absorber
3694820,377 738241,806
- High Pressure Absorber
System
16563694,529 61262528,247
121076600,814
Total
430835484,761 430835484,761
=(430835484,761-309758883,947) kkal
= 121.076.600,814 kkal
206
= 28,1%
Efisiensi = 71,89%