Abstract : The growth and development of children of school age were significantly
associated with behavior , feelings and results of thinking . Child has a developmental stage
that the physical growth and development , growth and development of psychosexual , grow
kembng psychosocial , developmental or cognitive intellectual and moral growth . Behavior
will be raised from the behavior , feelings , and cognitive aspects that exist in children .
Keywords : developmental , behavioral
Pendahuluan
1
Tinjauan Pustaka
Secara umum ada dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan dimana faktor
lingkungan terdiri dari faktor lingkungan pranatal dan faktor lingkungan postnatal.
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas perumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang. Gangguan pertumbuhan di negara maju sering diakibatkan
oleh faktor genetik ini sedangkan di negara berkembang selain faktor genetik, faktor
lingkungan juga mempengaruhi bahkan bisa menyebabkan kematian sebelum usia balita.
Selain itu penyakit yang berkaitan dengan kromosom seperti syndrome Down, syndrom
Turner, dan lain-lain.
Faktor lingkungan pranatal berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari
konsepsi sampai lahir, antara lain gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin,
radiasi, infeksi, stress, imunitas, anoksia embrio.
Faktor lingkungan postnatal pada bayi baru lahir yang melewati masa transisi, dari
suatu sistem yang teratur yang sebagian besar bergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu
sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu
sendiri. Lingkungan postnatal yang mempengaruhi antara lain lingkungan biologis, faktor
fisik, faktor psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat.
Kebutuhan dasar anak secara umum digolongkan menjadi tiga golongan yaitu
kebutuhan fisik biomedis atau asuh, kebutuhan emosi atau kasih sayang atau asih, kebutuhan
akan stimulasi mental atau asah. 1
2
Tinjauan Pustaka
Learning dissability bermula dari konsep anak yang mengalami kerusakan otak dan
konsep ini terus berkembang. Kesulitan belajar cenderung dilihat dari dua sisi yang berbeda.
Pertama yang dalam bahasa inggrisnya disebut learning dissability yang mana masalah ini
berakar pada ketidakmampuan anak untuk melakukan tugas tertentu di mana rata-rata mampu
dilakukan anak-anak sebaya yang setara. Kedua kesulitan yang terjadi akibat kerusakan
sistem saraf sehingga menghambat proses belajar yang disebut learning disorder.
Pada learning disorder, umumnya anak akan dirujuk untuk menjalani EEG-Electro
Enchepalogram, atau MRI-Magnetic Resonance Imaging, yang dapat menunjukkan ada
tidaknya kerusakan otak. Ketidaksempurnaan fungsi otak ini dapat disebabkan oleh gangguan
atau kelainan yang terjadi selama bayi berada dalam kandungan, kelahiran prematur, trauma
pada saat kelahiran, kecelakaan, atau sakit pada masa bayi dan kanak-kanak awal.
Kegagalan yang berulang dalam prestasi belajar, sedemikian rupa sehingga berbagai
upaya yang dilakukan dari les, remediasi, pelajaran tambahan, dorongan positif dari orang-
orang terdekat, pemberian penghargaan, hadiah untuk prestasi yang telah dicapai, seolah
tidak ada gunanya.
Adanya kelemahan fisik yang mengganggu anak untuk melaksanakan tugas belajar
dan berprestasi. Misalnya gangguan penglihatan (ternyata anak memerlukan kacamata) atau
pendengaran, sering sakit kepala atau menderita sakit tertentu yang tidak ia sadari sehingga
tidak tersampaikan pada orang tua.
3
Tinjauan Pustaka
Kecemasan dalam diri anak, yang bermula dari rasa cemas akan terjadinya kegagalan
dalam bidang akademik di sekolah, tetapi lama kelamaan menjalar menjadi kecemasan yng
merata dalam kehidupan anak sehari-hari. Anak ragu untuk melakukan sesuatu, merasa
gelisah, tidak nyaman, melamun, tidak bisa berkonsentrasi karena takut untuk gagal.
Perilaku yang tidak sesuai. Nilai rapor anak-anak dengan kesulitan belajar cenderung
naik turun. Hal ini disebabkan ketidakstabilan dalam rentang perhatian mereka terhadap
pelajaran.
Pemberian cap atau label oleh lingkungan karena pemeriksaan atau penilaian yang
kurang lengkap sehingga anak tidak memperoleh kesempatan berkembang secara optimal.
Misalnya, apabila dia selalu dianggap bodoh atau bahkan menderita retardasi mental,
sehingga selalu digolongkan dalam kelompok anak-anak yng kurang dan harus menjalani
tugas dan pelajaran yang tidak sesuai untuk dirinya.
Selain beberapa alasan diatas, orang tua bisa juga terbantu dengan keluhan yang
diutarakan anak seperti perencanaan kerja, tugasnya tidak selesai tepat waktu dan tidak tahu
mana yang harus didahulukan. Menunda pekerjaan, mudah teralih perhatian dan minatnya.
Cemas menghadapi ulangan dan ujian sehingga anak kadang-kadang beralasan sakit agar
tidak masuk sekolah dan tidak ulangan. Cemas terhadap salah satu bidang studi tertentu
misalnya ketika dihadapkan pada matematika atau angka-angka, anak merasa pusing sakit
kepala. Malas berpikir sendiri, menunggu, meniru, atau bertanya pada teman karena takut
disalahkan maka lebih aman mengikuti teman. Kesulitan dalam membaca, menulis cepat,
atau membuat catatan. Merasa rendah diri, takut maju, atau berbicara di depan kelas. Tidak
dapat mengambil keputusan, ragu-ragu.
Autism
Secara khas, anak-anak autistik tidak dapat menjalin hubungan sosial, mereka lambat
berbicara dan sedikit melakukan komunikasi non-verbal. Mereka juga mengikuti pola
4
Tinjauan Pustaka
perilaku ritual dan selalu melakukan gerakan-gerakan berulang. Orang tua mencari nasihat
karena takut anaknya tuli dan kemudian keterlambatan atau tidak adanya perkembangan
kemampuan bicara. Seringkali perlakuan bayi sudah tampak aneh sejak kelahirannya dan
hanya kadang-kadang perkembangan pada anak tahun pertama kehidupannya tampak normal.
40% anak-anak autistik akan mengalami epilepsi selama masa remaja. Autisme sering
ditemukan pada anak laki-laki dan tampaknya autisme terletak pada akhir yang ekstrim dari
gangguan bahasa spesifik yang antara lain adalah sindrom Asperger dan disfasia pada masa
perkembangan. Hampir semua anak autistik mengalami retardasi mental. Mereka yang
mempunyai IQ<70 memiliki prognosis yang paling buruk. Bahkan mereka yang
kecerdasannya termasuk rata-rata mempunyai kesulitan mengatasi masalahnya ketika mereka
bertumbuh. Hanya sedikit yang dipersiapkan untuk bekerja pada bidang yang
menguntungkan dan mereka jarang yang menikah.
Ketidaknormalan pada suatu autisme adalah suatu defisit berat pada kemampuan
berbahasa yang memengaruhi semua aspek komunikasi dan imajinasi. Menjadi seorang anak
autistik adalah ibarat hidup di negara asing yang tidak hanya bahasanya yang sulit dimengerti
tetapi juga gerak-isyarat bahasa yang tidak dimengerti sepenuhnya. Tatalaksananya meliputi
pelatihan kemampuan berkomunikasi secara intensif, dan sebisa mungkin memberikannya
secara teratur dan rutin dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu masalah tersulit yang harus
dihadapi anak-anak autistik adalah mereka nampaknya normal, dan dengan bertambahnya
usia mereka dapat mencapai kompetensi berbahasa, tetapi mereka jarang dapat menguasai
konsep-konsep abstrak dan menjalin hubungan halus dengan orang-orang disekitarnya. Hal
ini membuat merek rentan salah pengertian. Autisme jarang ditemukan, kira-kira 20-40 anak
dalam satu juta populasi. Mereka harus dibawah pengawasan ahli di sekolah-sekolah khusus,
tetapi karena kejarangannya sangatlah sulit melakukan kepada semua anak, sementara pada
saat yang sama harus menjaga hubungan yang kuat, obat-obatan kurang berperan dalam
keadaaan autistik tetapi sangat berpengaruh jika ada kaitannya dengan masalah tidur.2
ADHD
Attention Deficit dan/atau Hyperactivity Disoder yang terjadi pada anak-anak ini
adalah kesulitan pemusatan perhatian, baik yang disertai dengan hiperaktivitas (aktivitas yang
sangat berlebihan) ataupun tidak. Anak-anak yang mudah teralih perhatiannya ini tidak tekun
dalam melakukan suatu kegiatan, mudah bosan, beralih dari satu permainan ke permainan
yang lain. Untuk anak usia 2 tahun, rentang perhatian pada umumnya tidak lebih lama dari 7
5
Tinjauan Pustaka
menit, 3 tahun sekitar 9 menit, 4 tahun sekitar 12 menit, 5 tahun skitar 14 menit. Lebih lama
dari itu, mereka akan gelisah dan mencari kegiatan baru.3
Beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif yaitu dari faktor genetik,
neurologik, toksik, kultural dan psikososial dan orientasi kesenangan.
Faktor genetik didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara
yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga dapat terlihat pada anak
laki-laki dengan ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan
hiperaktif dibanding kembar dua telur.
Faktor neurologik pada penelitian menunjukan, insiden anak hiperaktif lebih banyak
didaptakan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal yang disebabkan karena
gangguan fungsi otak akibat sulit saat kelahiran, penyakit berat, cidera otak. Disamping itu
factor seperti bayi lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok
dan minum alcohol juga meninggikan insiden hiperaktif. Faktor etiologi dalam bidang
neurologi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neorotransmiter diotak yang bernama dopamine . Dopamin merupakan zat aktif yang berguna
untuk memelihara proses konsentrasi.
Faktor toksik pada beberapa zat makanan seperti selisilat dan bahan bahan pengawet
memiliki potensi untuk memebentuk perilaku hiperaktif pada anak, Karena kadar timah lead
dalam serum darah anak akan meningkat. Disamping itu, ibu yang merokok dan
mengonsumsi alcohol, terkena sinar x pada saat hamil, juga dapat melahirkan calon anak
hiperaktif.
Faktor kultural dan psikososial dibagi menjadi dua yaitu pemanjaan dan kurangnya
disiplin pengawasan. Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu
manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu
dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya. Anak yang kurang
disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi.
Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak
tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga
akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.
Orientasi kesenangan pada anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi
kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus
dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri.4,5
6
Tinjauan Pustaka
7
Tinjauan Pustaka
sehingga menimbulkan kesalahan. Anak dengan gangguan tersebut tidak dapat menilai
apakah perilakunya baik atau buruk untuk orang-orang disekitarnya sehingga ia sering
mengganggu orang disekitarnya.
Adapun ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah, sering menggerak-
gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, gelisah atau sering menggeliat. Sering meninggalkan
tempat duduknya, atau situasi lain dimana seharusnya duduk tenang. Sering berlari-lari atau
memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak tepat situasinya. Sering tidak mampu
melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang, sering gelisah. Kesulitan bermain atau
terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong
oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis. Sering terlalu banyak bicara. dan sSering
menjawab pertanyaan sebelum selesai diberikan (impulsivitas). Terkadang didikuti
agresivitas dalam bentuk sering medesak dan menancam atau menintimidasi, memulai
perkelahian, berlaku kasar secara fisik, menyiksa binatang dsb.
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan ADHD, namun ada
berbagai treatmen untuk menangani gejala ADHD beberapa treatment dan layanan yang
dilakukan untuk mengatasi kasus anak-anak yang tergolong hiperaktif diantaranya seperti
Orang tua perlu menambah pengetahuan mengenai gangguan hiperkatifitas serta mengenali
bakat anak, menggunakan teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat posisitf
(misalnya memeberikan pujian jika anak makan dengan tertib), memberikan disilin yang
konsisten dan selalu memonitor perilaku anak, memberikan ruang gerak yang cukup bagi
aktifitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya serta membangkitkan rasa percaya diri
anak, menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya
perhatiannya tidak pecah, memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar
yang tenang, jauh dari televisi atau musik keras, menatap anak saat berkomunikasi, dan
sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak
untuk memfokuskan perhatiannya, mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan
kegiatan secara teratur / terjadwal saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi, belajar,
makan, tidur, baca buku, main dll), bekerjasama dengan guru disekolah agar guru memhami
kondisi anak yang sebenarnya, dan guru dapat menempatkan anak didik dengan hiperaktif di
bangku yang dekat guru, atau di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan pelajaran,
menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar / lukisan yang
warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya, pihak pihak yang dilibatkan orang tua,
guru, psikolog, dokter dan terapis kesehatan mental.
Retardasi mental
8
Tinjauan Pustaka
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak
sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal
yang sangat elementer.
Pada kasus retardasi mental, anak-anak harus disekolahkan di Sekolah Luar Biasa
Khusus untuk tuna grahita. Sebaiknya, anak-anak yang dikaruniai kemampuan mental jauh
9
Tinjauan Pustaka
lebih cepat dibanding usia kalendernya juga dapat menjadi anak bermasalah dan mengalami
kesulitan belajar karena tidak memperoleh perlakuan dan pengajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.6,7
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan
postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam penyebab
terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari
penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri
pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat, tampak sejak lahir
atau usia dini, secara fisis tampak berkelainan/aneh, mempunyai latar belakang biomedis baik
prenatal, perinatal maupun postnatal, tidak berhubungan dengan kelas sosial.
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosio-kultural mempunyai ciri-ciri
biasanya merupakan retardasi mental ringan, diketahui pada usia sekolah, tidak terdapat
kelainan fisis maupun laboratorium, mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental
(asah), ada hubungan dengan kelas sosial.6
Tatalaksana medis para dokter lebih banyak dihadapkan pada aspek kuratif dan
rehabilitasi karena sekali terjadi kerusakan sel otak, tidak mungkin fungsinya kembali
normal. Itulah sebabnya tatalaksana lebih menekankan pada aspek preventif, terutama
prevensi primer dan sekunder.
Primer yaitu memberikan perindungan yang spesifik terhadap penyakit tertentu
misalnya dengan member imunisasi, serta meningkatkan kesehatan dengan memberikan gizi
yang baik, mengajarkan cara hidup sehat dengan maksud meninggikan daya tahan tubuh.
Sekunder yaitu mendeteksi penyakit sedini mungkin dan memberikan pengobatan
yang tepat sehingga tidak terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat
Penempatan di panti-panti khusus perlu dipertimbangkan atas dasar: kedudukan sosial
keluarga, sikap dan perasaan orangtua terhadap anak, derajat retardasi mental, pandangan
orangtua mengenai prognosis anak, fasilitas perawatan dalam masyarakat, dan fasilitas untuk
membimbing orangtua dan sosialisasi anak. Kerugian penempatan di panti khusus bagi anak
Retardasi mental adalah kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak
dengan orang lain dan kurangnya variasi lingkungan yang memberikan kebutuhan dasar bagi
anak.
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada orangtua
anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan
10
Tinjauan Pustaka
psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi
sosialnya.
Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada atau
tidaknya retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi mengenai sistem
kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada keluarga, kemungkinan penempatan di
panti khusus, konseling pranikah dan pranatal. Pendidikan yang penting disini bukan hanya
asal sekolah, namun bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang
terbelakang ini. Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental. Pertama kelas
khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa, kedua sekolah luar biasa C, ketiga panti khusus
dan keempat pusat latihan kerja (sheltered workshop).6
Kesimpulan
Pada masa anak – anak yang merupakan masa dimana anak ada pada fase yang aktif
berkembang, diperlukan orang tua yang dapat mendapingi anaknya dengan baik dan orang
tua diharapkan untuk dapat mengetahui sedini mungkin mengenai hiperaktif, tidak semua
anak yang nakal bisa di diagnose sebagai anak hiperaktif.
Daftar pustaka
11
Tinjauan Pustaka
3. L.L. hidajat, Anak dan sekolah, jika anak-anak mengalami gangguan belajar
4. Videbeck SL, Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta; 2008.
5. Davison GC, Neale JM, Kring, AM. Psikolog Abnormal. PT raja Grapindo
Persada: Jakarta; 2010.
6. Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta; 1991.
7. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan Anak Nelson. Edisi ke-15. Volum 1.
EGC: Jakarta;1999.
12