Anemia adalah salah satu masalah kesehatan global yang utama, terutama pada negara- negara berkembang. Persoalan ini msih belum terpecahkan dan berjalan terus mempengaruhi kesehatan, kualitas hidup dan kapasitas kerja pada banyak orang di dunia.1 Anemia bisa diakibatkan oleh kehilangan darah, penurunan produksi sel darah merah, peningkatan destruksi sel darah merah, atau kombinasi ketiga penyebab ini.2 Angka kejadian anemia hemolitik 5% dari seluruh anemia yang terjadi. Anemia hemolitik menempati urutan ketiga setelah anemia aplastik dan anemia sekunder keganasan hematologis.1 Anemia hemolitik adalah anemia yang di sebabkan oleh proses hemolisis,yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. kerusakan abnormal sel-sel darah merah (sel darah merah), baik di dalam pembuluh darah (hemolisis intravaskular) atau di tempat lain dalam tubuh (extravascular).1 Pada orang dengan sumsum tulang yang normal, hemolisis pada darah tepi akan direspon oleh tubuh dengan peningkatan eritropoesis dalam sumsum tulang. Kemampuan maksimum sumsum tulang untuk meningktakan eritopoesis adalah 6 sampai 8 kali normal. Apabila derajat hemolisis tidak terlalu berat (pemedekan masa hidup eritrosit sekitar 50 hari) maka sumsung tulang masih mampu melakukan kompensasi sehingga tidak timbul anemia. Keadaan ini disebut sebagai keadaan hemolisis terkompensasi. Akan tetapi jika kemampuan kompensasi sumsum tulang dilampaui maka akan terjadi anemia yang kita kenal sebagai anemia hemolitik.2