PUSKESMAS SUMBERAGUNG
PEMERINTAH BANYUWANGI
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SUMBERAGUNG
Jl. Raya Sukamade No. 45, Sumberagung- Pesanggaran
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
melimpahNya karunia yang di berikan, sehingga kami dapat menyelesaikan buku
pedoman manajemen risiko UPTD Puskesmas Sumberagung.
Penyusunan buku pedoman ini acuan dalam mengelola dan meminimalisir
resiko yang dapat ditimbulkan dalam pelayanan di UPTD Puskesmas
Sumberagung
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam kegiatan penyuluhan pada pasien di UPTD Puskesmas
Sumberagung, Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca.
Kami menyadari dalam penyusunan pedoman manajemen risiko ini masih
ada kekurangan, untuk itu saran dan kritik sangat kami harapkan guna perbaikan
di masa mendatang agar menjadi lebih baik.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN
A. DEFINISI
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau
kegiatan di Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada
lingkungan.
3
9) Dekontaminasi dan sterilisasi
10) Promosi hygiene dan sanitasi
4
o Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah
medis tidak tersedia, toilet rusak, dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan
peralatan, dsb
3. Kebersihan ruangan dan fasilitas
4. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan
limbah pada lingkungan dll.
c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Toilet dan Kamar Mandi,
o Tersedia dalam keadaan bersih
o Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
o Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan sampah,
o Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik di setiap
ruangan
o Tempat sampah tertutup
o Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna
hitam. Sampah medis ditampung dalam kantong warna merah.
o Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah
sementara
3. Penyediaan air minum dan air bersih,
o Tersedia air bersih
o Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Pengolahan limbah
o Limbah cair ditampung dalam septik tank.
5. Pengolahan limbah medis
o Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
o Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis
dengan kantong warna merah
o Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tempat pemusnahan (PT. Sagraha)
6. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
o Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan
tikus
o Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
o Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
7. Dekontaminasi dan sterilisasi
5
o Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
o Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses
pelayanan, selanjutnya dilakukan sterilisasi
8. Promosi hygiene dan sanitasi
o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang
sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika
batuk.
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
6
BAB II
MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS
A. DEFINISI
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan
dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh.
Manajemen risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal
keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk
mencegah terjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
adalah untuk keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan
manajemen risiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman
untuk pelanggan Puskesmas.
7
7. Ruang Farmasi
1. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar
risiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan
dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit
pelayanan tersebut
Contoh daftar risiko pada layanan klinis di Puskesmas:
Unit Layanan Risiko
Loket Pendaftaran dan - Kesalahan pemberian identitas rekam medis
Rekam Medis - Kesalahan pengambilan rekam medis
8
Unit Layanan Risiko
Laboratorium - Kegagalan pengambilan sampel sehingga
menimbulkan perlukaan
- Kesalahan pengambilan sampel
- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang
- Sampel rusak atau hilang
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko
(severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis) seperti dalam Formulir berikut:
9
RP
FAILU
FREKU KEMUDA N
RE VALI
ENSI KEGAW HAN (OC
(Kega PENY EFE SOL DASI
No TERJAD ATAN TERDET C x
galan/ EBAB K USI SOLU
INYA (SV) EKSI SV
Kesal SI
(OCC) (DT) x
ahan)
DT)
Keterangan:
- Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10 =
sangat sering terjadi
- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan 10=sangat
sulit dideteksi
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan
risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan
Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah
memerlukan tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
10
BAB III
A. DEFINISI
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan
upaya untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau
risiko atas pelaksanaan program Puskesmas.
B. RUANG LINGKUP
Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko :
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada
pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia
C. PENERAPAN
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
1. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:
Program Risiko
Posyandu Balita - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Insiden balita terluka pada proses penimbangan
menggunakan dacin
- Kesalahan cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan
11
Program Risiko
- Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
- Insiden perlukaan karena penggunaan alat periksa
- Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
- Insiden perlukaan karena pemeriksaan laboratorium
- Insiden tertusuk jarum
- Insiden kontak dengan cairan tubuh penderita
- Tidak menggunakan APD
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis obat
2. Analisis risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir FMEA.
Tingkat risiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk
dilakukan pemecahan masalah. Identifikasi risiko dilaporkan kepada
Tim Mutu Puskesmas
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan
kegawatan risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab
masalah menggunakan Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause
Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan
perbaikan (treatment) ataukah tidak.
4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan
perbaikan. Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala
Puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
12
REFERENSI
13