Study of Run-off and Erosion Rate on Various Land Use in The Upper
Jenneberang Sub Watershed
ANDI MASNANG1*), NAIK SINUKABAN2), SUDARSONO3), DAN NGALOKEN GINTINGS4)
1)
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari
2)Program Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor
3)Program Studi Ilmu Tanah Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor
4)Badan Penelitian Sosek Kehutanan, Kementrian Kehutanan, Bogor.
ABSTRACT
The objective of this research was to evaluate and assess the level of run-off and
erosion on various types of land use in the Upper Jenneberang Sub Watershed. This research
was conducted in the Upper Jenneberang Sub Watershed, Saluttoa Village, Sub
Tinggimoncong, Gowa regency, South Sulawesi Province. Land use type (LUT) which was
used as land units of observations was determined based on land use maps of upper
Jenneberang sub watershed. Based on the analysis results of map and observation in the
field, it was defined four types of land use as land units of observation: 1) Natural forest, 2)
Gliricidia tree-dominated agroforestry, 3) Coffee tree-dominated agroforestry, and 4) Maize
monoculture. Each LUT was given the observation plot size 30 m x 10 m and plot placement
was determined randomly. All LUT had slope 26%, soil type of Brown Latosol at the same
altitude and climate. The composition of the observation plot was based on Randomized
Block Design (RBD). Collected data on LUT included: soil physical properties, infiltration
rate, run-off and erosion. The result showed that changes in land use of natural forests into
agroforestry and maize monoculture types resulted in decreased amount of woody
vegetation that resulted in increased run-off and erosion.
Keywords : run-off, erosion, agroforestry
akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas air lahan pengamatan (SLP) ditentukan
pada wilayah tersebut. berdasarkan peta penggunaan lahan Sub DAS
Hasil penelitian Mustafa et al. (1995) Jenneberang Hulu. Berdasarkan hasil analisis
menunjukkan fluktuasi debit aliran Sungai peta dan pengamatan di lapang, ditetapkan
Jaleko (DAS Jenneberang) sangat berbeda empat tipe penggunaan lahan sebagai satuan
nyata antara musim penghujan dan kemarau lahan pengamatan yaitu : 1) Hutan alam (HA),
sepanjang tahun (1992-1994). Debit 2) Agroforestri yang didominasi pohon gamal
maksimum mencapai sekitar 422 m3 detik-1 (AF-1), 3) Agroforestri yang didominasi pohon
dan debit minimum 2,6 m3 detik-1. Kondisi kopi (AF-2), dan 4) Monokultur jagung (J).
hidrologi Sungai Jenneberang ini sangat tidak Pada setiap SLP dibuat plot pengamatan
menguntungkan sistem drainase di wilayah berukuran 30 m x 10 m dan penempatan plot
hilir yaitu Kota Makassar sehingga pada ditentukan secara acak. Semua TPL
musim hujan selalu terjadi banjir. mempunyai kemiringan 26 %, jenis tanah
DAS Jenneberang Hulu berpotensi besar Latosol Coklat pada ketinggian dan iklim yang
dikonversi menjadi daerah pertanian lahan sama. Susunan plot pengamatan berdasarkan
kering atau wanatani (agroforestri). Berbagai pola Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data
sistem penggunaan lahan mempunyai yang dikumpulkan pada TPL meliputi: laju
kemampuan berbeda dalam menyimpan infiltrasi tanah, aliran permukaan dan erosi.
karbon tergantung jenis dan keragaman
tumbuhan/tanaman yang ada dan Laju infiltrasi tanah. Pengukuran laju
pengelolaannya. Hutan alami merupakan infiltrasi menggunakan double ring
penyimpan karbon tertinggi diantara sistem infiltrometer.
penggunaan lahan lainnya, karena tingginya
keragaman pohon dengan tumbuhan bawah Aliran permukaan, erosi dan curah
dan ketebalan serasah di permukaan tanah. hujan. Pengukuran aliran permukaan dan
Alih fungsi hutan menjadi penggunaan lain erosi dilakukan selama 4 bulan dengan
dalam suatu kawasan berarti menurunkan Metode Multislot Divisor pada petak
fungsi hidrologis DAS akibat meningkatnya berukuran 5 m x 4 m dengan 3 ulangan pada
erosi dan sedimentasi menyebabkan daya setiap SLP. Pengukuran dilakukan pada pukul
simpan air menurun. 07.00 pagi, apabila hari sebelumnya terjadi
Transformasi ekosistem alam menjadi hujan dan menimbulkan aliran permukaan.
ekosistem pertanian umumnya akan Jumlah tanah yang tererosi ditentukan dengan
meningkatkan erosi Fattet et al., 2011; Hao et pengambilan contoh sedimen setiap kejadian
al., 2001; Palmer and Smith, 2013; Tao and hujan pada masing-masing petak (di dalam
Wang, 2012) akibat permukaan tanah yang bak penampung aliran permukaan dan erosi),
terbuka dan menurunnya kandungan bahan kemudian dikeringkan dalam oven (1050C)
organik dan kualitas tanah. hingga bobotnya konstan, lalu ditimbang
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji untuk mengetahui bobot contoh sedimen.
tingkat erosi, pada berbagai tipe penggunaan Data jumlah curah hujan selama penelitian
lahan di Sub DAS Jenneberang Hulu. menggunakan penakar curah hujan Tipe
Ombrometer di lokasi penelitian.
BAHAN DAN METODE
Analisis Data. Untuk melihat perbedaan
Lokasi Penelitian. Penelitian dilaksanakan
pengaruh penggunaan lahan terhadap variabel
di Sub DAS Jenneberang Hulu, Desa Saluttoa,
yang diamati maka data dianalisis keragaman
Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa,
dan uji Duncan.
Propinsi Sulawesi Selatan terletak 2.830 m di
atas permukaan laut dengan suhu 21-240C,
HASIL DAN PEMBAHASAN
kelembaban 79-88 % dan curah hujan rata-
rata tahunan (1993-2003) 4.284 mm tahun-1 Kapasitas Infiltrasi, Aliran permukaan
(JICA, 2005). dan Erosi. Kapasitas infiltrasi merupakan
variabel yang sangat menentukan masuknya
Metode Penelitian. Tipe penggunaan air ke dalam tanah dan jumlah air yang
lahan (TPL) yang digunakan sebagai satuan menjadi aliran permukaan dan pada
34 MASNANG ET AL. J. AGROTEKNOS
gilirannya mempengaruhi erosi. Hasil tanah nyata lebih tinggi, aliran permukaan dan
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan erosi nyata lebih rendah pada hutan alam
lahan di DAS Jenneberang Hulu nyata dibandingkan pada sistem agroforestri dan
mempengaruhi laju infiltrasi, aliran monokultur jagung (Tabel 1).
permukaan dan erosi. Kapasitas infiltrasi
Tabel 1. Pengaruh tipe penggunaan lahan terhadap kapasitas infiltrasi, aliran permukaan dan erosi di
Sub DAS Jenneberang Hulu
Tipe Kapasitas Infiltrasi Aliran Permukaan Erosi
Penggunaan Lahan (cm/jam) ** mm % CH* (ton/ha)
HA 15,74 a 97,83 a 4,82 6,41 a
AF1 12,04 b 228,95 b 11,27 31,23 b
AF2 10,99 b 264,50 c 13,02 43,31 c
J 2,46 c 489,51 d 24,10 72,62 d
Keterangan : *)Total curah hujan = 2030,8 mm, **) Angka-angka dalam kolom yang sama dan diikuti
huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT
Proses infiltrasi sangat tergantung pada cacing tanah) sangat berperan dalam
struktur tanah pada lapisan permukaan mengantisipasi proses penyumbatan pori
(LongShan, 2014) dan berbagai lapisan dalam makro tanah yang sangat menentukan laju
profil tanah, sedangkan struktur tanah infiltrasi, Oleh karena itu tingginya laju
dipengaruhi oleh bahan organik tanah dan infiltrasi pada hutan alam dan sistem
aktivitas biota yang sumber energinya agroforestri disebabkan kualitas sifat físik
tergantung pada bahan organik (serasah di tanahnya lebih baik terutama porositas tanah
permukaan, eksudasi organik oleh akar dan lebih tinggi akibat tingginya kandungan C-
akar-akar yang mati), Ketersediaan bahan organik tanah (Tabel 2).
organik yang tinggi bagi biota (terutama
Tabel 2, Pengaruh tipe penggunaan lahan terhadap, bobot isi (BI), porositas, dan bahan organik di Sub
DAS Jenneberang Hulu
Hal lain yang dapat mempengaruhi ditunjukkan pada angka infiltrasi kumulatif
besarnya aliran permukaan dan erosi adalah yang lebih rendah, Terbentuknya agregat
periode pertumbuhan tanaman khususnya tanah yang lebih baik dan memantapkan
pada tanaman jagung, Pada sistem agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi,
monokultur jagung menunjukkan bahwa permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik,
pada periode pertumbuhan vegetatif Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi
maksimum yaitu pada minggu ke 9 hingga dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap
minggu ke 11 setelah tanam jumlah aliran air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan
permukaan lebih rendah yaitu 11,06 mm erosi diperkecil, Akibatnya adalah daya tahan
dibandingkan dengan tipe AF2 sebesar 21,51 tanah terhadap erosi akan meningkat,
mm (Gambar 2b), Pada sistem monokultur Hasil analisis data erosi dan limpasan
jagung menunjukkan bahwa pada periode memperlihatkan bahwa pada curah hujan
pertumbuhan vegetatif maksimum tersebut yang sama tidak memberikan respon yang
mendekati kondisi hidrologi pada tipe sama pada setiap tipe penggunaan lahan, Hal
penggunaan agroforestri baik gamal maupun tersebut mengindikasikan bahwa ke empat
kopi, Namun pada minggu ke 12 jumlah aliran jenis penggunaan lahan tersebut memiliki
permukaan kembali meningkat, Pada periode karakteristik biofisik dan hidrologi yang
tersebut pertumbuhan jagung sudah berbeda,
mengalami stagnasi yang ditandai dengan Penutupan tajuk yang semakin rapat
daun tanaman yang mulai mengering sehingga mendorong peningkatan kegiatan biologi di
fungsi tajuk sebagai penahan sebagian curah permukaan tanah karena ketersediaan bahan
hujan juga mengalami penurunan, organik dan perbaikan lingkungan (iklim
Meningkatnya aliran permukaan pada mikro dan kelembaban), Kegiatan biologi
monokultur jagung pada periode tersebut tanah ini juga berdampak positif terhadap
tidak disertai dengan peningkatan erosi porositas tanah dan peningkatan laju infiltrasi,
(Gambar 2c), Hal ini dapat disebabkan pada Adanya kecenderungan perbaikan sifat-sifat
periode tersebut kondisi permukaan tanah fisik tanah di bawah vegetasi yang didominasi
yang tertutupi oleh daun tanaman yang rontok kopi memberikan harapan dalam upaya
dan tumbuhnya rumput/gulma yang dapat melestarikan sumber daya lahan, Namun
berperan menurunkan energi tumbukan air ternyata penanaman kopi belum bisa
hujan dan sebagai filter terhadap aliran mengembalikan fungsi hidrologis hutan secara
permukaaan, sehingga mengurangi erosi, penuh, terbukti dari limpasan permukaan dan
Namun demikian secara umum pada tipe erosi pada lahan kopi yang berumur 6 – 10
penggunaan lahan monokultur jagung jumlah tahun masih jauh lebih besar dibandingkan
aliran permukaan dan erosi paling tinggi, yang terjadi pada lahan hutan,
Apabila terjadi konversi penggunaan lahan Tingginya biomassa pohon pada hutan
dari tipe agroforestri yang didominasi pohon alam memperbaiki sifat fisik tanah dan
gamal menjadi tipe penggunaan lahan meningkatkan laju infiltrasi, Perubahan
monokultur jagung yang sudah berlangsung penggunaan lahan hutan alam menjadi tipe
dua tahun mengakibatkan limpasan dan erosi agroforestri dan monokultur jagung
meningkat luar biasa dari 228,95 mm menjadi mengakibatkan menurunnya jumlah vegetasi
489,51 mm dengan besarnya erosi dari 31,23 berkayu sehingga terjadi peningkatan jumlah
ton ha-1 meningkat menjadi 72,62 ton ha-1 aliran permukaan dan erosi,
terbesar dibandingkan pada tiga tipe
penggunaan lahan lainnya, SIMPULAN DAN SARAN
Hal ini disebabkan karena kurangnya
Simpulan, Laju erosi pada agroforestri
bahan serasah atau material lain yang
dominan gamal, agroforestri dominan pohon
berfungsi sebagai barrier aliran permukaan
kopi dan monokultur jagung telah melampaui
yang membawa sedimen sehingga tidak
laju erosi yang dapat ditoleransikan (9,0 ton
terjadi selektivitas ukuran butir sedimen yang
ha-1 th-1), Tipe penggunaan lahan agroforestri
mengalami transportasi oleh energi aliran
dominan gamal atau Agroforestri kopi, erosi
permukaan, Akibat dari kondisi seperti ini
meningkat 5 sampai 7 kali lipat dibandingan
menyebabkan kemampuan tanah melewatkan
dengan hutan alam, Perubahan tipe
air ke lapisan tanah juga lebih rendah yang
Vol. 4 No.1, 2014 Kajian Tingkat Aliran Permukaan Dan Erosi 37
penggunaan lahan agroforestri dominan Liu, B,Y,, M,A, Nearing dan L,M, Risse, 1994, Slope
gamal menjadi monokultur jagung yang baru gradient effects on soil loss for steep slopes,
berlangsung dua tahun mengakibatkan Transactions of the American Society of
limpasan dan erosi meningkat tajam dari Agricultural Engineers 37:1835-1840,
LongShan, Z, 2014, Soil surface roughness change
229,0 mm menjadi 490,0 mm dengan
and its effect on runoff and erosion on the Loess
besarnya erosi dari 31,2 ton ha-1 menjadi 72,6 Plateau of China. J, Arid Land 6(4):400-409
ton ha-1, Moreno de las Heras M, J,M, Nicolau, L, Merino-
Saran, Pada tipe penggunaan monokultur Martin, dan B,P, Wilcox, 2010, Plot-scale effects
jagung perlu adanya pohon atau vegetasi on runoff and erosion along a slope degradation
berkayu sebagai sisipan yang berfungsi gradient, Water Resources Research
sebagai peredam aliran permukaan dan erosi, 46(4):4503,
Hal ini penting karena penggunaan lahan tipe Murdiyarso, D, dan O, Satjapradja, 1997, Dampak
monokultur jagung di DAS Jenneberang Hulu Penebangan Hutan Tropis terhadap Variasi
tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat Iklim, Dalam Sumber Daya Air dan Iklim dalam
Mewujudkan Pertanian Efisien, Kerja sama
setempat karena merupakan sumber
Departemen Pertanian dengan Perhimpunan
tambahan pangan yang lebih cepat untuk Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI),
dipanen, Mustafa M, Rampisela A, Tangkaisari R, 1995,
Model Teknologi Pengendalian Daerah Aliran
DAFTAR PUSTAKA Sungai (DAS), Kongres Nasional HITI, Serpong,
Jawa Barat,
Assouline, S, dan M, Ben-Hur, 2006, Effects of
Palmer RC and RP Smith, 2013, Soil structural
rainfall intensity and slope gradient on the
degradation in SW England and its impact on
dynamics of interrill erosion during soil surface
surface-water runoff generation, Soil Use and
sealing. Catena 66:211-220,
Management 29(4): 567–575,
Bracken LJ, Kirkby MJ. 2005. Differences in
Sinukaban N. 2007, Konservasi Tanah dan Air,
hillslope runoff and sediment transport rates
Kunci Pembangunan Berkelanjutan,. Direktorat
within two semi-arid catchments in southeast
Jenderal RLPS, Cetakan Pertama, ISBN: 978-
Spain. Geomorphology 68:183-200,
979-97118-4-7
Buckman HO and Nyle CB, 1982, The Nature and
Tao Peng, Shi-jie Wang. 2012, Effects of land use,
Properties of Soils, Copyright, The Macmillan
land cover and rainfall regimes on the surface
Company, New York,
runoff and soil loss on karst slopes in southwest
Ecological Society of America, 2000, Carbon
China, Catena Vol, 90: 53-62, Elseiver,
Sequestration in Soil, Washington, DC,
Widianto, Suprayogo D, Noveras H, Widodo RH.
Fattet M, Fu Y, Ghestem M, Ma W, M Foulonneau, J
2004, Alih guna lahan hutan menjadi lahan
Nespoulous, 2011, Effects of vegetation type on
pertanian: apakah fungsi hidrologis hutan dapat
soil resistance to erosion: Relationship between
digantikan sistem kopi monokultur,
aggregate stability and shear strength. Catena
http://outputs,worldagroforestry,org,
87(1): 60-69, Elsevier,
Wischmeier, W,H, dan D,D, Smith, 1978, Predicting
Hao Y, Lal R, Izaurralde RC, Ritchie JC, Owens LB
rainfall erosion losses, A guide to conservation
and Hothem DL, 2001, Historic assessment of
planning, USDA Agricultural Handbook 537,
agricultural impacts on soil and soil organic
Washington, DC, pp, 58,
carbon erosion in an Ohio Watershed, Soil
Science 166 (2): 116-126,
JICA, 2005, The study on capacity development for
Jenneberang river basin management in the
Republic of Indonesia, Final report, Volume II,
Main report,