Anda di halaman 1dari 98

IRIGASI DAN

DRAINASE
Irigasi dan Drainase
 Pendahuluan:
- Irigasi: adalah kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan usaha
mendapatkan air untuk keperluan
tanaman dan mengganti air yang
hilang di lahan pertania.
- Drainase: adalah kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan usaha
mengurangi air berlebih dilahan
pertanian sampai jumlah yang diperlukan
tanaman dengan cepat dan aman
 Pembangunan Irigasi di Indonesia:
- Meningkatkan produksi pangan
- Mengamankan daerah Pertanian
- Mengatasi Persoalan penduduk
 Peningkatan Produksi:
- Perbaikan dan pemeliharaan
jaringan
- Pembangunan Jaringan
- Pengembangan daerah rawa
 Tujuan umum Irigasi:
- Menambah air yang hilang di
lahan
pertanian
- Memupuk areal pertanian
 Tujuan Khusus irigasi:
- Alat transportasi
- Menagtur suhu tanah
- Meningkatkan kualitas air
- Membersihkan Tanah
- Menambah air tanah
- Memberantas hama dalam tanah
- Membersihkan air buangan dar
kota
 Tujuan umum drainase:
- Menurunkan muka air tanah
- Memperbaiki kondisi lingkungan
tanah
- Pengolahan tanah dan penanaman
lebih awal
- Memeperbaiki kapasitas infiltrasi
- Mengurangi dan mencegah akumulasi
garam
- Memperbaiki suhu tanah
- Memperbaiki aerasi didaerah perakaran
 Tujuan khusus:
- Memperbaiki pertumbuhan tanaman
- Pengolahan tanah
- Memperbaiki suhu tanah
- Meningkatkan infiltrasi
- Memperbaiki kehidupan mikroorganisme
tanah
- Mengurangi run off dan erosi
- Mengurangi akumulasi atau racun dalam
tanah
 Sistem irigasi
- Irigasi permukaan (surface
irigation)
- Irigasi curah (sprikler irigation)
- Irigasi tetes (trikler irigation)
 Pemilihan sistem irigasi
- Sumber air
- Tenaga kerja
- Biaya
- Kondisi tanah
- Keinginan petani
Pengelolaan
Sungai, Danau, dan rawa
Beberapa Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan
dengan Pengelolaan Sumber Daya Air
UU No 7 Tahun 2004 , UU 32 Tahun 2009, UU No. 26 Tahun 2004
UU 18/2004, PP
150/2000, PP 04/2001
UU 41/1999, PP Air
26/2008, Keppres
Limbah
PP 82/2001 32/1990
PKA & PPA

Hutan
Lindung/
Pertanian, Kawasan
Muka air banjir Perkebunan, Konservasi
Perkotaan,
HTI dan Hutan
Permukiman
Muka air normal dan Industri, Produksi
dll

Sempadan sungai Alur sungai Sempadan sungai UU 5/1990, UU 41/99

SUNGAI : PP 38/2011
TOTAL AIR DUNIA

Sumber: Hehanussa, 2004


KEPENDUDUKAN DAS KRITIS KEKERINGAN

MASALAH SDA
PERMUKIMAN &
PENCEMARAN SAMPAH BANJIR
ISU NASIONAL PERMASALAHAN SUMBER DAYA AIR

• KAWASAN RESAPAN AIR


• SEMPADAN SUMBER AIR
• mata air
 Perambahan hutan
KERUSAKAN • sungai
 Illegal logging • danau/waduk
 Kebakaran hutan dan lahan LINGKUNGAN • dll
 Alih fungsi lahan
 dll
EROSI/ FLUKTUASI
SEDIMENTASI DEBIT TINGGI
DEBIT
BESAR
• INDUSTRI/HOTEL/ DEBIT
RESTORAN/RUMAH SAKIT KECIL
• RUMAH TANGGA
• PERTANIAN/PETERNAKAN

PENCEMARAN
AIR

KRISIS AIR BANJIR


Unit Pengelolaan SDA
(Water Resources Management 4 DTA/Catchment
Units) (dengan kawasan
terbangun)
Wilayah Sungai (WS) = Kesatuan
wilayah Pengelolaan Sumber Daya Air
(SDA) dalam satu atau lebih Daerah Sub-DAS
Aliran Sungai dan/atau pulau-pulau 3
(Sub-
kecil yang luasnya < 2000 km2. Watershed) i.e
(Sumber: UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Sanrego,
Air) Minraleng)

Air  integrator dan


indikator terbaik
2 DAS
pengelolaan DAS
(Watershed)
i.e. DAS
Walanae

1 Wilayah Sungai
(River Basin) i.e.
WS Walanae-
Cenrane

Sumber: dimodifikasi dari Clement et al,


2000 m dpl

t0

Hulu
t1
Tengah
t2
Hilir t3

Sungai bermata air di Gunung dan bermuara di Laut


HUBUNGAN HULU-HILIR DALAM EKOSISTEM DAS ALAMI
• KAWASAN RESAPAN AIR
• SEMPADAN SUMBER AIR • mata air
• sungai
HULU TUTUPAN HUTAN LINGKUNGAN • danau/waduk
DALAM KONDISI BAIK LESTARI • dll
DAN MASIH ALAMI

EROSI & FLUKTUASI


SEDIMENTASII DEBIT STABIL
KECIL(ALAMI) DEBIT
STABIL
DEBIT
STABIL
KUALITAS AIR
BAIK AIR
TERSEDIA
SEPANJANG
• Setiap komponen saling HILIR TAHUN
terkait satu sama lain
dalam ekosistem DAS.
• Perubahan salah satu •Petani – Sawah DIMANFAATKAN PARA
komponen akan merubah •PDAM & Masyarakat – PENGGUNA AIR UNTUK
dan mempengaruhi Air Minum KEGIATAN
komponen lainnya •PLN - PLTA SOSIAL & EKONOMI
DAUR HIDROLOGI
PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI
evapotranspir
asi

Aliran
Permukaan

Peresap Arus antara


Permukaan
an
Air Tanah

Pelepasan air
tanah
PENGEMBANGAN DAS
(TIDAK TERKENDALI)

Peresapan
25% Pada musim kemarau
• Erosi
air sungai nyaris kering
tinggi
• Longsor

Limpasan
75%

• Banjir bandang
• Pendangkalan sungai dan muara
• Daerah banjir meluas

Peresapan air berkurang


Muka air tanah turun,
Mata Air kering
Terjadi intrusi air laut
KERUSAKAN LINGKUNGAN MENAMBAH
JUMLAH
1010

1100
DAS KRITIS
1120
1130

1180
5090

4010 5150
5160
1260
2010
2020
Fluktuasi debit kemarau
2040
2050
2100 5170
2080
2120 2140
2090 2130

dan hujan tinggi,


1984 sebanyak 22 DAS Sangat Kritis
Erosi dan sedimentasi
1010
1090
1100
1120
1130

1180 4140
4080
1210 4030
4020 5090
1240 7020
1290
1260
2010
2020
2040
2050
2100
2080
4010 5150
5170
5100
5160
Kerusakan
2090
2070
2120
2110
2130 3010
2140
sumber-sumber air
1992 sebanyak 39 DAS Sangat Kritis (danau, sungai, mata air),

Banjir, longsor,
kekeringan, dan penurunan
Kualitas air
2005 sebanyak 62 DAS Sangat Kritis
Bagaimana Gambaran Mengenai
DAS di Indonesia ?

Jumlah DAS rusak/kritis mengalami


peningkatan dari tahun ke tahun
Jumlah DAS Kritis Tahun 1984-2005
Tahun Jumlah DAS
62 DAS Kritis
Prioritas I
1984 22
Jumlah DAS 1992/1994 39
221 DAS
di Indonesia Prioritas II 1998 42
= 458 DAS
2000 58
175 DAS
2003 60
Prioritas III
2005 62
BERAPA LUAS
HUTAN KITA
YANG MASIH
SEPERTI
INI ??

KAWASAN HUTAN
LINDUNG MULER
BERBAGAI ISU PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
1. TAMBANG PERMUKAAN
2. TAMBANG BAWAH TANAH
3. INDUSTRI-MANUFAKTUR
4. PERTANIAN – CULTIVATION
5. URBAN USES – TRANSPORTASI
6. URBAN USES - PEMUKIMAN

7. URBAN USES-
WASTE
DISPOSAL
8. REKREASI –
PANTAI

15. IRIGASI DAN DRAINASE 9. INDUSTRI –


12. SLASH AND BURN TERMAL PLANT
16. PERTANIAN – LIMBAH AGICULTURE
DAN PEMUPUKAN 10. WADUK DAN PLTA
13. KONSTRUKSI JALAN 11. PERTANIAN -
17. REKREASI AIR
14. KAWASAN HUTAN: AGROCHEMICALS
18. TAMBANG – GRAVEL
KOMSERVASI DAN PRODUKSI
MINING
A. Kerusakan Lingkungan

Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan dan tataruang
sehingga melampaui daya dukungya yang menyebabkan erosi, longsoran,
simpanan air berkurang dan meningkatkan aliran limpasan, masalah yang timbul
adalah sedimentasi, banjir dan kekeringan,

Th 1984  22 DAS Kritis Pertambahan 1.8


Th 1992  39 DAS Kritis DAS/th
Th 2005  60 DAS Kritis
Laju deforestasi 1.87
- 3.51 jt ha/th

Tutupan Hutan
Tutupan Hutan
1.JAWA (9,82%)
1.JAWA (9,82%)
2.NUSA TENGGARA (25,29%)
2.NUSA TENGGARA (25,29%) UU 41/2009 Minimal 30 %
3.BALI (30,43%)
3.BALI (30,43%)
4.SUMATERA (32,73%)
4.SUMATERA (32,73%)
5.Kalimantan (47,58%)
5.Kalimantan (47,58%)
B. Pencemaran

Berdasarkan pemantauan KLH dari 34 sungai lintas Propinsi sebesar 94 %


tidak sesuai dengan mutu air yang ditetapkan atau dalam kondisi cemar.
CITARUM RIVER
Picturesof
Pictures ofCiliwung
CiliwungWatershed
WatershedAreas
Areas

Mount Pangrango – West Java

Low Land of Mount


Pangrango
Mid-Stream of Ciliwung in Bogor Mid-Stream of Ciliwung in Bogor

Downstream of Ciliwung in Downstream of Ciliwung in


Jakarta
13 Sungai Prioritas 2010 -
2014
Pulau Jawa: Ciliwung, Cisadane,
Citarum, Citanduy, Progo,
Bengawan Solo & Brantas
Pulau Sumatera: Batanghari,
Kampar, Musi, dan Siak
Pulau Kalimantan: Barito
Pulau Sulawesi: Saddang-Mamasa
Sungai Prioritas Penanganan
Tahun 2010 s/d 2014

Status Pencemaran
( dibandingkan
No Nama Sungai Nama DAS Nama SWS Status Prioritas
dengan Kelas II PP
82/2001)
1 Barito Barito Barito Lintas Provinsi Cemar sedang

2 Batanghari Batanghari Batanghari Lintas Provinsi Cemar sedang-berat


3 Bengawan Solo Bengawan Solo Bengawan Solo Lintas Provinsi Cemar sedang-berat
Strategis
4 Brantas Brantas Brantas Nasional Cemar berat

5 Ciliwung Ciliwung Cisadane-Ciliwung Lintas Provinsi Cemar berat


6 Cisadane Cisadane Cisadane-Ciliwung Lintas Provinsi Cemar berat
7 Citanduy Citanduy Citanduy Lintas Provinsi Cemar berat
Strategis
8 Citarum Citarum Citarum Nasional Cemar berat

9 Kampar Kampar Kampar Lintas Provinsi Cemar berat

10 Musi Musi Musi Lintas Provinsi Cemar ringan-berat

11 Progo Progo Progo-Opak-Oyo Lintas Provinsi Cemar berat

12 Sa’dang Sa’dang Sa’dang Lintas Provinsi Cemar sedang-berat


Strategis
13 Siak Siak Siak Nasional Cemar berat
13 DAS PRIORITAS
Nama Status Mutu Air
No.
Sungai
Nama SWS Propinsi
1 Barito Barito Kal sel-Kalteng Cemar ringan
2 Batanghari Batanghari Sumbar-Jambi Cemar sedang
Bengawan Cemar sedang-
3 Solo Bengawan Solo Jateng-Jatim berat
4 Brantas Brantas Jatim Cemar berat
Cisadane-
5 Ciliwung Ciliwung Jabar-DKI Jkt Cemar berat
Cisadane-
6 Cisadane Ciliwung Jabar-Tangerang Cemar berat
7 Citanduy Citanduy Jabar-jateng Cemar berat
8 Citarum Citarum Jabar Cemar berat
9 Kampar Kampar Sumbar -Riau Cemar berat
Bengkulu- Cemar ringan-
10 Musi Musi Sumsel berat
Progo-Opak- Yogyakarta
11 Progo Oyo -Jateng Cemar berat
12 Sa'dang Sa'dang Slbar-Sulsel Cemar ringan
13 Siak Siak Riau Cemar berat
Kisaran Status Mutu Kualitas Air Sungai di Indonesia Tahun 2007
Di Pulau Jawa
Kisaran Status Mutu
Kisaran Status Mutu Air
Air Sungai
Sungai Berdasarkan KMA
Jumlah Berdasarkan KMA PP
PP 82/2001
Titik Frek-uensi 82/2001
No Propinsi Nama Sungai
Sampli Sampling
ng
Kelas I Kelas II

1 Banten Kali Angke 6 3 cemar berat cemar berat

cemar sedang s/d cemar ringan s/d cemar


2 Jakarta Ciliwung 15 2 cemar berat berat

cemar sedang s/d cemar ringan s/d cemar


3 Jabar Citarum 7 2 cemar berat berat

cemar sedang s/d


4 Jateng Progo 9 2 cemar berat cemar sedang

5 DIY Progo 7 4 cemar berat cemar berat

cemar sedang s/d cemar


6 Jatim Brantas 19 3 s/d 20 cemar berat berat
Kisaran Status Mutu Kualitas Air Sungai di Indonesia Tahun 2007
Di Pulau Bali-Nusa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku & Papua
Kisaran Status Mutu Air Sungai Kisaran Status Mutu Air Sungai
Berdasarkan KMA Berdasarkan KMA
Jumlah Frek- PP 82/2001 PP 82/2001
Titik uensi
No Propinsi Nama Sungai
Sampli Sampli
ng ng
Kelas I Kelas II

16 Bali T. Badung 6 2 cemar sedang s/d cemar berat cemar sedang s/d cemar berat

17 NTT Dendeng 5&6 2 cemar ringan cemar ringan

18 NTB Jangkok 6 2 memenuhi s/d cemar sedang memenuhi s/d cemar sedang

19 Kalbar Kapuas 39 2 cemar ringan s/d cemar berat cemar ringan s/d cemar berat

20 Kalteng Kahayan 7 2 cemar ringan s/d cemar sedang cemar ringan s/d cemar sedang

21 Kalsel Martapura 6 2 cemar ringan s/d cemar sedang cemar ringan s/d cemar sedang

22 Kaltim Mahakam 6 2 cemar sedang cemar ringan s/d cemar sedang

23 Sulut Tondano 10 2 cemar ringan s/d cemar berat cemar ringan s/d cemar sedang

Gorontal
24 o Bone 6 2 cemar ringan s/d cemar sedang cemar ringan s/d cemar sedang

25 Sulteng Palu 6 2 cemar ringan s/d cemar sedang cemar ringan s/d cemar sedang

Tallo 5&6 2 cemar ringan s/d cemar berat cemar ringan s/d cemar berat
26 Sulsel
Jeneberang 6 2 cemar ringan s/d cemar berat cemar ringan s/d cemar berat

27 Sultra Konaweha 6 2 cemar ringan s/d cemar sedang cemar ringan


Penetapan Kelas (Mutu Air Sasaran) dan
Target Pencapaiannya untuk 13 Sungai Prioritas

No Nama Sungai Pendayagunaan Air Sungai Penetapan Kelas Target


(Mutu Air Pencapaian
Sasaran)
1 Barito Transportasi sungai, PDAM, industri I – III 20 Tahun
2 Batanghari Transportasi sungai, industri I – III 20 Tahun
20 Tahun
3 Bengawan Solo Air irigasi, PDAM, industri, budidaya ikan I – III
20 Tahun
Air irigasi, PLTA, air baku air minum/PDAM,
4 Brantas industri, budidaya ikan, wisata air I – III
Air baku air minum/PDAM, industri, budidaya I – III 20 Tahun
5 Ciliwung ikan
Air irigasi, air baku air minum/PDAM, industri, I – II 20 Tahun
6 Cisadane budidaya ikan
7 Citanduy Air irigasi, PDAM budidaya ikan I - II 15 Tahun
I - III 15 Tahun
Air irigasi, 3 PLTA, air baku air minum/PDAM,
8 Citarum industri, budidaya ikan, wisata air
9 Kampar Transportasi sungai, industri I - II 20 Tahun
I - III 20 Tahun
10 Musi Transportasi sungai, Wisata sungai, industri
11 Progo Air irigasi, PDAM, industri, budidaya ikan I - III 15 Tahun
12 Sa'dang PLTA, Air irigasi, industri, budidaya ikan I - III 15 Tahun
I - III 20 Tahun
13 Siak Transportasi sungai, Wisata sungai, industri
Kewenangan KLH dalam Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
Landasan Hukum Kewenangan KLH
• Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup (Pasal 63)
UU 32 Tahun 2009 • Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pencemaran dan
/ atau kerusakan hidup lintas batas negara
• Pengelolaan kualitas air lintas propinsi dan atau lintas batas negara
PP 82 Tahun 2001
(Pasal 5)
• Pengelolaan kualitas air skala nasional dan/atau lintas batas negara
• Penetapan kelas air pada sumber air skala nasional dan/atau lintas
batas negara
• Koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas air skala nasional
dan/atau lintas batas negara
• Pengendalian pencemaran air pada sumber air skala nasional dan
/atau lintas batas negara
• Pengawasan pengendalian pencemaran air skala nasional
PP 38 Tahun 2007 • Penetapan baku mutu air lebih ketat dan/atau penambahan
parameter pada skala nasional dan/atau lintas batas negara
• Penerapan paksaan pemerintah atau uang paksa terhadap
pelaksanaan penanggulangan pencemaran air skala nasional pada
keadaaan darurat dan/atau keadaan yang tidak terduga lainnya
• Pengaturan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air
• Pengaturan baku mutu air limbah untuk berbagai kegiatan
• Penetapan baku mutu dan peruntukan sungai lintas propinsi
Peraturan Mengenai
Penetapan Kelas Air
 PP NOMOR 82 TAHUN 2001
Pengelolaan Kualitas Air dan
pengendalian Pencemaran Air (pasal
9).
 Kepmen LH no.114 tahun 2003
tentang Pedoman Pengkajian untuk
Menetapkan Kelas Air.
 Kepmen LH no.115 tahun 2003
tentang Pedoman Penentuan Status
Mutu Air.
 Permen LH no.1 tahun 2007 tentang
Pedoman Penentuan Pengkajian
Teknis untuk Menetapkan Kelas Air.
Pemulihan Kerusakan
Di Catchment Area

Perbaikan
Penetapan Tata Income Generating Fungsi Lingk.
Kelas Air Ruang Kerjasama Antar Daerah Sungai

• Perpres Pengurangan
• Perda Beban Pencemaran

Rencana
Umum
(Masterplan)
PROSES PENETAPAN
Dari Kelas Air Menuju Pengelolaan KELAS AIR
4
Terpadu Daerah Aliran Sungai MUTU MUTU
AIR AIR
SAAT INI SASARA
Hul SEGMENT KELAS N
KELAS
u 1 2 1
1 2
PROSES PROSES
PENETAPA SEGMENTAS SEGMENT KELAS KELAS
N DAS I DAS 2 3 2
PRIORITAS (Watershed
Segmentati
on) SEGMENT KELAS KELAS
Hilir 3 3 2
SUNGAI/DANAU
(DAS) 3
PRIORITAS INVENTARISASI 5
& IDENTIFIKASI MASTER PLAN
BADAN SEMPADAN CATCHMENT RAGAM DAN
AIR SUNGAI/DANA AREAS KEGIATAN MONITORING
U PLAN
BAIK/ SUMBER
BAIK/ BAIK/
CEMAR KERUSAKAN
RUSAK RUSAK 6
SUMBER IMPLEMENTAS
PENCEMAR I, MONEV &
PELAPORAN

KONSERVASI DAN
PKL
PKA DAN PPA
KELAS AIR & PERUNTUKANNYA
KELAS 1
(air baku air minum, rekreasi air, perikanan air tawar,
peternakan, pertanaman)

KELAS 2
(rekreasi air, perikanan air tawar,
peternakan, pertanaman)

KELAS 3
(perikanan air tawar,
peternakan, pertanaman)

KELAS 4
(pertanaman)
PENGGUNAAN AIR:
KUALITAS AIR
 SAAT INI
SEMAKIN
 YANG AKAN DATANG
BAIK

PP No.82 Tahun 2001


TARGET
Peningkatan Kualitas Air (Mutu Air Sasaran)  Manfaat Sesuai Peruntukan

Perbaikan
Penetapan
Fungsi Lingk
Kelas Air Sungai

TUJUAN :
a. Sebagai dasar dalam melakukan PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
• Perpres dan PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN sesuai mutu air
sasaran (hulu s/d hilir)
• Perda
b. Memberikan ARAHAN PEMANFAATAN AIR sesuai peruntukan

SASARAN
Meningkatnya manfaat air untuk AIR BAKU AIR MINUM dan peruntukan
lainnya sesuai persyaratan mutu air.
MEKANISME
Pemulihan Kualitas Lingkungan
Sungai
MASTER PLAN
LIMA TAHUN I
MASTER PLAN
SINKRONISASI LIMA TAHUN II
PROGRAM TAHUNAN
MASTER PLAN
SINKRONISASI LIMA TAHUN III
•EVALUASI MUTU AIR PROGRAM TAHUNAN
SASARAN
•PENYUSUNAN
MASTER PLAN
•EVALUASI MUTU AIR
SASARAN SINKRONISASI
•PENYUSUNAN PROGRAM TAHUNAN
MASTER PLAN

•EVALUASI MUTU AIR


SASARAN
•PENYUSUNAN
MASTER PLAN
PROGRAM PEMULIHAN
KUALITAS LINGKUNGAN SUNGAI
1. Untuk mencapai mutu air sasaran
2. Disusun untuk 20 tahun yang
dilaksanakan secara bertahap 5
tahunan
3. Dasar bagi Menteri LH, menteri
terkait, gubernur, Bupati/Walikota
untuk melaksanakan rencana detail
4. Rencana kegiatan disusun
berdasarkan parameter kunci
pencemar
5 (Lima) Program Utama
Pemulihan Kualitas Lingkungan
Sungai

1 Program Pengendalian Pencemaran Air


Program Pengendalian Kerusakan
2
Lingkungan
3
Program Penataan Ruang

4 Program Penegakan Hukum

5 Program Peningkatan Peran Masyarakat


Kegiatan pada Program
Pengendalian
Pencemaran Air
1. Pengolahan limbah berbasis masyarakat
2. Pembuatan saluran penyaring/peredam
limbah rumah tangga (tinja) di
sepanjang sungai
3. Pembuatan instalasi pengolahan air
limbah pemukiman
4. Pembuatan septictank pemukiman
5. Pembuatan instalasi gas bio
6. Pelaksanaan PROKASIH dan PROPER
7. Penerbitan dan pengawasan izin
Kegiatan pada Program
Pengendalian
Kerusakan Lingkungan
1. Reboisasi
2. Rehabilitasi dan Penanaman Kanan Kiri Sungai
yang masih terbuka
3. Agroforestry
4. Penghijauan/Rehabilitasi Lingkungan
5. Pembuatan Check DAM/DAM Penahan/DAM
Pengendali
6. Pembuatan Sistem Peresapan Air (sumur
resapan, biopori)
7. Penetapan dan pembebasan sempadan sungai
dari bangunan perumahan maupun
perdagangan
Kegiatan pada Program Penataan
Ruang
1. Revisi tata ruang
2. Sistem monitoring dan
pengawasan penataan ruang
3. Penyusunan zoning regulation
4. Evaluasi pemanfaatan ruang
5. Penertiban bangunan di hutan
lindung
Kegiatan pada Program Penegakan
Hukum
1. Penegakan hukum (pemanfaatan ruang,
perusakan dan pencemaran lingkungan)
2. Pembuatan dan sosialisasi peraturan
perundang-undangan pengelolaan
lingkungan di daerah

Kegiatan pada Program Peningkatan


Peran Serta Masyarakat
1. Pelatihan (pembuatan gas bio, kompos,
pengolahan limbah secara sederhana)
2. Sosialisasi dan diseminasi (bahaya akibat
pembuangan sampah ke sungai, pentingnya
gas bio sebagai pengganti bahan bakar, dll)
3. Pembentukan forum (forum/kelompok peduli
PENGELOLAAN
DANAU
Danau Poso, Sulteng Danau Tondano, Sulut Danau Sentarum, Kalbar Danau Sentani, Papua
Danau Toba, Sumatera Utara

Danau Maninjau, Sumatera Barat

Danau Singkarak, Sumatera Barat Danau Matano,Sulsel

Danau Rawa Danau ,


Danau Mahakam,
Danau Kerinci, Jambi Banten Danau Batur, Bali Danau Tempe, Sulsel Danau Limboto, Gorontalo
Kaltim
PENUTUPAN LAHAN 15 DANAU PRIORITAS NASIONAL 2010-2014
HASIL INTEPRETASI CITRA LANDSAT 2007-2008

HUTAN NON HUTAN LAHAN KRITIS TUBUH AIR PEMUKIMAN


No. PENUTUPAN LAHAN TOTAL %
Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %
Toba 96585. 77277. 114691.1
1 39765.1 12.0 9 29.3 2 23.4 3 34.7 1826.4 0.6 330146 100
Maninjau 4047.3 215.77 169.20 24319.
2 9926.05 40.8 2 16.6 3 0.9 9960.98 41.0 6 0.7 3 100
Singkarak 15025. 4471.5 1579.3 50271.
3 18196 36.2 4 29.9 4 8.9 10998.80 21.9 5 3.1 1 100
Kerinci 34507. 23329. 3484.7
4 34922.2 34.7 7 34.3 8 23.2 4500.87 4.5 9 3.5 100745 100
5 Tondano 891 3.2 18236 65.9 173 0.6 6113.00 22.1 2242 8.1 27655 100
6 Limboto 43915 30.2 85686 58.9 10241 7.0 3682.00 2.5 1956 1.3 145480 100
7 Poso 58285 43.5 34545 25.8 4371 3.3 36617.00 27.3 119 0.1 133937 100
8 Tempe 165255 49.3 99044 29.5 64834 19.3 5871.00 1.8 383 0.1 335387 100
Matano-Mahalona-
9 Towuti 138945 57.2 17824 7.3 9985 4.1 75462.00 31.1 535 0.2 242751 100
10 Semayang-Melintang- 48105.3 29.8 3735.1 2.3 92040. 57.1 17394.63 10.8 0 0.0 161275 100
Jempang 7 1

Sentarum 1016.1
11 0 0.0 0.43 0.0 0 0.0 1015.70 100.0 0 0.0 3 100
Sentani 5608.2 11342.
12 21289.5 44.8 7 11.8 1 23.9 9247.09 19.5 0 0.0 47487 100
Batur 1613.5
13 5027.57 48.3 105.42 1.0 1 15.5 3636.76 35.0 17.69 0.2 10401 100
14 Rawa Danau 39 7.9 348 70.4 84 17.0 0.00 0.0 23 4.7 494 100
15 Rawa Pening 37 3.9 521 55.5 225 24.0 30.00 3.2 126 13.4 939 100
Ditandatangani oleh
9 menteri pada KNDI I
Kesepakatan
Kesepakatan Bali
Bali tentang
tentang di Denpasar Bali
Pengelolaan
Pengelolaan Danau
Danau
Berkelanjuta
Berkelanjutann
1. Pengelolaan Ekosistem Danau
2. Pemanfaatan Sumber Daya Air
Danau Perlu langkah nyata
3. Pengembangan Sistem
Monitoring, Evaluasi Dan implementasi
Informasi Kesepakatan BALI 2009
4. Penyiapan Langkah-langkah
Adaptasi Dan Mitigasi Perubahan
Iklim Terhadap Danau
5. Pengembangan Kapasitas,
Kelembagaan Dan Koordinasi GERAKAN PENYELAMATAN
6. Peningkatan Peran Masyarakat
7. Pendanaan Berkelanjutan DANAU
Permasalahan
Danau

• Alih fungsi lahan • Penurunan


DTA volume air
• Sedimentasi • Konflik
• Eceng gondok kelembagaan
• Erosi
Kesepakatan
Bersama Pengelolaan
P. Sumatera
•D. Toba Danau Berkelanjutan (9 P. Kalimantan
•D. Semayang, D.
•D. Singkarak Sektor) Melintang, D. Jempang
•D. Maninjau
•Kerinci •D. Sentarum
P. Sulawesi
P. Jawa •D. Tempe •D.
•D. Rawa Danau
15 Danau Prioritas Matano
•D. •D. Poso • D.
KNDI I 2009 Tondano
Rawapening •D. Limboto
P. Bali P. Papua
•D. Batur D. Sentani
Gerakan
Penyelamatan
Danau secara
Nasional
Tema :
Langkah Nyata Penyelamatan Danau
Tujuan :
 Tindak Lanjut Kesepakatan Bali Tahun 2009

 Peluncuran Gerakan Penyelamatan Danau

Rawapening sebagai model pertama


 Peluncuran Gerakan Penyelamatan Danau secara

nasional
Output :
Komitmen Langkah Nyata Penyelamatan
Danau
 Pendekatan
DEKON BIDANG DANAU
 Indikator : Tersusunnya Laporan Kegiatan Penyelamatan Danau
 Total Daerah pengaju DEKON : 16 Provinsi

16 Daerah
Pengaju
DEKON
(Danau)
DEKON BIDANG DANAU
Alokasi
No Daerah (Provinsi) Status
Anggaran
1 Sumatera Utara Rp. 366.660.000 Buka
2 Sumatera Barat Rp. 290.905.000 Buka Total
3 Kep. Riau Rp. 484.455.000 Blokir Keseluruhan :
4 Jambi Rp. 180.730.000 Buka Rp.
5 Sumatera Selatan Rp. 459.595.000 Buka 5.086.405.00
6 Banten Rp. 438.845.000 Buka 0
7 Jawa Tengah Rp. 150.000.000 Buka
8 Kalimantan Selatan Rp. 180.085.000 Buka
9 Kalimantan Barat Rp. 254.610.000 Buka
10 Sulawesi Utara Rp. 325.140.000 Blokir
11 Gorontalo Rp. 289.090.000 Blokir
12 Sulawesi Tengah Rp. 500.000.000 Buka
13 Sulawesi Selatan Rp. 249.590.000 Buka
14 Bali Rp. 200.000.000 Buka
15 Maluku Utara Rp. 354.700.000 Buka
16 Papua Rp. 362.000.000 Blokir
Masalah Sempadan dan Gulma Air
Danau Toba
Kegiatan Perikanan Tangkap Danau
Rawa Pening
Masalah Gulma Air Danau Limboto
Kematian Massal Ikan Danau Maninjau
KEJADIAN IKAN MATI MASSAL
No Lokasi Waktu Kerugian
1 Danau Maninjau, 2-7 Jan 09 Rp 150 milyar terdiri dari:
Sumbar  KJA 6.286 petak
 1.042 KK
 Ikan yang mati 13.413 ton
 Kredit macet : Rp. 3,6 M

2 Waduk Karangkates, 2008 Kerugian lebih dari Rp.280 juta


Jatim akibat blooming algae
3 Waduk Jatiluhur, 2 Des 06 - Rp 50 milyar (7.200 ton ikan mati)
Jabar 8 Jan 07

4 Danau Toba, Sumut 30 Jul 08 18.000 ekor atau 3.600 Kg ikan


mati mendadak. Kerugian Rp.50
juta
5 Waduk Saguling, 9 Des 07 Rp 78 juta
Jabar
6 Waduk Karangkates, 26 Sep 07 Rp 400 juta
Jatim
7 Waduk Jatiluhur, 2 Feb 06 Ratusan juta rupiah. Ribuan ikan
Jabar mati dari 11.550 karamba
WADUK SAGULING:
 Pencemaran air dari hulu (Bandung, Cimahi
- kota & industri), sampah
 Kegiatan pertanian pada catchment
sekitarnya  masalah sosial
 Sedimentasi
WADUK CIRATA:
 KJA – eutrofikasi, anoxic di bagian dasar
 Sedimentasi
 Masalah sosial (pemilik dan pekerja KJA)
 Potensi pencemaran pengembangan
kawasan industri di Cipendey (WP IV
Bandung Barat)
WADUK JATILUHUR:
 KJA – eutrofikasi, anoxic di bagian dasar
 masalah sosial (pemilik dan pekerja KJA)
 fluktuasi muka air (~ 20 m)
By: MCK on 11/20/2009 at www.w3.org/TR/xhtml1/DTD
 Masalah koordinasi
kelembagaan
KJA di Waduk
Djuanda
PENCEMARAN PERAIRAN
WADUK
 Semakin menurunnya kualitas perairan
waduk oleh adanyanya pencemaran
organik terutama senyawa nitrogen dan
phospor yang berasal dari limbah industri,
pertanian, domestik dan karamba jaring
apung (KJA)
 Perlu upaya mengurangi jumlah dan atau
produksi KJA sesuai Daya Tampung Beban
Pencemaran (DTBP)-KJA
 Perlu mengurangi beban pencemaran di
Citarum Hulu minimum 60%
PEMANFAATAN AIR DANAU

 Air baku untuk penduduk di sekitarnya (B)


 Pertanian untuk penduduk yang berkebun di
bantaran & sempadan danau, atau air irigasi
di hilir danau (T)
 Perikanan tangkap dan perikanan budidaya
di danau atau pada sungai/ saluran air yang
berasal dari danau (I)
 Sumber daya tenaga lisistrik atau PLTA, baik
yang dibangun pada outlet danau ataupun
pada sungai yang keluar dari danau (L)
 Pengendalian banjir, karena menyimpan air
diwaktu musim hujan (PB)
 Pariwisata bagi wisatawan domestik dan
wisatawan asing (PW)
Jumlah Danau
Jumlah Danau di
di Indonesia
Indonesia
Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan Lokasi dan
dan Luas
Luas
Pulau Jumlah Danau dengan Luas Total
(ha) Area (Ha)
10-99 100-999 >999

Sumatera 88 69 13 190.043 (170)


Kalimantan 61 61 17 84.231 (139)
Jawa & Bali 19 10 2 6.270 (31)
Nusa 7 4 3 6.041 (14)
Tenggara
Sulawesi 11 10 9 141.871 (30)
Maluku 5 3 2 3.438 (10)
Papua 39 76 12 59.830 (127)
Total 230 233 58 491.724 (Ha)
(521 buah )

Sumber : Nontji, 1996


UKURAN DANAU DI INDONESIA
Danau Luas Dalam Volume Kategori Kategori
No km2 Maks. (m) Juta m3 Luas Volume

1 Batur 15.9 88 820 Kecil Medium


2 Bratan 3.85 22 49 Kecil Kecil
3 Buyan 3.9 87 160 Kecil Medium
4 Diatas 12.3 44 ND Kecil ?
5 Dibawah 11.2 309 ND Kecil ?
6 Kerinci 46 97 ND Kecil ?
7 Limboto 56 2.5 ND Kecil ?
8 Maninjau 97.9 169 10.400 Kecil Besar
9 Matano 164.1 590 55.015 Medium Besar
10 Poso 323.2 450 ND Medium ?
11 Ranau 125.9 229 21.950 Medium Besar
12 Rawa Pening 25 14 52 Kecil Kecil
13 Sentani 93.6 42 ND Kecil ?
14 Singkarak 107.8 268 16.100 Medium Besar
15 Tamblingan 1.9 90 27 Kecil Kecil
16 Tempe 350 5 ND Medium ?
17 Toba 1130 529 240.000 Medium Sangat Besar
18 Tondano 50 20 ND Kecil
Kategori Kedalaman Danau

No Kategori Kedalaman (m) Danau

1 Sangat dangkal < 10 Limboto dan Tempe


Bratan, Diatas, Tondano,
2 Dangkal 10 - 50 Rawa Danau dan Rawa
Pening
Batur, Buyan, Kerinci dan
3 Medium 50 - 100
Tamblingan
4 Dalam 100 - 200
Dibawah, Maninjau, Matano,
5 Sangat dalam > 200 Poso, Ranau, Singkarak,
Toba dan Towuti
KLASIFIKASI UKURAN DANAU

KLASIFIKASI LUAS (Km2) VOLUME (juta m3)


Besar 10.000 – 1.000.000 10.000 – 100.000
Medium 100 – 10.000 100 – 10.000
Kecil 1 - 100 1 - 100
Sangat Kecil <1 <1

Sumber: ILEC, Vol.9, p.33, 1999


TIPE DANAU DI INDONESIA
No Tipe/Genesa Danau Danau
1. Danau Tektonik Diatas, Dibawah, Lindu, Matano, Paniai , Poso,
Singkarak dan Towuti
2. Danau Vulkanik Danau Tiga Warna dan Segara Anak, Rawa Danau,
Tondano
3 Danau Tekto-vulkanik Toba, Maninjau, Kerinci dan Ranau
4. Danau Kawah G. Kelud dan Galunggung
5. Danau Kaldera Maninjau dan Batur
6. Danau Sesar - Lingkar Bratan-Buyan-Tamblingan
Kaldera
7. Danau Paparan Banjir Semayang, Melintang, Jempang, Limboto dan
(Flood Plain) Tempe
8. Danau Oksbow Danau Teluk di Jambi
9. Danau Longsoran/Bencana Sentani, Ranau dan Bandung Purba
Alam
10. Danau Pelarutan Paniai dan Dolina di Biak
11. Danau Morai/Gletser Danau Ertzberg di Papua
12 Danau semi-alami Danau Rawa Pening
(semi natural)
Sumber : (1). Lehmusluoto & Badruddin M, 1995, (2). Hehanussa,
1996.
PROFIL DAN DIMENSI BEBERAPA DANAU
ZONASI sekitar Danau
Zone 1. Green belt dengan
Zone 2. tanaman daun jarum (tidak
tanaman boleh ada pertanian dan
peternakan)
hutan dan
agro
forestry
terbatas
(peternaka
n tidak Dana
boleh) u

Zone 3.
pertanian
dan
Zone 4. peternakan
pemukiman & dengan
fasilitas umum limbah
terolah
KEWENANGAN

 MENTERI UNTUK DANAU YANG LOKASI DAN/ATAU


DAERAH TANGKAPAN AIRNYA BERADA DI LINTAS
PROVINSI DAN/ATAU LINTAS BATAS NEGARA;
 GUBERNUR UNTUK DANAU YANG LOKASI DAN
DAERAH TANGKAPAN AIRNYA BERADA DI LINTAS
KABUPATEN/KOTA;
 BUPATI/WALIKOTA UNTUK DANAU YANG LOKASI
DAN DAERAH TANGKAPAN AIRNYA BERADA DI
WILAYAH KABUPATEN /KOTA
PENGELOLAAN
RAWA
ISTILAH
Ekosistem gambut adalah tatanan unsur gambut
yang mempunyai karakteristik yang unik dan
rapuh serta merupakan satu kesatuan utuh
menyeluruh dalam kesatuan hidrologis gambut
yang saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktifitasnya.
Penampang Vertikal Kawasan
Gambut
Karakteristik: Kubah Gambut (peat dome)
Kesatuan Hidrologis
Gambut
Kubah Gambut
Sedimen dibawah
Tanah Mineral
gambut
(Lapisan Pirit atau
Kwarsa)
PENDAHULUAN
• Indonesia memiliki Lahan Gambut terbesar
ke 4 setelah Canada, Russia and USA
• Lahan gambut tropika terluas di dunia
• Total luas Kesatuan Hidrologis Gambut
32.656.106 ha )
• Indonesia menyimpan cadangan carbon
gambut mencapai 46 giga ton atau sekitar
38% dunia. (120 GT)
• Pengatur air/Fungsi Hidrologi
POTENSI DAN • Sarana konservasi
FUNGSI • Habitat flora dan fauna
KAWASAN • Sarana budidaya
GAMBUT • Sumber energi
• Penjaga Iklim Global

PERLU KESAMAAN PANDANG


PRIORITAS
DALAM MENYELAMATKAN FUNGSI
TERSEBUT
PERAN LAHAN GAMBUT :
 Fungsi ekonomi, ekologi, dan sosial
budaya
 Hasil hutan kayu dan non-kayu.
 Budidaya tanaman (pertanian perkebunan)
 Penyimpan dan pemasok air (pengendali
banjir)
 Konservasi keanekaragaman hayati
 Pengendali iklim global (penyimpan
karbon)
KONDISI GAMBUT
Selama 30 tahun lebih, pengelolaan lahan gambut
kurang memperhatikan prinsip-prinsip ekologi dan
karakteristik ekosistem lahan gambut sebenarnya,
yang mengakibatkan timbulnya berbagai masalah,
seperti:
1. Seluas 2,669 juta ha atau 37 % lahan gambut di
Sumatera rusak dan tidak produktif.
2. Pengembangan Lahan Gambut (PLG 1 Juta Ha).
3. Hilangnya keanekaragaman hayati.
4. Kebakaran hutan dan asap, banjir terus-menerus
di
luar musim hujan, tanah sulfat masam, dll.
5. Masalah sosio-ekonomi; hilangnya mata
pencaharian
PERMASALAHAN :
Pengelolaan Lahan Gambut

 Tidak berbasis satu kesatuan ekosistem yang utuh


(kesatuan hidrologis gambut-KHG)
 Kurang memperhatikan sifat dan karakteristik
gambut
 Kebijakan RTRW belum mempertimbangkan KHG
dan karakteristik gambut
 Belum ada peraturan yang secara tegas mengatur
pengelolaan ekosistem gambut
 Kurangnya data dan informasi tt ekosistem
gambut
 Belum ada metode yang tepat dan akurat
dalam penghitungan emisi GRK lahan gambut
PRINSIP KEBIJAKAN :
 Keterpaduan dalam pengendalian
kerusakan ekosistem gambut dan
pelaksanaannya berdasarkan satuan
wilayah pengelolaan gambut berbasiskan
kesatuan hidrologis gambut
 Kerjasama antar daerah sesuai
dengan kewenangan yang ada (lintas
provinsi/kab/kota)
 Peran aktif masyarakat (Perguruan
Tinggi/Dunia Usaha/LSM)
DASAR KEBIJAKAN :
 Mandat Undang-undang No. 32/2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
 RTRW berbasis KLHS, daya dukung, dan daya
tampung lingkungan hidup
 Pengendalian kebakaran htn/lahan (gambut)
 Inpres No. 1 th 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan
Nasional tahun 2010
 Penurunan emisi GRK sebesar 26 %
STRATEGI :
1. Inventarisasi dan pemetaan ekosistem gambut
2. Penataan fungsi ekosistem gambut
3. Penataan kelembagaan dan monitoring
4. Pemanfaatan sesuai kondisi setempat 
berbasis kesatuan hidrologis gambut dan
karakteristiknya.
5. sosialisasi dan peningkatan partisipasi
masyarakat
6. Pengendalian kerusakan  berdasarkan kriteria
baku karusakan ekosistem gambut
7. Melakukan penghitungan emisi GRK lahan
gambut
GHG
Inventory System
(SIGN: System Inventarisasi GRK Nasional)

Penghitungan
Emisi GRK Lahan
Gambut
Latar Belakang :
 Indonesia telah menetapkan target
penurunan emisi 26% dan 41% (dengan
tambahan pendanaan internasional)
 Kewajiban negara perativikasi konvensi
untuk melaporkan emisi GRK (National
Communication)
 Pengurangan emisi harus bersifat
terukur, dapat dilaporkan dan
diverifikasi (Measurable, Reportable,
and Varifiable)
LUAS KHG BERDASARKAN
WILAYAH ADMINISTRASI DI
INDONESIA

LUAS (HA)
PULAU NON LINDUNG JUMLAH
LINDUNG GAMBUT
Sumatera 8.385.668 2.702.531 10.888.199
Kalimantan 7.371.307 3.013.740 10.385.047
Sulawesi 568.496 62.656 611.152
Papua 9.415.435 1.266.827 10.682.262
Jawa 89.446 89.446
TOTAL 25.610.352 7.045.753 32.656.106

Sumber: KLH, 2008


PENDEKATAN PENYUSUNAN
KEBIJAKAN

 Penyusunan kebijakan RPP


Pengendalian Kerusakan Ekosistem
Gambut
 Penyusunan Masterplan Pengelolaan
Ekosistem Gambut
 Penyusunan Profil Ekosistem Gambut
 Pemetaan KHG melalui Citra Satelit
LUAS LAHAN GAMBUT &
KANDUNGAN KARBON PER
PROVINSI DI SUMATERA
Kandungan
N
Provinsi Luas (Ha) Carbon (Juta
o
Ton)
1 Riau 4,043,602.00 16,851.23
Sumatera
2
Selatan 1,420,042.00 1,729.30
3 Jambi 716,838.00 1,850.97
4 Sumatera Utara 325,295.00 560.65
5 Aceh 274,051.00 561.4 7
6 Sumatera Barat 210,234.00 507.76
7 Lampung 87,567.00 60.33
8 Bangka Belitung 63,620.00 69.4
 Total
Sumber: Sumatera
Wetlands 7,204,301.00
International 21,721.72
LUAS LAHAN GAMBUT & KANDUNGAN
KARBON PER PROVINSI DI
KALIMANTAN
Kandungan
N
Provinsi Luas (Ha) Carbon (Juta
o
Ton)
Kalimantan
1 3,010,640.00 6,351.52
Tengah

2 Kalimantan Barat 1,729,980.00 3,625.19

3 Kalimantan Timur 696,997.00 1,211.91

Total Kalimantan 5,769,246.00 11,274.56

Sumber: Wetlands International


Sebaran Gambut di Indonesia Berdasarkan
Wilayah*
Luas Sisa Dilindungi
No Wilayah (ha) 1 (ha)
Original
(ha)
1 Sumatera 7,282,000 4,613,000 341,000
2 Kalimantan 4,413,000 3,531,000 857,000**
3 Sulawesi 44,000 34,000 -
4 Maluku 48,000 42,000 1,000
5 Irian Jaya 8,910,000 8,753,000 1,882,000
Total 20,697,000 16,973,000 2,481,000
, 1987].
•As of 1987 [Source: Silvius
et al It is estimated that up to 3 million ha of peat has nbee
converted or destroyed between 1987 to 2000.

• ** includingSebangau
as new National Park in endorsed in 2004.
Kalteng
Indonesia merupakan negara terluas kawasan
gambut tropika, dan negara ke 4 terluas kawasan
gambut di dunia
KENDALA PENGELOLAAN
• Kelembagaan
Belum adanya peraturan yang mengatur
mekanisme dalam menterpadukan
pengelolaan gambut berbasiskan ekosistem
peraturan terpisah seperti kehutanan,
lingkungan pertambangan, sumber daya air
dll

• Belum adanya data karakteristik gambut


sebagai base line perencanaan serta belum
adanya keseragaman data lahan gambut

• Partisipasi pihak terkait yang masih


lemahLemahnya kerjasama Pemerintah
Pusat, Daerah, LSM dan dunia usaha.
KRITERIA KERUSAKAN KAWASAN LINDUNG
GAMBUT
No Parameter Ambang Batas Keterangan
. Kerusakan
1. Gambut  10 persen Berfungsi sebagai
dan/atau atau lebih pengatur
pepohonan dari seluruh keseimbangan air,
dan/atau kawasan adanya
tutupan lahan lindung keanekaragaman
di kawasan gambut hayati, pencegahan
lindung terbuka kebakaran bawah
gambut gambut (ground fire),
2. Parit/drainase  Ada parit intrusi air laut,
buatan dan/ atau munculnya sulfat
drainase masam, dan
terbuka desertifikasi
KRITERIA KERUSAKAN KAWASAN
BUDIDAYA
Parameter Ambang Batas Kerusakan Keterangan
Muka air di Kedalaman muka air tanah lebih dari Mencegah kebakaran
Lahan gambut (satu) meter dari permukaan lahan bawah gambut (ground
fire)
 Tinggi muka air di saluran di lahan Mencegah munculnya
gambut lebih rendah atau sama dari sulfat masam
lapisan berpirit

 Tinggi muka saluran lebih rendah atau Mencegah


sama menyentuh lapisan pasir kwarsa desertifikasi
KONTRIBUSI EMISI KARBON DARI
LAHAN GAMBUT

Peatland

Anda mungkin juga menyukai