BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan kepemimpinan dalam perubahan strategis;
2. Mendeskripsikan kepemimpinan dalam perubahan fundamental;
3. Mendeskripsikan kepemimpinan berbasis kultural;
4. Mengetahui strategi pemimpin perubahan;
5. Mengetahui peran pemimpin perubahan;
6. Mengetahui penyakit kepemimpinan perubahan;
7. Mengetahui pelajaran bagi kepemimpinan perubahan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tantangan
Manusia pada dasarnya tidak mudah percaya pada sesuatu yang baru sampai mempunyai
pengalaman aktual sendiri tentang masalah tersebut. Sementara itu, pada zaman modern
sekarang ini telah terjadi peningkatan perubahan yang sangat besar dalam lingkup, ukuran dan
kompleksitas. Biaya atas keterlambatan melakukan perubahan, tidak hanya berupa
ketidaknyamanan, tetapi sering merupakan bencana besar bagi suatu organisasi (Black dan
Gregersen dalam Wibowo, 2006: 235).
Perubahan strategis akan selalu dan tetap sulit sampai dapat digali semakin dalam untuk
menemukan dasarnya. Semakin cepat pemimpin memaksakan perubahan, maka akan semakin
besar gelombang tekanan resistensi terhadap perubahan sehingga membentuk rintangan yang
kuat untuk sukses.
Pemimpin perubahan menghadapi brain barrier yang terbentuk dari peta mental yang
telah ada sebelumnya. Peta mental yang sangat kuat menunjukkan bagaimana orang melihat
dunia kerja, mengarahkan langkah dan perilaku sehari-hari. Pembuat peta perubahan harus
memahami, memecahkan dan menggambar ulang peta mental individu satu per satu, orang per
orang. Dengan demikian, pekerjaan seorang pemimpin perubahan sangatlah berat dan
memerlukan perhatian penuh.
2. Hambatan
Adanya tantangan untuk memetakan kembali mental individu membawa kita pada
rintangan kritis yang menghalangi perubahan strategis secara berkelanjutan. Untuk itu, brain
barrier harus dipecahkan dengan mempelajari penyebab kegagalan perubahan.
Penyebab kegagalan perubahan (Black dan Gregersen dalam Wibowo, 2006: 236) adalah:
a. Karena kegagalan melihat akan perlunya perubahan;
b. Walaupun dapat melihat perlunya perubahan, tetapi sering gagal untuk bergerak untuk
melakukan perubahan;
c. Walaupun mampu melihat perlunya perubahan dan dapat bergerak melakukan perubahan, tetapi
gagal untuk menyelesaikan perubahan.
Salah satu perbedaan paling penting tentang memimpin perubahan strategis adalah
dengan menjaga konsep tetap sederhana dan memfokuskan pada yang mendasar. Kenyataannya,
terobosan perubahan memerlukan penguasaan lengkap tentang fundamental perubahan. Dengan
menguasai dasar-dasar perubahan, dapat memberikan kunci untuk menerobos rintangan
resistensi perubahan.
3. Menerobos Inovasi dan Pertumbuhan
Orang sering lupa bahwa suatu keberhasilan pada dasarnya menjadi awal kegagalan.
Setiap perubahan penting berakar dari keberhasilan sebelumnya. Kebutuhan akan perubahan
lahir dari keberhasilan sebelumnya. Keberhasilan adalah merupakan ukuran tentang melakukan
sesuatu yang benar dan melakukan sesuatu dengan baik (Black dan Gregersen dalam Wibowo,
2006: 237).
Perubahan dimulai dengan terjadinya pergeseran dari sesuatu keadaan yang semula benar
sekarang menjadi salah, meskipun masih tetap dilakukan dengan baik. Pergeseran ini merupakan
pergeseran dari tahp pertama ke tahap kedua.pergeseran lingkungan terjadi antara lain karena
pesaing baru datang dengan kualitas sama, tetapi dengan harga yang secara signifikan lebih
rendah, atau teknologi baru membuat hilangnya keandalan standar produk, atau peraturan
pemerintah tidak mengizinkan praktek bisnis yang lalu, atau pelanggan mengganti preferensinya,
atau pergeseran lainnya.
Perubahan tahap kedua dimulai dengan mengenal bahwa sesuatu yang benar pada waktu
yang lalu, sekarang menjadi salah. Kita kemudian membayangkan bagaimana wujud sesuatu
yang baru yang benar menjadi lebih jelas. Akan tetapi, karena sesuatu hal yang benar masih baru,
biasanya tidak dilakukan dengan baik. Ini merupakan tantangan pada tahap perubahan ketiga.
Setelah menguasai sesuatu baru yang benar dan mulai melakukan dengan baik, kehidupan bisnis
sudah menjadi baik, dengan tumbuhnya pendapatan dan keuntungan.Uraian tersebut
menunjukkan peta secara keseluruhan untuk menguasai tantangan dalam memimpin perubahan
startegis dan menunjukkan bagaimana menerobos brair barrier.
4. Taktik Menentukan Perubahan
Terdapat tiga macam taktik untuk menentukan perubahan, yaitu bersifat berikut ini (Black
dan Gregersen dalam Wibowo, 2006: 238).
a. Anticipatory Change (Perubahan Antisipatif)
Anticipatory change merupakan antisipasi terhadap kebutuhan perubahan. Dalam
Anticipatory change dituntut untuk melihat ke depan lebih dahulu dengan melihat tanda-tanda
yang menunjukkan perubahan. Pendekatan ini membantu mengenal lebih dini bahwa peta lama
yang benar mungkin segera berubah menjadi salah. Atas dasar pengenalan ini, tantangan yang
dihadapi adalah merumuskan terlebih dahulu bagaimana seharusnya wujud peta baru yang benar.
Dengan demikian, dapat direncanakan antisipasi yang diperlukan apabila benar-benar terjadi
perubahan.
b. Reactive Change (Perubahan Reaktif)
Pendekatan ini berkisar pada memberikan reaksi pada tanda yang jelas dan memberi tanda
bahwa perubahan diperlukan. Dengan demikian, reactive change merupakan reaksi karena
terlihatnya tanda-tanda bahwa akan terjadi perubahan.
Tanda-tanda ini dapat muncul dari pelanggan, pesaing, pemegang saham, pekerja, stakeholder
lain, yang memberikan indikasi bahwa harus berubah sekarang atau mungkin harus membayar
harga yang lebih tinggi di kemudian hari apabila tidak segera melakukan reaksi.
c. Crisis Change (Perubahan Krisis)
Crisis Change dihadapi perusahaan apabila tanda-tanda untuk perubahan sudah
sedemikian besar dan intensif, pada suatu tingkatan yang tidak dapat dielakkan lagi. Hal tersebut
terjadi karena pesaing kita telah mulai melakukan perubahan, sementara kita masih tenang-
tenang saja. Apabila tanda-tanda tersebut diabaikan terlalu lama, maka dapat dihitung
konsekuensinya pada kinerja finansial. Perubahan harus segera dilakukan karena kondisinya
sudah kritis.
Memahami adanya tiga pendekatan perubahan ini penting karena bersifat langsung secara
intuitif. Tidak sulit untuk dapat dipahami tentang elemen penting masing-masing.
Reactive change lebih mudah dijalankan daripada anticipatory change. Anticipatory
change lebih sulit, tetapi biayanya lebih murah secara signifikan dalam jangka panjang,
dibandingkan dengan harus mengurangi setengah tenaga kerja, membuat pabrik yang mahal
menganggur dan merusak reputasi perusahaan di mata pelanggan, rekanan dan masyarakat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar memimpin perubahan strategis
bekerjasama baiknya dalam reactive change dan crisis change maupun dengan anticipatory
change.
Anticipatory change merupakan perubahan yang paling sulit dilakukan karena harus
memperkirakan antisipasi terhadap perubahan yang mungkin akan terjadi, namun belum tentu
benar-benar terjadi, tetapi biaya yang menjadi beban akan paling murah. Sebaliknya terjadi pada
crisis change, masalahnya sudah jelas terjadi sehingga biaya yang timbul sebagai
konsekuensinya relatif paling murah. Sementara itu, reactive change berada di antara keduanya,
tingkat kesulitan maupun biayanya sedang.
G. Pelajaran Kepemimpinan
Senge (dalam Wibowo, 2006: 284) mengamati bahwa langkah pertama dalam berpikir
tentang masa depan adalah dengan mneyadari bahwa terdapat sesuatu yang sifatnya sudah given,
yaitu apabila sesuatu terjadi maka akan menyusul kejadian berikutnya.
a. Perubahan Pola Pikir
1. Problem Solving Tidak Menciptakan
Kehidupan organisasi dibentuk oleh adanya dua orientasi fundamental yang berbeda,
yaitu creating atau menciptakan dan problem solving atau memecahkan masalah. Kebanyakan
pekerjaan manajer adalah tentang memcahkan masalah sehingga masalahnya hilang.
Kebanyakan diantara kita memandang bahwa manajer yang dinilai berhasil adalah problem
solver, yaitu mereka yang dapat mengatasi masalah. Namun, perlu disadari bahwa apabila
memfokus hanya pada problem atau masalah, maka tidak akan mempunyai waktu untuk melihat
kemungkinan lain.
2. Pemimpin yang Efektif Terbuka Untuk Kejutan
Setiap organisasi perlu mmepunyai pendekatan sistematis untuk
memperhitungkan masa depan. Pada waktu yang sama, pemimpin harus melihat
keberhasilan yang tidak diharapkan hari ini, biasanya hal ini menjadi cara terbaik
untuk menumbuhkan peluang baru.
3. Perubahan Dimulai dengan Sedikit Gairah
Pemimpin menggunakan terlalu bnayak waktu untuk berusaha memperbaiki kelemahan
dan juga sedikit usaha membangun kekuatan. Seorang pemimpin daripada harus mendorong
seluruh organisasi untuk maju, lebih baik memfokus pada beberapa orang yang berprestasi
tinggi.
b. Dorongan Kompetitif dan Pembelajaran
Korter (dalam Wibowo, 2006: 287) mengamati adanya dua aspek penting yang membuat
seseorang bekerja dengan baik untuk mengembangkan karier dalam iklim ekonomi yang penuh
tantangan ini, yaitu dorongan kompetitif dan
pembelajaran sepanjang masa.
c. Keterampilan Pemimpin Peubahan
Seorang pemimpin perubahan memerlukan ketrampilan tertentu untuk menjalankan
organisasi. Kanter (dalam Wibowo, 2006: 287) menyatakan bahwa orang harus diberi waktu,
tanggung jawab dan sumber daya untuk melaksanakan perubahan yang kekal. Kunci untuk
mengawasi perubahan adalah sebagai berikut.
1. Imajinasi Untuk Melakukan Inovasi
Untuk mendorong inovasi, pemimpin yang efektif membantu mengembangkan konsep
baru, gagasan model, dan aplikasi tknologi yang mentepkan organisasi tersendiri.
2. Profesionalisme Untuk Mewujudkan Kinerja
Pemimpin mengusahakan kompetensi pribadi dan organisasional, didukung oleh pelatihan
dan pengembangan tenaga kerja, untuk melaksanakan tugasnya dengan sempurna dan
memberikan nilai pada pelanggan.
3. Keterbukaan Untuk Berkolaborasi
Pemimpin membuat hubungan denga mitra yang dapat memperluas pencapaian
organisasi, meningkatkan posisi tawar, atau meningkatkan semangat kerjanya.
Beberapa catatan khusus yang perlu dicermati dari pembelajaran pemimpin perubahan
meliputi:
a. Mampu mewujudkan mimpi perubahan menjadi kenyataan;
b. Mampu menyeimbangkan antara disiplin dalam berpikir dan terbuka dalam menghadapi
berbagai kejutan-kejutan perubahan;
c. Memiliki visi yang jelas (visioner) dan integritas yang tinggi;
d. Mampu mengondisikan budaya kompetitif dan belajar dalam jangka panjang;
e. Memiliki sejumlah keterampilan yang diperlukan untuk membawa perubahan yang diinginkan
(Supriyanto, 2009: 89).
Menurut Kotter (dalam Supriyanto, 2009: 90) keberhasilan seorang pemimpin perubahan
dapat ditinjau dari lima variabel yaitu:
a. Vaiabel Personal History
Menunjuk pada kemampuan dirinya yang diketahui/dimiliki sejak lahir, pengalaman di
masa kecil, dan pengalaman pendidikan yang diperoleh serta pengalaman kerja
b. Competitive Drive
Menunjuk pada penentuan standard dirinya dalam mencapai tingkat persaingan dengan
pihak lain sehingga dapat dijadikan acauan untuk melakukan tindakan sesuai dengan keinginan.
c. Lifelong Learning
Menunjuk pada kemampuan pemimpin untuk mau dan mampu melakukan pembelajaran
sepanjang hayat. Melalui pembelajaran tersebut pemimpin perubahan diharapkan dan termotivasi
untuk menemukan keinginan mencari tantangan baru, selain juga dapat dijadikan sebagai
cerminan kejujuran atas berbagai kesuksesan dan kegagalan dirinnya.
d. Abilities and Skills
Menunjuk pada pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan yang relevan untuk
membawa perubahan. Keterampilan yang dimaksudkan antara lain kemampuan menggunakan
seperangkat instrumen untuk melaksanakan manajemen perubahan, mulai dari persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
e. Competitive Capasity
Menunjuk pada sejumlah kemampuan pemimpin perubaan ketika harus menghadapi
lingkungan ekonomi secara kompetitif dan bergerak cepat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kepemimpinan perubahan dalam konteks ini menunjuk pada perilaku pemimpin dalam
membawa perubahan organisasional. Kepemimpinan perubahan dapat ditinjau dari prespektif
yang ada, yaitu kepemimpinan perubahan strategis, fundamental, cultural. Pemimpin harus
memiliki strategi dan peran untuk melakukan perubahan di organisasi. Strategi yang harus
dilakukan pemimpin perubahan antara lain adalah akselerasi perubahan di masa depan,
pemimpin dalam pusaran perubahan, langkah memimpin perubahan, keseimbangan antara
perubahan dan kontinuitas, dan meningkatkan kepuasan pekerja.
Peran sebagai pemimpin sangatlah luas, untuk melakukan perubahan, adapun peran yang
harus dilakukan pemimpin antara lain adalah menciptakan hubungan kerja efektif, pergeseran
fungsi manajer, memimpin dengan contoh, memengaruhi orang lain, mengembangkan team
work, melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, menjadikan pemberdayaan sebagai
way of life, dan membangun komitmen. Strategi dan peran tersebut diarahkan untuk mencapai
tujuan untuk perubahan organisasional positif untuk jangka panjang.
Ada beberapa penyakit kepemimpinan yang dapat mengancam perubahan yaitu pemimpin
yang tidak mendengarkan, pemimpin yang tidak mempraktikan apa yang dikatakan, pemimpin
yang memprakatikan favoritisme, pemimpin yang mengintimdasi orang lain, pemimpin yang
mendemoralisasi orang lain, pemimpin yang gagal menciptakan arah, pemimpin yang tidak
mengembangkan orangnya, pemimpin yang merasa puas dengan dirinya. Pemimpin perubahan
organisasional perlu menyiapkan diri melalui beragam pengalaman pembelajaran yang relevan.
Pembelajaran bagi pemimpin perubahan antara lain perubahan pola pikir, memberikan dorongan
kompetitif dan pembelajaran jangka panjang, dan memiliki keterampilan (imajinasi,
profesionalisme, dan keterbukaan).
B. Saran
Setiap pemimpin organisasi harus melakukan perubahan, baik perubahan organisasi
maupun perubahan anggota-anggota di dalam organisasi. Pemimpin harus memiliki strategi dan
keterampilan untuk memimpin perubahan, untuk itu perlu banyak belajar dan dari berbagai
pengalaman.
DAFTAR RUJUKAN
Supriyanto, A. 2009. Manajemen Perubahan: Bahan Ajar Berbasis Benchmarking. Malang: FIP UM.
Wibowo. 2006. Manajemen Perubahan: Edisi Kedua. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.