Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKONOMI SYARIAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata pelajaran PAI

Disusun oleh

Irawan
XI IPS 2

SMA NEGERI 1 KAWALI


JL. PORONGGOL RAYA 09, - CIAMIS
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Ekonomi Syariah “ ini dengan lancar.
Shalawat berangkai salam senantiasa kami hantarkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, sebagai Khaatimu an-nabiyyin yang telah membuka jalan ilmu pengetahuan
sehingga kita dijadikan orang yang beradab, berbudaya, dan berpengetahuan.
Adapun tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas, juga diharapkan dapat
bermanfaat bagi umat Islam khususnya saya dan pembaca agar dapat menambah khazanah ilmu
kita terkait tentang ekonomi syariah.
Tentunya makalah ini tidak terlepas dari ketidaksempurnaan dan kekurangan. Untuk itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun selalu saya harapkan, sehingga kedepannya saya dapat
memperbaiki diri demi peningkatan kualitas makalah selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kawali, mei 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Pembatasan Masalah
1.4. Rumusan masalah
1.5. Tujuan menulis
1.6. Manfaat
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ekonomi Syariah
2.2. Perbedaan Ekonomi Syariah dan Konvensional
2.3. Karesteristik ekonomi syariah
2.4. Tujuan Sistem Ekonomi Syariah
2.5. Permasalahan yang terjadi di Indonesia
2.6. Sistem Ekonomi Syariah sebagai solusi
2.7. Penerapan Sistem Ekonomi Syariah
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1. Kritik
3.1. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Bila sebelum era 90-an pembicaraan tentang Sistem Ekonomi Islam begitu
ditabukan, kini sistem tersebut mulai lagi menjadi wacana. Hal ini sangat logis, di
satu sisi realitas menunjukkan bahwa sistem ekonomi sekarang ini bukan hanya
tidak mampu menyelesaikan masalah, bahkan menciptakan masalah. Lebih dari 65
tahun kapitalisme memimpin Indonesia, membuat puluhan juta orang terpaksa
hidup dalam kemiskinan, dan belasan juta pengangguran. Sementara sekitar jutaan
anak juga harus putus sekolah. Hidup pun semakin sulit dijalani, sekalipun sekedar
mencari sesuap nasi. Beban kehidupan semakin bertambah seiring dengan kenaikan
harga-harga akibat krisis yang berkepanjangan. Keterpurukan ini dirasakan oleh
seluruh rakyat, muslim maupun non muslim. Siapa yang suka dengan sistem yang
melahirkan keterpurukan-keterpurukan seperti ini?
Adapun islam sebagai agama rahmatulila’amin, telah mnyediakan solusi
dalam mengatasi berbagai problematika perekonomian Negara. Salah satu caranya
yaitu dengan menerapkan Sistem Eknomi Syariah yang berlandaskan Al-qur’an dan
Hadis. Sistem ini bukan hanya sebatas dalam tatanan konsep semata, melainkan
telah dibuktikan dan direalisasikan melalui perjalanan panjang kaum muslimin
yang ketika itu hidup berada di bawah naungan Negara khilafah yang menerapkan
islam secara kaffah. Dimulai dari kepemimpinan baginda Rasululloh SAW,
kemudian berlangsung hingga masa Daulah Bani Umayyah di bawah pemerintahan
Umar bin Abdul Aziz. Yang mana pada masa ini tidak didapati seorangpun yang
mau menerima sedekah dari baitul mal lantaran kebutuhan hidup yang sudah
tercukupi.
Demikianlah terapi mujarab dari sistem ekonomi syariah yang benar-benar
membawa keberkahan dan kesejahteraan. Bukan hanya bagi umat islam, tapi juga
bagi umat non muslim yang hidup di bawah naungan islam.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Krisis ekonomi nasional yang tak kunjung terselesaikan.
2. Lemahnya sistem kapitalis dan perbankan konvensional
3. Maraknya praktek ribawi di kalangan masyarakat.
1.3. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang dibatasi dalam makalah ini adalah seputar keampuhan
sistem ekononi syariah dalam menyelesaikan berbagai problematika perekonomian
nasioanal.
1.4. Rumusan masalah
1. Bagaimana solusi Sistem Ekonomi Syariah dalam menanggulangi krisis ekonomi
nasioanal?
2. Bagaimana penerapan Sistem Ekonomi Islam di Indonesia?
1.5. Tujuan menulis
Secara umum, selain dalam rangka mengikuti lomba karya tulis ilmiah, tujuan
penulisan makalah ini untuk melihat sekaligus menimbang baik-buruknya sistem
ekonomi sekarang dibanding sistem ekonomi syariah.
1.6. Manfaat
1. Untuk memberikan informasi seputar krisis ekonomi nasional dan kekurangan
sistem kapitalis.
2. Untuk menambah penghetahuan tentang penerapan Sistem Ekonomi Syariah.
3. Untuk memberikan informasi kepada pembaca bahwa Sistem Ekonomi Syariah
tak hanya sebagai solusi dalam menyelesaikan krisis nasional, melainkan juga dapat
diimplementasikan sebagai perekonomian Negara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ekonomi Syariah


Ekonomi syariah adalah suatu sistem yang mengatur segala aspek
perekonomian rakyat dan Negara dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan
kesejahteraan dengan berlandaskan Alqur’an dan Al-hadis.
Ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalisme ataupun
sosialisme yang berorientasi kepada materialistik semata. Sehingga lahirlah
manusia-manusia yang menuhankan materi. Selain itu, ekonomi syariah dalam
perspektif islam merupakan sebuah dimensi horizontal yang memiliki nilai ibadah.
2.2. Perbedaan Ekonomi Syariah dan Konvensional
Indonesia sudah memasuki tahun ke-16 sejak runtuhnya rezim Orde Baru.
Namun, sejatinya tak ada yang berbeda dari masa sebelumnya. Indonesia tetap
hidup dalam lingkungan krisis multidimensional dan Krisis ekonomi yang tak
unjung usai. Bahkan semakin terpuruk. Berbagai dampak negatif dapat dilihat dan
dirasakan langsung oleh rakyat akibat standar yang diterapkan oleh sistem ekonomi
konvensional (kapitalis). Karena sistem kapitalis ini adalah sebuah sistem yang
berkubang imperialis (musta’mirin) bagi penerimanya. Tidak ada batasan halal dan
haram, siapa yang memiliki modal besar, ialah yang menang. Pada ujungnya sistem
ini selalu melahirkan perpecahan, permusuhan, dan saling jatuh menjatuhkan satu
kelompok dengan kelompok yang lainnya.
Adapun sistem ekonomi syariah berbeda dengan sistem kapitalis ataupun
sosialis yang bercorak materialistik dan individualistik. Sistem Ekonomi Syariah
bukan pula berada di tengah-tengah kedua sistem tersebut. Ekonomi syariah harus
mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Baik kaya,
miskin, muslim ataupun non muslim. Selain itu juga harus mampu memberikan
peluang usaha bagi segenap rakyat kecil dan marginal. Secara implisit perbedaan
perbankan syariah dan konvensional disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Perbedaan ekonomi syariah dan ekonomi konvensional
Bank Islam Bank Konvensional
Melakukan investasi-investasi yang Investasi yang halal dan haram
halal saja
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual Memakai perangkat bunga
beli, atau sewa.
Profit dan falah (kemakmuran di dunia Profit oriented
dan akhirat) oriented
Hubungan dengan nasbah dalam Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk kemitraan bentuk hubungan debitur-debitur
Penghimpunan dan penyaluran dana Tidak terdapat dewan sejenis
harus sesuai dengan fatwa Dewan
Pengawas Syariah (DPS)

2.3. Karesteristik ekonomi syariah


Terdapat banyak dalil didalam Al-qur’an maupun Al-hadis yang
mengidentifikasikan karakteristik-karakteristik Sistem Ekonomi Syariah. Secara
umum karakteristik tersebut terangkum dalam nilai-nilai perekonomian islam
sebagai berikut:
1. Perekonomian yang bersifat universal dengan mengacu kepada norma-norma
islam:
QS Al-maidah (5) :87-88
2. Ekonomi syariah menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan baik sosial maupun
ekonomi.
Rasululloh SAW bersabdha: “sesungguhnya Alloh tidak melihat kepada rupa dan
harta-harta kalian, tetapi Alloh melihat kepada hati kalian dan amalan kalian”
(HR.Tirmidzi)
3. Keadilan distribusi pendapatan : QS Azzukhruf :32
4. Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial: QS Al’araf(7) :157
2.4. Tujuan Sistem Ekonomi Syariah
Sistem Ekonomi islam memiliki tujuan yang jelas dan nyata. Tak sekedar
implementasi yang berorientasi materialistik semata, melainkan memberikan
keselarasan dan keseimbangan bagi kehidupan di dunia serta pemenuhan kebutuhan
manusia yang berlandaskan syariat islam guna mencapai falah (kemakmuran di
dunia dan kebahagiaan di akhirat)
2.5. Permasalahan yang terjadi di Indonesia
Peralihan kursi kepemimpinan Negara yang diharapkan mampu mengatasi
problematika ekonomi nasional seakan belum menunjukkan tanda tanda akan
segera pulih. bahkan tanda-tanda Indonesia akan terjerumus kepada situasi krisis
ekonomi 1998, yang kala itu mampu meruntuhkan rezim Orde Baru sebenarnya
sudah sangat jelas. Salah satu indikatornya adalah pelemahan nilai tukar terhadap
dollar AS yang belakangan ini belum turun secara maksimal.
Belakangan ini kurs bahkan mencapai 1345.00 rupiah. Kisaran yang sama
pada saat krisis April, Mei 1998. Selain itu Anggara Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) kita masih dikuras dalam rasio besar untuk pengeluaran membayar
bunga hutang baik hutang luar negeri maupun dalam negeri dalam bentuk bunga
obligasi rekap konvensional. Hal tersebut semakin memburuk dengan kabar baru-
baru ini, sebagaimana yang diinformasikan dalam harian Republika, bahwa hasil
postur APBN 2016 mengalami defisit yang besar. Rencana pengalokasian dana
APBN dari anggaran belanja Negara berjumlah 20.95 triliun yang terdiri atas
belanja pemerintah pusat Rp. 1325,61 Triliun dan transfer ke daerah dan desa
Rp.77,2 triliun. Sedangkan pendapatan Negara yang utamannya ditopang oleh
pajak rakyat baru mencapai 1882,5 triliun. Padahal seharusnya belanja pemerintah
disesuaikan dengan pendapatan pemerintah, saat jumlah pendapatan jauh di atas
pendapatan akibat target yang dicanangkan tidak tercapai, disinilah muncul
masalah baru. sebab, untuk menutupi defisit tersebut pemerintah harus mencari
alternatif dengan menghutang ke luar negeri. Akibatnya, hutang Negara semakin
bertambah.
Walaupun baru-baru ini pemerintah mencanangkan program pemangkasan
APBN sebesar 290 triliun guna mengefisiensikan pengeluaran. Tetapi rencana
tersebut mungkin tidak akan benar-benar terealisasi jika negeri kita masih
menganut ekonomi kapitalis yang menjerat rakyatnya kepada praktek ribawi yang
merusak perekonomian nasional. Nantinya, dana APBN ratusan triliun yang
seharusnya diprioritaskan untuk pemberdayaan rakyat miskin, tetapi justru untuk
mensubsidi bank-bank ribawi plus tambahan bungannya yang sangat besar. Hal ini
tentu berimplikasi buruk terhadap pajak yang dikeluarkan rakyat. Artinya rakyat
jualah yang harus menanggung beban perekonomian Negara.
Praktek ribawi, sejak masa Yunani Kuno, sebenarnya tidak disukai dan
dikecam habis-habisan. Aristoteles mengutuk sistem pembungaan ini dengan
mengatakan riba sebagai ayam betina yang mandul dan tidak bisa bertelur. Begitu
juga ekonom modern, misalnya J.M. Keyness, mengkritik habis-habisan teori klasik
mengenai bunga uang ini. Keynes beranggapan, perkembangan modal tertahan oleh
adanya suku bunga uang. Jika saja hambatan ini dihilangkan, lanjut keynes, maka
pertumbuhan modal di dunia modern akan berkembang cepat. Hal ini memerlukan
kebijakan yang mengatur agar suku bunga uang sama dengan nol. Naasnya,
Menurut data terbaru, suku bunga kredit perbankan nasional di Indonesia dinilai
yang tertinggi di kawasan ASEAN. NIM perbankan nasional yang terlalu tinggi
inilah yang menyebabkan belum terdongktaknya pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Keterpurukan ekonomi Indonesia juga ditandai dengan lemahnya sektor non
riil. Di sektor non riil diperdagangkan mata uang dan surat berharga termasuk surat
utang, saham, dan lainnya. Sektor ini terus membesar dan segala transaksinya tidak
berpengaruh langsung pada sektor riil (sektor barang dan jasa). Pertumbuhan yang
ditopang sektor ini akhirnya menjadi pertumbuhan semu. Secara angka ekonomi
tumbuh tapi tidak berdampak pada perekonomian secara riil dan perbaikan taraf
ekonomi masyarakat.
Semua itu diperburuk oleh sistem moneter yang diterapkan di seluruh dunia
saat ini yang tidak disandarkan pada emas dan perak. Uang akhirnya tidak memiliki
nilai instrinsik yang bisa menjaga nilainya. Nilai nominal yang tertera ternyata
sangat jauh berbeda dengan nilai intrinsiknya. Ketika terjadi penambahan uang baru
melalui pencetakan uang baru atau penambahan total nominal uang melalui sistem
bunga dan reserve banking, maka total nominal uang dan jumlah uang yang beredar
bertambah lebih banyak, tak sebanding dengan pertambahan jumlah barang.
Akibatnya, nilai mata uang turun dan terjadilah inflasi. Inflasi otomatis ini
diperburuk dengan kegagalan pemerintah mengelola produksi dan pasokan barang,
terutama bahan pangan, seperti yang terjadi saat ini; begitu pula dengan kebijakan
kenaikan harga BBM.
Inilah gambaran umum kondisi perekonomian nasional. Ekonominya mudah
memanas. Angka inflasi adalah parameternya, dan ini sering mendera di sektor
bahan pangan. Paramater lain adalah biaya logistik tinggi, suku bunga tinggi, nilai
tukar juga sangat mudah bergerak naik turun, serta cadangan devisa bukan
bertambah tapi malah banyak terpakai untuk menjaga stabilitas moneter dan
membiaya impor.

2.6. Sistem Ekonomi Syariah sebagai solusi


Salah satu solusi yang paling penting untuk memperbaiki ekonomi nasional
yakni dengan mengganti Sistem Ekonomi Kapitalis dengan Sistem Ekonomi
Syariah. Sebab kapitalisme yang menjadi sistem kita saat ini, di satu sisi memang
menghasilkan kemajuan matearis lebih dari yang bisa diberikan oleh ekonomi
sosialis. Tapi, di sisi lain, sistem ini telah menciptakan kondisi yang dalam berbagai
hal justru bertentangan dengan eksistensi manusia. Seperti kesenjangan ekonomi,
kehidupan hedonis dan materialistik, dan proses dehumanisasi serta krisis-krisis
yang lainnya.
Dalam keyakinan islam, berbagai krisis tadi merupakan bentuk fasad
(kerusakan) yang ditimbulkan oleh perilaku manusia sendiri. Ditegaskan oleh Alloh
SWT dalam Alqur’an surat Ar-rum:41:
“Telah tampak kerusakan di muka bumi disebabkan oleh tangan-tangan
manusia”
Imam Jalaluddin As-suyuti dalam kitabnya ‘Tafsir Al-qur’an wal Adzim atau
yang lebih popular dengan ‘Tafsir Jalalayni’ mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan kalimat bimaa kasabat aydinas dalam ayat itu adalah “oleh karena
kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan manusia” (minal ma’asiy). Maksiat
adalah bentuk pelanggaran kepada hukum Alloh SWT yakni melakukan yang
dilarang Alloh dan meninggalakan apa yang diwajibkan. Dan setiap bentuk
kemaksiatan pasti menimbulkan dosa yang berakibat turunnya azab Alloh Ta’ala.
Kita lihat, dewasa ini, aturan-aturan islam memang sengaja disingkirkan dari
kehidupan masyarakat. Malah sistem sekulerlah yang selama ini kita adopsi seperti
sistem kapitalis yang sudah sanagat jelas menyengsarakan rakyat. Dalam tatanan
ekonomi kapitalistik, kegiatan ekonomi hanya sekedar memperoleh materi tanpa
memandang apakah kegiatan itu sesuai dengan norma-norma islam atau tidak.
Oleh karena itu perlu adanya dongkrakan baru dari pemerintah khususnya,
dan kesadaran masyarakat secara umum, untuk merecovery ekonomi konvensional
dengan sistem ekonomi syariah. Sebab, Sistem Ekonomi Syariah yang diwakili oleh
lembaga-lembaga perbankan syariah telah menunjukkan keresistenannya di masa
krisis karena ia menggunakan sistem bagi hasil sehingga tidak mengalami negative
spreade sebagaimana bank-bank konvensional.
Salah satu contoh Negara yang telah mendulang sukses dalam penerapan dan
pengelolaan sistem Sistem Ekonomi Syariah adalah Malaysia. kebijakan Islamic
first yang diterapkan oleh pemerintah Malaysia, yakni dengan memberikan
kemudahan peraturan bagi bank-bank syariah asing ketimbang bank-bank
konvensional dalam berinvestasi, telah menjadikan negeri jiran tersebut menjadi
cerminan dalam suksesnya Sistem Ekonomi Syariah.
Terbukti dari catatan yang terkumpul dari Direktorat Pengaturan
Pengembangan Perizinan dan Pengawasan Perbankan Syariah Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) menunjukkan Malaysia sebagai negara dengan aset keuangan
syariah terbesar di Asia Tenggara, bahkan dunia. Pada Desember 2014, nilai aset
perbankan syariah Malaysia mencapai 423,2 miliar dollar AS. Bandingkan dengan
Indonesia yang pada periode sama hanya mempunyai nilai aset 35,62 miliar dollar
AS.
Oleh karenannya, aplikasi ekonomi islam bukanlah suatu solusi yang harus
dipertimbangkan lagi, namun harus benar-benar diperhatikan dan
diimplementasikan di negeri kita yang sedang dilanda krisis ekonomi nasional.
Sebab Sistem Ekonomi Islam yang menitikberatkan pada penegakkan prinsip
keadilan dan membawa rahmat untuk semua orang, tidak diperuntukkan bagi
ummat muslim saja, namun untuk seluruh lapisan masyarakat yang juga meliputi
umat non muslim.

2.7. Penerapan Sistem Ekonomi Syariah


Dalam sejarahnya upaya peneran Sistem Ekonomi Syariah sudah dilakukan
sejak awal abad 20. Namun, bank syariah hanya sebatas teoritis dalam bahan
individu terbatas, belum ada langkah nyata yang memungkinkan implementasi
gagasan tersebut.
Namun, gagasan tersebut berkembang dan telah dicoba oleh beberapa Negara
islam dimulai dari Pakistan, Mesir, Siprus, Kuwait, Bahrain, UEA, dan Malaysia.
Barulah pada awal periode 1980-an diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar
ekonomi islam mulai dilakukan oleh sejumlah tokoh revosioner, seperti M.Amin
Aziz, A.M Syaifulloh, M.Natsir, dll.
Hingga perkembangan syariah mulai menemukan titik terangnya pada era
reformasi ditandai dengan disetujuinnya UU No. 10 tahun 1998 yang mengatur
sistem landasan hukum, serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diusahakan oleh bank syariah, kemudian munculah produk-produk perbankan
syariah yang menjadi manifestasi atas perwakilan ekonomi syariah.
Dalam kehidupan ekonomi islam, setiap transaksi perdagangan harus
dijauhkan dari unsur-unsur spekulatif, riba, gharar, majhul, dharar, dan yang
sejenisnya. Unsur-unsur tersebut harus benar-benar dijahui guna meningkatkan
mutu dan kualitas perbankan syariah yang berlandaskan Al-qur’an dan hadis.
Selain itu, di dalam Sistem Ekonomi Syariah, Negara memiliki peran penting
dalam menerapkan sistem ekonomi islam, salah satu caranya dengan mendirikan
baitul mal sebagaimana dahulu leluhur kita menerapkannya sebagai tempat atau
pusat perekonomian. Wajar, sebab konsep baitul mal pernah menorehkan prestasi
gemilang pada masa Umar bin Abdul Aziz dengan tercapainya pemerataan
kesejahteraan hingga penduduk Afrika-yang dikenal sebagai wilayah miskin-
menolak menerima zakat.
Islam juga menetapkan dinar dan dirham sebagai mata uang negara. fakta
menunjukkan bahwa standar alat tukar itu tidak terkena inflasi, atau tidak lekang
oleh zaman, dan nilainya relatif stabil meski terjadi perubahan sosial politik. Andai
Indonesia menggunakan emas dan perak sebagai mata uangnya, tentulah tidak akan
terjadi krisis moneter seperti terjadi pada tahun 1998. Bahkan, penulis buku Think
Dinar, Endy J. Kurniawan sendiri telah membuktikan keampuhan dinar ketika krisis
moneter tahun 1998 silam.
Saat itu ada dua orang yang gagal naik haji kerena tiba-tiba ongkos naik haji
meroket akibat dolar naik 3 kali lipat. (pada tahun 1997 ONH 8 jt-an, tahun 1998
ONH melonjak menjadi 21,7 jt). Diceritakan dalam buku itu bahwa kedua calon
haji tersebut sama-sama punya uang 10 juta di tabungan mereka. akhirnya satu
calon memutuskan untuk mengambil tabungannya dan mengganti tabungannya
tersebut dengan tabungan emas.
Sedangkan satu orang lagi tetap meneruskan tabungan rupiahnya yang sudah
10 juta secara rutin. Dua tahun kemudian apa yang terjadi? Ternyata orang yang
mengganti tabungannya dengan emas, bisa pergi haji berdua sedangkan orang yang
tetap menerusakan tabungannya dengan rupiah masih belum pergi haji kerana
uangnya tidak cukup. Hal tersebut membuktikan bahwa mata uang emas daya
belinya tidak akan pernah rusak oleh inflasi dan tidak lapuk oleh zaman.
Islam juga menegaskan bahwa uang sebagai alat tukar itu tidak boleh diam,
harus produktif. Alloh mengancam orang-orang yang menimbun emas dan perak
dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya doi jalan alloh, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa
mereka akan mendpatka siksa yang pedih pada hari dipanaskan emas dan perak
tersebut di dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengan-Nya dahi mereka,
lambung, dan punggung mereka lalu dikatakan kepada mereka: inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
akibat dari apa yang kamu simpan”. (QS At-Taubah (9): 34-35)
Juga Islam menetapkan bahwa uang sebagai alat tukar tidak boleh diputar
dalam bisnis non riil, seperti dipinjamkan untuk mendapatkan ribanya. Jelas Alloh
mensifati bisnis ini adalah praktek ribawi yang tidak bakal stabil. Allah
mengumampakan orang-orang yang memakan riba bagaikan orang yang
sempoyongan kemasukan setan. Allah berfirman:
“Orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan
penyakit gila. Keadaan demikian disebabkan mereka mengatakan sesungguhnya
jual sama dengan riba, padahal Alloh telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…” (QS Al-baqoroh (2) : 275)
Dengan demikian, seluruh jenis transaksi yang diharamkan oleh Alloh SWT
dan Rasul-Nya tergolong ke dalam transaksi-transaksi non real atau zalim yang
dapat mengakibatkan dharar atau bahaya bagi masyarakat dan Negara. Sifat-sifat
tersebut melekat pada ekonomi kapitalis dengan berbagai jenis transaksinya.
konsekuensinya bagi Negara dan masyarakat yang menaganut dan tunduk pada
sistem tersebut adalah kehancuran ekonomi dan kesengsaraan hidup.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
Islam bukanlah agama ritual semata, melainkan sebuah ideologi. Sebagai
sebuah ideologi yang shahih, tentu islam memiliki cara-cara yang lengkap dalam
mengatasi problematika manusia, termasuk problematika ekonomi Negara. Dari
pembahasan ini, tampak bagaimana kehandalan Sistem Ekonomi Syariah sebagai
solusi dari krisis yang berkepanjangan. Apabila saat ini kita menyaksikan banyak
kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dsb melanda umat islam, maka hal itu
disebabkan karena mereka tidak hidup dengan norma-norma islam. Sistem selain
islamlah (kapitalis, sosialis/komunis) yang mereka terapkan saat ini, sehingga
meskipun kekayaan alamnya melimpah, tetap saja hidup dalam kemiskinan dan
keterpurukan. Allah SWT berfirman:
“Barang siapa yang dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit
dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS
Thaha (20) :124.
3.1. Kritik
Pemerintah seharusnya mempertimbangkan untuk mengimplementasikan
Sistem Ekonomi Syariah, guna memperbaiki perekonomian Negara kita yang saat
ini dilanda berbagai masalah dan krisis nasional, apalagi penduduk Indonesia
mayoritas beraga Islam. Tentunya dapat mendukung dan terbuka terhadap
penerapan Sistem Ekonomi Syariah tersebut.
3.1. Saran
Semoga dengan dibuatnya karya tulis yang sederhana ini, penulis
menyarankan agar pemerintah tertarik dan mempertimpangkan Sistem Ekonomi
Syariah untuk diterapkan sebagai Sistem Perekonomian Nasioanal sebagaimana
yang dilakukan oleh Malaysia, baik dalam menjalankan ekonomi makronya,
maupun dalam rangka mendorong perkembangan lembaga keuangan syariah di
tanah air tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA

Syafi’I, Antonio.(1999).Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum.Bogor:Tazkia


Institute.
Hizbut Tahrir Ind.(2000). Bunga Rampai Syariat Islam. Pustaka: Hizbit Tahrir
Indonesia
Republika, 16 Februari 2016
Kurniawan, J Endy (2011). Think Dinar. Cetakan ke-5.Pustaka: Asma Nadia
Publishing House

Anda mungkin juga menyukai