Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONFLIK ANTAR RASIAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sosiologi

Disusun Oleh:
- Sofia SR.
- Shasha A.
- Rini F.
- Regina S.
- Lilih N.
- Rizal K.
- Prabu CPD.

SMK NEGERI 1 KAWALI


Jalan Poronggol Raya No.9, Kawalimukti, Kawali, Kabupaten Ciamis
Jawa Barat Kode Pos 46253

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puja dan Puji syukur kami haturkan kepada Allah
SWT, yang mana berkat hidayah dan ma'unahnya kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan rampung.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang mana berkat jerih payah beliau, kita bisa menikmati
manisnya ilmu pengetahuan dengan adanya agama Islam.
Dalam makalah ini, kami berkesempatan untuk sedikit membahas tema
"KONFLIK ANTAR RASIAL", yang mana dalam makalah ini, kami berusaha
untuk menggali dan mencari tau, serta memberi pengetahuan baru kepada para
pembaca mengenai apa itu konflik rasial, pengertiannya, dan seterusnya.
Tak ada gading yang tak retak, mungkin seperti itulah kami
menggambarkan makalah kami yang masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari siapapun,
agar dalam penulisan makalah yang selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Kawali, Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Realitas suatu bangsa yang menunjukkan adanya kondisi keanekaragaman
budaya, mengarahkan pada pilihan untuk menganut asas multikulturalisme.
Dalam asas multikulturalisme ada kesadaran bahwa bangsa itu tidak tunggal,
tetapi terdiri atas sekian banyak komponen yang berbeda.
Indonesia merupakan salah satu negara multikulturalis terbesar di dunia.
Berbagai pluralitas yang ada di Indonesia terdiri dari keragaman kelas sosial, etnis
dan ras, gender, anak berkebutuhan khusus, agama, bahasa, dan usia. Hal ini dapat
didukung oleh data sebagai berikut: (a) merupakan negara yang mempunyai
±13.000 pulau; (b) jumlah penduduknya lebih dari 200 juta; (c) mempunyai ± 656
suku bangsa; (d) memiliki lebih dari 360 dialek bahasa lokal; (e) beragam Agama
atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Soebadio, H., 1983; Yaqin,
A.M. 2005); dan (f) Indonesia terdiri dari 34 propinsi. Kondisi kehidupan
masyarakat yang multikultural tersebut secara makro dapat menjadi faktor
pendorong atau penghambat proses pembangunan nasional dalam berbagai bidang
(Koentjaraningrat, 1982; Ihromi, T.O., 1984).
Berkaitan dengan hal ini, pendidikan multikultural menawarkan satu
alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada
pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa
seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender,
kemampuan, umur, dan lain-lain. Sebagai Zat yang Maha Tahu, Allah SWT tidak
menciptakan manusia dalam satu rumpun suku yang homogen? Selain untuk
menguji manusia untuk berlomba-lomba menunjukkan usaha dan pengabdian
terbaiknya kepada Tuhan di dunia yang plural, tujuan utama penciptaan manusia
yang berbeda-beda adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan saling
memahami.
Bukankah dengan adanya perbedaan mendorong manusia untuk bertanya,
menganalisa, dan mencoba berfikir keras untuk saling memahami. Perbedaan juga
menuntut manusia untuk saling mempromosikan harmonitas dan kerjasama.

1
Tuhan menciptakan manusia dalam bentuk yang berbeda bukan sebagai sumber
perpecahan atau polarisasi masyarakat. Al-Qur’an juga menekankan bahwa
manusia di dunia, tanpa memandang perbedaan suku dan ras, disatukan dalam
perlunya ketaatan mereka kepada satu Tuhan Sang Pencipta. Dalam ayat yang
lain, Al-Qur’an menekankan prinsip persatuan dalam perbedaan (unity in
diversity) yang artinya:
“Sungguh komunitasmu adalah komunitas yang satu dan Aku adalah
Tuhan-mu, maka mengabdilah kepada-Ku” (Qur’an Surah Al-Anbiya/21:92).
Etnik dan ras memiliki pengertian yang berbeda, dilihat dari segi
pandangan beberapa tokoh bahwa etnik adalah segolongan rakyat yang masih dianggap
mempunyai hubungan biologis. Dan ras adalah suatu kelompok manusia yang
memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti pengelompokan
masyarakat berdasarkan ciri- ciri fisiknya,bukan budayanya.
Berbagai kekerasan antar kelompok yang bergolak secara sporadis seputar
persoalan Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA) banyak terjadi dan
terus bermunculan di negeri ini. Dari Sabang sampai Merauke terjadi berbagai
peristiwa berdarah. Di Aceh terjadi pergolakan yang bernuansa separatis dan ingin
memerdekakan diri melalui Gerakan Aceh Merdeka. Untunglah masalah ini bisa
diselesaikan dengan damai, namun masalah ini belum tuntas. Di Sampit terjadi
peristiwa yang sangat menggegerkan dunia ketika banyak mayat bergelimpangan
tanpa kepala dan diliput ke seluruh dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Pluralitas?
2. Apakah pengertian Etnik dan Ras?
3. Apakah pengertian konflik?
4. Apakah pengertian keragaman Etnik dan Ras?
5. Apa sajakah penyebab timbulnya keragaman Ras dan Etnik?
6. Mengapa keragaman ras dan etnik banyak menimbulkan konflik?
7. Bagaimanakah cara membangun sikap anti diskriminasi etnik dan ras di
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat?
8. Bagaimaakah solusi dalam menangani masalah etnik dan ras di lingkungan
keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat?
9. Bagaimanakah cara menghargai keberagaman etnik dan ras yang ada di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat?

2
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Dapat memahami pengertian pluralitas.
2. Dapat mengetahui pengertian etnik dan ras.
3. Dapat menjelaskan pengertian konflik.
4. Dapat memahami pengertian keragaman etnik dan ras.
5. Dapat menyebutkan penyebab ras dan etnik.
6. Dapat mengetahui alasan penyebab timbulnya konflik ras dan etnik.
7. Dapat menerapkan sikap anti diskriminasi etnik dan ras di lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakat.
8. Dapat mengetahui solusi dalam menangani masalah etnik dan ras di
lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
9. Dapat mengetahui cara menghargai keberagaman etnik dan ras yang ada di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pluralitas
Pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua kata plural
(=beragam) dan isme (=paham) yang berarti beragam pemahaman, atau
bermacam-macam paham, Untuk itu kata ini termasuk kata yang ambigu.
Berdasarkan Webster's Revised Unabridged Dictionary (1913 + 1828) arti
pluralism adalah hasil atau keadaan menjadi plural dan keadaan seorang pluralis;
memiliki lebih dari satu tentang keyakinan gerejawi.
Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa
kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi
satu sama lain. Pluralisme dapat dikatakan salah satu ciri khas masyarakat modern
dan kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi
utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat, dan perkembangan
ekonomi.
Indonesia merupakan salah satu negara multikulturalis terbesar di dunia.
Berbagai pluralitas yang ada di Indonesia terdiri dari keragaman kelas sosial, etnik
dan ras, gender, anak berkebutuhan khusus, agama, bahasa, dan usia.

1. Pluralisme Sosial
Dalam ilmu sosial, pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi
beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan
toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan
hasil tanpa konflik asimilasi.
Pluralisme dapat dikatakan salah satu ciri khas masyarakat modern dan
kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama
kemajuan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat dan perkembangan ekonomi.
Dalam sebuah masyarakat otoriter atau oligarkis, ada konsentrasi kekuasaan
politik dan keputusan dibuat oleh hanya sedikit anggota. Sebaliknya, dalam
masyarakat pluralistis, kekuasaan dan penentuan keputusan (dan kemilikan
kekuasaan) lebih tersebar.

4
Dipercayai bahwa hal ini menghasilkan partisipasi yang lebih tersebar luas
dan menghasilkan partisipasi yang lebih luas dan komitmen dari anggota
masyarakat, dan oleh karena itu hasil yang lebih baik. Contoh kelompok-
kelompok dan situasi-situasi di mana pluralisme adalah penting ialah: perusahaan,
badan-badan politik dan ekonomi, perhimpunan ilmiah.
2. Pandangan Islam
Pada tanggal 28 Juli 2005, MUI menerbitkan fatwa yang melarang
pluralisme. Dalam fatwa tersebut, pluralisme agama, sebagai obyek persoalan
yang ditanggapi, didefinisikan sebagai:
"Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan
karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk
agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar
sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua
pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga".
Dengan demikian, MUI menyatakan bahwa Pluralisme dalam konteks yang
tertera tersebut bertentangan dengan ajaran Agama Islam. Dengan adanya definisi
pluralisme yang berbeda tersebut, timbul polemik panjang mengenai pluralisme di
Indonesia.

3. Pandangan Kristen
Paus Yohannes Paulus II, tahun 2000, mengeluarkan Dekrit Dominus
Jesus. Penjelasan ini, selain menolak paham Pluralisme Agama, juga menegaskan
kembali bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara keselamatan Ilahi
dan tidak ada orang yang bisa ke Bapa selain melalui Yesus. Pluralisme agama
berkembang pesat dalam masyarakat Kristen Barat disebabkan setidaknya oleh
dua hal yaitu:
a. Trauma sejarah kekuasaan Gereja di Abad Pertengahan dan konflik Katolik-
Protestan.
b. Problema teologis Kristen, dan Problema Teks Alkitab.
Dalam tradisi Kristen, dikenal ada tiga cara pendekatan atau cara pandang te
ologis
terhadap agama lain.

5
4. Pandangan Hindu
Setiap kali orang Hindu mendukung Universalisme Radikal, dan secara bo
mbastik
memproklamasikan bahwa “semua agama adalah sama”, dia melakukan itu atas
kerugian
besar dari agama Hindu yang dia katakan dia cintai.
(Dr. Frank Gaetano Morales, cendekiawan Hindu).

B. Definisi Etnik dan Ras


Ada beberapa pandangan dari tokoh-tokoh mengenai etnik dan ras sebagai
berikut:
1. Definisi etnik
a. Fredrick Barth
Etnik adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul
bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada sistem
nilai budaya.
b. Hassan Shadily MA
Suku bangsa atau etnik adalah segolongan rakyat yang masih dianggap
mempunyai hubungan biologis.
c. Ensiklopedi Indonesia
Etnik adalah kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang
mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama,
bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki
kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan
ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.
d. Menurut Perspektif Teori Situasional
Etnik merupakan hasil dari adanya pengaruh yang berasal dari luar
kelompok. Salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap etnikitas
adalah kolonialisme, yang demi kepentingan administratif pemerintah
kolonial telah mengkotak-kotakkan warga jajahan ke dalam kelompok-
kelompok etnik dan ras (Rex dalam Simatupang, 2003). Untuk seterusnya
sisa warisan kolonial itu terus dipakai sampai sekarang.

6
2. Definisi Ras
a. Gill dan Gilbert
Ras merupakan pengertian biologis yang menjelaskan sekumpulan orang
yang dapat dibedakan menurut karakteristik fisik yang dihasilkan melalui
proses reproduksi
b. Daljoeni
Ras adalah 1) suatu kategori tertentu dari sesorang yang bias superior
maupun inferior, yang ditandai oleh karakteristik fisik, seperti warna kulit,
tekstur rambut, dan lipatan mata; 2) Pengelompokkan manusia berdasarkan
karakteristik biologis, misalnya kaukasoid, mongoloid, negroid, australoid,
dan indian
c. Macionis
Ras (Race) adalah kumpulan manusia yang terdiri daripada lelaki dan
perempuan yang memiliki ciri-ciri biologi tersendiri yang diwarisi, dan
dapat dibedakan dengan jelas dalam masyarakat. Pada suatu ketika dahulu,
manusia pernah dibeda-bedakan menurut kategori Caucasoid, Mongoloid,
Negroid, dan Australoid dengan berdasarkan kepada perbedaan fisik seperti
warna kulit, warna rambut, rupa bentuk dan lain-lain. (1998:214).
d. Menurut Academic American Encyclopedia
Ras boleh didefinasikan sebagai teori atau falsafah yang menyatakan
seseorang mewarisi ciri-ciri seperti warna kulit, rupa bentuk, warna rambut,
tingkat laku, kelakuan atau tahap intelektual. Pengertian sedemikian
menyebabkan sesetengah manusia mengangggap kaum mereka adalah lebih
unggul daripada kaum lain. (Volume 16:37).
e. Menurut Van den Berghe

Berpendapat bahawa istilah ras itu mengelirukan kerana ianya mempunyai


empat pengertian utama. (1967):
1) Ras digunakan sebagai satu konsep biologi untuk membedakan manusia
atas dasar perbedaan "phenotype" dan "genotype". Walau
bagaimanapun, tiada sebarang persetujuan yang dicapai oleh ahli

7
antropologi dan sosiologi dan kebelakangan ini pengertian ini pun telah
ditolak oleh sebagian besar pakar sains sosial.
2) Ras juga digunakan untuk memperihalkan suatu kelompok manusia
yang mempunyai beberapa ciri kebudayaan yang sama seperti bahasa
dan agama (Misalan: ras Perancis dan ras Yahudi).
3) Ras juga digunakan secara longgar sebagai arti sekata dengan perkataan
spesis (species). (Misalnya: ras manusia).
4) Ras juga digunakan untuk merujuk kepada suatu kelompok manusia
yang menganggap diri atau dianggap oleh kelompok lain sebagai
berbeda daripada kelompok-kelompok mereka atas dasar perbedaan
fisik yang tidak dapat diubah.

Dari pandangan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi


Etnik adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan
biologis. Konsep etnikitas bersifat relasionalyang berkaitan dengan identifikasi
diri dan asal-usul sosial. Apa yang kita pikirkan sebagai identitas kita tergantung
kepada apa yang kita pikirkan sebagai bukan kita. Orang Jawa bukan Madura,
Batak dll. Konsekuensinya, etnikitas akan lebih baik dipahami sebagai proses
penciptaan batas-batas formasi dan ditegakkan dalam kondisi sosial-historis yang
spesifik.
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang
sama. Diferensiasiras berarti pengelompokkan masyarakat berdasarkan ciri- ciri
fisiknya, bukan budayanya.

C. Definisi konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan
warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat
daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan
pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.

8
2. Menurut Gibson, et.al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan
kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal
ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan
atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan
oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya
konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap
tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam
organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang
terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada
tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan
individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara
dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling
tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu
pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau
satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan
menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain,
kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan
ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih
individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules,
1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku
komunikasi (Folger & Poole: 1984).
9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan
yang ingin dicapai, alokasi sumber-sumber yang dibagikan, keputusan yang
diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237;
Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).

9
10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang
lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang
berbeda-beda (Devito, 1995:381).

Dari pandangan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik


terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan
apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan
dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi konflik
tidak selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan
hikmah di balik adanya perseteruan pihak-pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat
berupa bagaimana cara menghindari konflik yang sama supaya tidak terulang
kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang
sama apabila sewaktu-waktu terjadi kembali.

D. Definisi Keragaman Etnik dan Ras


Tidak dapat dipungkiri lagi, hampir semua wilayah (termasuk kota) di
Indonesia adalah wilayah dengan masyarakat multikultur. Para transmigran tentu
lebih jelas motivasinya, yaitu mendapatkan tanah dan pekerjaan yang lebih baik di
luar Jawa dan Bali. Namun, kelompok etnis diaspora yang terdiri dari beberapa
kelompok etnis tentu memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Para pendatang
tersebut (transmigran,diaspora, dan migrasi lainnya) mau tidak mau harus
melakukan kontak budaya dengan masyarakat setempat. Berdasarkan teori kultur
dominan.
Kelompok etnis tertentu menjadi dominan di wilayah teritorialnya.
Beberapa provinsi yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah lima
provinsi di Jawa (Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Jawa Barat), Bali, Gorontalo,
Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, dan
Nangroe Aceh Darusalam.
Kelompok etnis tertentu menjadi dominan di luar wilayah teritorialnya.
Untuk kategori ini hanya terjadi di propinsi Lampung, dimana orang Jawa
menjadi mayoritas (61,89%) diikuti dengan orang asli Lampung (Peminggir,
Pepadun, Abang Bunga Mayang) justru menjadi minoritas.
Beberapa etnis memiliki jumlah yang berimbang, dapat dikateorikan lagi
menjadi: Perimbangan jumlah etnis dengan jumlah etnis asli lebih besar. Kategori
ini kebanyakan berasal dari etnis diaspora seperti Batak, Bugis, Melayu,
Minahasa, dan Buton di wilayah teritorialnya. Selain itu, etnis Banten juga paling
banyak jumlahnya meskipun tidak dominan. Beberapa propinsi yang termasuk

10
dalam kategori ini antara lain adalah: Banten, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Utara, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Perimbangan jumlah etnis dengan jumlah etnis pendatang lebih
besarKategori ini kebanyakan terjadi di wilayah dimana para pendatang yang
justru “membangun” wilayah di perantauan, terutama DKI Jakarta, Kalimanatan
Timur, Kalimantan Tengah, dan Bengkulu. Diketiga propinsi ini orang Jawa
merupakan etnis yang jamlahnya terbesar.
Beberapa etnis memiliki jumlah yang berimbang, namun yang terbanyak
adalah kumpulan beberapa etnis (kelompok lain-lain) yaitu Maluku, Maluku
Utara, Papua, dan Sulawesi Tengah.

E. Penyebab Timbulnya Keragaman Ras dan Etnik


Faktor yang membuat perbedaan-perbedaan itu terutama berasal dari ilmu-
ilmu perilaku manusia (Behavioral Sciences) seperti sosiologi, antropologi dan
psikologi. Ilmu-ilmu sosial tersebut mempelajari dan menjelaskan kepada kita
tentang bagaimana orang-orang berprilaku, mengapa mereka berprilaku demikian,
dan apa hubungan antara prilaku manusia dengan lingkungannya. Penyebab
tersebut telah menimbulkan banyak konflik di dalam masayarakat.
Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang
diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkelahian, pemerkosaan, dan
pembunuhan. Konflik tersebut muncul karena adanya ketidakseimbangan
hubungan yang ada dalam masyarakat, baik dalam hubungan sosial, ekonomi,
maupun dalam hubungan kekuasaan.Konflik di atas tidak hanya merugikan
kelompok-kelompok masyarakat yang terlibat konflik tetapi juga merugikan
masyarakat secara keseluruhan. Kondisi itu dapat menghambat pembangunan
nasional yangsedang berlangsung. Hal itu juga mengganggu hubungan
kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan, perdamaian, dan keamanan di dalam
suatu negara serta menghambat hubungan persahabatan antarbangsa. Konflik
antar-etnis banyak terjadi akibat adanya rasa ketidakadilan, contohnya belum ada
orang Papua yang bisa menjadi lurah atau kepala desa di Jawa. Sebaliknya,
banyak orang Jawa menjadi lurah di Papua. Adapun faktor-faktor pendorong
munculnya diskriminasi sosial sebagai berikut:
1. Rasisme
Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan
bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan
pencapaian budaya atau individu bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan
memiliki hak untuk mengatur yang lainnya.
2. Separatisme
Separatisme etnis juga digunakan untuk merujuk kepada kelompok-kelompok
yang mencoba memisahkan diri dari segi budaya dan ekonomi atau ras meski
tidak selalu menginginkan otonomi politik, seperti kelompok berbasis ras
yang ingin mengisolasikan diri dari kelompok lainnya.

11
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
hukum dasar yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia yang tercermin
dalam sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Asas ini merupakan
amanat konstitusional bahwa bangsa Indonesia bertekad untuk menghapuskan
segala bentuk diskriminasi ras dan etnis. Diskriminasi ras dan etnis, tetapi masih
belum memadai untuk mencegah, mengatasi, dan menghilangkan
praktik diskriminasi ras dan etnis dalam suatu undang-undang. Berdasarkan
pandangan dan pertimbangan di atas, dalam Undang-Undang ini diatur mengenai
asas dan tujuan penghapusan diskriminasi ras dan etnis:
a. Tindakan yang memenuhi unsur diskriminatif .
b. Pemberian perlindungan kepada warga negara yang mengalami
tindakandiskriminasi ras dan etnis.
c. Penyelenggaraan perlindungan terhadap warga negara dari segala
bentuk tindakan diskriminasi ras dan etnis yang diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat, serta seluruh warga negara.
d. Pengawasan terhadap segala bentuk upaya penghapusan diskriminasi rasdan
etnis oleh Komnas HAM.
e. Hak warga negara untuk memperoleh perlakuan yang sama dalammendapatkan
hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
f. Kewajiban dan peran serta warga negara dalam upaya
penghapusandiskriminasi ras dan etnis.
g. Gugatan ganti kerugian atas tindakan diskriminasi ras dan etnis.
h. Pemidanaan terhadap setiap orang yang melakukan tindakan berupa:
Memperlakukan pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihan
berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau
pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan
kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Menunjukkan kebencian atau rasa benci kepada orang
karena perbedaan ras dan etnis dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu.

F. Ras dan Etnik Banyak Menimbulkan Konflik


Indonesia merupakan salah satu bangsa yang paling plural di dunia dengan
lebih dari 500 etnik dan menggunakan lebih dari 250 bahasa. Karenanya,
sebagaimana bangsa multietnik lainnya, persoalan-persoalan mengenai
pengintegrasian berbagai etnik kedalam kerangka persatuan nasional selalu
menjadi tema penting. Ironisnya, setelah sekian puluh tahun kemerdekaan,
pertikaian antar etnik tetap saja terjadi. Sementara pembauran antar etnik intens
berlangsung terutama di daerah-daerah urban, konflik antar etnik terus terjadi. Di

12
satu sisi di galakkan upaya untuk meningkatkan nasionalisme guna mengurangi
etnosentrisme, di sisi lain tumbuh subur pemujaan etnik.
Memiliki ratusan etnik dengan budaya berlainan, yang bahkan beberapa di
antaranya sangat kontras, potensi kearah konflik sangatlah besar. Ketika
Koentjaraningrat mendefinisikan nilai budaya sebagai suatu rangkaian konsep
yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai apa
yang di anggap penting dan remeh dalam hidup, sehingga berfungsi sebagai
pedoman dan pendorong perilaku, yang tidak lain mengenai sikap dan cara
berfikir tertentu pada warga masyarakat, sekaligus ia menyatakan inilah masalah
terbesar dalam persatuan antar etnik (Koentjaraningrat, 1971). Nilai budaya inilah
yang berperan dalam mengendalikan kehidupan kelompok etnik tertentu, memberi
ciri khas pada kebudayaan etnik, dan dijadikan patokan dalam menentukan sikap
dan perilaku setiap anggota kelompok etnik. Nilai budaya-nilai budaya yang
berbeda pada tiap etnik akan menimbulkan sikap dan cara berfikir yang berbeda
pula. Demikian juga dalam perilaku yang di ambil meskipun dalam masalah yang
sama. Perbedaan ini potensial menimbulkan konflik terutama pada masalah-
masalah yang datang dengan adanya interaksi antar etnik.

G. Cara Membangun Sikap Anti Diskriminasi Etnik dan Ras di Lingkungan


Sekolah dan Lingkungan Masyarakat
1. Masyarakat Membuat Rancangan Undang-Undang Penghapusan
Diskriminasi Etnis dan Ras hendaknya tidak hanya memfokuskan perhatian pada
diskriminasi seperti yang terjadi pada etnis Papua. Setiap manusia
berkedudukan sama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena dilahirkan dengan
martabat, derajat, hak dan kewajiban yang sama. Pada dasarnya, manusia diciptakan
dalam kelompok ras atau etnis yang berbeda-beda yang merupakan hak
absolut dan tertinggi dari Tuhan Yang Maha Esa. Dengandemikian, manusia
tidak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai bagian dari ras atau etnis tertentu.
Adanya perbedaan ras dan etnis tidak berakibat menimbulkan perbedaan hak dan
kewajiban antar-kelompok ras dan etnis dalam masyarakat dan negara.
2. Sekolah Membangun sikap anti diskriminasi etnis di Sekolah
Salah satu langkah penting yang dikaji dalam poin bahasan ini adalah

13
bagaimana membangun sikap saling menghargai antar etnis yang dimulai
melalui institusi sekolah.

Gambaran masalah:
Sehari setelah terjadi kerusuhan antara etnis Madura dan Dayak di Sampit
Kalimantan tengah, seorang guru SMA di Jawa Timur, memulai pelajaran Fisika
sebagaimana biasanya. Guru tersebut, begitu masuk kelas, langsung memulai
pelajarannya tanpa menyinggung sedikitpun tragedi menyakitkan yang sedang
menimpa dua saudara sebangsanya di seberang pulau. Padahal tidak menutup
kemungkinan, beberapa murid yang berada di kelas tersebut juga mempunyai
saudara atau sahabat yang turut menjadi korban dalam kerusuhan tersebut.
Berkaitan dengan gambaran ini, guru tersebut seharusnya tidak bersikap
demikian. Seharusnya, dia dapat menunjukan simpati dan keprihatinannya atas
jatuhnya korban jiwa dalam peristiwa itu dengan cara meluangkan sebagian waktu
mengajarnya untuk mendoakan para korban. Langkah lain yang perlu dilakukan
sepatutnya yaitu menjelaskan bahwa dalam kehidupan ini, sesama warga
Indonesia harus saling menghargai perbedaan yang ada. Selain itu, harus
dijelaskan pula bahwa kekerasan tidak perlu dilakukan. Guru harus menjelaskan
bahwa kerukunan dan persaudaraan harus dibangun untuk menciptakan
kedamaian antar sesama manusia. Dan kejadian itu tidak perlu terulang kembali.
Peran guru dan sekolah dalam membangun sikap anti diskriminasi etnis:
Guru berperan sangat penting dalam menumbuhkan sensitivitas anti diskriminasi
terhadap etnis lain di sekolah. Beberapa langkah yang bisa ditempuh antara lain:
a. Pertama, Setiap guru sebaiknya mempunyai pemahaman dan wawasan yang
cukup tentang sikap anti diskriminasi etnis. Pemahaman dan wawasan seperti
ini dapat diperoleh dengan cara belajar sendiri atau mendapatkan pelatihan
secara khusus dari pihak sekolah.
b. Kedua, Guru sebaiknya mempunyai sensitivitas yang kuat terhadap gejala-
gejala terjadinya diskriminasi etnis, sekecil apapun bentuknya, yang terjadi di
kelas atau di luar kelas.
c. Ketiga, Seorang guru diharapkan dapat memberikan contoh secara langsung
melalui sikap dan tingkah lakunya yang tidak memihak atau tidak berlaku

14
diskriminatif terhadap siswa yang mempunyai latar belakang etnis atau ras
tertentu.

Untuk mendukung langkah-langkah guru dalam membangun sikap anti


diskriminasi etnis, peran sekolah juga sangat menentukan dalam hal ini.
Beberapa langkah penting yang sebaiknya dilakukan pihak sekolah agar
siswa dapat secara langsung belajar meningkatkan sensitifitasnya untuk bersikap
menghargai etnis lain di sekolah:
- Pertama, sekolah sebaiknya membuat dan menerapkan peraturan atau UU
sekolah yang dapat mendorong tumbuhnya kesadaran siswa untuk tidak
melakukan tindakan-tindakan yang menjurus pada bentuk-bentuk
diskriminasi terhadap etnis atau ras tertentu.
- Kedua, sekolah sebaiknya berperan aktif dalam membangun pemahaman dan
kesadaran siswa tentang pentingnya sikap menghargai dan anti diskriminasi
terhadap etnis lainnya, dengan cara membuat pusat kajian atau forum dialog
untuk menggagas hubungan yang harmonis antar etnis.
- Ketiga, sekolah sebaiknya memberikan pelatihan khusus pada guru, staf
administrasi, satpam dan seluruh pihak yang berkepentingan secara langsung
dengan sekolah tentang bagaimana memahami, menghormati dan bersikap
yang manusiawi, adil, dan demokratis terhadap etnis lainnya.
- Keempat, sekolah sebaiknya menerapkan kurikulum yang bermuatan
pengembangan sikap anti diskriminasi terhadap etnis lain. Atau paling tidak
ada muatan sikap anti diskriminasi terhadap siapa pun (umat manusia).

H. Cara Menghargai Keberagaman Etnik dan Ras yang Ada di Lingkungan


Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.
Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang
begitu beragam dan luas. Keragaman ini diakui atau tidak akan dapat
menimbulkan berbagai persoalan, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, kemiskinan,
kekerasan, perusakan lingkungan, separatisme, dan hilangnya rasa kemanusiaan

15
untuk menghormati hak-hak orang lain, merupakan bentuk nyata sebagai bagian
dari multikulturalisme tersebut.
Cara kita dalam menghargai keberagaman etnik dan ras yang ada di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yaitu dengan menerapkan nilai-
nilai pluralisme etnik dan ras yang disebutkan dalam kisah Nabi Yusuf AS yang
terkandung dalam Al-Qur’an Surat Yusuf, yaitu:
1. Nilai Kedamaian
a. Kedamaian dimulai dalam hati setiap manusia.
b. Kedamaian mengandung pikiran yang murni, perasaan yang murni, dan
harapan yang murni.
c. Kedamaian dapat dimunculkan melalui perilaku yang saling menghargai antar
suku bangsa.
2. Nilai Penghargaan
a. Menghargai diri sendiri, dan mudah untuk menghargai orang lain.
b. Bersikap hormat dan menghormati.
c. Setiap orang berhak untuk hidup dengan mulia dan penuh hormat, termasuk
diri kita sendiri.
3. Nilai Cinta
a. Dapat diberikan pada negara, tujuannya, kebenaran, keadilan, etika, dan
masyarakat atau pada alam.
b. Dapat memberikan kebaikan, pemeliharaan, pengertian, dan menjaga tingkah
laku.
4. Nilai Toleransi
a. Menghargai individu dan perbedaannya.
b. Keterbukaan pikiran dalam memperlakukan orang lain secara berbeda,
menerianya, menyesuaikan diri, dan menunjukkan toleransinya.

5. Nilai Kejujuran
a. Jujur pada diri sendiri sehingga mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
b. Sadar akan hal yang benar dan sesuai dengan perannya, tindakannya, dan
hubungannya.

16
6. Nilai Kerendahan Hati
a. Pribadi yang rendah hati, mendengarkan, dan menerima orang lain.
b. Dapat menghilangkan sikap sombong.
7. Nilai Kerjasama
a. Untuk mencapai tujuan bersama.
b. Menumbuhkan pengenalan akan nilai dari keikutsertaan setiap individu dan
dapat mempertahankan sikap positif.
c. Dapat menumbuhkan sebuah ide.
8. Nilai Kesederhanaan
a. Belajar kebudayaan asli setiap daerah.
b. Dapat menggunakan insting dan intuisi untuk menciptakan pikiran dan
perasaan yang empatis.
c. Hidup secara ekonomis.
9. Nilai Persatuan
a. Keharmonisan antar individu dalam satu kelompok.
b. Bekerja sama untuk meningkatkan antusiasme dalam menghadapi tantangan
dan menciptakan suasana yang menguatkan.
c. Pemusatan energi dalam menerima dan menghargai nilai masing-masing
partisipan yang beragam.

17
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Indonesia merupakan salah satu negara multikulturalis terbesar di dunia.
Berbagai pluralitas yang ada di Indonesia terdiri dari keragaman kelas sosial, etnik
dan ras, gender, anak berkebutuhan khusus, agama, bahasa, dan usia.
Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa
kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi
satu sama lain. Pluralisme dapat dikatakan salah satu ciri khas masyarakat modern
dan kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi
utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat, dan perkembangan
ekonomi.
Etnik adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan
biologis. Konsep etnikitas bersifat relasional yang berkaitan dengan identifikasi
diri dan asal-usul sosial. Apa yang kita pikirkan sebagai identitas kita tergantung
kepada apa yang kita pikirkan sebagai bukan kita. Orang Jawa bukan Madura,
Batak dll. Konsekuensinya, etnikitas akan lebih baik dipahami sebagai proses
penciptaan batas-batas formasi dan ditegakkan dalam kondisi sosial-historis yang
spesifik.
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan
yang sama. Diferensiasi ras berarti pengelompokkan masyarakat berdasarkan ciri-
ciri fisiknya, bukan budayanya.
Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini
dimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui
kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi,
tapi konflik tidak selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan
pelajaran dan hikmah di balik adanya perseteruan pihak-pihak yang terkait.
Faktor- faktor pendorong munculnya diskriminasi sosial diantaranya yaitu
rasisme, dan separatisme. Nilai-nilai pluralisme etnik dan ras disebutkan dalam
kisah Nabi Yusuf AS yang terkandung dalam Al-QURAN, yaitu: nilai kedamaian,
nilai penghargaan, nilai cinta, nilai toleransi, nilai kejujuran, nilai rendah hari,
nilai kerjasama, nilai kebersamaan, dan nilai persatuan.

B. Saran
Dengan membaca makalah ”Pluralitas dan Konflik Etnik dan Ras” dapat
mengetahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara multikulturalis terbesar
di dunia. Berbagai pluralitas yang ada di Indonesia terdiri dari keragaman kelas
sosial, etnis dan ras, gender, anak berkebutuhan khusus, agama, bahasa, dan usia.
Pembaca mampu mencari sumber informasi lain, sebagai pengetahuan untuk
mengetahui cara membangun sikap anti diskriminasi etnik dan ras di lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

M. Ainul Yaqin. 2005. Pendidikan Multikultural. Jogja: Pilar Media.


Sutarno. 2008. Bahan Ajar Cetak Pendidikan Multiultural. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/pluralitas-etnik-di-
indonesia.html
http://isearch.avg.com/search?q=tujuan++pengembangan+pendidikan+multi
kultural&sap=hp&lang=en&mid
http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2243203-pengertian-etnis-
suku-ras-dan/#ixzz2OhZ6f8ez
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
http://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme
http://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/pluralisme-dalam-budaya-
indonesia.html

19

Anda mungkin juga menyukai