Anda di halaman 1dari 4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Kanker Serviks


2.1.1 Pengertian
Kanker merupakan kelainan yang terjadi dengan pertumbuhan abnormal dari sel-
sel yang terkena karsinogen dan sel kanker membelah dengan kehilangan kontrol (Smeltzer
et al., 2010). Kanker serviks dimulai pada sel-sel yang melapisi serviks. Sebagian kanker
serviks dimulai pada zona tranformasi yaitu tempat bertemunya sel squamosa dan sel
glandular. Sel-sel ini tidak langsung berubah menjadi kanker. Sebaliknya, sel-sel serviks
yang normal secara bertahap berkembang menjadi pra-kanker dan selanjutnya berubah
menjadi kanker (ACS, 2016).
Menurut American Cancer Society (ACS) tahun 2016, sebagian besar (hingga 9
dari 10) kanker serviks adalah karsinoma sel skuamosa. Kanker ini terbentuk dari sel-sel
di exocervix dan sel-sel kanker memiliki fitur sel-sel skuamosa di bawah
mikroskop. Karsinoma sel skuamosa paling sering dimulai di zona transformasi (di mana
exocervix bergabung dengan endocervix). Sebagian besar kanker serviks lainnya
adalah adenocarcinoma. Adenocarcinoma adalah kanker yang berkembang dari sel
kelenjar. Adenokarsinoma serviks berkembang dari sel kelenjar penghasil lendir dari
endoserviks. Adenokarsinoma serviks tampaknya telah menjadi lebih umum dalam 20
hingga 30 tahun terakhir. Yang lebih jarang, kanker serviks memiliki fitur karsinoma sel
skuamosa dan adenokarsinoma yang disebut karsinoma adenosquamous atau karsinoma
campuran.

2.1.2 Prevalensi
Kanker serviks merupakan kanker terbesar ke-4 pada wanita di seluruh dunia dan
menempati urutan ke-7 dari seluruh kejadian kanker di dunia. Prevalensi kejadian kanker
serviks di seluruh dunia adalah sekitar 528.000 kasus baru kanker serviks pada tahun 2012
dengan 266.000 kematian penyebab kanker serviks di seluruh dunia. Sedangkan
berdasarkan WHO South-East Asia Region [SEARO], prevalensi kejadian kanker serviks
di Asia Tenggara pada tahun 2012 sekitar 175.000 kasus dan 94.000 meninggal akibat
kanker serviks (IARC 2015).
Kanker serviks merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia.
Prevalensi kanker serviks yaitu sekitar 0,8‰ atau sekitar 98.692 perempuan di Indonesia
yang menderita kanker serviks. Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Maluku Utara dan
Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu sebesar 1,5‰
dari seluruh penderita kanker di Indonesia atau sekitar 1.416 kasus di Provinsi 12
Kepulauan Riau, 2.073 kasus di Provinsi D.I. Yogyakarta, dan 819 kasus di Maluku Utara
(Kemenkes RI 2015).

2.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko


Etiologi kanker serviks belum diketahui secara pasti, namun diduga human
papilloma virus (HPV) pada infeksi menular seksual berperan karena ditemukan pada
hampir semua kanker serviks. Beberapa factor yang dapat meningkatkan resiko terkena
kanker serviks yaitu: 1) Banyak partner seks. Semakin banyak jumlah partner seks,
semakin besar kemungkinan untuk terkena HPV; 2) Aktivitas seks dini. Melakukan
hubungan seks sebelum umur 18 tahun meningkatkan resiko untuk terkena HPV. Sel
imatur cenderung lebih rentan untuk mendapatkan perubahan prekanker yang disebabkan
oleh HPV; 3) Infeksi menular seksual lainnya. Jika pasien memiliki IMS lainnya, seperti
chlamydia, gonorrhea, syphilis atau HIV/AIDS-pasien akan memiliki kemungkinan besar
terkena HPV; 4) Imun system menurun. Kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak
terkena kanker serviks. Namun, jika seseorang terkena infeksi HPV dan system imunnya
menurun akibat keadaan medis lainnya, maka kecenderungan untuk berkembangnya
kanker serviks semakin besar; 5) Merokok.mekanisme pasti yang menghubungkan antara
rokok dengan kanker serviks juga belum diketahui dengan jelas, namun merokok
meningkatkan perubahan pre-kanker dan terjadi pada servik. Merokok dan infeksi HPV
dapat membuat kemungkinan kanker serviks semakin meningkat (Irwan, 2016).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala yang paling umum terjadi pada kanker serviks adalah 1) perdarahan abnormal dari
vagina, seperti pendarahan setelah berhubungan seks (senggama), perdarahan setelah
menopause, perdarahan dan bercak antara periode menstruasi, periode dari biasanya 2)
pengeluaran yang tidak biasa dari vagina. Pengeluaran mungkin berisi darah dan mungkin terjadi
antara periode atau setelah menopause 3) nyeri saat berhubungan seks (hubungan seks
pervagina) (ACS,2016).

2.1.5 Klasifikasi Kanker Serviks


American Joint Comittee on Cancer (AJCC) dan International Federation of
Gynecology and Ostetrics (FIGO) mengembangkan klasifikasi kanker serviks berdasarkan
tingkat hasil evaluasi klinik (Nurwijaya, 2010).
Tabel 2.1 Klasifikasi kanker serviks
Stadium Karakteristik

0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)


I Karsinoma serviks terbatas di uterus
IA1 Karsinoma invasif, terbatas pada serviks, didiagnosa secara
mikroskopis, invasi kedalaman ≤ 3 mm dan menyebar secara
horizontal ≤ 7 mm
IA2 Karsinoma invasif, terbatas pada serviks, didiagnosa secara
mikroskopis, dengan invasive kedalaman > 3 mm dan ≤ 5 mm dan
penyebaran secara horizontal ≤ 7 mm
IB1 Karsinoma invasif, terbatas pada serviks, lesi mikroskopis > IA2 atau
lesi secara klinis ≤ 4 cm
IB2 Karsinoma invasif, terbatas pada serviks, lesi secara klinis > 4 cm
pada dimensi yang lebih besar II Invasi tumor keluar uterus tetapi
tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina
IIA Tumor berinvasi ke luar serviks ke vagina tetapi tidak mencapai
sepetiga bagian bawah vagina, tidak ada invasi parametrium
IIB Tumor berinvasi ke luar serviks, invasi parametrium tetapi tidak
mencapai dinding pelvic dan sepertiga bagian bawah vagina
III Tumor meluas ke dinding panggul/atau mencapai 1/3 bawah vagina
dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau disfungsi ginjal
IIIA Tumor mencapai sepertiga vagina bagian bawah tetapi tidak
mencapai dinding pelvic
IIIB Tumor meluas ke dinding pelvic atau menyebabkan hidronefrosis
atau kehilangan fungsi ginjal
IVA Metastase Tumor mencapai kandung kemih atau rectum
IVB Metastase mencapai organ yang lebih jauh
2.1.6

Anda mungkin juga menyukai