TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PERSALINAN
1. Pengertian Persalian
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran baji yang cukup bulan atau hamper
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Mitayani, 2009).
2. Etiologi Persalinan
Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas, namun ada banyak faktor
yang memegang peranan penting sehingga menyebabkan persalinan.Beberapa teori yang
dikemukakan adalah:
a. Penurunan kadar Estrogen dan Progesteron
Hormon progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya hormon
estrogen meninggikan kerentanan otot-otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
b. Teori Oksitosin
Hormon oksitosin mempengaruhi kontraksi otot-otot rahim. Pada akhir kehamilan,
kadar oksitosin bertambah, sehingga uterus menjadi lebih sering berkontraksi.
c. Teori Distansia Rahim
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya teregang oleh
karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.Demikian
dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot
rahim makin rentan.
d. Pengaruh Janin
Hipofyse dan kelenjar suprarenal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
e. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, menjadi salah satu penyebab permulaan
persalinan.
f. Teori Plasenta menjadi tua
Menurut teori ini, plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.
3. Tahapan Persalinan
a. Kala I (kala pembukaan)
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his: kontraksi uterus yang teratur,
makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-
lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Pembukaan serviks dikaji pada
ostium internal, hasilnya secara subjektif dinyatakan dalam sentimeter dan 10 cm
diartikan sebagai pembukaan lengkap. Rata-rata servik menonjol ke vagina 4 cm.
Penipisan dapat dinyatakan dalam persentase (100% bearti setipis kertas) atau dalam
sentimeter.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam,
bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan
pada saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
1) Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
2) Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6
jam. Fase aktif terbagi atas :
a) Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
c) Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada
primigravida dan multipara :
1) Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan
sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
2) Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah),
sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
3) Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara
(+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.
d. Kala IV
Menurut Lockhart, 2014 kala IV dimulai dari saat lahirnya plasena sampai 2 jam
pertama post partum. Observasi yang di lakukan pada kala IV adalah :
1) Tingkatk kesadaran
2) Pemeriksaan tanda – tanda vital, tekanan darah, nadi dan pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Perdarahan : dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc
b. Passage
Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai kedudukan penting
dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi
jalan lahir merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah persalinan dapat
berlangsung pervaginam atau sectio sesaria. Pada jalan lahir tulang dengan panggul
ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat badan
yang normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi,
lingkungan atau hal - hal lain. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil dari pada
standar normal, sehingga biasa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam.
Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah
rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu otot - otot jaringan ikat dan ligamen yang
menyokong alat -alat urogenital juga sangat berperan pada persalinan.
c. Passanger
Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan keras pada janin
adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan, kepala
janin ini pula yang paling banyak mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat
sembahayakan hidup dan kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya
meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian - bagian lain dengan
mudah menyusul kemudian.
d. Psikologi Respon
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar
terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga biasa melahirkan atau
memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan
yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti“ sekarang menjadi hal
yang nyata. Psikologis meliputi : Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan
intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat
pada kehidupan ibu
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan
skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan
6. Nyeri Persalinan
a. Pengertian
Nyeri selama persalinan adalah satu hal yang membuat wanita merasa cemas.
Banyak wanita menganggap bahwa nyeri merupakan bagian besar dari proses
kelahiran. Nyeri saat persalinan merupakan proses yang fisiologis meskipun pada tipe
nyeri yang lain selalu disebabkan oleh suatu kecelakaan atau penyakit. Nyeri persalinan
merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi
uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon
fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
keringat, diameter pupil, dan keteganganotot.
Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya
telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi Braxton hicks akibat
perubahan-perubahan dari hormon estrogen danprogesteron tetapi sifatnya tidak
teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan kontraksi
Braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur.
Kadang kala tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang
pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar sebelum proses persalinan. Dengan
pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam. Nyeri
adalah pengalaman personal dan subjektif, dan tidak ada dua individu yang merasakan
nyeri dalam pola yang indentik (Black dan Hawks, 2009)
4. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat,
berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangan.
a. Nyeri berdasarkan tempatnya :
1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada
mukosa, kulit.
2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau
pada organ-organ tubuh visceral.
3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan
daerah asal nyeri.
4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf pusat,
spinal cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.
5. Etiologi Nyeri
Penyebab nyeri dapat diklasifikasi kedalam dua golongan yaitu penyebab yang
berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya,
penyebab adalah trauma (mekanik, thermal, kimiawi maupun elektrik), neoplasma,
peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain-lain.
a. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka.
b. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas atau dingin.
c. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.Trauma elektrik
dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor
rasa nyeri.
d. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan
yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau metastase.
e. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat
adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut
saraf reseptor nyeri.
f. Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan
karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya
terhadap fisik. Nyeri karena factor ini disebut pula psychogenic pain.
6. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri
a. Usia
1) Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak.
2) Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi.
3) Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
b. Jenis kelamin (Tidak terlalu signifikan)
c. Ansietas Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
d. Pengalaman masa lalu Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lalu,
dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.
Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam
mengatasi nyeri
e. Pola koping .
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya
pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
f. Support keluarga dan sosial Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung
kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan
perlindungan dan lain-lain
2. Managemen Nyeri Non Farmakologi Menurut Bruner & Suddarth (2001_ dan
Black & Hawks (2009)
Masih banyak pasien dan anggota tim kesehatan lain yang lebih cenderung
memndang obat sebagai satu-satunya metode dalam menangani nyeri. Walaupun
begitu banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk
menangani atau menghilangkan nyeri. Metode nyeri nonfarmakologis biasanya
mempunayi resiko yang sangat rendah. Meskipun tindakan yang digunakan bukan
merupakan penggati obat-obatan. Mungkin tindakan yang digunakan diperlukan atau
sesuai untuk mengatasi atau mempersingkat nyeri yang berlangsung hanya beberapa
detik atau menit. Dalam hal lain, saat nyeri hebat yang berlangsung selama berjam-jam
atau berhari-hari dapat mengkombinasikan antara teknik nonfarmakologis dengan
obat-obatan mungkin merupakan cara yang paling efektif dalam mengatasi nyeri.
Teknik nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk mengantasi nyeri antara lain:
a. Stimulasi dan massage kutaneus
Teori gate control nyeri bertujuan menstimulasi serabu-serabut yang
menstranmisikan sensasi tidak nyeri, memblok atau menurunkan tranmisi impuls
nyeri. Beberapa starategi penghilang rasa nyeri yaitu dengan menggosok kulit dan
menggunakan kompres panas dan dingin.
Massage adalah stimulasi kontanius tubuh secara umum, sering digunakan pada
punggung dan bahu. Massage tidak spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada
pada reseptor nyeri tetapi dapat mempunya dampak melalui system control
asenden. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat
relaksasi otot
b. Terapi kompres hangat dan dingin
Kompres dingin dan panas dapat menjadi strategi untuk meredakan nyeri yang
efektif pada beberapa keadaan. Terapi kompres dingin dan hangat dapat bekerja
dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non nosiseptor) dalam bidang reseptor
yang sama seperti cedera.
Terapi kompres dingin dan panas dapat menurunkan progtaglandin yang
memperkuat sesitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada cedera dengan
menghambat proses implamasi. Agar efektif kompres harus diletakan pada tempat
cedera. Penggunaan kompes panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran
darah ke seua area dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat
penyembuhan. Menurut Cohn dkk, 1989 (Brunner & Suddarth, 2001) bahwa es
yang diletakan pada daserah lutut segera setelah pembedahan dan selama 4 hari
pascaoperasi kebutuhan analfetiknya menurun 40%.
d. Distraksi
Distraksi yang mencangkup memfokuskan perhatian pasien bukan pada rasa
nyeri yang dirasakan tetapi pada hal lain. Distraksi dapat menjadi strategi yang
sangat efektif dan merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik
kognitif yang efektif lainnya menurut Arntz dkk, 1991 ((Brunner & Suddarth,
2001). Distraksi dapat menurunkannyeri dengan mentimulasi system control
desenden yang mengakibatkan sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.
Kefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan
membangkitkan input sensori non nosiseptor.
Sistem control desenden adalah suatu system serabut yang berasal dari otak
bagin bawah dan bagian tengah (periaqueductal gray matter) dan berakhir pada
serabut interneuronal inhibitor dalam kornu dorsalis dari modula spinalis. Sistem
ini memungkinkan selalu aktif untuk mencegah transmisi terus menerus stimulus
nyeri sebagian melalui aksi dari endorpfin. Proses kognitif dapat menstimulasi
produksi endorfin dalam system control desenden. Efektifitas dari system ini salah
satunya yaitu distraksi.
e. Relaksasi
Relaksasi otot sekeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilakskan
otot yang menunjang nyeri. Menurut Tunner & Jensen, 1993 dan Altmeier, 1992
menyatakan bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri punggung, menurut
Lorenzi, 1991 dan Miller & Perry, 1990 (Brunner & Suddarth, 2001) menyatakan
bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri pascaoperasi.
Hampir pasien yang mengalami nyeri kronis mendapatkan manfaat dari
metode-metode relaksasi. Penggunaan teknik relaksasi yang teratur dapat
membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot pada pasien dengan nyeri
kronis atau pasien yang sedang mengalami peningkatan nyeri. Teknik relaksasi
dapat dilakukan dengan napas abdomen dengan frekunsi lambat dan berirama.
Teknik relasasi dengan cara napas dalam menurut Black & Hawks, 2009 :
1) Minta pasien untuk duduk tegak atau dengan posisi semi powler
2) Minta pasien untuk menaruh tangannya pada perut agar dapat merasakan
dadanya terangkat sebagai tanda paru-paru sudah mengembang
3) Minta pasien untuk metarik napas melalui hidung sampai perut mengempis
4) Minta pasien untuk mengeluarkan napas lewat mulut sambil mengembangkan
otot perut secara perlahan
5) Ulangin sampai 3x
f. Imaginasi terbimbing (guided imagery)
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi pasien dalam suatu cara yang
dirancang secara khusus untuk mencapai efek posistif tertentu. Sebagai contoh
imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat menggabungkan napas
berirama dengan lambat dan membayangkan relaksasi dan kenyamanan. Dengan mata
terpejam pasien diistruksikan untuk membayangkan bahwa dengan setiap bernapas
yang yang dihembuskan atau dikeluarkan secara perlahan ketegangan otot dan
ketidaknyaman keluar yang menyebabkan tubuh menjadi rileks dan nyaman
g. Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgetik yang
dibutuhkan pada nyeri kronis dan akut. Teknik ini mungkin membantu dalam
meredakan nyeri terutaman dalam situasi sulit (luka bakar). Mekanisme kerja hypnosis
tidak jelas tetapi dipengaruhi oleh system endofin menurt Mort dk, 1991 ((Brunner &
Suddarth, 2001). Efektifitas hypnosis tergantung pada kemudahan hipnotik pasien,
hypnosis harus dilakukan oleh psikolog atau perawat yang sudah terlatih secara khusus.
h. Akupuntur
Akupresur telah dipraktekan di Asia selama berabad-abad untuk mengurangi rasa
nyeri. Jarum secara cermat dimasukan kedalam tubuh pada lokasi tertentu, pada
kedalaman dan sudut yang bervariasi. Kira-kira terdapat 1000 titik akupuntur yang
diketahu dan menyebar diseluruh permukaan tubuh yang dikenal dengan pola meridian.
Setiap meridian memiliki titik akupresur tersendiri dan dikaitkan dengan organ visceral
tertentu. Meredian menyebar secara bilateral tepat dibawah permukaan kulit dan
dimulai atau berakhir pada ujung jari tangan atau kaki. Energi vital dipercaya mengalir
melalui meridian ini. Titik akupuntur pada permukaan tubuh memberikan akses
eksternal pada energy vital. Melalui tusukan jarum pada titik tertentu beberapa proses
fisiologi dapat dipengaruhi atau dikontrol dan ditentukan oleh kondisi patologis khusus
dan efek fisiologis yang diharapkan
i. Akupresur
Akupresur adalah metode noninvasif dari peredaan nyeri yang berdasarkan pada
prinsip akupuntur.Tekanan, pijatan atau stimulus kutaneus lainnya seperti kompres
panas atau dingin diberikan pada titik-titik akupresur.
j. Musik
Pasien ayng sakit akan merasa rileks saat mendengarkan music. Mekanisme fisiologis
yang tepat belum ditemukan mungkin teori ditraksi, pelepasan apoid endogen atau
disasosiasi. Mekanisme ini mungkin terlibat dalam terapi music, Musik memberikan
distraksi
k. Biofeedback
Biofeedback merujuk pada berbagai macam teknik yang memberikan informasi
pada pasien mengenai perubahan dalam fungsi tubuh yang biasa tidak disadari seperti
tekanan darah. Peralatan biofeedback memberikan informasi yang cepat dan kontinu.
Beberapa individu belajar menggunakan informasi ini untuk mengontrol involunter
sebelumnya. Tujuan dari biofeedback adalah untuk mengontrol diri atas variable
fisiologi yang berkaitan dengan nyeri seperti kontraksi dan aliran darah.
Informasi digunakan untuk menurunkan kontraksi nyeri yang di dapat melalui
elektromiogram (EMG) yang direkam dari elektroda permukaan tubuh (jarum
elektroda EMG tidak digunakan). Perubahan dalam aliran darah diproduksi dengan
memonitor temperature kulit, temperature yang meningkat sering meningkatkan aliran
darah. Pasien dapat memonitor secara mandiri perubahan melalui display auditori
(penurunan pada kontraksi otot terdengan seperti penurunan nada) atau dengan display
visual (peningkatan dalam tempelatur kulit dapat terlihat pada peningkatan pada
grafik). Pasien dapat merubah penampilan informasi sesuai yang diinginkan, misalnya
untuk menurunkan kontraksi otot pasien melakukan relaksasi dan menurunkan aliran
darah. Informasi yang tepat dan kontinu dapat menunjukan efektivitas usaha pasien
yang dilakukan sering membantu pasien dalam mempelajari control fisiologi.
Biofeedback dapat dilakukan di rumah dengan membeli atau menyewa alat dengan
panduan dari petugas yang terlatih. Peralatan ini sangat mahal.
l. Terapi sentuhan
Terapi sentuhan telah digunakan untuk beberapa gangguan seperti sakit kepala.
Terapi ini dapat dilakukan dengan meletaknan tangan. Tubuh manusia dipercaya
memiliki sumber energy yang mengekspresikan pola yang menyimpang jika system
tubuh terganggu. Terapi sentuk dianggap mampu meluruskan pola yang menyimpang
tersebut. Pendidikan dan terapi ini merupakan bagian penting dari perawat.
Tahapan terapi sentuan antara lain :
1) Menjadi pusat atau fokus pada meditasi. Hal ini membantu pasien menyadari
getaran di sekitar sumber energi
2) Kaji sumber energy pasien. Letakan tangan perawat di atas tubuh pasien dengan
jarak 2-6 inci untuk merasakan perubahan sumber energi. Selama melakukan
tindakan, gunakna tangan perawat untuk mengatur kembali sumber energy pasien
dan posisikan ke posisi semula
m. Meditasi
Meditasi memfokuskan perhatian pasien jauh dari nyeri. Hal ini memberikan
energy dan rasa damai pada pasien yang melakukan meditasi. Pasien cukup duduk
dengan nyaman dan hening dengan perhatian yang focus. Fokus dapat macam-macam.
Seperti : aliran napas, mantra, gambar atau bayangan sesuatu yang bersifat spiritual
atau tempat yang damai. Mediasi dapat dilakukan dimana saja, tidak memerlukan
peralatan khusus. Pengalaman positif yang didapat melelui mediasi bisa diperoleh oleh
siapa saja, termasuk pasien yang mengalami nyeri.
n. Humor
Humor dapat meningkatkan opoid endogen atau endorphin, menurut suatu
penelitian humor dapat meningkatkan jumlah sel natural killer (NK) pada system imun.
Humor dapat membuat pasien merasa lebih baik, lebih rileks, dan tidak terlalu
merasakan nyeri (mengurangi nyeri). Dengan humor pasien akan merasakan intensitas
nyeri menurun atau mereda saat menonton video komedi, mendengarkan kaset dan
compact dist yang menurut mereka lucu atau membaca buku. Perawat dapat
menyarankan pada pasien yang sedang dirawat di rumah sakit untuk membawa benda-
benda yang bersifat humor untuk digunakan selama mereka dirawat
o. Magnet
Magnet sudah digunakan untuk mengurangi gangguan yang menyakitkan.
Diperkirakan tarikan magnet dapat meningkatkan aliran darah ke area yang sakit,
membuka jembatan Na+ dan Cl pada sel. Terapi magnet telah digunakan untuk
mengatasi managemen nyeri di Negara Asia timur dan terapi magnet ini juga mulai
dikenal oleh kalangan medis di dunia barat.
DAFTAR PUSTAKA
Black., Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen untuk Hasil yang
Diharapkan. Buku 1. Edisi 8. Singapure. Elsevier
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan medical Bedah. Volume 1. Edisi 8.
Jakarta. EGC
Mitayani. (2009). Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika