Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Nn. N KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI


JARINGAN PERIFER DI BANGSAL CAMELIA 2 RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI
KLATEN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia
Semester III
Dosen Pembimbing : Giri Susilo Adi, Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :

Ela Ferani (2720162830)

2A

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan pada pasien Ny.N dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan Perifer di
Ruang Camelia 2 RSJD Soedjarwadi Klaten Yogyakarta. Laporan ini di susun untuk memenuhi
tugas individu Praktik Klinik Keperawatan Dasar pada semester III, pada :

Hari : Senin

Tanggal : 25 Desember 2017

Tempat : Di Ruang Camelia 2 RSJD Dr. R.M. Soedjarwadi Klaten Yogyakarta

Praktikan

( Ela Ferani )

Pembimbing Lahan (C1) Pembimbing Akademik

( Tutut Winarto, S. Kep, Ns ) (Giri Susilo Adi, Ns.,M.Kep)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran TuhanYang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “ Asuhan
Keperawatan pada Nn. N dengan diagnose ‘’ Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer ‘’di Ruang
Camelia 2 RSJD.Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah. Laporan ini di susun untuk
memenuhi tugas individu Asuhan Keperawatan PKK KDM Tahun Ajaran 2017/2018.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pembimbing lahan yang telah membimbing saya dalam
mengajarkan makalah ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang juga
telah mendukung dalam mengajarkan laporan ini. Namun saya menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga lapotran ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran ilmu.
Keperawatan khususnya.
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................. 1

BAB 2 KONSEP DASAR


A. Definisi…........................................................................................ 3
B. Etiologi............................................................................................ 3
C. Manifestasi Klinik............................................................................ 3-4
D. Patogfisiologis ………..................................................................... 4
E. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 5
F. Penatalaksanaan ............................................................................. 6
G. Komplikasi...................................................................................... 7
BAB 3 TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian, Pengelompokan data, Analisa data
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan, Rasional, Implementasi, dan Evaluasi
D. Catatan perkembangan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah penyebab kematian yang utama.Pola penyebab kematian di rumah sakit
yang utama dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa
stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS.Stroke merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker secara global. Stroke
merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke,
sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah
penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk
usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat
menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian
stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi
kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006)
Angka kejadian stroke memang meningkat seiring bertambahnya usia. Setiap penambahan
usia 10 tahun sejak usia 35 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Selain itu,sekitar 5%
orang Indonesia yang berusia diatas 65 tahun pernah mengalami setidaknya satu kali stroke.
Untuk usia lebih dari 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik di
perkotaan maupun di perdesaan (Riskesdas, 2007). Prevalensi nasional stroke adalah 0,8%
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Berdasarkan kasus diatas maka penulis
tertarik untuk membahas tentang perawatan klien dengan stroke sebagai bahan tugas individu
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.N. di ruang camellia 2 RSJD Soedjarwadi
Klaten Yogyakarta. Dengan diagnose ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah Pasien
yang mengalami masalah dalam Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan
pengiriman nutrisi kejaringan pada tingkat kapiler.
B. Tujuan

1. Tujan Umum
Mahasiswa mampu memberikan gambaran hasil asuhan keperawatan tentang
ketidakegektifan perfusi jaringan pada Ny.N di Ruang camellia 2 RSJD Soedjarwadi
Klaten Yogyakarta.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. Untuk mengetahui Etiologi dari Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
c. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
d. Untuk mengetahui Patogfisiologi dari Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
e. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
f. Untuk mengetahui Komplikasi dari Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
g. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
h. Untuk mengetahui Pengkajian dari Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
i. Untuk mengetahui Diagnosa Keperawatan dari Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
j. Untuk mengetahui Intervensi dari Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
BAB II
KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami suatu penurunan


dalam nutrisi dan pernapasan pada tingkat seluler perifer suatu penurunan dalam suplai
darah kapiler. Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
penurunan dalam nutrisi dan pernapasan pada tinglat seluler suatu penurunan dalam
suplai darah kapiler.
suatu pernyataan dimana seseorang mengalami penurunan dalam nutrisi dan oksigenasi
pada tingkat sel berhubungan dengan kekurangan persediaan darah kapiler.

B. Etiologi
a. Genetik, kehamilan
b. Sistem renin-angiotensin
c. Defek dalam ekskresi natrium
d. Faktor-faktor risiko (obesitas)
e. Hiperaldosterone primer.
(Kapita Selekta Kedokteran; 518)

C. Manifestasi
a. Nyeri
Nyeri berat seperti kram pada ekstremitas disebabkan oleh ketidakmampuan
system arteri mencukupi kebutuan aliran darah kejaringan saat menghadapi
peningkatan kebutuhan akan nutrisi. Karena jaringan dipaksa menyelesaikan siklus
energy tanpa nutrisi, maka akan dihasilkan metabolit otot dan asam laktat. Nyeri akan
dirasakan ketika metabolit mengganggu ujung syaraf jaringan sekitarnya.
b. Perubahan kulit
Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas yang dingin dan
pucat, kekurangan oksigen, sianosis.
c. Denyut nadi lemah
Karna mengganggu aliran darah dan dapat menurunkan atau menghilangkan
denyutan nadi pada ekstremitas.
d. Edema
Penurunan aliran darah vena mengakibatkan peningkatan tekanan vena, diikuti
peningkatan tekanan hidrostatik perifer, filtrasi bersih cairan keluar dari kapiler ke
rongga intertisial, dan selanjutnya terjadi edema
e. Kelemahan
f. Kesemutan
g. Disfungsi Ereksi

D. Patogfisiologis
faktor-faktor risiko yaitu obesitas, hiperaldosterone primer mempengaruhi proses
mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. ( Brunner& Suddarth, 2002;898 ).

E. Pemeriksaan penunjang
Focus pada system kardiovaskuler dari system respirasi , pemeriksaan tanda-
tanda vital, TD, Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan untuk mengetahui tanda awal dari
ketidastabilan Hemodinamik taubauhaa, gambaran dari tanda-tanda vital yang tidak stabil
merupakan indikasi dari peningkatan atau penurunan kondisi perfusi jaringan dan
kegagalan jantung dalam berkontgraksi.:
1. Pemeriksaan tanda- tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang sangat penting dilakukan
karena adanya perubahan tanda-tanda vital menunjukan kelainan sirkyulasi dalam system
sistemik tubuh. Dengan asumsi penurunan kontraktilitas otot-otot jantung, maka denyut
nadi akan menburun dan juga tekanan darah naik lama kelamaan akan menurun karena
penurunan cardiac output. Oleh karena itu pengkajian terhadap tanda-tanda vital sangat
perlu dilakukan sebagai indikasi awal adanya kelainan system tubuh.
2. Pemeriksaan hemodinaik
Perlunya pemeriksaan hemodinamika karena adanya perubahan curah jantung,
maka sirkulasi juga akan berkurang, demikian juga cairan dannkseimbangan cairan akan
berpengaruh terhadap tekanan hemodinamikn tubuh
3. Pemantau perubahan penampakan dan temperature kulit
a. Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas dingin
b. Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ekstremitas terganggu dan
merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri dimana pembulih darah tidak
mampu berkonstruksi

4. Pemeriksaan EKG (electrocardiogram)


EKG bermanfaat dalam mengidentifikasi iskemia miokardium, apalagi dalam
kondisi istirahat. Adanya gambaran depresi S-T atau horizontal 1mm atau lebih diluar
titik J, bersifat khas, walaupun tidak patognomonik iskemia kardium. Gambaran lain
adalah ECG mencangkup perubahan gelombang ST-T nonspesifik,
5. Laboratorium darah

F. Penatalaksanaan
Berhubungan dengan perlemahan aliran darah (Gangguan vaskuler)
1. Hipertensi
2. Arteriosklerosis
3. Aneurisma
4. Thrombosis arteri
5. Thrombosis vena dalam
6. Penyakit vaskuler kolagen
7. Arthritis rheumatoid
8. Diabetes militus
9. Gagal jantung
10. Kangker/ tumor
11. Varieses
12. Krisis sel sabit
Tindakan :
a. Berhubungan dengan imobilisasi
b. Ber hubungan dengan adanya aliran invasive
c. Berhubungan dengan tekanan pada tempat/ kontraksi (balutan,stocking)
d. Berhubungan dengan pembuluh darah
e. Situasional (personal, lingkungan)
f. Berhubungan dengan tekanan dari uterus yang membesar pada sirkulasi peifer
g. Berhubungan dengan hipotermia

Factor- factor yang mempengaruhi ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


1. Kurang pengetahuan tentang factor-faktor yang memberatkan seperti : merokok,
gaya hidup yang mononton/ santai, trauma (luka berat), kegemukan, pemasukan
garam, kurang bergerak.
2. Kurangnya pengetahuan pengetahuan tentangb prosers penyakit : diabetes, kadar
lemak yang tinggi dalam darah.
3. Diabetes militus
4. Tekanan darah tinggi
5. Gaya hidup santai/ mononton
6. Merokok

G. Komplikasi
1. Gagal jantung
2. Perestisia (kesemutan)
3. Kejang
BAB III
TINJAUAN KASUS
H. Pengkajian
1. Identitas klien
Terdiri dari nama klien, orangtua, asal kota dan daerah.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang : tanda dan gejala klinis gangguan vaskuler perifer,
gejala yang mudah diamati adalah nyeri seperti kram yang hilang saat istirahat.
c. Riwayat penyakit dahulu : untuk mengidentifikasi adanya fakto-faktor penyulit
atau factor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah kondisinya.
Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat menjadi pertimbsangan dalam
penanganan aterosklerosis. Adanya penyalkit hipertensi ataupun penyakit
kardiovaskuler lain dapat dipertimbangkan pengaruhnya terhadap terjadinya
gangguan vaskuler.
d. Riwayat penyakit keluarga :
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi – metabolic
Kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual atau muntah
(adanya peningkatan intrakranial) kehilangan sensasi pada lidah, dagu, tenggorokan
dan gangguan menelan.
b. Pola eliminasi
Adanya perubahan pola eliminasi, anuria, inkontensia urine, distensi abdomen,
tidak ada bising usus (ileus paralitik).
c. Pola aktifitas - latihan
Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan, hilangnya snsasi atau
paralysis atau hemiplegic, mudah lelah.
d. Pola tidur dan istirahat
Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunya penglihatan atau
kekaburan pandangan, gangguan penglihatan.
e. Pola sensorik
Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunya penglihatan atau
kekaburan pandangan, gangguan penciuman atau perabaan atau sentuhan menurun
tereutama pada daerag luka dan ekstremitas, lemah atau paralisis, tidak dapat
menggenggam, paralisis wajah, tidak dapat berbicara, berkomunikasi secara verbal,
kehilangan pendengaran, penglihatan, sentuhan, reflex pupil, dan dilatasi.
4. Pemeriksaan fisik
System kardiofaskuler dan system respirasi
Prmerikasaan tanda-tanda vital TD, Nadi, dan Suhu penting dilakukan untuk
mengetahui tanda awal dari ketidakstabilan hemodinamik tubuh, gambaran dari tanda
vital yang tidak stabil merupakan indikasi dari peningkatan atau penurunan kondisi
perfusi jaringan dan kegagalan jantung dalam berkontraksi.
a. Keluhan atau adanya nyeri :
Pada identifikasi nyeri perlui dikaji lebih dalam seberapa besar nyeri muncul,
lokasi dan sifat nyeri termasuk penjalaran dari nyeri yang muncul sehingga dapat
diklasifikasikan atresklolerosis. Adanya nyeri yang terkaji dapat menjadi patokan,
didaerah mana kira-kira lokasi yang mengalami penyumbatan dan setelah itu perlu di
identifikasi kembali dengan beberapa pemeriksaan penunjang untuk membuktikan dan
mempertegas kondisis pasien.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tanda – tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang sangat penting
dilakukan karena adanya perubahan tanda- tanda vital menunjukan kelainan sirkulasi
dalam sistemik tubuh.
c. Pemantauan hemodinamik
Disamping pemantauan TTV, perlu juga harus dikaji system hemodinamik
tubuh, karena adanya perubahan curah jantung, maka sirkulasi juga cairan dann
keseimbangan cairan berpengaruh terhadap tekanan hemodinamik tubuh
d. Pemantauan perubahan penampakan temperature kulit
- Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas dingin
- Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ekstremitas
tergantung dan merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri dimana
pembuluh darah tidak mampu berkontruksi.
- Sianosis
- Kulit kering
- Edema bilateral atau unilateral

I. Diagnose Keperawatan dari Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipertensi
b. Deficit perawatan diri mandi b.d ketidaknyamanan merasakan bagian tubuh

J. Intervensi dari Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipertensi
Implementasi
- Monitoring Tanda-tanda Vital
- Imobilisasikan kepala, leher, kaki, dan punggung dengan tepat
- Edukasikan pasien dan keluarga untuk menghindari fleksi panggul serta
lutut yang ekstrim
- Kolaborasi pemberian terapi obat kepada dokter

Rasional
- Mengkaji perkembangan tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi
- Mengetahui perkembangan keadaan pasien
- Menghindari terjadinya edema pada kaki dan melancarkan sirkulasi darah
- Mengkolaborasi dalam pemberian terapi obat untuk pasien
Evaluasi
S : Keluarga pasien mengakatakan pasien masih belum sadar
O : Pasien masih tampak terbaring di tempat tidur dan pasien tampak nlemas
TD : 150/ 90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 37,0 C
A : Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitoring Tanda-tanda Vital
- Imobilisasikan kepala, leher, kaki, dan punggung dengan tepat
- Edukasikan pasien dan keluarga untuk menghindari fleksi panggul serta
lutut yang ekstrim
- Kolaborasi pemberian terapi obat kepada dokter

b. Deficit perawatan diri mandi b.d ketidaknyamanan merasakan bagian tubuh


Implementasi
- Monitor kebutuhan klien terkait dengan alat-alat bantu untuk berpakaian
berdandan, eliminasi dan makan
- Lakukan oral hygine dan menyikat gigi pasien
- Mendukung keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam ritual menjelang
tidur yang dilakukan dengan tepat
- Kolaborasi dengan keluarga untuk perawatan mandi
Rasional
- Mengetahui kebutuhan pasien tentang eliminasi , makan, mandi dan
berdandan
- Supaya mulut pasien tetap terjaga dengan baik dan menghindari bau infeksi
pada mulut dan terhindar dari kuman agar tidak bau napas
- Pasien dapat berpartisipasi dengan baik dan mendukung ritual yang
dilakukan di RS sebelum menjelang tidur
- Berkolaborasi dengan keluarga pasien untuk kebutuhan mandi pasien
selanjutnya
Evaluasi
S : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien belum bisa melakukan aktivitasnya
seperti menggosok gigi sendiri
O : Pasien tampak berbaring lemas
A : Masalah deficit perawatan diri mandi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kebutuhan klien terkait dengan alat-alat bantu untuk berpakaian
berdandan, eliminasi dan makan
- Lakukan oral hygine dan menyikat gigi pasien
- Mendukung keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam ritual menjelang
tidur yang dilakukan dengan tepat
- Kolaborasi dengan keluarga untuk perawatan mandi

K. Catatan Perkembangan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipertensi
S : Keluarga pasien mengatakan pasien belum bisa di ajak komunikasi
O: Pasien tampak berbaring lemah dan tidurnya mengorok
A : Masalah Ketidakefektifan perfusi Jaringan perifer belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor Tanda-tanda vital
2. Mobilisasikan pasien kaki kepala leher punggung dengan tepat
3. Mengedukasikan pasien dan keluarga untuk menghindari fleksi leher
punggung dan lutut yang ekstrim
4. Kolaborasikan pemberian terapi obat untuk pasien
2. Deficit perawatan diri mandi b.d ketidakmampuan melakukan merasakan bagian
tubuh
S : Keluarga pasien mengatakan pasien sedikit bisa menggerakkan tangannya
dan memegangi sikat
O : Pasien tampak berpartisipasi
A: Masalah deficit perawatan diri mandi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan alat-alat bantu untuk mandi
berpakaian berdandan eliminasi dan makan
2. Lakukan Oral hygine dan menggosokl gigi pasien
3. Mendukung keluarga pasien untuk perpartisipasi dalam ritual
menjelang tidur pasien
4. Mengkolaborasikan dengan keluarga untuk perawatan diri mandi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Heater, H. Herdam. 2015. Diagnosis Keperawatan, Buku Kedokteran. : Jakarta : Perpustakaan


Nasional,EGC.
Mubarak, W.I. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan aplikasi dalam praktik.
Jakarta: Media Aesculapius.

https://dokumen.tips › Documents
https://www.scribd.com/document/363588493/LAPORAN-PENDAHULUAN-Perfusi-Jaringan-
Perifer
https://www.scribd.com/doc/218338021/Ketidakefektifan-Perfusi-Jaringan-Perife
Smeltzer & Bare.(2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai