PERBANDINGAN
EFEKTIFITAS
PENGGUNAAN MADU
DENGAN SARI KURMA
(PHEONIX DACTYLIFERA)
DALAM PENYEMBUHAN
LUKA BAKAR DERAJAT II
PADA TIKUS PUTIH
SEPTIA SITI HANDAYANI
SNR 172120021
S1 PROGSUS SEMESTER 1
STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui isi serta susunannya,
sehingga dapat diajukan dalam ujian sidag Karya Tulis Ilmiah pada Program Studi S I
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
ii
KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang
penulis, sehingga Proposal Skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Dengan Sari Kurma (Phoenix Dactylifera) Dalam Penyembuhan Luka Bakar Dejarat
II”. Tugas Karya Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh
ujian strata satu (SI) pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah
Pontianak.
1. Orang tua tercinta yang selalu memberi dukungan moril dan materil serta do’a
2. Keluargaku tersayang yang selalu memberikan dukungan moril dan materil serta
do’a nya.
iii
5. Kepada sahabatku Darul Muttaqin, Abi Farianda dan teman-teman seperjuangan
S1 Progsus yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas bantuan dan motivasinya
kekurangan, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar
Demikianlah Proposal Skripsi ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis
Penulis
iv
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ............................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
B. TUJUAN ............................................................................................................ 3
1. TUJUAN UMUM........................................................................................... 3
1. Pelayanan Keperawatan.................................................................................. 4
2. Keilmuan ........................................................................................................ 4
3. Masyarakat ..................................................................................................... 4
4. Peneliti ............................................................................................................ 4
BAB II ........................................................................................................................... 7
A. PENGERTIAN ................................................................................................... 7
v
C. KARAKTERISTIK LUKA .............................................................................. 11
F. HIPOTESIS ...................................................................................................... 18
PENUTUP ................................................................................................................... 22
A. KESIMPULAN ................................................................................................ 22
B. SARAN ............................................................................................................ 23
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun
tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya
tersiram air panas, banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga ( Wim de jong,
2004 : 73).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan karena pengalihan energi suatu
sumber panas kepada tubuh. Panas dapat di pindahkan lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat di kelompokan menjadi luka bakar
termal, radiasi atau kimia (Suzzanne, 2001 : 1912).
2
Dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya madu telah terbukti dapat
menyembuhkan luka bakar, ini dapat kita buktikan berdasarkan penelitian oleh
(dewi, dkk, 2012 : 11). Luka bakar derajat II yang di berikan madu dapat sembuh
dalam waktu 10 hari. Berbeda dengan kurma, hasil penelitian sebelumnya masih
belum ada yang menyatakan bahwa kurma dapat di gunakan dapat
menyembuhkan luka bakar.
Masih sedikitnya riset yang meneliti manfaat madu dan sari kurma
salah satu alternatif dalam perawatan luka bakar dan belum pernah dilakukanya
penelitian di kota Pontianak yang membandingkan efektifitas antara madu dan
sari kurma membuat peneliti merasa perlu untuk meneliti lebih lanjut dengan
menguji efektifitas pemberian madu dan sari kurma dalam penyembuhan luka
bakar derajat II pada tikus putih.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingkan
efektifitas antara madu dan sari kurma (phoenix dactylifera) terhadap
proses penyembuhan luka bakar pada tikus putih.
2. TUJUAN KHUSUS
mengidentifikasi waktu yang diperlukan dalam penyembuhan luka
bakar derajat II dengan menggunakan madu. mengidentifikasi waktu yang
diperlukan dalam penyembuhan luka bakar derajat II dengan
menggunakan sari kurma. mengidentifikasi pengecilan luka selama
proses penyembuhan luka bakar derajat II dengan menggunakan madu.
mengidentifikasi pengecilan luka selama proses penyembuhan luka bakar
3
derajat II dengan menggunakan sari kurma. mengidentifikasi
perbandingan penyembuhan luka bakar derajat II antara madu dan sari
kurma.
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Pelayanan Keperawatan
Memberikan masukan pada institusi kesehatan tentang toleransi
yang berhubungan dengan penyembuhan luka bakar sehingga dapat di
gunakan selama masa perawatan luka.
2. Keilmuan
Untuk di kembangkan lebih lanjut dalam pengobatan luka bakar
serta dapat di gunakan sebagai acuan pengobatan serta dapat di gunakan
sebagai sumber informasi dan referensi dalam meningkatakan kualitas
perawatan luka sesuai dengan teknik yang tepat agar dapat mencegah
terjadinya infeksi luka bakar dan mempercepat penyembuhan luka.
3. Masyarakat
Menambah pengetahuan tentang obat-obatan alternatif pengganti
obat yang berasal dari sumber bahan kimia.
4. Peneliti
Di harapkan dapat menemukan hal yang baru dalam hal ini upaya
percepatan penyembuahan luka bakar.
D. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental, penelitian
ini dilakukan dengan uji klinis. Penelitian ini juga digunakan untuk mencari
hubungan sebab-akibat karena adanya keterlibatan penelitian dalam
memanipulasi variabel bebas. Eksperimen merupakan rancangan penelitian yang
4
memberikan pengujian hipotesis yang paling tertata dan cermat (Nursalam, 2009
: 85).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas pemberian Madu dan Sari
Kurma dalam proses penyembuhan luka bakar derajat II pada tikus putih yang
dilakukan di laboratorium STIK Muhammadiyah Pontianak. Alasan peneliti
memeilih karena fasilitas keperawatan yang memadai, mudah di jangkau dan
suhu ruangan yang mendukung untuk mempercepat proses penyembuhan luka
bakar pada tikus sehingga hasil penelitian akan lebih akurat.
Populasi target adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan
(digeneralisir) idealnya penelitian dilakukan pada populasi, karena dapat melihat
gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasil penelitian akan diterapkan
(Dharma, 2011 : 104).
5
200-300 gram, usia 2 bulan dengan masing-masing tikus dibuat perlukaan pada
kelompok perlakuan dengan Madu sebanyak 3 ekor tikus, kelompok perlakuan
dengan Sari Kurma sebanyak 3 ekor tikus dan kelompok kontrol sebanyak 3 ekor
tikus.
1. Instumen Penelitian
dengan sampel sumber data penelitian serta dengan budaya yang difahami
oleh peneliti maka persepsi dan pemahaman baik oleh peneliti maupun
yang diharapkan sehingga adanya bias juga bisa diperkecil atau dihindari.
6
mendalam dipersiapkan peneliti dengan mempelajari konsep-konsep
tentang bagaimana melakukan pertanyaan agar terjadi pengembangan
pertanyaan sehingga mampu menggali data secara mendalam sampai
terjadi saturasi. Kemampuan keterampilan melakukan wawancara ini
peneliti lakukan dengan melatih tehnik wawancara dan pengembangan
pertanyaan di depan pembimbing sehingga peneliti mendapat arahan dan
bimbingan secara tepat.
7
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Madu adalah cairan kental alami yang secara umum berasa manis. Madu
dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman atas bagian lain dari
tanaman. Dalam koloni lebah madu, pada dasarnya adalah makanan utama
bagi masyarakat lebah yang hidup dalam koloni tersebut untuk beragam
keperluan dan kebutuhan. Secara keseluruhan madu tidak mengandung unsur
yang berbahaya. Hampir seluruh zat yang terkandung di dalam madu dapat
terserap oleh tubuh dan hanya kurang dari 1/200 bagian dalam madu yang
akan dibuang oleh tubuh (Ihsan, 2011: 85).
Madu yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis madu bunga
bakau (mangrove). Madu ini tergolong madu hutan, yang banyak terdapat di
Indonesia. Banyak kandungan yang terdapat dalam madu seperti: Asam
amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin A, B, C, dan E. Selain itu
madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk penyembuhan luka
bakar (Ihsan, 2011: 87).
8
kecil, hingga buah yang berukuran besar dan panjang. Kebanyakan kurma
yang diekspor berupa kurma kering. Kurma kaya akan gizi, fitokimia, air, dan
gula alamiah yang dapat digunakan untuk mempertahankan kesehatan
(Siregar, 2012 : 117).
Sari kurma yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis sari
kurma Syaqra, jenis kurma bewarna merah kekuning-kuningan, dan buahnya.
Merupakan produk kurma paling penting dan banyak hasilnya dan dapat di
simpan dalam waktu lama.(Hammad, 2011 : 49).
9
Luka bakar adalah yang timbul akibat kulit terpajan ke suhu
tinggi,syok listrik, atau bahan kimia . Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan
kedalaman dan luas daerah yang terbakar (Corwin, 2000 : 611).
B. PENYEMBUHAN LUKA
1. Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan
airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat
cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal
yang berdampak sistemik.
10
b. Proses Inflamasi dan Infeksi
d. Keadaan Hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
C. KARAKTERISTIK LUKA
Hasil observasi luka yang dilakukan satu hari sekali di dapatkan bahwa
pada hari ke-1 tidak terdapat perbedaan yang nyata karena pada hari ke-1 luas
luka masih terlihat lebar dan lembab. Pada hari ke-1 ini masih terjadi proses
inflamasi. Pada hari ke-2 luas luka pada kelompok madu, kelompok sari
kurma dan kelompok kontrol belum memperlihatkan perbedaan yang nyata
karena luas luka masih terlihat lebar dan luka lembab serta luka masih
menunjukan proses inflamasi. Pada hari ke-3 pada kelompok madu, kelompok
sari kurma dan kelompok kontrol masih belum memperlihatkan perbedaan
yang nyata dan masih memperlihatkan adanya proses inflamasi. Pada hari ke-
4 kelompok madu, kelompok sari kurma dan kelompok kontrol sudah
memperlihatkan perbedaan yang nyata, pada kelompok madu sudah terjadi
pengecilan luka fase inflamasi sudah berakhir dan jaringan granulasi sudah
terlihat mulai terbentuk, dibanding kelompok kontrol yang masih terjadi
proses inflamasi serta belum terbentuknya jaringan granulasi. Pada hari ke-5
luka pada kelompok madu, kelompok sari kurma dan kelompok kontrol
11
memperlihatkan perubahan yang nyata, dimana kelompok sari kurma dan
kontrol proses inflamasi sudah tidak terjadi lagi, serta di hari ke-5 ini pada
kelompok madu, kelompok sari kurma dan kelompok kontrol sudah
memperlihatkan adanya pembentukan jaringan granulasi. Pada hari ke-6 luka
pada kelompok madu, kelompok sari kurma dan kelompok kontrol tidak
meperlihatkan perbedaan yang nyata, karena pada hari ke-6 ini kelompok
madu dan kelompok sari kurma dan kelompok kontrol tampak keropeng luka
masih terlihat, hanya terjadi pengecilan luka. Pada hari ke-7 tidak tampak
perbedaan yang nyata, sama pada hari ke-6 hanya terjadi pengecilan luka pada
kelompok madu, kelompok sari kurma dan kelompok control. Pada hari ke-8
kelompok madu, kelompok sari kurma dan kelompok kontrol terlihat
perbedaan yang nyata, pada kelompok kontrol sudah mulai terlepasnya
keropeng. Pada hari ke-9 tidak terlihat perbedaan yang nyata, kelompok
madu, kelimpok dan sari kurma sudah mulai terlepas keropeng dan luas luka
sudah mulai mengecil. dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ini
membuktikan kandungan madu yang kaya akan nutrisi dan sari kurma kaya
akan vitamin dan mineral bepengaruh pada tingkat kesembuhan luka. Pada
hari ke-10 tidak ada perbedaan yang nyata diperlihatkan sama dengan hari
sebelumnya, luas luka pada kelompok madu lebih kecil dibanding kelompok
sari kurma dan kelompok kontrol. Pada hari ke-11 luas luka pada kelompok
madu terlihat lebih kecil dari kelompok sari kurma dan kelompok
kontrol.pada hari ke-12 terlihat perbedaan yang nyata, dimana kelompok
madu hampir tampak sembuh dan luas luka tampak mengecil. Kandungan
protein dan karbohidrat yang terdapat pada madu memainkan peranan dalam
membantu pembentukan jaringan granulasi. Pada hari ke-13 perbedaan yang
nyata masih terlihat dimana kelompok madu sudah sembuh, dibandingkan
dengan kelompok sari kurma dan kelompok kontrol. Pada hari ke-14 terlihat
perbedaan yang nyata, terlihat luka pada kelompok madu sudah sembuh,
kelompok sari kurma hamper sembuhdan kelompok control belum tampak
12
sembuh. Ini menunjukan bahwa kandungan nutrisi pada madu yakni protein,
karbohidrat, dan lemak sangat di butuhkan dalam proses epitelisasi ini
membutikan bahwa nutrisi penting yang diperlukan untuk penyembuhan luka
adalah protein, karbohidrat dan lemak. Banyaknya kandungan vitamin dan
mineral pada sari kurma tidak banyak membantu dalam proses penyembuhan
luka karena pada sari kurma memiliki kandungan protein, karbohidrat dan
lemak yang sedikit yang dibandingkan dengan kandungan dalam madu,
karena di pengaruhi oleh kadar nutrisi yang dimiliki oleh aloe vera. Kadar
nutrisi yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah protein, karbohidrat,
vitamin dan mineral (adipedia.com, 2011). Sehingga madu yang mengandung
kadar nutrisi seperti karbohidrat, kalori, lemak, protein, vitamin A, vitamin C,
lebih baik pengaruhnya pada proses sembuhnya luka terutama untuk
terbentuknya jaringan granulasi dibanding dengan kelompok yang diberi sari
kurma. Kandungan yang terdapat dalam sari kurma meliputi kalsium, mineral,
zat besi, niacin, vitamin A, vitamin B1dan vitamin B2. Ini membuktikan
bahwa kandungan yang terdapat pada sari kurma kaya akan vitamin dan
mineral. Dari hasil observasi luka pada hari ke-4 sudah memperlihatkan
perbedaan yang nyata baik itu pada kelompok yang diberi madu, kelompok
sari kurma dan kelompok kontrol
Pada kelompok yang diberi madu tidak terlihat adanya infeksi, begitu
juga pada kelompok sari kurma. Menurut Ratnayani 2008. Madu juga
mengandung zat antibiotik yang berguna untuk melawan bakteri pathogen
penyebab penyakit infeksi. Hal ini di sebabkan karena pertumbuhan beberapa
mikroorganisme yang berhubungan dengan penyakit atau infeksi dapat di
hambat oleh madu. Perbedaan lainnya tidak ada yang mencolok baik itu di
amati dari segi jenis eksudat, banyak eksudat, warna kulit di sekitar luka,
maupun pembentukan jaringan granulasi.
13
Dari hasil uji intervensi klinis yang dilakukan selama 14 hari dapat
disimpulkan bahwa madu dan sari kurma efektif digunakan sebagai obat untuk
membantu proses penyembuhan luka. Ini di buktikan dengan tidak adanya
tanda-tanda infeksi dan terjadi proses pengecilan luas luka yang dipengaruhi
oleh kandungan dari anti-inflamasi. Terutama penggunaan madu dalam proses
penyembuhan luka bakar derajat II.
D. LUAS LUKA
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari uji statistik one way
annova, yang dianalisis perhari didapatkan bahwa, pada hari ke-1 tidak
memperlihatkan pebedaan yang signifikan, luas luka pada kelompok madu
dan kelompok sari kurma sama. Pada hari ke-2 luka pada kelompok madu dan
kelompok sari kurma sama luas luka membesar. Pada hari ke-3 luas luka
kelompok madu lebih besar dari pada kelompok sari kurma. Pada hari ke-4
kelompok madu sudah mengalami pengecilan luka dibandingkan kelompok
sari kurma, hal ini membuktikan kandungan anti-inflamasi dari kelompok
madu lebih baik dari kandungan anti inflamasi pada kelompok sari kurma.
Pada hari ke-5 luas luka pada kelompok sari kurma mengalami pengecilan
luka, namun lebih kecil dibanding kelompok madu. Pada hari ke-6 dan hari
ke-7 tidak terlihat perbedaan yang nyata hanya saja keduanya luas luka terus
mengecil. Pada hari ke-8 kelompok madu keropeng pada luka tampak hampir
terlepas dan control sudah terlepas sepenuhnya, ini adalah hari terakhir
dimana sesuai teori proses inflamasi terakhir terjadi. Berarti kandungan di
dalam madu yang berperan dalam proses penyembuhan pada hari ke-8 ini
adalah kalsium, vitamin B, Vitamin C. Fungsi kalsium yang berperan penting
dalam proses pembekuan darah sehingga luka lebih cepat menutup
(adipedia.com, 2011). Kadar kalsium yang terdapat di dalam madu sebesar 6
mg jelas sekali sangat mempengaruhi proses penutupan luka pada hari ke-8.
14
Fungsi vitamin B yakni berperan dalam metabolisme tubuh, sehingga
metabolisme dalam tubuh akan cepat apabila kebutuhan vitamin B dapat
terpenuhi. Jumlah vitamin B yang terkandung dalam sansevieria meliputi,
Vitamin B6: 0.024 mg, vitamin B2: 0.038 mg, vitamin B3: 0.121 mg. Jumlah
kalsium adalah kandungan terbanyak yang ada di dalam madu yakni sebesar 6
mg.
15
pada proses inflamasi seluruh aktifitas seluler berjalan. Jumlah karbohidrat
yang terkandung dalam madu ini sebesar 82.4 gram. Deplesi protein dapat
mempengaruhi penyembuhan luka. Terjadi peningkatan kebutuhan akan
protein saat terjadinya luka. Peningkatan kebutuhan tersebut diperlukan untuk
proses inflamasi, imun, dan perkembangan jaringan granulasi. Protein utama
yang disintesis selama fase penyembuhan luka adalah kolagen. Kekuatan
kolagen menentukan kekuatan kulit luka seusai sembuh. Kekurangan intake
protein prabedah, secara signifikan menunda penyembuhan luka pascabedah.
Jumlah protein yang terdapat di dalam madu adalah sebesar 0.3 gram,
sehingga kadar protein yang terkandung di dalam madu ini sangat membantu
di dalam proses inflamasi dan dan pembentukan jaringan granulasi.
Kandungan lemak dalam madu 0 gram, Lemak memiliki peran penting dalam
struktur dan fungsi membran sel. Kekurangan lemak tubuh dapat menunda
penyembuhan luka. Salah satu kandungan lemak adalah Omega-3s merupakan
anti-inflamasi yang berguna untuk penyembuhan luka, tetapi pemakaiannya
dapat menghambat pembekuan darah, sehingga dinilai merugikan. Pada hari
ke-14 kelompok madu sudah sembuh, tetapi pada kelompok sari kurma dan
kontrol masih belum sembuh. Luka pada kelompok sari kurma dan kelompok
kontrol memerlukan waktu lebih dari 14 hari untuk sembuh. kandungan
nutrisi yang sedikit pada sari kurma menjadi faktor hambatan dalam proses
sembuhnya luka, dibandingkan pada madu yang memiliki nutrisi seperti
protein yang membantu dalam pembentukan jaringan granulasi, karbohidrat
yang membantu proses aktivitas seluler, lemak yang berperan penting
terhadap struktur dan fungsi membran sel.
16
kurma p value sebesar 0.167. Ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang
signifikan proses pengecilan luas luka antara kelompok madu, sari kurma dan
kontrol karena p value antara ketiga kelompok sebesar 0.005 (p<0.05).
Dengan ini hipotesa Ha 2 diterima dan H0 2 ditolak, ada perbedaan kecepatan
proses penyembuhan luka dengan menggunakan madu dan sari kurma
E. KEASLIAN PENELITIAN
Sejauh ini peneliti baru menemukan hasil penelitian dengan menggunakan
madu terhadap penyembuhan luka bakar namun peneliti belum menemukan
peneymbuhan luka bakar menggunakan sari kurma, berikut adalah hasil
penelitian terhadap penyembuhan luka bakar :
17
b. Perawatan luka bakar derajat II dengan menggunakan nectar flora yang si
lakukan 2-3 per hari terbukti paling efektif (secara klinis) di bandingkan
dengan perawatan luka yang dilakukan 1kali per harridan 2 hari sekali,
serta perawatan luka tidak menggunakan bahan apapun (Dewi dkk, 2012 :
12).
d. Rebusan kurma dengan kosentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% b/v
memberikan perbedaan yang bermakna, dan meningkatkan jumlah
trombosit pada darah kelinci dibandingkan dengan kelompok kontrol dan
mencapai efek yang optimum pada kosentrasi 40% b/v (Rahman, 2010 :
18).
F. HIPOTESIS
Dari teori yang telah di paparkan, dapat disimpulkan sementara bahwa:
Ha :
luka bakar derajat II pada tikus putih yang diberi madu dan sari kurma.
18
2. Ada perbedan pengecilan luas luka bakar derajat II pada tikus putih yang
Ho :
penyembuhan luka bakar derajat II pada tikus putih yang diberi madu dan
sari kurma.
Tidak adanya perbedaan pengecilan luas luka bakar derajat II pada tikus putih
yang diberi madu dan sari kurma
G. ETIKA PENELITIAN
Cara perlakuan terhadap hewan laboratorium yang sesuai dengan ketetapan
standar etika penelitian keperawatan STIK Muhammadiyah Pontianak yang
cukup untuk menjamin mutu dan intensitas data analitik yang dikeluarkan
oleh laboratorium tersebut.
19
ketidaknyamanan, ketidaksenangan, dan pada akhirnya kematian (Hanafiah,
2008 : 191).
Replacement
20
Ada dua alternatif untuk replacement, yaitu:
Reduction
Refinement
21
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan data pada penelitian ini maka dapat di ambil
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa madu dan sari kurma efektif
derajat II.
sari kurma dan kelompok kontrol belum sembuh dihari ke-14. Yang
ditolak.
kelompok yang diberi madu, kelompok sari kurma, dan kelompok kontrol
dimana hasil uji statistik oneway annova menunjukan nilai p=0.005
B. SARAN
1. Bagi Institusi
Institusi diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang serupa untuk
perkembangan ilmu keperawatan.
3. Bagi Mahasiswa
Untuk menjadikan penelitian ini sebagai panduan belajar dan praktisi
untuk menambah ilmu dalam penanganan luka bakar.
4. Bagi Masyarakat
Untuk dianjurkan menggunakan madu dalam proses penyembuhan luka
bakar. Selain cepat sembuh, madu juga tidak memberikan rasa nyeri.
23
Bibliography
A, H. M. (2008). Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. jakarta: edisi 4 EGC.
Ihsan, A. A. (2011). Terapi Madu Hidup Sehat ala Rasul. jogjakarta: javalitera.
24