Anda di halaman 1dari 9

A.

Circulation
Gangguan sirkulasi dikaji dengan meraba arteri besar seperti arteri femoralis dan arteri
karotis. Perabaan arteri karotis sering dipakai untuk mengkaji secara cepat. Juga melihat tanda-
a
tanda lain seperti kulit pucat, dingin dan CRT (capillary refill time) > 2 detik.
Gangguan sirkulasi dapat disebabkan oleh syok atau henti jantung. Henti jantung
mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terhenti dan menyebabkan kematian dengan segera.
1. Henti jantung
Apabila pasien terindikasi henti jantung maka lakukan CPR ( cardio pulmonary
resuscitation) atau juga disebut dengan resusitasi jantung paru adalah tindakan
memberikan pijatan jantung (dari luar) dan sekaligus memberikan napas buatan dengan
tujuan mengembalikan fungsi jantung pada korban.
Untuk memudahkan mengingat sistematika pertolongan diperkenalkan suatu konsep
pertolongan yang disebut dengan DRCAB, yaitu :
a. D : danger
Danger yaitu identifikasi bahaya atau mengkondisikan penolong, lingkungan dan
korban aman hal hal yang dapat merugikan korban dan penolong
b. R : respon
Response (sek respon) adalah tindakan yang dilakukan untuk memeriksa respon
korban atau status kesadaran korban. Berikan rangsangan untuk membangunkan
korban dengan cara panggil korban, tepuk pundak korban, berikan rangsangan nyeri.
c. C : Chest compression
Chest Compression atau circulation and compression adalah tindakan berupa
mengecekan nadi dan kompresi.
Lakukan sapuan pada hingga perut korban untuk memeriksa penapasan, periksa nadi
karotis dan brachialis (anak-anak) < 10 detik (BTCLS, Pro emergeny, 2014)

Gambar :

(a) Cek nadi karotis pada korban dewasa, (b) cek nadi brachialis pada anak-anak

Jika nadi tidak teraba, lakukan kompresi dada dengan 30 kompresi dan 2 nafas
buatan. Penatalaksanaan compresi yaitu :
Tebel : kompresi dada pada dewasa

Langkah Tindakan
1 Posisikan diri penolong disamping korban
2. Pastikan diri korban di posisi terlentang, diatas alas yang keras dan
rata
3 Tempatkan kedua telapak tangan yang menyilang dan ditumpuk
didaerah 1/3 bawah sternum (2 jari diatas prosesus xifoideus
lakukan penenkanan)
4 Penekanan dilakukan dengan kedua lengan lurus dan memakai berat
badan penolong,
5. penekanan atau ditekan sedalam 2 inch (5 cm) ke dalam, tahan ½
lalu dilepaskan dengan cepat (kecepatan sekirang kurangnya
100xmenit) pastikan lengan tetap lurus dan menempel pada
sternum, penekanan harus kuat sehingga menimbulkan denyut nadi
buatan
6. Lakukan dengan frekwensi 60-80x/menit
7. Kaji respon setiap selesai kompresi atau setiap berikan napas
buatan
Resusitasi dewasa dengan 2 orang penolong, masing-masing penolong memiliki
tugas masing.
Tabel : tugas masing masing 2 penolong

Penolong Posisi Tugas


Penolong 1 Disamping korban 1. Melakukan kompresi
2. Perhatikan recoil setiap kompresi
3. Gunakan rasio kompresi pernapasan
dengan 30 : 2
4. Hitung kompresi dengan suara keras
5. Ganti tugas dengan penolong 2 setiap 5
siklus /2 menit.
Penolong 2 Di kepala korban 1. Buka jalan napas dengan menggunakan
teknik head tilt-chin lift, jaw thrust
2. Berikan napas sambil lihat penaikan dada
dan hindarasi ventilasi yaitu pemberian
napas buatan
3. Pastikan penolong 1 melakukan kompresi
dengan benar
4. Ganti tugas dengan penolong 2 setiap 5
siklus /2 menit.
Penggunaan BVM (bag valve mask ) dengan 2 penolong atau 3 penolong bisa
memberikan pernapasan yang lebih efektif dibandingkan 1 penolong, penolong 1
membuka jalan napas dan mengunci masker, penolong 2 memompa untuk
memberikan ventilasi dan penolong 3 untik kompresi.

Gambar :
Penggunaan BVM dengan 3 penolong

Kunci CPR pada bayi yaitu :


- Tempat pemeriksaan denyut nadi (nadi brachialis : lengan dalam)
- Teknik kompresi 2 jari untuk 1 penolong dan 2 jempol untuk 2 penolong.
- Rasio kompresi dan ventilasi 30 : 2 untuk 1 penolong dan untuk 2 penolong 15 : 2
- Kedalaman kompresi 1/3 dada atau 1,5 inch (4 cm).
Tabel kompresi pada bayi

Langkah tindakan
1 Letakan bayi dipermukaan yang keras dan rata

2 Letakan 2 jari di tengah dada bayi atau di pertengahan sternum


3 Tekan dan keras dan cepat, dengan kedalaman dada 1,5 inch atau 4 cm dan
keceptan sekurang-kurangnya 100x/menit
4 Lakukan dengan frekwensi 100-120/menit

5 Kaji respon setiap selesai kompresi atau setiap berikan napas buatan

Gambar
CPR 1 penolong

Resusitasi bayi dengan 2 orang penolong lebih baik karena menghasilkan aliran darah yang
biak,
Tabel : resusitasi bayi dengan 2 penolong

Langkah Tindakan
1 Letakan 2 jempol dikedua sisi yang bertumpuhdi tengah dasa

2 Lingkarkan tangan didada bayi untuk menyangga punggung bayi


3 Tekan dada dengan kedalaman 1, 5 inch (4 cm)

4 Lakukan kompresi dengan kecepatan 100x/menit


5 Perhatikan kembalinya dada

6 Setelah 15 menit, penolong 2 memberikan napas buatan sebanyak 2x. Dada korban
harus naik bila diberikan napas buatan

7 Lanjutkan kompresi dan napas buatan dengan rasio 15 : 2 (untuk 2 penolong ) ganti
peran setiap 2 menit untuk mencegah kelelahan penolong
Gambar
Rsusitasi dengan 2 penolong
d. Airway ( jalan naps )
Teknik pembebasan jalan napas yaitu head tilt-chinl lift (angkat dagu -tengadakan
kepala), jaw trust (dorong rahang bawah) dan chin lift (angkat dagu) bila dicurigai
korban cedera servikal ( patah tulang leher)
Cara membuka jalan napas pada pada bayi, sama saja seperti dewasa, tetapi hati-hati
saat menengadahkan kepala unutk bayi, tidak boleh terlalu keatas.
Pembebasan jalan napas pada bayi dilakukan dengan cara sniffing position yaitu
memberikan sedikit ganjalan pada punggung enderita. Hal ini untuk menyimbangkan
dengan bentuk kepala bayi yang secara proporsi lebih besar dibandingkan tubuhnya.

Gambar
Snffing position
e. B : breathing
saat melakukan kompresi dada berikan napas buatan sampai penderita bernapas
spontan dengan cara :
1) Mulut ke mulut (mouth to mouth ) dengan menutup lubang hidung

Gambar
Mouth to mouth
2) Mouth to mask ( mulut ke masker)
Gambar
Mouth to mask

3) Bag valve mask (BVM)

Gambar
Bag valve mask

Jika setelah dilakukan resusitasi nadi sudah teraba atau sudah ada tanda kehidupan maka
laukan penilaian pernapasan dengan cara melihat pergerakan dada, apabila penderita tidak
bernapas maka berikan napas buatan sebanyak 10-12x/menit tetapi apabila penderita
bernapas tetapi tidak sadar maka penderita diposisikan pada posisi pemulihan .
Posisi pemulihan dilakukan dengan cara dimiringkan agar apabila terjadi muntah/ banyak
mengeluarkan cairan agar tidak terjadi aspirasi (masuknya cairan ke paru-paru)

Kematian
Kematian adalah timbul bila sel tubuh tidak mendapatkan oksigen. Jaringan vital seperti otak
dan jantung yang akan rusak dahulu, dan kematian biasanya disebabkan kerusakan otak dan
jantung. Kematian dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Mati klinis
Penderita dinyatakan mati secara klinis apabila berhenti bernapas dan jantung berhenti
berdenyut. Kematian klinis mungkin masih dapat diubah menjadi hidup kembali apabila
dilakukan Resusitasi jantung paru (RJP).
b. Mati biologis
Kerusakan sel otak dimulai 4 – 6 menit setelah berhentinya pernapasan dan sirkulas.
Setelah 8 menit biasanya sudah terjadi kematian biologis
Tanda kemtian pasti yakni :
a. Kebiruan (livor mortis)
Tanda merah tua sampai kebiruan pada bagian tubuh yang terbawa (kalau openderita dalam
keadaan terlentang, pada pinggang bagian bawah)
b. Kekakuan (rigor mortis)
Anggota tubuh dan batang tubuh kaku, mulai 4 jam,
c. Pembusukan yang nyata, terutama bau busuk

Tabel : rekomendasi CPR

Komponen Rekomendasi

Dewasa Anak Bayi


Urutan RJP CAB

Pengenalan Tidak sadarkan diri


awal

Tidak teraba nadi dalam 10 detik


Kompresi 30 : 2 (satu atau 2 penolong) 30 : 2 (satu penolong)
(circulation) 15 : 2 (dua penolong)

Airway & Berikan 2 kali napas buatan dengan posisi jalan napas terbuka setelah kompesi 30
Breathing (bila terpasang jalan napas berikan napas setiap 6-8 detik/8-10 X/ menit )

2. Syok
Persoalan yang mengancam nyawa korban pada sistem sirkulasi yang paling utama adalah
syok. Syok adalah kegagalan sistem kadiavaskuler untuk memenuhi kebutuhan untuk pefusi
organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat (BTCLS Pro emergency, 2014).
Syok disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup bagi
organ, kehilangan darah yang banyak, sehingga jumlah darah yang dialirkan tidak mencukupi
atau bahka ddilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang berlebihan. Penanganan dasar syok
adalah pertahankan aiway, pertahankan oksigenasi dan ventilasi, kontrol pendarahan,
peratahan sirkulasi melalui denyut nadi yang adekuat (BTCLS Pro emergency, 2014).

a. DERAJAT SYOK
Berat dan ringannyansyok menurut Cemy Nur Fitria (2010)
1) Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan prgan non-vital seperti kulit,
lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat hidup lebih lama
dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap
(irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau anya
sedikit menurun, asidosis metabolic tidak ada atau ringan.
2) Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal, dan
lainnya). Organ- organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama
seperti lemak, kulit, dan otot. Oligouria bisa terjadi dan asidosis metabolic.
Akan tetapi kesadaran relative masih baik.
3) Syok Berat

Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok


beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital.

Pada syok lanjut terjadi vasokonstriksi di semua pembuluh darah lain.


Terjadi oligouria dan asidosis berat, ganguan kesadaran dan tanda- tanda
hipoksia jantung (EKG Abnormal, curah jantung menurun).

b. Jenis-jenis syok
1) Syok septik
Syok karena infeksi yang terjadi sesaat saat trauma jarang terjadi. Namun bila pasien
terlambat sampai IGD hingga bejam-jam, hal ini dapat terjadi, syok septik dapat terjadi
pada pasien pasien luka tembus abdomen. Penderita dengan syok septik gejala yg muncul
yaitu takikardi, kulit berwarna merah jambu dan hangat.
2) Syok kardiogenik
Disfungsi miokardiak dapat terjadi dari trauma tumpul jantung, emboli udara, infak
miokard yang berhubungan dengan cedera penderita. Semua penderita dengan trauma
torak harus dilakukan EK untuk mengetahui pola cedera. Cedera tmpul jantung mungkin
meruapakan suatuindikasi pemasangan tekanan vena sentral (CVP) secara dini agar da[at
memandu resusitasi cairan dalam situasi ini.
3) Syok anafilatik
Biasanya terjadi karena setelah penyuntikan serum atau obat terhadap penderita yang
sensitif, tanda dari syok ini juga menyebabkan spasme bronkioli yang menyebabkan asfiksi
atau sianosis. Juga sering didahului dengam rasa nyeri kepala, gangguan penglihatan,
edema gajah, mual, gatal gatal, kulit memerah, sesak napas.
Penalataksanaanya dapat dilakukan dengan hentikan kontak dengan alergen, observasi
tanda-tanda vital bila perlu beriksan oksigen (dr. Agus purwadianto, dkk 2013)
4) Syok hemoragik /hipovolemia
Syok ini disebabkan karena pergeseran cairan antar kompartemen cairan di dalam tubuh
akibat. Syok ini juga disebabkan oleh hipovolemia adalah keadaan tidak cukup cairan
pembuluh darah atau keluaran jantung yang tidak cukup tingggi untuk mempertahankan
peredaran darah sehingga pasokan oksigen dan darah ke organ vital terutama otak,
jantung, dan ginjal tidak cukup sehingga untuk mempertahankan organ vital tersebut
sehingga tubuh akan menutup pembulih darah yang kurang vital seperti kulit dan usus.
Penyebab terjadinya syok ini adalah kehilangan darah akibat pendarahan, diare, kehilangan
plasma darah luka bakar, kehilangan cairan tubuh akibat muntah, diare yang
berkepanjangan.
Tanda dan gejalanya :
- Denyut nadi cepat dan lemah
- Akral dingin
- Sianosis / kebiruan / pucat
- Sesak napas
- Kesadaran menurun karena suplai oksigen ke otak berkurang
Syok hemoragik atau hipovolemia yang diakibatkan karena perdarahan adalah penyebab
terbesar yang sering terjadi. Berikut ini tingkatan perdarahan sesuai dengam volume,
tanda dan gejala.
Tabel tingkatan perdarahan sesuai dengan volume, tanda dan gejala

Tanda / gejala Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Kehilangan 750 750-1500 1500-2000 >2000


darah (ml)

Kehilangan 15 % 15 – 30 % 30 – 40 % >40 %
darah (%
volume darah)
Denyut nadi <100 >100 >120 >140

Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun


Tekanan nadi Normal atau Menurun Menurun Menurun
(mmHg) naik
Frekuensi 14 – 20 x 20 – 30 x / 30 – 40 x / >35 x / menit
pernapasan menit menit menit
CNS / status Sedikit cemas Agak cemas Cemas, Binggung, lesu
mental binggung
Penggantian Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan Kristaloid dan
cairan darah darah

a) Perdarahan kelas I ( kehilangan volume darah sampai 15 %)


Gejjala klinis minimal, takiradia. Tidak ada perubahan yang berarti dari tekanan darah,
nadi dan penapasan. Pada ini tidak perlu adanya pergantian dara karena pengisian
transkapiler dan mekanisme kompensasi lain akan memulihkan volume darah dalam
24 jam. Pergantian cairan primer akan memperbaiki keadaan sirkulasi.
b) Perdarahan kelas II )kehilangan volume darah 15 – 30 % )
Gejala klinis yang dapat terjadi takikardia, takipnea, dan penurunan tekanan nadi.
Dapat terlihat perubahan sistem syaraf sentral yang tidak jelas seperti cemas,
ketakutan. Terkadang penderita memerlukan transfusi darah, tetapi dapat distabilkan
dengan larutan kristaloid
c) Pendarahan kelas III (kehilangan volume darah 30 – 40 %)
Kehilangan darah sekitar 2000 ml untuk orang dewasa dapat membuat kondisi yang
cukup parah. Tanda dan gejala yang nampak seperti takikardia, takipnea, perubahan
status mental, penurunan tekanan diastolik, pendita dalam tingkat ini hampir selalu
membutuhkan transfusi darah berdasarkan respon korban terhadap resusitasi cairan
semla dan perfusi dan oksigenasi.
d) Perdarahan kelas IV (kehilangan volume darah > 40 % )
Kehilangan darah pada tungkat ini korban sangat rterncam. Gejala takikardia yang
jelas, penurunan tekanan sistolik yang besar, dan tekanan nadi yang sempit (sistolik
yang tidak teraba ), kesadaran menurun, kulit dingin, dan pucat. Penderita harus
segera diberikan transfusi darah dan tindakan pembedahan secepatnya. Kehilangan
darah > 50 % volume darah penderita mengakibatkan ketidaksadaran, penurunan
tekanan nadi. Perdarahan dari luka eksternal dapat di kontrol dengan melakukan
tekanan / balut.

Penatalsanaan awal syok diarahkan kepada pemulihan perfusi seluler dan organ dengan
darah. Perlu dilakukan monitoring teratur dari indikator indikator perfusi penderita agar
dapat di lakukan evaluasi respon terhadapterapi dan untuk mengetahuo sedini mungkin
kalau keadaan memburuk.
Penanganan syok hipolemik atau hemoragik diantaranya :
- Pergantian cairan intravena
Cairan yang berikan kepada penderita berupa air, cairan elektrolit, air, protein
atau subtansinya seperti koloid,dan sel darah merah.
- Monitor vomuen urine
Monitor volume urin yang keluar untuk menganalisa jumlah keseimbangan cairan
yang masuk dan caian yang keluar.
- Imbolisasi fraktur
Adanya fraktur baik terbuka ataupun tertutup harus diomobilisasi untuk
mengurangi perdarahan yang terjadi serta mengurangi rasa nyeri. Jika jumlah
penolong terbatas, maka embidaian dilakukan di secondary servuy, catata : jika
terjadi fraktur pada pelvis atau femur maka pembidaian dilakukan di primary
survey walau jumlah penolong terbatas karena perdarahan di area menyebabkan
syok berat.

Anda mungkin juga menyukai