Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Persiapan Sosial


Tujuan persiapan sosial adalah mengajak berpartisipasi atau peran
serta masyarakat sejak awal kegiatan, sampai dengan perencanaan
program, pelaksanaan hingga pengembangan program kesehatan
masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan
kepada persiapan-persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis,
administratif dan program-program kesehatan yang akan dilakukan.

2.1.1 Tahap Pengenalan Masyarakat.


Dalam tahap awal ini kita harus datang ketengah-tengah
masyarakat dengan hati yang terbuka dan kemauan untuk
mengenal sebagaimana adanya, tanpa disertai prasangka buruk
sambil menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan.

2.1.2 Tahap Pengenalan Masalah.


Dalam tahap ini dituntut suatu kemampuan untuk dapat
mengenal masalah-masalah yang memang benar-benar menjadi
kebutuhan masyarakat. Beberapa pertimbangan yang dapat
digunakan untuk menyusun skala prioritas penanggulangan
masalah adalah :
1. Beratnya Masalah. Seberapa jauh masalah tersebut
menimbulkan gangguan terhadap masyarakat.
2. Mudahnya Mengatasi.
3. Pentingnya Masalah bagi Masyarakat, yang paling berperan
disini adalah subyektivitas masyarakat sendiri dan sangat
dipengaruhi oleh kultur budaya setempat.
4. Banyaknya Masyarakat yang Merasakan Masalah,misalnya
perbaikan gizi, akan lebih mudah dilaksanakan diwilayah yang
banyak balitanya.
2.1.3 Tahap Penyadaran Masyarakat.
Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar
mereka tentang tahu dan mengerti masalah-masalah kesehatan yang
mereka hadapi sehingga dapat berpartisipasi dalam
penanggulangannya serta tahu cara memenuhi kebutuhan akan
upaya pelayanan kesehatan sesuai dengan potensi dan sumber daya
yang ada.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan
mereka akan pelayanan kesehatan, diperlukan suatu mekanisme
yang terencana dan terorganisasi dengan baik, untuk itu beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka menyadarkan
masyarakat: lokakarya mini kesehatan, Musyawarah Masyarakat
Desa. (MMD), dan rembuk desa. Hal – hal yang perlu mendapat
perhatian dalam penyadaran masalah adalah ;
1) Libatkan masyarakat;
2) Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah
disesuaikan dengan potensi dan sumber daya yang ada pada
masyarakat;
3) Hindari konflik dari berbagai kepentingan dalam masyarakat;
4) Kesadaran dari kelompok- kelompok kecil masyarakat
hendaknya disebarkan kepada kelompok masyarakat yang lebih
luas;
5) Adakan interaksi dan interelasi dengan tokoh – tokoh
masyarakat secara intensif dan akrab, sehingga mereka dapat
di manfaatkan untuk usaha motifasi, komunikasi-yang
kemudian dapat menggugah kesadaran masyarakat
6) Dalam mengatasi sifat-sifat masyarakat, perawat komunitas
dapat memanfaatkan jalur kepemimpinan masyarakat setempat
untuk mendapatkan legitimasi, sehingga kesadaran masyarakat
dapat dipercepat.
2.2 Konsep Partisipasi
Menurut Rogers, partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota
dalam mengambil keputusan, termasuk dalam perencanaan. Namun pada
dasarnya Partisipasi berarti ikut serta, tetapi dalam bahasa kita hampir
tidak ada perbedaan antara kata tersebut sebagai kata kerja (to participate)
atau kata benda (participation).
Dalam arti manapun sudah jelas bahwa dalam partisipasi ada
minimal dua kelompok warga yang saling hubungannya cukup menyatu
(united) karena pada awalnya mempunyai tujuan hidup yang tidak
sepenuhnya sama. Sehingga seorang aktivis yang ingin mengembangkan
partisipasi perlu menemukan satu tujuan (purpose) yang bukan hanya
diterima oleh kelompok- kelompok dalam Community tetapi sekaligus
salah satu dari kebutuhan mereka yang dirasakan penting.
Saat ini masalah peran serta masyarakat (partisipasi) dalam
pembangunan menjadi topik utama dimana kegagalan dalam setiap
program pemerintah disebabkan oleh kurangnya keikutsertaan masyarakat.
Alasan mengapa keikutsertaan (partisipasi) masyarakat dikatakan
penting pada masa pembangunan sekarang, antara lain :
1) Kita sedang berada dalam masa transisi dalam pembangunan era
pertanian ke era industri
2) Terciptanya demokrasi dan keterbukaan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
3) Sebanyak 27 juta rakyat Indonesia masih hidup dibawah garis
kemiskinan
4) Berkembangnya etos kerja yang negatif
5) Masih terjadi pemisahan golongan antara kaum elite dan kaum
bawahan.
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental
atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok
yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok
dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap
usaha yang bersangkutan.. Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan
hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata.
Manfaat Partisipasi Masyarakat:
1) Partisipasi adalah perwujudan kedaulatan rakyat, yang menempatkan
mereka sebagai awal dan tujuan pembangunan.
2) Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk
turut serta dalam menentukan keputusan yand menyangkut
masyarakat. Dengan kalimat lain partisipasi merupakan bentuk
“memanusiakan manusia” (nguwongake).
3) Partisipasi adalah proses saling belajar bersama antara pemerintah dan
masyarakat, sehingga bisa saling menghargai, mempercayai, dan
menumbuhkan sikap yang arif.
4) Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik informasi tentang
aspirasi, kebutuhan, dan kondisi masyarakat.
5) Partisipasi merupakan kunci pemberdayaan dan kemandirian
masyarakat.
6) Partisipasi merupakan cara yang paling efektif untuk mengembangkan
kemampuan masyarakat dalam pengelolaan program pembangunan
guna memenuhi kebutuhan.
7) Partisipasi bisa mencegah timbulnya pertentangan, konflik, dan sikap-
sikap waton suloyo.
8) Partisipasi bisa membangun rasa memiliki masyarakat terhadap agenda
pemerintahan, kemasyarakatan, dan pembangunan.
9) Partisipasi dipandang sebagai pencerminan demokrasi.

2.2.1 Urgensi Partisipasi


Menurut kamus bahasa Indonesia, Urgensi adalah hal yang
sangat penting atau keharusan yang sangat mendesak untuk
diselesaikan, dengan demikian mengandaikan ada suatu masalah dan
harus segera ditindak lanjuti. Partisipasi dalam berbagai hal harus
memposisikan masyarakat sebagai subjek yang aktif dalam semua
proses kehidupan bermasyarakat. Untuk itu, partisipasi masyarakat
harus diberi ruang yang luas, sehingga tercapainya masyarakat yang
partisipatif.
Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991)
sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat
setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan
serta proyek-proyek akan gagal
2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan
dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui
seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa
memiliki terhadap proyek tersebut
3. Suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri.
Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah
meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang
terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program
pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan
keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang
lebih panjang.
Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana
tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang
disusun oleh Department for International Development (DFID)
(dalam Monique Sumampouw, 2004) adalah:
a) Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok
yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau
proses proyek pembangunan.
b) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya
setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan
prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa
tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog
tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing
pihak.
c) Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan
komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif
sehingga menimbulkan dialog.
d) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership).
Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan
distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari
terjadinya dominasi.
e) Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai
pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap
proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power)
dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan
langkah-langkah selanjutnya.
f) Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak
tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap
proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling
memberdayakan satu sama lain.
g) Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang
terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi
berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan
kemampuan sumber daya manusia.

2.2.2 Esensi Partisipasi


Esensi mengalami perubahan sesuai dengan konsep
penggunaannya, sehingga esensi ialah pada konsepnya sendiri.
Menurut Thomas Aquinas, esensi adalah sesuatu yang terlepas dari
persoalan apakah sesuatu itu ada atau tidak. Oleh karena itu
partisipasi dari masyarakat tidak terlepas dari keinginan masyarakat
yang terendam, sehingga jelasnya persoalan apa yang dimaksudkan
masyarakat dalam hal berpartisipasi di lingkungan tempat
tinggalnya.
Kata partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu
“Partisipation” yang artinya pengambilan bagian, pengikutsertaan.
Sedangkan kata “Partisipation” berasal dari kata “Partisipate” yang
berarti mengikutsertakan. Seiring dengan definisi tersebut partisipasi
dapat diartikan sebagai turut serta berperan serta atau keikutsertaan.
Dalam kamus bahasa Indonesia definisi partisipasi adalah hal
yang berkenaan dengan turut serta dalam suatu kegiatan atau
berperan serta dalam suatu kegiatan atau berperan serta. Jadi, dapat
diartikan bahwa partisipasi adalah suatu bentuk kerjasama yang
diberikan apabila suatu pihak sedang melakukan suatu kegiatan.
Dengan keterlibatan dirinya, berarti keterlibatan pikiran dan
perasaannya. Misalnya anda berpartisipasi/ ikut serta (dapat anda
rasakan sendiri), maka anda melakukan kegiatan itu karena menurut
pikiran anda perlu dan bahwa perasaan anda pun
menyetujui/berkenan untuk melakukannya.
R.A Santoso Sastropoetro mengemukakan pengertian
partisipasi adalah keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok
untuk mencapai tujuan bersama.
Jenis-jenis partisipasi yang dikemukakan oleh sastropoetro,
sebagai berikut:
1. Partisipasi dalam pikiran.
Dalam hal ini partisipasi berupa mengusulkan pendapat
dan merencanakan berbagai kegiatan demi kesuksesan suatu
kegiatan atau program.
2. Partisipasi dalam tenaga
Partisipasi ini dapat berupa sumbangsih tenaga yang
diberikan oleh sebagian atau seluruh masyarakat sehingga
suatu kegiatan atau program dapat berjalan lancer.
3. Partisipasi dalam keahlian.
Bentuk partisipasi ini adalah berdasarkan dari tingkat
keahlian, keterampilan, pendidikan, dan pekerjaan yang
dimiliki oleh sebagian atau seluruh masyarakat.
4. Partisipasi dalam fasilitas.
Partisipasi yang dimaksudkan disini adalah partisipasi
atau keikutsertaan yang dapat berupa kontribusi melalui uang,
barang, dan jasa.

2.2.3 Metode Pendekatan Partisipasi


1) Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi
yakni pendekatan yang beranggapan bahwa pihak eksternal
lebih menguasai pengetahuan, teknologi, keterampilan dan
sumber daya. Dengan demikian partisipasi tersebut memberikan
komunikasi satu arah, dari atas ke bawah dan hubungan pihak
eksternal dan masyarakat bersifat vertikal.
2) Pendekatan partisipasi aktif
yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berinteraksi secara lebih intensif dengan para petugas eksternal,
contohnya pelatihan dan kunjungan.
3) Pendekatan partisipasi dengan keterikatan masyarakat atau
individu
Diberikan kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan
diberikan pilihan untuk terikat pada sesuatu kegiatan dan
bertanggung jawab atas kegiatan tersebut.
4) Pendekatan dengan partisipasi setempat
yaitu pendekatan dengan mencerminkan kegiatan
pembangunan atas dasar keputusan yang diambil oleh
masyarakat setempat.

2.2.4 Mewujudkan Masyarakat Partisipasi


Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menumbuhkan partisipasi di
masyarakat:
1. Mengeksplorasi nilai-nilai yang berkaitan dengan semangat
partisipasi (kebersamaan dan solidaritas, tanggung jawab,
kesadaran kritis, sensitif perubahan, peka terhadap lokalitas dan
keberpihakan pada kelompok marginal, dll).
2. Menghidupkan kembali institusi-institusi volunteer sebagai media
kewargaan yang pernah hidup dan berfungsi untuk kemudian
dikontekstualisasi dengan perkembangan yang terjadi di
masyarakat terutama dinamika kontemporer (Mis. forum rembuk
desa/dusun).
3. Memfasilitasi tebentuknya asosiasi-asosiasi kewargaan yang baru
berbasiskan kepentingan kelompok keagamaan, ekonomi, profesi,
minat dan hobi, dan politik maupun aspek-aspek kultural lainnya
yang dapat dimanfaatkan sebagai arena interaksi terbuka.
4. Mengkampanyekan pentingnya kesadaran inklusif bagi warga desa
dalam menyikapi sejumlah perbedaan yang terjadi dengan
mempertimbangkan kemajemukan.
5. Memperluas ruang komunikasi publik atau semacam public sphere
yang dapat dimanfaatkan warga desa untuk melakukan kontak-
kontak sosial dan kerjasama. (IRE, 2003)

2.2.5 Peran Organisasi Dalam Partisipasi


Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan
semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara
tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat
berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada
organisasi yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi setiap individu
dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan.
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan
mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti
keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai
keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut
bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Unsur-unsur :
Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi.
1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan
sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan
perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan
secara jasmaniah.
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan
kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa
terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut
merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal
ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of
belongingness”.
Jenis-jenis :
Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu
sebagai berikut:
1. Pikiran (psychological participation)
2. Tenaga (physical partisipation)
3. Pikiran dan tenaga
4. Keahlian
5. Barang
6. Uang
Syarat-syarat
Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan
efektif, membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu .

Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu
yang dimaksudkan disini adalah untuk memahamai pesan yang
disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung
informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa
diperlukan peran serta.

Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana
perangsang, hendaknya dibatasi seperlunya agar tidak
menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan
efek negatif.

Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan
organisasi dimana individu yang bersangkutan itu tergabung
atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.[1]

Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi,
dalam arti kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup
pemikiran dan pengalaman yang sama dengan komunikator,
dan kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan
oleh komunikator.

Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan
komunikasi timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang
sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga tercipta
pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.

Para pihak yang bersangkutan bebas di dlam melaksanakan
peran serta tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.

Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan
hendaknya didasarkan kepada kebebasan dalam kelompok,
artinya tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang dapat
menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau
jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan kepada
prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif.
Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian
wewenang atau tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan
maksud meningkatkan efektif tugas yang diberikan secara terstruktur
dan lebih jelas.
Bentuk-bentuk organisasi
1. Organisasi politik
2. Organisasi sosial
3. Organisasi mahasiswa
4. Organisasi olahraga
5. Organisasi sekolah
6. Organisasi negara

2.3 Kaderisasi
2.3.1 Konsep Kaderisasi
Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi,
karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke
depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah
organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas
keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah
sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang mandiri
dan berkelanjutan.
Fungsi kaderisasi antara lain :
1. Melakukan rekrutmen anggota baru. Penanaman awal nilai
organisasi agar anggota baru bisa paham dan bergerak menuju
tujuan organisasi.
2. Menjalankan proses pembinaan, penjagaan, dan pengembangan
anggota. Membina anggota dalam setiap pergerakkannya.
Menjaga anggota dalam nilai-nilai organisasi dan memastikan
anggota tersebut masih sepaham dan setujuan. Mengembangkan
skill dan knowledge anggota agar semakin kontributif.
3. Menyediakan sarana untuk pemberdayaan potensi anggota
sekaligus sebagai pembinaan dan pengembangan aktif.
Kaderisasi akan gagal ketika potensi anggota mati dan anggota
tidak terberdayakan.
4. Mengevaluasi dan melakukan mekanisme kontrol organisasi.
Kaderisasi bisa menjadi evaluator organisasi terhadap anggota.
Sejauh mana nilai-nilai itu terterima anggota, bagaimana
dampaknya, dan sebagainya. Untuk itu semua, diperlukan
perencanaan sumber daya anggota sebelumnya.
2.3.2 Pengertian
Kaderisasi adalah proses pendididkan jangka panjang untuk
pengoptimalan potensi-potensi kader dengan cara mentransfer dan
menanamkan nilai-nilai tertentu, hingga nantinya akan melahirkan
kader-kader yang tangguh.

2.3.3 Peran kader


1. Pewarisan nilai-nilai organisasi yang baik
Proses transfer nilai adalah suatu proses untuk
memindahkan sesuatu (nilai) dari satu orang keorang lain
(definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia). Nilai-nilai ini bisa
berupa hal-hal yang tertulis atau yang sudah tercantum dalam
aturan-aturan organisasi (seperti Konsepsi, AD ART, dan aturan-
aturan lainnya) maupun nilai yang tidak tertulis atau budaya-
budaya baik yang terdapat dalam organisasi (misalnya budaya
diskusi) maupun kondisi-kondisi terbaru yang menjadi
kebutuhan dan keharusan untuk ditransfer.
2. Penjamin keberlangsungan organisasi
Organisasi yang baik adalah organisasi yang mengalir,
yang berarti dalam setiap keberjalanan waktu ada generasi yang
pergi dan ada generasi yang datang (ga itu-itu aja, ga ngandelin
figuritas). Nah, keberlangsungan organisasi dapat dijamin
dengan adanya sumber daya manusia yang menggerakan, jika
sumber daya manusia tersebut hilang maka dapat dipastikan
bahwa organisasinya pun akan mati. Regenerasi berarti proses
pergantian dari generasi lama ke generasi baru, yang termasuk di
dalamnya adanya pembaruan semangat.
3. Sarana belajar bagi anggota
Tempat di mana anggota mendapat pendidikan yang
tidak didapat di bangku pendidikan formal.Pendidikan itu
sendiri berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau sekelompok orang dalam proses mendewasakan manusia
melalui proses pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan di sini mencakup dua hal yaitu pembentukan
dan pengembangan. Pembentukan karena dalam kaderisasi
terdapat output-output yang ingin dicapai, sehingga setiap
individu yang terlibat di dalam dibentuk karakternya sesuai
dengan output. Pengembangan karena setiap individu yang
terlibat di dalam tidak berangkat dari nol tetapi sudah memiliki
karakter dan skill sendiri-sendiri yang terbentuk sejak kecil,
kaderisasi memfasilitasi adanya proses pengembangan itu.
Pendidikan yang dimaksudkan di sini terbagi dua yaitu
dengan pengajaran (yang dalam lingkup kaderisasi lebih
mengacu pada karakter) dan pelatihan (yang dalam lingkup
kaderisasi lebih mengacu pada skill).
Dengan menggunakan kata pendidikan, kaderisasi
mengandung konsekuensi adanya pengubahan sikap dan tata laku
serta proses mendewasakan. Hal ini sangat terkait erat dengan
proses yang akan dijalankan di tataran lapangan, bagaimana
menciptakan kaderisasi yang intelek untuk mendekati
kesempurnaan pengubahan sikap dan tata laku serta
pendewasaan.

Saat ini pada umumnya kader kesehatan ada beberapa


kelompok, misalnya:
1. Kader Posyandu Balita
Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu)
dengan kegiatan rutin setiap bulannya melakukan pendaftaran,
pencatatan, penimbangan bayi dan balita.
2. Kader Posyandu Lansia
Kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia)
dengan kegiatan rutin setiap bulannya membantu petugas
kesehatan saat pemeriksaan kesehatan pasien lansia.

3. Kader Gizi
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas
melakukan pendataan, penimbangan bayi dan balita yang
mengalami gangguan gizi (malnutrisi).
4. Kader Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) à Kader KPKIA
Kader yang bertugas membantu bidan puskesmas
melakukan pendataan, pemeriksaan ibu hamil dan anak-anak
yang mengalami gangguan kesehatan (penyakit).
5. Kader Keluarga Berencana (KB)
Kader yang bertugas membantu petugas KB melakukan
pendataan, pelaksanaan pelayanan KB kepada pasangan usia
subur di lingkungan tempat tinggalnya
6. Kader Juru Pengamatan Jentik (Jumantik)
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas
melakukan pendataan dan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah
penduduk sekitar wilayah kerja puskesmas
7. Kader Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
Kader yang membantu petugas puskesmas melakukan
pendataan dan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di
lingkungan pos tempat kerjanya
8. Kader Promosi Kesehatan (Promkes) à KADER PHBS
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas
melakukan penyuluhan kesehatan secara perorangan maupun
dalam kelompok masyarakat
9. Kader Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas
melakukan penjaringan dan pemeriksaan kesehatan anak-anak
usia sekolah pada pos pelayanan UKS.

Peran Petugas Kesehatan terhadap Kader Kesehatan


a. Pendamping dan pengarah dalam pelayanan
b. Penghubung masyarakat pada memberi pelayanan
c. Menjadi contoh dan motivator dalam kegiatan
d. Menjaga kelangsungan kegiatan
e. Melaksanakan pembinaan dan pelatihan rutin terhadap kader
kesehatan
f. Melaksanakan koordinasi antara kader kesehatan dan tenaga
kesehatan
g. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
kader kesehatan
h. Melaksanakan evaluasi kegiatan bersama kader kesehatan

Karena peran yang sangat krusial ini, para kader kesehatan


dapat dikatakan sebagai pelopor/pelaku pembangunan masyarakat.
Sebagai pelopor atau pelaku pembangunan masyarakat di desanya,
berarti Kader telah ikut serta dalam pembangunan. Namun semua
ini bisa terjadi jikalau kader kesehatan mempunyai sikap yang baik
kepada masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai