Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geomorfologi sendiri memiliki arti yaitu ilmu yang mempelajari tentang
muka bumi dan segala proses yang terjadi di muka bumi dari dulu hingga
sekarang. Untuk mengetahui proses geomorfologi apa saja yang terjadi di bumi,
maka diadakan field trip guna untuk menunjang pengetahuan tentang Ilmu
Geomorfologi.
Ilmu geomorfologi kurang berbobot bagi mahasiswa apabila hanya diisi
dengan materi di dalam kelas perkuliahan. Field Trip ini dilakukan di daearah
Karangsambung, Kebumen yang terkenal dengan berbagai jenis batuannya.
Daerah Karangsambung merupakan daerah yang unik keadaan geologinya, mulai
dari morfologinya, stratigrafinya dan litologinya sehingga sering dijadikan
sebagai objek pembelajaran geomorfologi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan masalah sebagai berikut


1. Bagaimana keadaan geologi daerah Karangsambung dilihat dari segi
stratigrafi, litologi dan morfologi.
2. Batuan apa saja yang ada di daerah Karangsambung.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Field Trip ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui keadaan geologi daerah Karangsambung dilihat dari
segi morfologi, stratigrafi dan litologi.
2. Untuk mengidentifikasi batuan didaerah Karangsambung.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari Field Trip ini adalah sebagai berikut
1. Dapat mempelajari dan menambah ilmu geologi bagi mahasiswa.
2. Dapat mengenali dan mengidentifikasi jenis-jenis batuan.

1
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Definisi Geomorfologi


Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal dari bahasa Yunani, yang
terdiri dari tiga kata yaitu Geos berarti bumi, morphos berarti bentuk, dan logos
yang berarti ilmu. Berdasarkan kata – kata tersebut maka pengertian geomorfologi
merupakan pengetahuan tentang bentuk – bentuk permukan bumi. Namun,
Geomorfologi bukan hanya mempelajari bentuk – bentuk bumi, tetapi lebih dari
itu mempelajari material dan proses, seperti yang di kemukakan oleh Hooke
(1988) dalam Sukamantalya (1995 : 1), bahwa: “Geomorphologist are concerned
with the from and processes of the earth’s surface so any activity which modifies
the shape of the land, induces or quality of water and drainage, is interest to
them.”
Berdasarkan pengertian geomorfologi yang telah disitir, secara singkat dapat
di jelaskan bahwa geomorfologi membicarakan tentang bentuk lahan dan proses
yang terjadi di permukaan bumi termasuk pergerakan materilal, air dan drainase
serta factor lain yang memicu terjadinya proses geomorfik. Secara singkat berikut
ini disajikan mengenai beberapa difinisi geomorfologi yang dikemukakan oleh
para ahli yaitu:
1. Lobeck (1939: 3) menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi tentang
bentuk lahan.
2. Cooke dan Doornkamp dalam Sutikno (1987: 3) dinyatakan bahwa
geomorfologi adalah studi mengenai bentuk lahan dan terutama tentang
sifat alami, asal mula, proses perkembangan dan komposisi material
penyusunnya.
3. Thornbury dalam Sutikno (1990: 2) disebutkan bahwa geomorfologi
adalah ilmu pengetahuan tentang bentuk lahan.
4. Zuidam dan Concelado (1979: 3) juga menyatakan bahwa Geomorfologi
adalah studi yang menguraikan tentang bentu lahan dan proses yang

2
mempengaruhi pembentukannya serta mengkaji hubungan timbal balik
antara bentuk lahan dengan proses dalam tatanan keruangannya.
5. Verstappen (1983: 3) bentuk lahan adalah menjadi sasaran geomorfologi
bukan hanya daratan tetapi juga yang terdapat didasar laut (lautan).
Dengan demikian objek kajian dari geomorfologi berdasarkan definisi-
definisi tersebut adalah bentuk lahan, bukan hanya sekedar mempelajari bentuk-
bentuk yang tampak saja, tetapi juga mentafsirkan bagaimana bentuk tersebut bias
terjadi, proses apa yang mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka bumi.
Misalnya, dalam mempelajari pegunungan, lembah-lembah, atau bentukan-
bentukan lain yang ada dipermukaan bumi, bukan hanya mempelajari dalam arti
mengamati serta mengukur bentukan-bentukan tersebut, tetapi juga
mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana bentukan itu terjadi. Dalam hal ini
kita harus berhati-hati, karena pada bentukan yang tampak sama, ada
kemungkinan latar belakang pembentukan dan kejadiannya tidak sama, bahkan
sangat berbeda sekali. Umpamanya suatu deretan pegunungan, mungkin terjadi
karena pelipatan kulit bumi, patahan, mungkin juga karena hasil pengerjaan erosi
yang demikian hebat, sehingga menimbulkan relif permukaan bumi yangt
berfariasi, dan penyebab lainnya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dijelaskan
bahwa geomorfologi adalah mempelajari bentuk lahan (Landforn), prose-proses
yang menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami oleh setiap bentuk
lahan yang dijumpai dipermukaan bumi termasuk yang terdapat didasar laut/
samudera serta mencari hubungan antara bentuk lahan dengan proses-proses
dalam tatanan keruangan dan kaitannya dengan lingkungan. Disamping itu, juga
menelaah dan mengkaji bentuk lahan secara deskriptif, mempelajari cara
pembentukannya, proses alamiah dan ulah manusia yang berlangsung,
mengkelasan dari bentuk lahan serta cara pengmanfaatannya secara tetap, sesuai
dengan kondisi lingkungan.

3
2.2 Ruang Lingkup dan Hubungannya dengan Ilmu Lain
Atas dasar definisi dan pengertian Geomorfologi seperti yang dikemukakan
pada bagian terdahulu, maka berikut, ruang lingkup geomorfologi serta
hubungannya dengan ilmu-ilmu lain :
 Fisiografi merupakan studi tentang daratan, lautan, dan atmosfir.
 Lautan dipelajari dalam Oseanografi.
 Atmosfir menjadi studi Meteorologi, sedangkan daratan merupakan obyek
kajian Geomorfologi.
Dengan demikian jelaslah studi Geomorfologi merupakan salah satu cabang
dari Fisiografi yaitu tentang daratan yang menitik beratkan pada bentuklahan
penyusun konfigurasi permukaan bumi.
Berbicara mengenai hubungan antara Geomorfologi dengan Geologi W.M.
Davis dalam Sudardja (1977: 4) menggunakan istilah geomorphogeny dan
geomorphography, karena adanya perbedaan penekanan dalam mempelajarinya.
Dimana, geomorphogeny tekanan dalam mempelajarinya mengutamakan bentuk-
bentuk muka bumi masa lampau, yang erat hubungannya dengan geologi,
sedangkan geomorphography lebih menekankan mempelajari bentuk-bentuk
muka bumi yada ada pada masa sekarang, sehingga hubunganya dengan geografi
sangat erat. Obyek kajian Geomorfologi seperti yang tersurat dalam definisi-
definisi yang dikemukakan pada bagian terdahulu adalah bentuk lahan.
Zakrezewska dalam Sutikno (1990: 2), mengatakan bahwa Geomorfologi itu
mencakaup aspek lingkungan dan aspek spasial/keruangan termasuk ke dalam
aliran geomorfologi-geografis. Aliran Geomorfologi yang lain adalah
geomorfologi-geologis. Geomorfologi-geografis cakupannya terletak pada
penterapan konsep trilogi proses, meterial, dan morfologi, sedangkan dalam aliran
geomorfologi-geologis menggunakan cakupannya terletak pada penterapan
konsep bahwa aspek dari semua bentuklahan ditentukan oleh struktur, proses, dan
stadium (Sutikno, 1990:4).
Dengan demikian aspek dari bentuklahan yang mendapat sorotan meliputi
morfografi, morfometri, proses-proses geomorfologi, morfogenesis,
morfokronologi serta mempelajari ekologi bentang lahannya yang tersusun atas

4
batuan, bentuklahan, tanah, vegetasi, penggunaan lahan, dan lain-lain.
Dengan demikian bahwa dalam mempelajari Geomorfologi terkait pada
geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi yang menjadi faktor yang tidak dapat
diabaikan dalam perubahan bentuklahan.

2.3 Konsep Dasar Geomorfologi


Dalam mempelajari geomorfologi secara baik diperlukan dasar pengetahuan
yang baik dalam bidang klimatologi, geografi, geologi serta sebagian ilmu fisika
dan kimia yang mana berkaitan erat dengan proses dan pembentukan muka bumi.
Secara garis besar proses pembentukan muka bumi menganut azas berkelanjutan
dalam bentuk daur geomorfik (geomorphic cycles), yang meliputi pembentukan
daratan oleh tenaga dari dalam bumi (endogen), proses penghancuran/pelapukan
karena pengaruh luar atau tenaga eksogen, proses pengendapan dari hasil
pengahncuran muka bumi (agradasi), dan kembali terangkat karena tenaga
endogen, demikian seterusnya merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam
sekala waktu sangat lama.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Geologi Karangsambung


Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa
Tengah, Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adal ah dengan
wilayah Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di
sebelah selatan berbatasan dengan wila yah Kebumen dan di sebelah barat
berbataasan dengan daerah Gombong. Secara geogr afis, daerah Karangsambung
mempunyai ko ordinat 109o 37’ 30” – 109o 45’ 00” BT dan 7o 30’ 00” - 7o 37’
30” LS.

(Sumber : www.academia.edu)
Gambar 3.1. Peta dan batas wilayah cagar alam Karangsambung

Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi sering disebut sebagai lapangan
terlengkap di dunia. Karangsambung merupakan jejak-jejak tumb ukan dua
lempeng bumi yang terjadi 117 juta tahun – 60 juta tahun. Ia juga merupakan
pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari
peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di
daerah ini terja di proses subduksi pada sekitar zaman Paleogene (Eocene; 57,8 -
36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena itu di sini terekam jejak-jejak proses

6
paleosubduksi yang dipresentasikan oleh singkapan-singkapan (outcrop) batuan
dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari komponen lempeng samudera.
Karangsambung adalah tempat singkapan terbesar batuan-batuan dari zaman Pre-
Tersier yang disebut dengan Luk Ulo Melange Complex, suatu melange yang
berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ±
0.3 juta tahunyang lalu). Luk Ulo Melange Complex merupakan lapisan Pra-
Tersier tertua yang umurnya diperkirakan sudah 117 juta tahun.
Daerah Karangsambung mempunyai ciri khas geologi yang sangat menarik.
Kondisi geologi yang komplek pada karangsambung terbaentuk karena pada
daerah Karangsambung merupakan zona meratus, yaitu daerah pertemuan antara
lempeng (subduksi) yang terangkat.
Berdasarkan teori tektonik lempeng, diketahui bahwa di Indonesia bagian
tengah terjadi beberapa kali proses subduksi pada zaman yang berbeda-beda.
Daerah Karangsambung merupakan daerah yang dilalui jalur subduksi ini dan
merekam paling banyak petunjuk yang berhubungagan dengan proses ini berupa
singkapan batuan berusia tua, batuan dari dasar samudera dan campuran berbagai
jenis batuan dan endapan (melange) yang merupakan ciri khas utama proses
subduksi. Oleh karena itu disini terdapat banyak jenis batuan dari sumber yang
berbeda-beda beda dengan distribusi yang tidak beraturan sehingga sulit untuk
dipetakan.

(Sumber : www.academia.edu)
Gambar3.2. Kompleks subduksi purba yang melewati Indonesia

7
Pada gambar di atas terlihat bahwa jalur subduksi pada zaman Late
Cretaceus melintasi Karangsambung dan singkapan batuan dari zaman Pre-
Tersier terdapat di beberapa tempat seperti di Ciletuh, Karangsambung dan
Bayah. Perkembangan tektonik didaerah ini diduga akibat tumbukan lempeng
Hindia-Australia dengan lempeng Benua Asia sejak Late Cretaceus (Kapur
Akhir ; 85 juta tahun ) atau Early Tertier (Tersier Awal ; 65,5 juta tahun), disusul
kemudian oleh pelipatan dan pensesaran dasar samudera sehingga
mengakibatkan terbentuknya suatu palung (Asikin, 1974). Bentukan palung
inilah yang sering disebut dengan Prisma Akresi.
Lempeng Hindia-Australia yang datang dari selatan ini kemungkinan
merupakan bagian dari benua purba Gondwana sehingga membawa batuan yang
berusia tua. Proses Subduksi ini berlangsung cukup lama sehingga tidak hanya
melange yang yang merupakan endapan khas zona subduksi yang terdapat di
Karangsambung, tetapi juga batuan-batuan dasr samudera dan batuan di sekitar
Mid Ocean Ridge terseret sampai mendekati kontak kedua lempeng, bahkan
kompleks oviolith telah terangkat kepermukaan dan menjadi bagian dari
kerumitan distribusi batuan di daerah ini.
Perkembangan struktur di daerah ini dipengaruhi oleh beberapa periode
tektonik. Periode tektonik paling tua adalah deformasi dan proses penempatan
batuan Pra-Tersier pada Kapur Akhir-Paleosen (85-57,8 juta tahun). Periode
berikutnya yang mempengaruhi Formasi Karangsambung dan Totogan. Hal
tersebut diperkirakan berlangsung antara Oligo-Miosen (36,6-5,3 juta tahun)
sampai Miosen Awal (23,7 juta tahun). Perode tektonik pada Plio-Pleistosen (1,6-
0,01 juta tahun) dianggap sebagai periode terkait yang mempengaruhi
pembentukan struktur didaerah ini. Oleh karena hal tersebut, maka di
Karangsambung ditemukan berbagai batuan yang sangat beragam jenisnya dan
singkapan yang kompleks, berupa batuan sedimen, batuan beku, batuan alterasi,
serta batuan metamorf yang berstruktur rumit. Pada daerah ini juga terdapat
batuan yang sangat jarang ditemui didaerah lain, seperti batuan dari kompleks
ofiolit (rijang, lavabantal, basalt, gabro, batuan ultra basa seperti dunite,
amphibolit) yang merupakan kompleks batuan dari laut dalam, khususnya pada

8
batuan ultra basa yang merupakan batuan yang berapa pada mantel bagian atas
yang posisinya sangat jauh dari permukaan bumi.
Pada daerah Karangsambung terdapat 2 jenis melange yaitu melange tektonik
dan melange sedimen. Melange tektonik adalah melange yang dihasilkan secara
langsung dari proses pembentukan prisma akresi. Sedangkan melange sedimen
merupakan komponen melange yang berbentuk blok-blok yang tercampur
didalam suatu matrik sedimen. Hal ini disebabkan oleh terjadinya suatu
sedimentasi yang bersamaan dengan berlangsungnya proses subduksi ada
cekungan palung yang dihasilkan dari proses subduksi tersebut. Satuan batuan di
kompleks melange Luk Ulo, umur satuan batuan ini adalah Kapur Atas (85 juta
tahun) hingga Paleosen namun yang menarik adalah formasi batuan setelah itu.
Diatasnya secara tidak selaras diendapkan Formasi Karangsambung dan Formasi
Totogan. Kedua formasi ini merupakan sebuah olistrotom dan mereka berumur
Eosen Atas (36,6 juta tahun) dan Oligo Miosen (23,7-5,3 juta tahun). Lalu
diatasnya diendapkan formasi Waturanda yang berumur Miosen Awal (23,7 juta
tahun) yang tersiri dari Breksi vulkanik dan batupasir. Pada Miosen Tengah
diendapkan Formasi Penosogan yang disusun oleh batu gampingan dan napal
tufaan. Diatasnya diendapkan formasi Halang yang berumur Pliosen (5,3-1,6 juta
tahun) dan disusun oleh perselingan batupasir dan napal (Asikin, 1974).
Geologi Karangsambung mempunyai formasi yang khas jika dibandingkan
dengan daerah lain. Hal ini terlihat dari Geomorfologi yang berbentuk lonjong-
lonjong dan berbukit dengan batuan yang berbeda-beda. Statigrafi daerah ini
sangat khas dan membentuk formasi yang beragam dan struktur geologi pada
daerah ini terisi dari lipatan, sesar dan kekar.

3.1.1 Geomorfologi Karangsambung


Geomorfologi adalah studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi dan
semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.
Morfologi di daearah Karangsambung adalah perbukitan struktural dan
daerah ini juga disebut sebagai kompleks melange. Tinggian yang berada di
daerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras,
Gunung Brujul, bukit Jatibungkus. Penyajian melange di lapangan

9
Karangsambung adalah dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan
meter hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentuk
sebuah rangkaian pegunungan.

(Sumber : www.academia.edu)
Gambar 3.3 Peta bentukan morfologi Karangsambung

Selain itu juga terdapat morfologi aluvial di daerah Karangsambung. Salah


satu mrfologi alufial yang berada di daerah Karangsambung adalah sungai Luk
Ulo. Sungai ini termasuk sungai pendahulu, yaitu jenis sungai yang memotong
struktur geologi utama dan termasuk ke dalam umur dewasa. Tingkat kedewasaan
sungai ini terlihat dari bentuknya yang berkelok-kelok dan adanya keterdapatan
meander padasisi kelokannya serta terbentuknya deposit pada teras sungai. Selain
sungai utama, Karangsambung juga memiliki sungai lainnya seperti Kali Muncar,
Kali Cacaban, Kali Mandala, Kali Brengkok dan Kali Jebug.
Perbedaan kekerasan dan ketahana batuan pada daerah Karangsambung
menghasilkan bentuk topografi dengan timbunan halus sampai kasar. Sebagian
lembahnya sempit dan dalam berbentuk V dengan lereng yang terjal. Akibat
perbedaan kekerasan batuan ada bukit yang seakan-akan mencuat terhadap
sekitarnya, misalnya dekat bukit Jatibungkus, Bujil, dan Pesanggrahan.

10
Pada daerah ini terdapat deretan pegunungan bukit Gunung Bulukuning,
Dwilang, dan Prahu yang melengkung seperti busur terbuka ke arah barat. Ini
menunjukkan bahwa sebenarnya mengikuti bentuk antiklin Karangsambung yang
sumbunya menunjam ketimur.
Daerah Karangsambung umumnya bermorflogi oval atau elips atau
mampat di ujung-ujungnya. Terdiri dari bukit-bukit dan pegunungan melingkar,
dierosi oleh aliran Kali Luk Ulo yang telah membentuk pola meander serta
lembah-lembah anak sungai Kali Luk Ulo. Morfologi perbukitan pada umumnya
dibangun oleh batuan berumur Pra-Tersier, sedangkan morfologi punggungan di
daerah ini disusun oleh endapan Tersier ( 65,5 juta tahun) yang cukup tebal.
Satuan morfologi daerah Karangsambung dapat dibedakan menjadi empat
bagian yaitu :
1. Satuan Daratan
Satuan morforlogi ini terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Luk Ulo
yang luasnya relatif datar dan merupakan daerah dataran banjir dengan material
berukuran lempung – krakal yang berasal dari sedimentasi peluapan banjir.
Sungai Luk Ulo sebagai sungai utama. Anak sungai Luk Ulo antara lain Sungai
Wealaran, Cacaban, Lokidang, Gebang, dan Medana. Kenampakan Sungai Luk
Ulo yang berkelok – kelok (meander) dijumpai kenampakan gosong pasir yang
terbentuk dari endapan luapan banjir. Pada pandang pengamtan lainnya, terlihat
lembah melebar dengan bekas-bekas meander yang telah ditinggalkan. Satuan
daratan ini, umurnya ditafsirkan stadium dewasa.
2. Satuan Perbukitan Lipatan
Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a) Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung
Paras .
b) Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah
yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk
amphiteatre.

11
(Sumber : www.academia.edu)
Gambar 3.4 Amphiteater (pembalikan topografi)
c) Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti
Gunung Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah dilakukan
interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang
alam dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung Waturondo,
direkonstruksi awalnya merupakan antiklinin pada lembahnya, dengan
memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit Bujil sebagai pilarnya.
Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung paras dengan struktur
sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi Breksi
Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit- bukit seperti Bukit
Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.Satuan daerah
perbukitan ini, tampak bergelombang lemah dan terisolir pada pandang
luas cekungan morfologi amphiteatre. Batuan yang mengisi satuan ini,
menunjukkan Breksi Volkanik yang tersebar dari Gunung Paras sampai
Gunung Waturando dan sinklinnya yang terlihat pada puncak Gunung
Paras ke arah timur.

12
(Sumber : www.academia.edu)
Gambar 3.5 Antiklin
2. Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk Batuan)
Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS
Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung
Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung
wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan perbedaan
ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini juga, nampak
bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil proses tektonik.
3. Lajur Pegunungan Serayu Selatan
Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur
Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah
hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai
ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober
hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga September. Masa transisi
diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan September-Oktober.
Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa tempat
telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati
dan pinus).

13
3.1.2 Stratigrafi Daerah Karangsambung
Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan
batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang
bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.
Secara garis besar daerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur dari
tua ke muda, yaitu :
1. Kompleks Melange Luk Ulo / Formasi Melange berumua Pra-tersier.
2. Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3. Formasi Totogan dengan batuan utamnya lepung bersisik / scaly clay.
4. Formasi Waturanda yang terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan
breksi.
5. Formasi Penosogan yang terdiri atas perselingan lempung dan pasir
karbonat.

14
(Sumber : www.academia.edu)
Gambar 3.6 Kolom statigrafi wilayah Karangsambung (Asikin, 1974)

1. Kompleks Melange
Merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat kompleks, berumur
Pre-Tersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung hitam, lavabantal yang
berasosiasi dengan rijang dan gamping merah, tirbidit klastik, dan ofiolit yang
tersisipkan diantara batuan metamorfose berfasies sekis. Batuan-batuan tersebut
merupakan hasil dari pencampuran secara tektonik pada jalur penunjaman (zona
subduksi) yang juga telah melibatkan batuan-batuan asal kerak samudra dan kerak
benua. Kompleks ini dibagi menjadi 2 satuan berdasarkan dominasi fragmen pada
masa dasrnya, yaitu satuan Jatisamit disebelah barat dan satuan Seboro di sebelah

15
utara.
Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua. Satuan ini
terdiri bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada
adalah batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping
merah dan sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi seperti
Gunung Sipako dan Gunung Bako.

Kompleks Melange

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)


Gambar 3.7 Kompleks Melange

16
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.8 Koordinat Kompleks Melange
2. Formasi Karangsambung
Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari
batulempung abu-abu yang mengandung concression besi, batugamping
numulites, konglomerat, dan batu pasir kuarsa polemik yang berlaminasi.
Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan struktur yang bersisik
dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur tersebut
diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi dibawah

17
permukaan air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala merosot
yang dilihat pada inset batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini adalah dari
Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen Akhir (36 juta tahun) dilihat dari
adanya foraminifera plankton.

3. Formasi Totogan
Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi
Karangsambung. Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna
coklat, dan kadang-kadang ungu dengan struktur scaly (menyerpih). Juga terdapat
fragmen berupa batukarang yang terperangkap pada batulumpur, batupasir,
batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari formasi Totogan adalah Oligosen
(36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan Globoquadrina
praedehiscens dan Globigeriona binaensis.

18
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.10 Koordinat Formasi Totogan

4. Formasi Waturanda
Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung
berdasarkan posisi statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-
5,2 juta tahun) yang terdiri dari breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan
sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar batupasir berwarna abu-abu
dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan beku dan obsidian.

19
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.12 Koordinat Kompleks Waturanda

20
5. Sungai Luk Ulo
Lokasi ini berjarak sekitar 200 m kearah barat dari UPT BIKK
Karangsambung – LIPI, berada di tepi Sungai Luk Ulo, kaki bukit
Pesanggrahan. Pada lokasi ini dijumpai batuan sedimen konglongmerat
berwarnaabu-abu cerah dengan fragmen bervariasi (kuarsa, batupasir, rijang,
batuan beku, dan metamorf) yang tersemen sangat kuat. Konglongmerat ini
merupakan bongkah sangat besar hasil pelongsoran selain itu, terdapat
singkapan batuan filit (metamorf) yang berapa di tepi sungai Luk Ulo. Batu filit
ini merupakan hancuran batu pasir dengan komponen greywacke yang
mengalami proses metamorfisme dengan tekanan tinggi dan temperature
rendah. Derajat metamorfismenya Rendah-intermediet. berwarna hitam, abu-
abu, berekstur lapidoblastik (terdiri dari mineral-mineral tabular). Strukturnya
Filitik, terlihat rekristalisasi yang lebih kasar dari slaty cleavage, sudah mulai
terjadi pemisahan mineral granular (segresi) tetapi belum sempurna. Ukuran
butirnya halus.

21
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.14 Koordinat Sungai Luk Ulo

3.1.3 Litologi Daerah Karangsambung


Litologi adalah ilmu tentang batu-batuan yg berkenaan dengan sifat fisik,
kimia, dan strukturnya.
Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan
berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan
membentuk jenis batuan yang berbeda pula. Pembekuan magma akan membentuk
berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen bisa terbentuk karena berbagai proses
alamiah, seperti proses penghancuran atau disintegrasi batuan, pelapukan kimia,

22
proses kimiawi dan organis serta proses penguapan / evaporasi. Letusan gunung
api sendiri dapat menghasilkan batuan piroklastik. Batuan metamorf terbentuk
dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian mengalami
peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi, namun peningkatan
temperature itu sendiri maksimal di bawah temperature magma.
Tabel 3.1. Litologi daerah Karangsambung

NO KOMPLEKS UMUR LITOLOGI


1 Kompleks Kapur Akhir Batuan metamorf (schist
Melange (85-140 juta mica-117Ma), batuan
tahun yang lalu)
sedimen pelagic (Rijang-
endapan laut).
2 Formasi Eocene- Batulempung bersisik,
Karangsambung Oligocene (23,7 olistolit (konglongmerat,
-57,6 juta tahun
batu gamping
yang lalu)
nummulites)
3 Formasi Totogan Breksi dengan
Oligocene- komponen batu
Miocene Awal
lempung, batu pasir dan
(36,6-23,7 juta
tahun yang lalu) batu gamping.
4 Formasi Miocene awal – Batu pasir vulkanik dan
Waturanda Miocene breksi vulkanik.
Tengah (23,7-
13 juta tahun
yang lalu)
(Sumber : www.academia.edu)

Batuan beku, sedimen, dan metamorf di Karangsambung dengan variasi umur


batuan mulai puluhan hingga ratusan juta tahun, merupakan singkapan batuan
yang berasal dari benua maupun samudra, dari dasar laut hingga laut dangkal
berfosil-fosil, tersebar pada hamparan yang tidak terlalu luas, dan dapat dijumpai
di lapangan Karangsambung sebagai obyek studi dalam kegiatan
penelitian.Lingkungan proses pembentukan dari ragam dan jenis batuan pada
kawasan Karangsambung, adalah palung laut dalam, cekungan muka daratan dan

23
jalur penunjaman. Pada palung laut dalam, dijumpai batuan sedimen berfosil
Radiolaria yang terangkut dan mengendap setra mengisi pada batuan sedimen
rijang (Chert). Pada kondisi cekungan muka daratan, ditemukan batuan sedimen
yang mengandung fosil biota laut berupa sedimen batu gamping (Lime Stone)
kondisi laut dangkalm. Pada palung laut dalam, berupa batuan beku basalt dan
batuan metamorfosa ubahan dari batuan periodotit, berupa serpentinit.

24
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan Field Trip yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
A. Satuan morfologi daerah Karangsambung adalah :
1) Satuan Daratan
Satuan morforlogi ini terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Luk Ulo.
2) Satuan Perbukitan Lipatan
 Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras . 
 Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang
memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre. 
 Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan. 
3) Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange (Campur Aduk Batuan)
4) Lajur Pegunungan Serayu Selatan
A. Stratigrafi daerah Karangsambung
Diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda, yaitu :
1) Kompleks Melange Luk Ulo / Formasi Melange berumua Pra-tersier.
2) Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3) Formasi Totogan dengan batuan utamnya lepung bersisik / scaly clay.
4) Formasi Waturanda yang terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
5) Formasi Penosogan yang terdiri atas perselingan lempung dan pasir karbonat.

25
B. Litologi daerah Karangsambung
Daerah Karangsambung mempunyai berbagai jenis batuan, mulai dari batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf.
C. Dari hasil observasi, dapat diperoleh identifikasi batuan sebagai berikut :
1) Batuan beku : Diabas dan basalt (lava bantal).
2) Batuan metamort : Serpentinit dan fillit.
3) Batuan sedimen : Rijang, gamping merah dan lempung bersisik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Nur Mustofa, Arief.2011.Kajian Geologi Lingkungan pada Lokasi Penambangan


Batuan Diabas Gunung Parang dalam Rangka Konservasi Batuan di Cagar Alam Geologi
Karangsambung.Kebumen:BIKK Karangsambung LIPI
Jodi, Fajar.dkk.2012.Obsevasi Geologi Karangsambung. Bandung : ITB
Hastria, Defry. Geologi Karangsambung.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi
Kebumen Karangsambbung LIPI
Ansori, Chusni.Batuan Beku.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen
Karangsambbung LIPI
Ansori, Chusni.Batuan Sedimen.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen
Karangsambbung LIPI
Ansori, Chusni.Batuan Metamorf.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen
Karangsambbung LIPI
Ansori, Chusni.Mineral dan Batuan.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen
Karangsambbung LIPI
Dwi Raharjo, Puguh.dkk.2011.Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Identifikasi
Kerentanan Bencana Alam di Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung.
Kebumen:SIG BIKK Karangsambung LIPI
Yogi. Pemetaan Kuliah Lapangan Daerah Cantel Karangsambung.

27

Anda mungkin juga menyukai