Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN POKJA MPO

Oleh
1. Ni Luh Putu Sumariani, Sag, AmdF
2. Felisia Anita Nuhan SFarm, Apt
3. Matildis Trisna Labok, AmdF
4. Florida Noviyanti Djaga, AmdF
5. Mediatriks T. C, SFarm
6. Maximiliana Moghang, AmdF

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DEDARI


TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Kesehatan merupakan hal penting yang harus dijaga, diupayakan dan disadarkan.
Selain itu kesehatan merupakan salah satu unsur kejahteraan yang sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pancasila dan undang-undang dasar
Negara republik Indonesia tahun 1945 (UU RI no. 36 tahun 2009)
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perlu menjamin
aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu dan terjangkau dalam jenis dan jumlah
yang cukup (kepmenkes 2013).
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Pada umumnya rumah sakit memiliki suatu formularium atau daftar obat,
tetapi pemanfaatan formularium tersebut sebagai salah satu alat untuk meningkatkan
efiensi pengelolaan obat.
Penggunaan formularium dapt menjamin standar peresepan yang berkualitas baik.
Peresepan yang berkualitas bertujuan untuk mewujudkan penggunaan obat yang rasional.
Salah satu indicator utama penggunaan obat menurut WHO (1993) yaitu kesuaian resep
dengan formularium dan pedoman terapi. Beberapa factor utama yang mempengaruhi
peresepan yanitu ketersediaan obat, pelatihan para dokter, harga obat, pasien, pemharuan
formularium, pengetahuan dokter akan adanya formularium rumah sakit serta sosialisasi
formularium. Ketersediaan obat meruapakan salah satu indicator keberhasilan pelayanan
kesehatan. Dokter sebagai penulis resep hanya dapat memberikan pelayanan kesehatan
pada pasien secara rasional apabila obat esensial atau obat sesuai formularium tersedia
secara cukup (Anonim, 2002)
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak tergantikan dalam pelayanan
kesehatan.Obat sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan harus dikelola
sebaik-baiknya untuk menciptakan derajat kesehatan yang optimal. Pengelolaan obat
yang tidak efisien dpaat memberikan dampak negatif, baik secaran medic maupun
ekonomi. Seleksi obat merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
mengendalikan pembiayaan obat.
2. Tujuan
a. Mengetahui manajemen pengelolaan obat di rumah sakit
b. Mengetahui proses yang meliputi perencanaan sampai pendistribusian obat serta
pencatatan dan pelaporan dalam manajemen penyimpanan obat di rumah sakit
c. Mengetahui peran dan fungsi farmasi dan apoteker di umah sakit

3. Manfaat
a. Manfaat bagi pasien
1) Mendapatkan pelayanan yang bermutu
2) Hak-hak pasien dihargai dan dilindungi
3) Menerima komunikasi dan edukasi yang dapat dipahami
4) Dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan proses perawatan
5) Keselamatan pasien menjadi focus utama
b. Manfaat bagi rumah sakit
1) Melakukan perbaikan terus menerus
2) Menunjukan komitmen terhadap mutu pelayanan
3) Meningkatkan kepercayaan masyarakat
4) Membandingkan RS kita dengan RS lain
c. Manfaat bagi karyawan
1) Meningkatkan keselamatan dan keamanan bekerja
2) Merasakan keterlibatan dalam kegiatan yang bermutu
3) Wewenang dan tanggungjawab lebih jelas
4) Meningkatkan kepuasan kerja
5) Meningkatkan kerja tim
BAB II
PEMBAHASAN

MPO 1
1. FORMULARIUM RS (penyusunan)
2. SIK untuk TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian) dan SIPA (Apoteker Penanggungjawab)
3. Monitoring formularium seperti penambahan dan pengurangan obat
MPO 1 : Obat sudah didata tetapi cara penyusunannya harus sesuai alur dan rapat pembentukan
PFT serta contoh dokumentasi yang masih dicari dan ada pembanding dari RS lain.
SIK dan SIPA beberapa masih dalam proses. Monitoring bias dilaksanakan jika sudah
ada formularium RS.

MPO 2
1. Adanya MOU dengan RS atau Apotek lain jika obat kosong ato tidak tersedia di RS.
2. SPO jika obat kosong di RS dan SPO bila farmasi tutup/persediaan obat terkunci
3. SK dan Bukti rapat PFT (panitia farmasi dan terapi) dalam menyusun Formularium RS
4. Adanya MOU dengan pemasok obat (PBF)
5. Adanya form usulan obat baru dan monitoring penggunaan
6. Kriteria menambah dan mengurangi obat dalam formularium
7. Adanya dana darurat jika ada obat kosong di RS
MPO 2 : Masih dalam proses melengkapi hanya SK dan bukti rapat PFT poin 3 kami masih cari
contoh dari RS lain sebagai contoh dan pembanding.

MPO 3
1. Penyimpanan obat dan pengontrolan (elektrolit konsentrat tidak disimpan di unit asuhan
kecuali membutuhkan tetapi disimpan dengan pengamanan terkunci dan diinspeksi
secara berskala)
2. Form khusus untuk rekonsiliasi obat (jika pasian membawa obat sendiri dari rumah dari
farmasi mengisi form dan mengambil obat yang dibawa dan diberi label, jika beberapa
obat tersebut masih dibutuhkan pasien sesuai instruksi dokter maka obatnya dilanjutkan)
3. Spo penyimpanan produk nutrisi (MPO 3.1)
4. Obat emergency (SPO penyimpanan dan SPO penggantian obat emergency yang
rusak/kadaluarsa) MPO 3.2
5. SPO penarikan obat kadaluarsa, Pemusnahan obat ED dan ada bukti berita acara
pemusnahan
MPO 3: Item no 2 dan 3 dalam proses pengerjaan bersama Apoteker
MPO 4
1. SPO bila resep tidak terbaca/ tidak jelas dan SPO telaah rekonsiliasi obat serta ada
pelatihan dalam penulisan resep dan pemesanan obat dan pencatatan obat, formulir
rekonsiliasi
2. Resep harus memuat 9 elemen (bukti resep) MPO 4.1
a) Data indentifikasi pasien yang akurat
b) Elemen dari pemesanan atau penulisan resep
c) Bilamana nama generic atau nama dagang adalah akseptabel atau diperlukan
d) Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu “prn” atau pesenanan
obat yang lain
e) Prosedur khusus untuk pemesanan obat norum/ lasa
f) Tindakan yang harus diambil jika pemesanan opbat tidak lengkap,tidak terbaca atau
tidak jelas
g) Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada pesanan dan setiap elemen
yang dibutuhkan dalam pesanan yang emergency, dalam daftar tunggu, otomatic
stop dan seterusnya
h) Pesanan obat secara verbal atau melalui telpon : dilakukan write, readback,
rekonfirmasi
i) Jenis pesanan yang berdasarkan berat seperti untuk kelompok pasien anak
3. Batasan penulisan resep khusus obat kemoterapi,radioaktif, narkotik/psikotropik ( SK
daftar orang yang berhak menuliskan obat-obatan tersebut diluar dari daftar tersebut tidak
diperbolehkan) MPO 4.2
4. Pencatatan penggunaan obat di RS pada rekam medis pasien (from medikasi) harus jelas
nama obat dan dosis serta waktu dan cara pemeberian “jika perlu”. MPO.4.3
MPO 4: Masih dalam proses bersama Apoteker

MPO 5
1. Pedoman/prosedur penyiapan obat steril serta pelatihan dan sertifikat staf yang
menyiapkan obat steril (prosuksi)
2. SPO penelaah ketepatan resep (7B, benar pasien, benar indikasi, benar obat, benar dosis,
benar cara pemberian, benar waktu pemberian dan benar dokumentasi) SPO bila resep
tak jelas/timbul pertanyaan, panduan interaksi obat (bila belum memiliki software drug
interaction), Form telaah resep. MPO 5.1
MPO 5 : Kita tidak punya produksi sediaan steril tetapi nanti akan dicarikan pedomanx serta
spo bebrapa sudah ada tinggal dlengkapi lagi.
MPO 6
1. Kebijakan staf yang berwenang memberikan obat serta pedoman pengorganisasian yang
memuat uraian jabatan (STR dan SIP)
2. Kebijakan waktu tunggu pelayanan obat (obat racikan max 30menit dan obat sediaan jadi
max 15menit) MPO 6.1
3. Kebijakan pelayanan obat dimana obat dibawa pasien ke rs untuk digunakan sendiri
(form rekonsiliasi) MPO 6.2
MPO 6 : STR n SIP pegawai masuk di pokja KPS. Kebijakan waktu tunggu berkaitan dengan
TTK yang ada serta kebijakan rekonsiliasi dalam proses pencarian

MPO 7
1. IKP (insiden keselamatan pasien)/ KTD pada rekam medis pasien
2. Pedoman pengorganisaian panitia keselamatan pasien RS dan SK siapa yang
bertanggungjawab melaporkan IKP/medication error
3. Alur pelaporan
MPO 7 : Sudah ada form laporan insiden di RSIA Dedari dan pedoman, SK dan alur masih
harus cari referensi RS lain

Anda mungkin juga menyukai