Anda di halaman 1dari 7

Nama asisten : Adimas Reggy

Tanggal Praktikum : 9 Maret 2018


Tanggal Pengumpulan : 19 Maret 2018

PRAKTIKUM ANALISIS PENENTUAN KADAR AIR DAN ABU


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Erlin Tri Widyastuti (240210160091)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: erlin1705@yahoo.com

ABSTRAK
Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang penting pada bahan pangan. Abu
adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan. Praktikum kali ini bertujuan
untuk mengetahui kadar air suatu bahan pangan dengan menggunakan metode oven dan
bertujuan untuk mengetahui kadar abu suatu bahan pangan dengan menggunakan
metode tanur. Kandungan air dalam sampel mayoritas telah memenuhi SNI sedangkan
kadar abu untuk sampel tepung rasi, bubur bayi, dan jagung tidak memenuhi SNI.

Kata Kunci : kadar air, kadar abu, gravimetri

PENDAHULUAN anorganik yang tersisa setelah bahan


Kadar air merupakan salah satu organik dalam makanan didestruksi
karakteristik yang penting pada bahan (Legowo, dkk., 2004). Analisis kadar
pangan. Kadar air yang tinggi pada abu ini perlu dilakukan karena dengan
bahan pangan dapat menyebabkan melakukan analisis ini akan didapatkan
mudahnya mikroorganisme untuk informasi mengenai kandungan
berkembang biak yang menimbulkan mineral atau parameter nilai gizi yang
perubahan tertentu (Sandjaja, 2009). ada dalam suatu bahan pangan
Kadar air adalah persentase kandungan (Sandjaja, 2009).
air suatu bahan yang dapat dinyatakan Praktikum kali ini bertujuan untuk
berdasarkan berat basah (wet basis) mengetahui kadar air suatu bahan
atau berdasarkan berat kering(dry pangan dengan menggunakan metode
basis). Kadar air berat basah oven. Pada praktikum kali ini
mempunyai batas maksimum teoritis dilakukan penentuan kadar air dengan
sebesar 100 persen, sedangkan kadar cara memisahkan air dengan bahan
air berdasarkan berat kering dapat lebih pangan yaitu dengan cara menguapkan
dari 100 persen (Syarif dan Halid, air yang ada pada bahan sehingga
1993). hanya tersisa sampel bahan tanpa
Abu adalah zat anorganik sisa hasil kandungan air. Selain itu, praktikum
pembakaran suatu bahan. Kadar abu ini juga bertujuan untuk mengetahui
suatu bahan erat kaitannya dengan kadar abu suatu bahan pangan
kandungan mineral bahan tersebut. dengan menggunakan metode tanur.
Berbagai mineral di dalam bahan ada Metode tanur merupakan salah satu
di dalam abu pada saat bahan dibakar.
metode pengabuan kering. Metode
Kadar abu merupakan besarnya
tanur ini dilakukan dengan cara
kandungan mineral dalam tepung.
Kadar abu sangat dipengaruhi oleh membakar bahan pangan atau
jenis bahan, umur bahan, dan lain-lain. mengabukannya dalam suhu yang
Kandungan abu pada suatu bahan sangat tinggi.
pangan juga merupakan residu bahan
BAHAN DAN METODE kemudian ditimbang. Prosedur terus
dilakukan hingga berat cawan berisi
Alat sampel konstan (selisih berat = 0,0002
Alat yang digunakan pada praktikum gram). Kadar air sampel dihitung
kali ini yaitu cawan aluminium konstan, dengan menggunakan rumus sebagai
oven dengan suhu 105ºC, desikator berikut :
dengan silica gel, neraca analitik, labu Kadar air (%bb) = (W1-W2)/W1
didih, heating mantle, kondensor, ×100%
tabung penampung destilat, air dingin,
selang penghubung, vaseline, Kadar air (%bk) = (W1-W2)/W2
termometer, neraca analitik, cawan ×100%
porselen, tanur dengan suhu 300º. Keterangan:
W1 = Berat awal sampel
Bahan W2 = Berat sampel setelah
Bahan yang digunakan sendiri yaitu dikeringkan
tepung pisang, jagung pipil, keripik
bawang, maizena, bubur bayi, biskuit, Analisis Kadar Abu Total
tepung rasi dan tepung tapiyoka. Cawan porselen dikonstankan
dengan cara mencuci dan
Analisis Kadar Air Metode mengeringkannya terlebih dahulu.
Thermogravimetri Kemudian cawan porselen dipanaskan
Cawan aluminium dikonstankan dalam tanur dengan suhu 600ºC selama
dengan cara dicuci dan dikeringkan 30 menit. Kemudian cawan porselen
terlebih dahulu kemudian di panaskan dimasukkan ke dalam desikator selama
didalam oven dengan suhu 105ºC 30 menit lalu berat cawan ditimbang
selama 1 jam lalu di keluarkan dan hingga konstan. Analisis ini dilakukan
dimasukkan kedalam desikator secara duplo. Sampel tepung terigu dari
kemudian ditimbang. Cawan dipanaskan berbagai bagian isi tepung dan sampel
kembali di oven dan dimasukkan nugget dari beberapa bagian badan
kembali kedalam desikator lalu kembali nugget diambil masing-masing sebanyak
ditimbang hingga konstan (selisih berat 1 gram. Sampel kemudian ditaruh
0,0002 gram). didalam porselen dan diabukan dalam
Analisis ini dilakukan secara tanur selama 5 jam dengan suhu 600ºC.
duplo. Sampel tepung pisang dari Sampel didinginkan didalam desikator
beberapa bagian isi tepung dan sampel selama 30 menit dan timbang hingga
pisang dari beberapa bagian badan beratnya konstan. Kadar abu dalam
pisang diambil masing-masing sebanyak sampel dihitung dengan cara sebagai
1 gram dan ditaruh diatas cawan berikut:
aluminium. Kemudian cawan berisi
sampel ditimbang dan dipanaskan Kadar abu = (W1-W2)/W×100%
didalam oven dengan suhu 105ºC
selama 5 jam. Setelah itu cawan berisi Keterangan:
sampel dikeluarkan dari oven dan W = Berat awal sampel
dimasukkan kedalam desikator selama W1 = Berat akhir sampel
15 menit kemudian ditimbang. Cawan W2 = Berat cawan
berisi sampel dipanaskan kembali di
oven dengan suhu 105ºC selama 1 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah itu cawan berisi sampel
dikeluarkan dari oven dan dimasukkan Analisis Kadar Air
kedalam desikator selama 15 menit
Praktikum kali ini dilakukan yang digunakan memiliki karakteristik
penetapan kadar air pada beberapa yang hampir sama yaitu memiliki kadar
bahan pangan menggunakan metode air yang tidak terlalu tinggi yang cocok
thermogravimetri atau pengeringan. untuk diuji dengan metode pengeringan
Pada umumnya metode penentuan ini. Berikut hasil pengamatan analisis
penentuan kadar air thermogravimetri kadar air:
ini dilakukan dengan mengeringkan Tabel 1. Hasil Pengujian Kadar Air
sejumlah sampel dalam oven pada suhu Metode Thermogravimetri
105-110° C selama 3 jam atau hingga
didapat berat yang konstan. Selisih berat
sebelum dan sesudah pengeringan
adalah banyaknya air yang diuapkan.
Penetapan kadar air bahan pangan
dapat dilakukan dengan beberapa cara
tergantung dari sifat bahannya. Misalnya
,untuk bahan yang tidak tahan panas,
berkadar gula tinggi, berminyak dan
lain-lain penentuan kadar air dapat
dilakukan dengan menggunakan oven
vakum dengan suhu rendah. dan untuk
bahan yang mempunyai kadar air tinggi
dan mengandung senyawa volatil
(mudah menguap) penentuan kadar air
dilakukan dengan cara destilasi dengan
pelarut tertentu yang berat jenisnya lebih
rendah daripada berat jenis air. Untuk
bahan cair yang berkadar gula tinggi,
penentuan kadar air dapat dilakukan
dengan menggunakan reflaktometer,dsb Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018
(Winarno, 1997). Dalam hasil pengamatan juga
Analisis kadar air dengan metode terdapat %Wb (wet basis) dan %Db (dry
Thermogravimetri basis). Wet basis merupakan
Pada metode ini dilakukan cara perhitungan basis basah yaitu
pengeringan langsung dengan oven pada perhitungan kadar air dari berat produk
suhu 105oC, hal ini disebabkan karena sebelum dilakukan pengeringan.
pada suhu tersebut air dari bahan dapat Sedangkan dry basis adalah perhitungan
menguap dan tidak akan merusak kadar air dari berat produk setelah
komponen-komponen selain air pada dilakukan pengeringan terhadap sampel.
bahan yang diuji. Lama pengeringan Dari hasil pengamatan, sampel
selama 3 jam karena pada waktu tepung pisang memiliki kadar air 10,32
tersebut diyakini bahwa air yang ada % dan 10,17%. Dengan itu dapat
pada bahan sudah menguap seluruhnya. diketahui bahwa tepung pisang yang
Untuk memastikan apakah air tersebut diuji masuk ke dalam tepung pisang
sudah menguap sepenuhnya dilakukan jenis B atau mutu II karena tepung
pengecekan dengan penimbangan pisang mutu II memiliki maksimum
hingga konstan setelah dilakukan kadar air 12% sednagkan tepung pisang
pengeringan. mutu I maksimum kadar air yang
Pada praktikum kali ini dilakukan diperbolehkan sebesar 5% (SNI 01-
pengujian dengan metode ini dengan 3841-1995).
menggunakan beberapa sampel. Sampel
Untuk sampel biskuit didapatkan Menurut SNI 01-4307-1996 kadar air
kadar air basis basah sebesar 4,72% dalam keripik maksimal 12% sebelum
yang berarti memenuhi standar SNI digoreng dan 8% setelah digoreng. Hal
2973-2011 yang menyatakan kadar ini menunjukkan bahwa hasil ketiga
air maximum pada biskuit, krakers kelompok memenuhi SNI.
dan kukis adalah sebesar 5%. Analisis Kadar Abu Total
Menurut SNI 01-3727 (1995) kadar Pada praktikum kali ini dilakukan
air untuk tepung maizena memiliki batas
analisis kadar abu dengan metode tanur.
maksimal 10%. Pada sampel tepung
maizena untuk kelas A memiliki kadar Pada metode tanur ini dilakukan
air 9,88% sedangkan kelas B 10,61%. pembakaran dengan cawan porselen.
Hal ini menunjukkan bahwa sampel Cawan porselen dipilih karena memiliki
kelas A sudah memenuhi SNI titik leburyang lebih tinggi bila
sedangkan kelas B tidak memenuhi. dibandingkan dengan cawan alumunium
Untuk sampel tepung tapioka sehingga cocok digunakan saat proses
dihasilkan kadar air sebanyak 10,86% tanur. Pada metode kali ini dilakukan 2
dan 10,90%. Hal ini menunjukkan kali tanur yang pertama 5 jam dan tanur
bahwa sampel tepung tapioka memenuhi kedua 0,5 jam. Tanur ini bertujuan untuk
SNI karena menurut SNI 01-3451-1994 mengabukan produk yang diujikan.
kadar maksimum adalah 15%. Berikut hasil pengamatan analisis kadar
abu total:
Pada sampel kacang, SNI 01-2326- Tabel 3. Hasil Pengamatan Analisis
1991 mengatakan bahwa kadar air
Kadar Abu Total Metode Gravimetri
maksismal kacang adalah 12%, maka
kadar air dari sampel kacang masuk
kedalam kriteria SNI yaitu 1,72% dan
1,13%.

Menurut SNI 01-3920 (1995) kadar


air untuk jagung memiliki batas
maksimal sebesar 14%. Berdasarkan
tabel jagung pipil memiliki 5,76% yang
berarti memenuhi SNI.

Bubur bayi memiliki kadar air


sebanyak 1,70% dan 1,15% sehingga
telah memenuhi SNI karena menurut
SNI 01-7111-2005 kandungan air
maksimal 4%. Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018
Untuk sampel tepung pisang,
Menurut SNI atau Standar Nasional didapatkan kadar abu dengan 1,88% dan
Indonesia, kadar air basis basah untuk 1,42% yang bila dibandingkan dengan
sampel terigu sebesar 14,5% (SNI, SNI 01-3841-1995, tepung pisang ini
2009). Kesimpulan yang dapat di ambil memiliki kadar abu maksimal 3,2%
bahwa sampel tepung rasi yang sehingga masih sesuai dengan kriteria.
dilakukan oleh kelompok 2 dan 9 masih
dinyatakan normal dan masih bisa di Menurut SNI 01-3920 (1995),
konsumsi. kadar abu maksimal jagung adalah 2%,
maka sampel yang digunakan oleh
kelompok 3A tidak memenuhi standar Dari data hasil pengamatan kadar abu
mutu SNI karena melebihi 5%. yang dilakukan, sampel tepung rasi,
bubur bayi, dan jagung tidak memenuhi
Menurut SNI 01-2326 (1991), SNI . Kadar abu yang melebihi batas
kadar abu maksimal untuk kacang SNI dimungkinkan karena adanya
adalah 7%. Maka sampel kacang yang kontaminasi silang antara produk dan
digunakan oleh kelompok 4A dan 3B peralatan pengolahan pangan itu sendiri
masih memenuhi SNI. sehingga ada beberapa komponen besi
misalnya yang terdapat pada bahan
Berdasarkan SNI kadar abu tapioka pangan.
ditetapkan maksimal sebesar 0,6%.
Maka sampel tepung tapioka dari kelas DAFTAR PUSTAKA
A maupun B masih masuk ke dalam
kriteria penetapan SNI. Badan Standarisasi Nasional. 1991. SNI
01-2326-1991. Kacang . Jakarta.
Berdasarkan SNI 01-3727 (1995) Badan Standarisasi Nasional.
kadar abu tepung maizena maksimal
sebesar 1,5%. Maka tepung maizena Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI
yang digunakan tidak memenuhi kriteria 01-3451-1994. Tepung Tapioka .
SNI karena memiliki kadar abu Jakarta. Badan Standarisasi
sebanyak 8,87% dan 4,57%. Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI
Bubur bayi memiliki kadar abu 01-3841-1995. Tepung Pisang .
sebanyak 4,07% dan 0,1% sedangkan Jakarta. Badan Standarisasi
menurut SNI 01-7111-2005 kandungan Nasional.
abu maksimal pada makanan
pendamping ASI adalah 3,5% sehingga Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI
sampel kelompok 6B tidak memenuhi 01-3727-1995. Tepung Maizena .
SNI. Jakarta. Badan Standarisasi
Nasional.
Menurut SNI atau Standar Nasional
Indonesia, kadar abu untuk sampel Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI
terigu sebesar 0,6% (SNI, 2009). 01-3920-1995. Jagung . Jakarta.
Kesimpulan yang dapat di ambil bahwa Badan Standarisasi Nasional.
sampel tepung rasi yang didapatkan Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI
tidak memenuhi SNI yaitu 0,66%. 01-4307-1996. Keripik Beras .
Jakarta. Badan Standarisasi
KESIMPULAN Nasional.
Menurut data hasil pengamatan Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI
kadar air yang dilakukan, sampel tepung 01-7111-2005. Makanan
pisang memiliki kadar air 10,17%, Pendamping Air Susu Ibu . Jakarta.
jagung pipil 5,76%, kacang 1,12%, Badan Standarisasi Nasional.
keripik bawang 2,12%, maizena
10,60%, bubur bayi 1,15%, tepung Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI
tapioka 10,89%, dan keripik bawang 2793-2011. Biskuit . Jakarta. Badan
2,34%. Mayoritas dari sampel kelas A Standarisasi Nasional.
maupun B yang diuji sudah memenuhi Legowo, A.M dan Nurwontoro. 2004.
standar SNI. Analisis Pangan.
Sandjaja, A. 2009. Kamus Gizi. PT
Kompas Media Nusantara : Jakarta.
Syarif dan Halid. 1993. Tekonologi
Penyimpanan Pangan. Penerbit
Arcan. PAU pangan dan Gizi. IPB.
Bogor.
Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan
Gizi. Gamedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai