b. Etiologi
Bangsa, hereditas, umur dan peritas hanya mempunyai pengaruh
terhadap kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur. Juga obat klomid
dan hormone gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan
ovulasi dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik. Faktor-faktor
tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme tertentu
menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de graf atau terbentuknya
2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dengan
de buktikan dengan ditemukannya 21 korpora lutea pada kehamilan
kembar. Pada fertilasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar,
jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu dan jika
semua embrio yang kemudian dimasukkan ke dalam rongga rahim ibu
tumbuh berkembang lebih dari satu . Pada kembar yang dari satu telur,
faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak ataun sedikit sekali
mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar itu. Diperkirakan
sebabnya adalah faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi
sebelum blastula terbentuk, menghasilkan kehamilan kembar dengan 2
amnion, 2 korion, dan 2 plasenta pada kehamilan kembar dizigotik.
Bila faktor penghambat terjadi setelah faktor blastula tetapi sebelum
amnion terbentuk, maka akan terjadi kehamilan kembar dengan 1
amnion. Setelah primtive streak terbentuk, maka akan terjadi kembar
dempet dalam berbagai bentuk (Martaasoebrata)
e. Penatalaksana
Penanganan dalam kehamilan (Pernoll L)
a. Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan
kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, bila diagnosis
telah ditegakan pemeriksaan ulangan harus lebih sering
b. Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh
sebaiknya dihindari, karena akan merangsang partus
prematurus
c. Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan
supaya lebih ringan
Penanganan dalam persalinan
a. Bila anak pertama letaknya membujur, kala 1 diawasi seperti
biasa dan ditolong seperti biasa dengan episotomy
mediolateralis
b. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam
untuk menentukan keadaan anak kedua. Tunggu sambil
memeriksa tekanan darah dll
c. Biasannya 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua
terletak membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air
ketuban tidak mengalir deras keluar. Tunggu dan pimpin
persalinan anak kedua seperti biasa.
d. Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan
postpartum
e. Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang
atau terjadi prolaps tali pusat dan solusio plasenta, maka janin
dilahirkan dengan cara obstruktik
f. Indikasi seksio saesarea hanya pada :
a) Janin anak pertama letak lintang
b) Bila tejadi prolaps tali pusat
c) Plasenta previa
b. Indikasi
1. Fetal distress
2. His lemah/melemah
3. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
4. Bayi besar (BBL lebih dari sama dengan 4,2kg)
5. Plasenta previa
6. Kelainan letak
7. Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala
dan panggul)
8. Rupture uteri mengancam
9. Hidrocephalus
10. Primis muda atau tua
11. Partus dengan komplikasi
12. Panggul sempit
13. Problema plasenta
b. Klasifikasi
1. Puerperium dini merupakan masa kepulihan di mana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh
alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium merupakan masa waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
membutuhkan waktu berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.
c. Perubahan fisiologis masa nifas
Pada sistem reproduksi terjadi Involusi dan Sub Involusi. Involusi
atau pengerutan uterus adalah suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.Pada akhir kala 3
persalinan, uterus berada pada garis tengah, kira-kira 2cm dibawah
ubilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.
Peningkatan hormon estrogen dan progesteron bertanggung jawab
untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan
uterus pada masa prenatal tergantung pada hiperplasia, peningkatan
jumlah sel-sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel – sel yang
sudah ada. Pada masa post partum penurunan kadar hormon – hormon
ini menyebabkan adanya autolisis. Sub Involusi adalah dimana organ
reproduksi Ibu tak dapat kembali ke seperti semula dan tidak produktif
sama seperti sebelum hamil.
1) Uterus
Mengalami involusi rata-rata satu jari per hari; menjadiorgan
pelvik dalam 9-10 hari (tidak terba), tempat penempelan
plasenta sembuh dalam 6 minggu.
2) Serviks
Mulut serviks tertutup sekitar 1 cm dalam 1 minggu; kelenjar
endoserviks mengalami regresi selama hari ke-4, edema tetap
ada sampai 3-4 bulan.
3) Vagina
Rugae muncul kembali dalam 3 minggu; kadar estrogen normal
dan rubrikasi vagina kembali terjadi dalam waktu 6 -10 minggu
4) Ovulasi
Sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh laktasi: rata-rata ovulasi
pertama, 10-12 minggu untuk wanita yang tidak menyusui, 12-
36 minggu untuk ibu yang menyusui bayinya.
5) Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina.
Lochea terdiri dari eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel, dan
bakteri. Lochea terdiri dari 3 jenis yaitu:
a) Lochea rubra (1-3 hari post partum)
Jumlahnya sedang, berwarna merah dan terutama darah,
bekuan mengandung desidua dan tropoblas.
b) Lochea serosa (hari ke-3 sampai ke-10)
Jumlah sedang, berwarna merah muda, mengandung serum
leukosit dan jaringan mati.
c) Loche alba (hari ke-11 sampai 2 minggu)
Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak
berwarna, mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukosa,
serum. Bau loche normal seperti bau darah menstruasi (amis).
Jumlah lochea 240 – 270 cc (Bobak, Lowdermilk, Jensen &
Perry, 2005).
6) Payudara dan laktasi
Laktasi ialah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.
Mengeluarkan kolostrum setelah kelahiran; air susu dihasilkan
dalam waktu 3-4 hari.; dalam mengalami pembengkakan
sementara. Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama
mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh proliferasi sel – sel
duktus laktiferus. Proses proliferasi dipengaruhi hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kotiogonadotropin,
estrogen dan progesteron. Setelah persalinan, kadar estrogen dan
progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan
prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada hambatan terhadap
prolaktin oleh estrogen. Pembuluh payudara menjadi bengkak terisi
darah, menyebabkan hangat, bengkak, dan rasa sakit. Keadaan
tersebut di sebut engorgement (Bobak, Lowdermilk, Jensen &
Perry, 2005).
Ada tiga refleks Maternal utama sewaktu menyusui menurut
(Bobak, Lowdermilk, Jensen & Perry, 2005). sebagai berikut:
a) Refleks Prolaktin
Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk
memulai dan mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan
bayi mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang
hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang
meningkatkan produksi susu oleh sel-sel alveolar kelenjar
mamae. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu
frekuensi, intensitas, dan lamanya bayi menghisap.
b) Refleks Ereksi Puting Susu
Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi.
Refleks ereksi puting susu ini membantu propulsi susu melalui
sinus-sinus laktiferus ke pori-pori putting susu.
c) Refleks Let-Down
Refleks ini dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau,
dapat juga ibu tidak merasakan sensasi apapun. Tanda-
tanda Let-Down adalah tetesan susu dari payudara sebelum
bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu
menetes dari payudara lain yang tidak sedang diisap oleh bayi.
Reflek Let-Downdapat terjadi selama aktivitas seksual karena
oksitosin dilepas selama orgasme. Kebanyakan ibu merasa
sangat rileks atau mengantuk setelah mereka menyusui.
Peningkatan rasa haus juga merupakan tanda bahwa proses
menyusui berlangsung baik.
7) Sistem kardiovaskuler
Peningkatan volume darah sementara setelah melahirkan, menurun
setelah hari ke-3 dan kembali ke kondisi sebelum hamil pada
minggu ke-4; curah jantung dan isi sekuncupnya meningkat pada
saat melahirkan, dan mengalami penurunan setelah 48 jam dengan
kadar normal minggu ke-3
8) Komponen darah
Hemodilusi awal diikuti dengan peningkatan kadar hematokrit
pada hari ke-3 samapai hari ke-7 dan mencapai nilai normail pada
4 – 5 minggu, terjadi leukositosi terlebih dahulu 10-12 hari yang
kembali ke normal setelah 2 minggu; peningkatan fimbrinnogen.
9) Sistem neurologis
Terjadi rasa baal didaerah paha, jari-jari tangan atau tangan
menghilang dalam beberapa hari, nyeri punggung membaik dalam
6 – 8 minggu.
10) Sistem urinari
Diuresis terjadi dalam 12 jam pada kelahiran, haluaran urin 3000
ml selama 4-5 hari.
11) Perubahan sistem pencernaan
Mengalami konstipasi
12) Sistem integumen
Kulit-kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan
panggung mungkin memudar tapi tidak hilang semua
13) Sistem gastrointestinal
Ibu sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan dapat
mentoleransi dengan diet yang ringan, cepat lapar karena
disebabkan kelelahan setelah mengalami persalinan, analgetik dan
anestesi.
14) Sistem hematologi
Pada hari petama post pertum mengalami penurunan pada
fimbrinogen dan plasma tetapi darah akan mengental dengan
pneingkatan viskositas, leukosit yang meningkat antara 23.000
attau 30.000 tanpa adanya kondisi patologis, jika wanita tersebut
mengalami persalinan.
d. Perubahan pesikologis masa nifas
(Bobak, Lowdermilk, Jensen & Perry, 2005) :
1) Fase Taking in
Fase ini juga disebut sebagai fase menerima. Timbul pada
jam-jam pertama kelahiran sampai dengan dua hari post partum.
Pada fase ini adalah suatu waktu yang penuh dengan kegembiraan
dan kebanyakan orang tua sangat suka mengkomunikasikannya.
Mereka sangat perlu menyampaikan pengalaman mereka tentang
kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata pada orang lain yang
berada di sekitarnya saat itu.
2) Fase Taking Hold
Fase ini juga disebut dengan fase dependen mandiri,
berlangsung pada hari ketiga sampai sepuluh hari post partum.
Dalam fase ini secara bergantian muncul kebutuhan untuk
mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan
untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia berespon
dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan
berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu
yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya
secara langsung.
3) Fase Letting Go
Merupakan fase yang penuh stress bagi orang tua.
Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Pria dan
wanita harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing
dalam hal mengasuh anak, mengatur rumah dan membina karier.
DIAGNOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Pain Management
diharapkan nyeri berkurang dengan indicator: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan agen cedera
1. Pain Level, komprehensif termasuk lokasi,
fisik (trauma 2. In control, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
3. Comfort level dan faktor presipitasi
mekanis, proses
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal dari
involusi, dan luka mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
episiotomi).
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan untuk mengetahui pengalaman nyeri
menggunakan manajemen nyeri pasien
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
frekuensi nyeri
dan tanda nyeri) 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
e. Tanda vital dalam rentang normal kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
2. Resiko Infeksi Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Infection Control (Kontrol infeksi)
diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan indicator: 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
berhubungan dengan
1. Immune Status pasien lain
trauma jaringan atau 2. Knowledge : Infection control 2. Pertahankan teknik isolasi
3. Risk control 3. Batasi pengunjung bila perlu
kerusakan kulit, dan
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
prosedur invasive. b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, mencuci tangan saat berkunjung dan
factor yang mempengaruhi penularan serta setelah berkunjung meninggalkan pasien
penatalaksanaannya, 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah tangan
timbulnya infeksi 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
d. Jumlah leukosit dalam batas normal tindakan kperawatan
e. Menunjukkan perilaku hidup sehat 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu