MAKALAH
Dosen Pengampu :
Dra. Sri Susilaningsih, S.Pd, M.Pd
Disusun Oleh:
Nama : Fani Kurnia Ardilasari
NIM : 1401416006
Rombel : 11
Oleh:
Fani Kurnia Ardilasari
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, manusia semakin membutuhkan ilmu
pengetahuan dan wawasan yang cukup untuk menghadapi segala
permasalahan yang ada. Dengan ilmu pengetahuan, manusia akan mampu
menjalani kehidupan dengan lebih baik. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga
pendidik yang baik yang benar-benar mampu membimbing dan memberikan
ilmu pengetahuan kepada manusia.
Di Indonesia, sekarang ini justru tengah mengahadapi problematika
prokontra adanya keputusan yang membolehkan sarjana non kependidikan
untuk menjadi guru. Padahal kita tahu bahwa untuk menjadi guru harus
memiliki kemampuan mengajar yang baik, sehingga dapat menyampaikan
ilmu dengan baik pula. Tetapi di sini, dengan adanya keputusan ini seolah
mengatakan bahwa lulusan sarjana kependidikan kurang mampu mengajar dan
digantikan dengan lulusan sarjana non kependidikan yang hanya perlu
mengikuti PPG agar bisa menjadi guru.
Sekarang ini yang sebenarnya dibutuhkan adalah ilmu pengetahuan yang
baik yang disampaikan dengan cara yang benar dan mampu memberikan bekal
bagi manusia untuk menghadapi kehidupan di era yang semakin maju ini.
Salah satu cara mewujudkannya yaitu dengan benar-benar memperhatikan
kualitas pendidikan dengan mencetak tenaga-tenaga pendidik yang berkualitas
dan berpengalaman dalam bidangnya.
Oleh karena hal-hal yang telah penulis jelaskan, pada kesempatan kali ini
penulis membuat makalah dengan judul “PRO-KONTRA MAHKAMAH
KONSTITUSI TETAPKAN SARJANA NON KEPENDIDIKAN BEBAS
MENJADI GURU PROFESIONAL”. Dalam makalah ini penulis akan
menjelaskan berbagai pro-kontra adanya keputusan yang membolehkan
sarjana non kependidikan untuk menjadi guru.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah penulisa sampaikan di atas dapat dibuat
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses perkembangan pendidikan dan kebudayaan?
2. Apa sajakah permasalahan yang timbul dari proses perkembangan
pendidikan dan kebudayaan?
3. Hal-hal apa sajakah mengenai pendidikan profesi guru?
4. Bagaimana pro-kontra keputusan mahkamah konstitusi mengenai sarjana
non kependidikan bebas menjadi guru profesional?
C. Tujuan
1. Untuk memahami proses perkembangan pendidikan dan kebudayaan.
2. Untuk memahami permasalahan yang timbul dari proses perkembangan
pendidikan dan kebudayaan.
3. Untuk mengetahui hal-hal mengenai pendidikan profesi guru.
4. Untuk mengetahui pro-kontra keputusan mahkamah konstitusi mengenai
sarjana non kependidikan bebas menjadi guru profesional.
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber: https://variyaka.wordpress.com/2016/05/14/sarjana-non-
kependidikan-bebas-jadi-guru-profesional/
2. Artikel II
MK TEGASKAN SARJANA NON-PENDIDIKAN BISA JADI GURU
Kamis, 28 Maret 2013 22:54 WIB
Sumber: https://www.antaranews.com/berita/365865/mk-tegaskan-
sarjana-non-pendidikan-bisa-jadi-guru
3. Artikel III
KONTROVERSI PENDIDIKAN PROFESI GURU
3 April 2014 02:52 Diperbarui: 24 Juni 2015 00:09 822 0 0
Saat ini santer kita dengar isu mengenai kebijakan dari
kemendikbud yang berupa Pendidkan Profesi Guru atau yang lebih di
kenal dengan PPG. Bahkan di beberapa daerah di indonesia sudah
dilaksanakan PPG. Kebijakan tersebut didasarkan pada UU No 20/2003
tentang SPN pendidikan profesi yaitu pendidikan tinggi setelah program
sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian program PPG
adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1
Kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan
minat menjadi guru. PPG merupakan program yang bertujuan untuk
mencetak guru Indonesia menjadi lebih bekualitas dan berbobot. PPG yang
juga merupakan program pengganti akta 4. Akan tetapi kebijakan tersebut
memiliki banyak kontroversi dan pro dan kontra.
Yang menjadi kontra dalam kebijakan tersebut, pertama mengenai
pasal 1 ayat 2 dalam peraturan mentri pendidikan yaitu Program
Pendidikan Profesi Guru Prajabatan yang selanjutnya disebut program
PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk
mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Nonkependidikan
yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasai kompetensi
guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat
memperoleh sertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Ada sedikit kejanggalan
dalam peraturan tersebut yang membebankan lulusan S1 kependidikan.
Dikarenakan dalam peraturan tersebut lulusan jalur nonkependidikan bisa
mengikuti PPG berarti lulusan jalur nonkependidikan bisa menjadi guru
hanya dengan mengikuti PPG. Selain itu gelar sarjana pendidikan yang di
raih dengan susah payah kurang lebih selama 4 tahun untuk menjadi guru
pada akhirnya di tentukan hanya dengan PPG.
Kedua yang perlu di benahi dari kebijakan tersebut yaitu apakah
hanya dengan mengikuti PPG selama kurang lebih 2 semester dalam 1
tahun bisa tercipta seorang guru yang profesional?. Jika seperti itu terkesan
PPG menghasilkan guru instan. Yang semula di persiapkan tidak utuk
menjadi seorang guru hanya dengan mengikuti pelatihan selama 1 tahun
bisa menjadi seorang guru. Mungkin PPG bisa menciptakan guru
profesional apabila pesertanya dari lulusan kependidikan yang semula
memang di persiapkan untuk menjadi pendidik. Yang ketiga adalah biaya
PPG yang cukup besar 6.000.000 persemester atau 12.000.000 pertahun.
Biaya tersebut sangatlah membebani para peserta yang mengikuti PPG.
Mereka yang sebelum menanggung biaya kuliah yang tidak sedikit harus
membayar 12.000.000 untuk mengikuti PPG. Apalagi para lulusan sarjana
kependidikan dituntut untuk mengikuti PPGyang bertujuan untuk
menjadikan guru profesional.
Pemerintah perlu mengkaji ulang kebijakan tersebut walapun
kebijakan tersebut di buat untuk meningkatkan kualitas pendidikan
nasional akan tetapi kebijakan tersebut justru memberatkan
lulusan kependidikan. Apa lagi jika kebijakan tersebut terus di jalankan
maka lulusan kependidikan tidak ada artinya karena lulusan non
kependidikan dapat menjadi guru hanya dengan PPG. Maka dari itu
hendaknya pemerintah mengadakan pengkajian ulang terhadap setiap
kebijakan pendidikan yang akan diterapkan agar tidak menimbulkan
kesenjangan dalam dunia kependidikan nasional.
Sumber: https://www.kompasiana.com/khoeroni/kontroversi-pendidikan-
profesi-guru_54f7b9c7a33311747a8b4c0c
A. Simpulan
Salah satu fungsi pendidikan untuk mengoper kebudayaan dari generasi ke
generasi untuk mensosialisasikan pribadi manusia sekarang ini perlu
dipertanyakan. Masalahnya akhir-akhir ini muncul pro-kontra karena MK
telah memutuskan bahwa sarjana non kependidikan bebas menjadi guru
profesional. Padahal, untuk dapat mewujudkan fungsi pendidikan mengoper
kebudayaan ke generasi berikutnya itu membutuhkan tenaga pendidik yang
profesional (yang mampu menyalurkan ilmu dan menjelaskan ke anak didik
dengan baik dan benar). Untuk itu, penulis merasa bahwa penetapan
keputusan mengenai pembolehan sarjana non kependidikan untuk menjadi
guru profesional perlu dikaji ulang untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
B. Saran
Sebagai masyarakat yang baik harus mengetahu mana keputusan yang baik
dan keputusan yang masih perlu dikaji lebih dalam. Khusus untuk para
mahasiswa dan lulusan sarjana kependidikan, akan lebih baik jika terus
melakukan hal yang terbaik, dan menjadikan tujuan kuliah kita untuk menjadi
seorang guru menjadi tujuan yang mulia dan dihargai oleh seluruh masyarakat,
bangsa, dan negara.
DAFTAR PUSTAKA