Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Usia toddler merupakan usia emas (golden period) karena perkembangan anak di usia ini
yaitu usia 1-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Anak pada
usia golden period ini merupakan masa yang penuh tantangan ditandai dengan perkembangan
pesat, senang mencoba hal baru dan meniru perilaku orang terdekatnya, namun masih
bergantung pada pengasuh untuk menyediakan semua kebutuhan dasar, terutama dalam hal
makan. Hal ini dapat menyebabkan sedikit masalah jika keinginan anak berbeda dari orang tua
atau pengasuh. Perilaku ini paling jelas dalam pengembangan perilaku makan anak yaitu picky 
eater atau pilih-pilih makan. Kenyataan di negara kita sangat sering dihadapkan dengan gugup
dan cemas orang tua menekankan kebutuhan untuk beberapa nafsu makan anak. Sebagian besar
orang tua sangat khawatir tentang penampilan fisik dan pandangan anak, meskipun pada
pengukuran antropometrik, mereka dapat diklasifikasikan sebagai anak- anak normal gizi.

Masalah sulit makan pada anak perlu ditangani dan tentunya hal ini menjadi masalah
tersendiri bagi orang tua karena orang tua menyadari betapa pentingnya kebutuhan untuk
membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini dalam kehidupan serta hubungan antara gizi buruk
dengan kondisi kesehatan yang merugikan serta dapat menimbulkan komplikasi dan gangguan
tumbuh kembang lainnya pada anak.Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut
adalah pemberian vitamin tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi
berkepanjangan. Akhirnya orang tua berpindah-pindah untuk mencari pengobatan tetapi masalah
tersebut tidak membaik. Terlebih lagi pada anak usia toddler yang sedang menapaki tahapan
golden period, kekhawatiran orang tua memuncak ketika anak menunjukkan sikap picky eater 
dalam masalah makan.

Menjadi picky eater (pilih-pilih makan) adalah bagian dari fase hidup seorang toddler dan
hal ini sebagai bagian dari normal. Dalam masa pertumbuhan, anak mengembangkan kebutuhan
fisiologis untuk lebih banyak nutrisi yang diikuti dengan tahap neophobia yaitu keengganan
untuk mencoba makanan baru atau tidak familiar ketika anak mencoba untuk menegaskan
kemerdekaan dan otonomi pada dirinya. Kenyataan bahwa anak usia toddler selalu aktif
bergerak, mereka tidak akan mau duduk tenang dalam waktu lama untuk segala jenis aktivitas,
bahkan untuk aktivitas makan dan baru mau makan kalau diajak jalan-jalan, serta memenuhi
kebutuhan mereka dengan penganan kecil (snacks) sepanjang hari kelihatannya lebih cocok
dengan gaya hidup “para pejelajah cilik” ini, dibandingkan dengan meminta mereka untuk duduk
manis menghabiskan menu makanan lengkapnya.

Pada dasarnya, makan merupakan proses pembelajaran, sehingga mengenalkan menu


makanan pada anak harus dilakukan secara bertahap. Dimulai dari makanan yang bertekstur
paling halus sampai yang kasar, dari lauk yang sederhana hingga yang komplit. Kemudian di saat
anak sudah mau melakukannya sendiri, orang tua perlu memotivasi. Dengan demikian anak akan
merasa nyaman dan jadi bersemangat untuk makan. Justru kenyataan yang terjadi biasanya orang
tua atau orang-orang dewasa terdekatnya juga tergolong individu yang juga cenderung pilih-pilih
makanan, Terlebih lagi seperti saat ini ditunjang dengan tersedianya makanan instan siap saji
(fast food), lebih memudahkan orang tua tidak repot mengolahnya. Namun dibalik kemudahan
dan kebisaan ini, tanpa disadari perilaku pilih-pilih makan tersebut bisa menjadi media untuk
dicontoh anak dalam memilih makanan karena anak-anak usia toddler merupakan sosok peniru
dari orang-orang terdekatnya. Apapun yang ia lihat, dianggap bahwa hal itu adalah baik dan patut
untuk dicontoh, namun terkadang orang tua tidak sampai berfikir bahwa kebiasaannya yang
dirasa biasa-biasa saja akan membawa dampak bagi anaknya.

Masalah sulit makan pada anak perlu ditangani dan tentunya hal ini menjadi masalah
tersendiri bagi orang tua karena orang tua menyadari betapa pentingnya kebutuhan untuk
membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini dalam kehidupan serta hubungan antara gizi buruk
dengan kondisi kesehatan yang merugikan serta dapat menimbulkan komplikasi dan gangguan
tumbuh kembang lainnya pada anak. Pada dasarnya, makan merupakan proses pembelajaran,
sehingga mengenalkan menu makanan pada anak harus dilakukan secara bertahap. Namun
dibalik kemudahan dan kebisaan ini, tanpa disadari perilaku pilih-pilih makan tersebut bisa
menjadi media untuk dicontoh anak dalam memilih makanan karena anak-anak usia toddler 
merupakan sosok peniru dari orang- orang terdekatnya. Apapun yang ia lihat, dianggap bahwa
hal itu adalah baik dan patut untuk dicontoh, namun terkadang orang tua tidak sampai berfikir
bahwa kebiasaannya yang dirasa biasa-biasa saja akan membawa dampak bagi anaknya.
Pembahasan

Definisi

Kesulitan makan pada anak adalah....

Makan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari untuk mempertahankan


kelangsungan hidup seseorang. Persepsi setiap orang dalam hal makan dipengaruhi oleh budaya
dan norma yang berlaku di masyarakat. Kegiatan makan tersebut berlangsung setiap hari dan
akan terbentuk sebuah perilaku makan. Perilaku makan terbentuk dari kebiasaan makan sehari-
hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Tubuh disebut sehat apabila metabolisme
yang terjadi berjalan secara seimbang. Keseimbangan metabolisme terjadi ketika ada kecukupan
energi. Energi cukup apabila penyerapan makanan optimal. Dan penyerapan baru optimal jika
pencernaan berjalan secara efektif dan efisien. Agar pencernaan berjalan secara efektif dan
efisien, maka pencernaan harus bekerja secara wajar dan natural.

Pola makan harus disesuaikan dengan siklus pencernaan dan kemampuan fungsi pencernaan.
Untuk mendapatkan manfaat yang optimal bagi keseimbangan dan kesehatan, maka perilaku
makan seseorang dalam mengkonsumsi makanan harus memperhatikan 3J, yaitu: 1) jadwal
makan harus disesuaikan dengan cardiac rhytm (irama biologis). Cardiac rhytm mempunyai jam
kerja tetap dan sistematis dalam 24 jam. 2) Jenis makanan yang dikonsumsi tubuh sebaiknya
makanan alamiah yang mengandung zat-zat kimia organik dan bukan zat-zat kimia sintetik. Zat-
zat kimia sintetik tanpa disadari dalam jangka panjang dapat membahayakan tubuh; Jumlah
makanan dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:

a) tingkatan kebutuhan orientasinya pada nilai gizi, bukan sekedar memenuhi perut dengan
makanan. Orientasi utama makan adalah kecukupan energi dan gizi;

b)Tingkatan cukup ini adalah mengisi sepertiga perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman,
dan sepertiga untuk udara yang dibutuhkan untuk bernafas. Ini adalah tingkatan optimal dari segi
jumlah bagi seseorang karena perut memiliki kapasitas terbatas. Jika semuanya dipenuhi dengan
makanan, maka tidak ada lagi ruang untuk minuman dan udara;

c)Tingkatan berlebih adalah ketika batas maksimum tingkatan cukup di atas. Tingkatan ini tanpa
disadari bisa membahayakan pelakunya. Orang yang menderita penyakit diabetes, obesitas,
jantung, dan stroke seringkali disebabkan oleh pengaturan pola makan yang salah dan berlebihan
dalam mengkonsumsi makanan.

Prevalensi & Insidensi


Fenomena sulit makan pada anak sering menjadi masalah bagi orang tua atau pengasuh
anak. Faktor kesulitan makan pada anak inilah yang sering dialami oleh sekitar 25% pada usia
anak. Sebuah tinjauan pustaka menunjukkan bahwa 50% dari anak berusia 18-23 bulan
diidentifikasi sebagai picky eater. Didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6% pada
anak usia toodler. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung lebih dari 3 bulan dan berlangsung
lama sehingga sering dianggap biasa dan akibatnya dapat timbul komplikasi dan gangguan
tumbuh kembang pada anak.

Berdasarkan penelitian, picky eater terjadi pada usia 2,5 sampai 4,5 tahun dan beresiko
dua kali lebih besar untuk mempunyai berat badan rendah pada usia 4,5 tahun dibandingkan anak
yang bukan picky eater. Selain itu anak yang picky eater (pilih- pilih makan) dalam waktu yang
lama akan mengalami gangguan pertumbuhan yang ditandai dengan berat badan dan tinggi
badan kurang atau kesulitan untuk meningkatkan berat badan. Selain itu picky eating yang
ditandai asupan variasi makanan terbatas juga menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
yang lambat.

ETIOLOGI KESULITAN MAKAN

Kesulitan makan dapat terjadi pada semua kelompok usia anak, tetapi jenis kesulitan
makan dan penyebabnya berlainan, juga mengenai derajat dan lamanya. Penyebab kesulitan
makan mungkin karena disebabkan oleh satu penyakit atau kelainan tertentu, tetapi bisa juga
beberapa macam penyakit atau faktor bersama-sama. Faktor yang merupakan penyebab kesulitan
makan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :

- Faktor nutrisi

- Faktor penyakit/kelainan organik

- Faktor penyakit/kelainan kejiwaan

. 1. Faktor Nutrisi Berdasarkan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan, memilih jenis


makanan dan menentukan jumlah makanan, anak-anak dapat dikelompokkan :

- Konsumer pasif : bayi

- Konsumer semi pasif/semi aktif : anak balita

- Konsumer aktif : anak sekolah dan remaja


a. Pada bayi berusia 0 – 1 tahun Pada bayi umumnya kesulitan makan karena faktor mekanis
berkaitan dengan keterampilan makan biasanya disebabkan oleh cacat atau kelainan
bawaan pada mulut dan kelainan neuro motorik. Selain itu dapat juga oleh kekurangan
pembinaan/pendidikan makan antara lain :

- Manajemen pemberian ASI yang kurang benar.

- Usia saat pemberian makanan tambahan yang kurang tepat, terlalu dini
atau terlambat.

- Jadwal pemberian makan yang terlalu ketat.

- Cara pemberian makan yang kurang tepat.

b. Pada anak balita usia 1 – 5 tahunKesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu
makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan
lingkungan, mereka lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang
akut maupun yang menahun, infestasi cacing dan sebagainya.

c. Pada anak sekolah usia 6 – 12 tahunPada usia ini berkurangnya nafsu makan di samping
karena sakit juga oleh karena faktor lain misalnya waktu/kesempatan untuk makan karena
kesibukan belajar atau bermain dan faktor kejiwaan.Kesulitan makan karena faktor
kejiwaan biasanya pada anak gadis usia sekitar 10 – 12 tahun sesuai dengan awal masa
remaja. Kesulitan makan mungkin mereka lakukan dengan sengaja untuk mengurangi
berat badan untuk mencapai penampilan tertentu yang didambakan. Sebaliknya mungkin
terjadi nafsu makan yang berlebihan yang mengakibatkan kelebihan berat yang berlanjut
menjadi obesitas.

d. Pada anak remaja usia 12 – 18 tahunKesulitan makan pada usia ini biasanya karena faktor
kejiwaan (anoreksia nervosa).

2. Faktor Penyakit / Kelainan OrganikBerbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat
pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan,
sistem syaraf, sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau
penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau
kesulitan makan, untuk praktisnya dikelompokkan menjadi :

a. Kelainan/penyakit gigi geligi dan unsur lain dalam rongga mulut

- Kelainan bawaan : Labioschisis, labiognatoschizis,


labiognatopaltoschizis, frenulum lidah yang pendek, makroglossi.

- Penyakit infeksi : stomatitis, ginggivitis, tonsilitis.

- Penyakit neuromuskuler : paresis/paralisis

b. Kelainan/penyakit pada bagian lain saluran cerna.

- Kelainan bawaan :atresiaoesophagus, achalasia, spasme duodenum,


penyakit Hirschsprung

- Penyakit infeksi : akut/kronis

- Diare akut, diare kronis, cacingan

c. Penyakit infeksi pada umumnya

- Akut : infeksi saluran pernafasan.

- Kronis : tuberkolosis paru, malaria.

d. Penyakit/kelainan non infeksi Penyakit bawaan di luar rongga mulut dan saluran cerna :

- Penyakit jantung bawaan, Sindroma Down.

- Penyakit neuromuskuler : cerebral palsy.

- Penyakit keganasan : tumor Willems.

- Penyakit hematologi : anemia, leukemia.

- Penyakit metabolik/endokrin : diabetes mellitus.


- Penyakit kardiovaskuler.

3. Faktor Gangguan / Kelainan Psikologis

a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya

Suatu kehendak/keinginan atau kemauan karena ada kebutuhan atau kekurangan yang
menimbulkan ketidak seimbangan. Orang membutuhkan makanan selanjutnya muncul perasaan
lapar karena di dalam tubuh ada kekurangan zat makanan. Atau sebaliknya seseorang yang di
dalam tubuhnya sudah cukup makanan yang baru atau belum lama dimakan, maka tubuh belum
membutuhkan makanan dan tidak timbul keinginan makan. Hal ini sering tidak disadari oleh
para ibu atau pengasuh anak, yang memberikan makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi
dengan tindakan pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan yang tidak enak misalnya
terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu keras, memaksa anak untuk
membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua menyebabkan kegiatan makan merupakan
kegiatan yang tidak menyenangkan.

b. Pemaksaan untuk memakan atau menelan

Jenis makanan tertentu yang kebetulan tidak disukai. Hal ini perlu pendekatan yang tepat
dalam melatih anak mau memakan makanan yang mungkin tidak disukai.

c. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak daam keadaan demam, mual atau muntah dan
dalam keadan ini anak dipaksa untuk makan.

d. Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi antara orang tua dan
anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik. Tidak tertutup kemungkinan
sikap menolak makan sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang tua, misalnya cara
menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk belajar dan sebagainya.
Diagnosis

.....

ALGORITMA DIAGNOSTIK TATA LAKSANA
Anjuran pemberian makan selama anak sakit dan sehat (sudah diadaptasi untuk
Indonesia) *

Sampai anak berumur 6 bulan

Beri ASI sesering mungkin sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali, pagi, siang dan malam.
Jangan diberikan makanan dan minuman lain selain ASI.Hanya jika anak berumur lebih dari 4
bulan dan terlihat haus setelah diberi ASI, dan tidak bertambah berat sebagaimana mestinya:

o Tambahkan MP-ASI (lihat bagian bawah)

o Berikan 2-3 sendok makan MP-ASI 1 atau 2 kali sehari setelah anak menyusu.

Anak umur 6 sampai 9 bulan

Teruskan pemberian ASI sesuai keinginan anak.Mulai memberi makanan pendamping ASI (MP
ASI) seperti bubur susu, pisang, papaya lumat halus, air jeruk, air tomat saring.Secara bertahap
sesuai pertambahan umur, berikan bubur tim lumat ditambah kuning
telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging sapi/wortel/bayam/ kacang hijau/santan/ minyak.Setiap hari
berikan makan sebagai berikut:

-umur6bulan : 2x6sdm

-umur7bulan : 2–3x7sdm

-umur8bulan : 3x8sdm

Anak umur 9 bulan sampai 12 bulan

Teruskan pemberian ASI sesuai keinginan anak.Berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
yang lebih padat dan kasar, seperti bubur nasi, nasi tim, nasi lembik.Tambahkan
telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging sapi/wortel/bayam/san- tan/kacang hijau/minyak.Setiap hari
(pagi, siang dan malam) diberikan makan sebagai berikut:

-umur9bulan: 3x 9sdm

-umur10bulan : 3x10sdm

-umur11bulan : 3x11sdm

Beri makanan selingan 2 kali sehari di antara waktu makan (buah, biskuit, kue)

Anak umur 12 bulan sampai 24 bulan

- Teruskan pemberian ASI sesuai keinginan anak.


- Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemam- puan anak.
- Berikan 3 kali sehari, sebanyak 1⁄2 porsi makan orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk,
sayur, buah.
- Berikan makanan selingan kaya gizi 2 kali sehari diantara waktu makan (biskuit, kue).
- Perhatikan variasi makanan.
Anak umur 2 tahun atau lebih

- Berikan makanan keluarga 3 kali sehari, sebanyak 1/3 sampai 1⁄2 porsi makan orang
dewasa yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah.
- Berikan makanan selingan kaya gizi 2 kali sehari di antara waktu makan.

Catatan:
* Diet harian yang baik, jumlahnya harus adekuat dan mencakup makanan yang kaya
energi

Komplikasi KESULITAN MAKAN

Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak
menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak.

Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan
dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang
kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi
defisiensi vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila
kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP).

Anda mungkin juga menyukai