Materi LKMS
Materi LKMS
Baitul maal Wattamwil (BMT) adalah kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi
rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi
hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dalam upaya
pengentasan kemiskinan (Harisman, 2003 :74).
Kegiatan LKMS BMT adalah mengembangkan usaha-usaha ekonomi produktif dengan
mendorong kegiatan menabung dan membantu pembiayaan kegiatan usaha ekonomi anggota dan
masyarakat lingkungannya.
LKMS BMT juga dapat berfungsi sosial dengan menggalang titipan dana sosial untuk
kepentingan masyarakat, seperti dana zakat, infaq dan sodaqoh dan mendistribusikannya dengan
prinsip pemberdayaan masyarakat sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
Tujuan BMT yaitu meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada
kususnya dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan sifat BMT yaitu memiliki usaha bisnis
yang bersifat mandiri, ditumbuhkembangkan dengan swadaya dan dikelola secara profesional
serta berorientasi untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat lingkungannya.
Sedangkan sifat BMT yaitu memiliki usaha bisnis yang bersifat mandiri, ditumbuhkembangkan
dengan swadaya dan dikelola secara profesional serta berorientasi untuk kesejahteraan anggota
dan masyarakat lingkungannya yang barakah.
Fungsi BMT di masyarakat meliputi:
a) meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih professional,
salaam, dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan berusaha
menghadapi tantangan global,
b) mengorganisir dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh masyarakat dapat
termanfaatkan secara optimal di dalam dan luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak,
c) mengembangkan kesempatan kerja,
d) mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-produk anggota,
e) memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan sosial rakyat banyak.
Sasaran pembiayaan ini adalah semua sektor ekonomi, seperti pertanian, industri rumah tangga,
perdagangan dan jasa. Ada dua jenis akad dalam pembiayaan, yaitu akad syirkah dan akad jual
beli, yang kemudian dikembangkan oleh LKMS menjadi berbagai jenis pembiayaan sebagai
berikut (Muhammad, 2000: 119-120):
a. Pembiayaan Bai’u Bithaman Ajil (BBA), Pembiayaan berakad jual beli. Pembiayaan Bai’u
Bithaman Ajil yaitu suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara LKMS dengan
anggotanya, yang mana LKMS menyediakan dananya untuk sebuah investasi dan atau pembelian
barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannnya dilakukan secara
mencicil atau angsuran. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh peminjam adalah jum1ah
atas harga barang modal dan mark-up yang disepakati.
b. Pembiayaan Murabahah (MBA), pembiayaan berakad jual beli. Pembiayaan Murabahah
(MBA) pada dasarnya merupakan kesepakatan antara LKMS sebagai pemberi modal dan anggota
sebagai peminjam. Prinsip yang digunakan adalah sama seperti pembiayaan. Bai’u Baithaman
Ajil, hanya saja proses pengembaliannya dibayarkan pada saat jatuh tempo pengembaliannya.
c. Pembiayaan Murabahah (MDA), pembiayaan dengan akad syirkah. Pembiayaan Murabahah
(MDA) adalah suatu perjanjian pembiayaan antara LKMS dan anggota, LKMS menyediakan
dana untuk penyedian modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut untuk
pengembangan usahanya. Jenis usaha yang dimungkinkan untuk memberikan pembiayaan adalah
usaha-usaha kecil seperti pertanian, industri rumah tangga dan perdagangan.
d. Pembiayaan Musyarakah (MSA), pembiayaan dengan akad syirkah. Adalah penyertaan
LKMS sebagai pemilik modal dalam suatu usaha yang mana resiko dan keuntungan ditanggung
bersama secara berimbang dengan porsi penyertaan.
e. Pembiayaan Al Qardhul Hasan adalah perjanjian antara LKMS dengan anggotanya, hanya
anggota yang dianggap layak yang dapat diberi pinjaman. Kegiatan yang dimungkinkan untuk
diberikan pembiayaan ini adalah anggota yang terdesak dalam melakukan kewajiban-kewajiban
non usaha atau pengusaha yang menginginkan usahanya bangkit kembali yang oleh karena
ketidakmampuannya untuk melunasi kewajiban usahanya.
a. Berkas pencataan
b. Data pokok dan analisis pendahuluan
1) Realisasi pembelian, produksi dan penjualan
2) Rencana pembelian, produksi dan penjualan
3) Jaminan
4) Laporan keuangan
5) Data kualitatif dari calon debitur
c. Penelitian data
d. Penelitian atas realisasi usaha
e. Penelitian atas rencana usaha
f. Penelitian dan penilaian barang jaminan
g. Laporan keuangan dan penelitiannya.
h. Keputusan Permohonan Pembiayaan.
i. Bahan pertimbangan pengambilan keputusan
j. Wewenang pengambilan keputusan
k. Analisa Setiap Aspek Pembiayaan
Setelah mengetahui secara jelas titik kritis dari suatu usaha calon nasabah pembiayaan,
maka berikutnya adalah melakukan analisa setiap aspek yang berkaitan dengan usaha calon
nasabah pembiayaan tersebut.
a. Aspek Yuridis
1) Kapasitas untuk mengadakan perjanjian
2) Status badan sesuai dengan ketentuan hukum berlaku
b. Aspek Pemasaran
1) Siklus hidup produk 6) Daerah pemasaran
2) Produk subtitusi 7) Faktor musim
3) Perusahaan pesaing 8) Manajemen pemasaran
4) Daya beli masyarakat 9) Kontrak penjualan
5) Program promosi
c. Aspek Teknis
1) Lokasi UsahaMemiliki Surat Keterangan Domisili, Dekat pasar, bahan baku,
tenaga kerja, suply peralatan, transportasi, dan lain-lain.
2) Fasilitas gedung tempat usahaIMB, SHM / HGB / Surat Sewa, daya tampung,
persyaratan teknis seperti Amdal, dan lain-lain.
3) Mesin-mesin yang dipakaiKapasitas, konfigurasi mesin, merk, reparasi,
fleksibilitas
4) Proses produksi Efesiensi proses, standar proses, desain dan rencana produksi.
d. Aspek Keuangan
1) Kemampuan memperoleh keuntungan
2) Sisa pembiayaan dengan pihak lain
3) Beban rutin di luar kegiatan usaha
4) Arus kas
e. Aspek Jaminan
1) Syarat ekonomi
2) Syarat yuridis
1. Alat analisis, alat analisis pembiayaan dapat berupa angket.
2. Rumusan hasil analisis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan hasil
analisis pembiayaan :
a. Identitas pemohon
Umur calon antara 22 – 50
Alamat rumah jelas, jika kontrak : masih berapa tahun calon kontrak
Tempat calon usaha berada di dekat wilayah kerja bank syariah yang bersangkutan
b.Identitas usaha
Pengalaman usaha minimal 2 tahun
Lokasi usaha strategis
Status usaha bukan sambilan
Status tempat usaha diprioritaskan milik sendiri
c. Aspek pasar
Barang yang diproduksi/ dijual tidak terlalu banyak pesaing dan memang
dibutuhkan banyak orang. Upaya kreatif dan inovatif perlu dimiliki agar dapat
melihat peluang-peluang pasar yang dapat dimasuki sekaligus memperoleh
keuntungan.
Sumber bahan baku. Sumber bahan baku mudah diperoleh, cukup murah, jika
memungkinkan dapat di daur ulang.
d. Aspek pengelola
Mempunyai perencanaan usaha ke depan yang detail.
Mempunyai pengalaman dan tenaga terampil.
Mempunyai catatan usaha, seperti : buku jurnal, laporan transaksi, catatan laba/
rugi,dll.
e. Aspek ekonomi
Produk yang diproduksi dan dijual tidak merusaj lingkungan, baik barang jadi
maupun limbahnya
Produk yang dibuat tidak dilarang oleh agama maupun Negara
Permodalan
Peminjam harus mempunyai modal minimal 30% dari pembiayaan yang diajukan
ke bank syariah
Data keuangan
Korelasi prosentase kemampuan membayar anggota pembiayaan harus 30% dari
kemampuan menabungnya.
a. Pool of fund approach ialah penempatan dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu dan tingkat harga
perolehannya.
b. Asset allocation approach ialah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan
mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai
dengan sifat, jangka waktu dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut.
Secara skematis sumber dan penggunaan dana berdasarkan pusat pengumpulan dana (pool of
fund approach digambarkan pada skema berikut :
Sumber Dana Penggunaan Dana
PRIMARY
WADIAH RESERVE
SECONDARY
RESERVE
QARD
MUSYARAKAH
MUDHARABAH
DANA POOL MUDHARABAH
MUTLAQAH
MURABAHAH
SALAM
ISTISHNA
IJARAH
MUSYARAKAH
AKTIVA
MUDHARABAH SPECIAL
MUQAYYADAH INVESTMENT
Secara khusus, sumber-sumber penerimaan dana dapat dialokasikan pada sisi-sisi pembiayaan.
Secara skematis diagram sumber dan penggunaan dana berdasarkan pendekatan Alokasi aktiva
(Asset Allocation Approach) dapat digambarkan sebagai berikut :
QARD
MUDHARABAH MURABAHAH
MUTLAQAH
ISTISHNA
IJARAH
MUDHARABAH IMBT
MUQAYYADAH
SALAM
MUDHARABAH
MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
AKTIVA TETAP
Dari bagan diatas dapat diterangkan bahwa:
a) Wadiah adalah titipan dari nasabah kepada pihak bank dimana pihak bank bertanggung
jawab untuk menjaga dan mengembalikan kapan saja penyimpan menghendakinya.
b) MudharabahMutlaqoh adalah sistem mudharabah dimana pemilik modal memberikan
penuh kepada pengelola untuk menggunakan modal tersebut dalam usaha yang
dianggapnya baik dan menguntungkan.
c) MudharabahMuqayadah adalah pemilik modal menyerahkan modal kepada nasabah dan
menentukan syarat serta pembatasan kepada pengelola dalam menggunakan modal
tersebut.
d) Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan
bersama.1
e) Primary Reserve adalah sumber utama bagi likuiditas bank terutama untuk menghadapi
kemungkinan terjadinya penarikan nasabah bank, baik berupa penarikan dan masyarakat
yang disimpan pada bank tersebut maupun kredit.
f) Secondary Reserve adalah cadangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas yang bersifat jangka pendek seperti penarikan simpanan oleh nasabah deposan
dan pencairan kredit dalam jumlah besar yang telah diperkirakan.
g) Qard adalah pinjaman kebajikan tanpa imbalan biasanya untuk pembelian barang-barang
fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan
jumlahnya).
h) Murabahah adalah akad penyediaan barang berdasarkan system jual beli, dimana bank
memberikan kebutuhan nasabah (barang) dan menjual kembali kepada nasabah ditambah
dengan keuntungan yang disepakati bersama.
i) Salam adalah akad jual beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera (pada
saat akad disepakati) sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka
waktu yang disepakati.
j) Ijarah adalah pembiayaan bank untuk pengadaan barang ditambah keuntungan yang
disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa diakhiri dengan kepemilikan.2
k) Aktiva Tetap adalah pembiayaan untuk debitur serta penempatan dana dibank atau
investasi lain yang menghasilkan pendapatan.
Tabel Perbandingan Antara Manajemen Dana dengan Metode Fool of Fund Approach dan Asset
Allocation Approach