Anda di halaman 1dari 16

Tugas Individu :

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

“PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK CIPTA DI


INDONESIA”

Oleh :
NAMA : AMIRUDDIN
NIM : H1A1 16 022
KELAS : C

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang


hak cipta yang mengatur tentang hak cipta yang bersifat nasional, Auteurswet
1912 merupakan satu-satunya peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang hak cipta bagi seluruh (yang pada waktu itu disebut Hindia Belanda)
bangsa Indonesia. Auteurswet 1912 ini diundangkan melalui Staatsbland No. 600
Tahun 1912, tanggal 23 September 1912. Dan Auteurswet 1912 tersebut
diberlakukan pula terhadap bangsa Indonesia berdasarkan Pasal II Aturan
Peralihan, Undang-undang Dasar 1945. Pasal II ini menyatakan bahwa segala
badan negara dan peraturan yang ada masih berlaku, selama belum diadakan yang
baru menurut Undang-undang Dasar ini.1

Undang-undang Republik Indonesia tentang Hak Cipta sudah mengalami


beberapa perubahan berupaya penyempurnaan sejak diundangkan yaitu UU No. 6
Tahun 1982 tentang Hak Cipta, UU No .7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta, UU No.
12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat
sehingga perlu diganti dengan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (dalam
hal ini disebutkan UUHC).

Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang arti dan fungsi hak


cipta, sikap dan keinginan untuk memperoleh keuntungan dagang dengan cara
yang mudah ditambah belum cukup terbinanya kesamaan pengertian, sikap dan
tindakan para aparat penegak hukum dalam menghalangi pelanggaran hak cipta
merupakan faktor yang perlu memperoleh perhatian.

1
Rooseno Harjowidigo,1997, Mengenal Hak Cipta Indonesia , Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
hal 13

1
Pemerintah Indonesia tentunya dapat lebih tegas mengamankan aset-aset
seni dan budaya milik Bangsa Indonesia itu sendiri, karena Indonesia merupakan
salah satu negara yang telah meratifikasi pembentukan World Trade Organization
(WTO) melalui Undang-Undang No. 7 tahun 1994. Konsekuensinya adalah
Indonesia harus melaksanakan kewajiban untuk menyesuaikan peraturan
perundang-undangan nasionalnya dengan ketentuan WTO, termasuk yang
berkaitan dengan Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights (TRIPs-WTO).2

Hak Kekayaan Intelektual disebut pula dengan Intellectual Property Right


selanjutnya disebut dengan IPR. World Intellectual Property Organization (WIPO)
merumuskan Intellectual Property sebagai “The Legal Right which result from
intellectual activity in the industrial, scientific, literary, or artistic fields” dengan
demikian IPR merupakan suatu perlindungan terhadap hasil karya manusia baik
hasil karya yang berupa aktifitas dalam ilmu pengetahuan, industri, sastra dan
seni. Persetujuan TRIPs-WTO memuat berbagai norma dan standar perlindungan
bagi karya-karya intelektual. Di samping itu juga mengandung pelaksanaan
penegakan hukum di bidang HKI. HKI dalam ilmu hukum dimasukkan dalam
golongan hukum benda (zakenrecht) yang mempunyai obyek benda intelektual
yaitu benda (zaak) tidak berwujud.3

Secara garis besar Hak Kekayaan Intelektual dibagi dalam 2 (dua)


kelompok, yaitu:

1. Hak Cipta (Copy Rights)

2. Hak Kekayaan Perindustrian (Industrial Property Rights).

Hak cipta dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) bagian, yaitu :


a. Hak cipta;

b. Hak yang berkaitan dengan Hak Cipta (neighbouring rights).4

2
Afrillyanna Purba, dkk, TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal
1
3
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, UII Press, Yogyakarta, 2006, hlm. 226

2
Menurut Pasal 1 angka 1 UU Hak Cipta, hak cipta adalah hak eksklusif
pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu
ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak eksklusif adalah hak yang
semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang
boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa ijin pemegangnya. Pemegang hak cipta
adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut
dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang
menerima hak tersebut.

Perlindungan di bidang Hak Kekayaan Intelektual sudah bukan merupakan


hal yang baru bagi Bangsa Indonesia, oleh karena itu masih perlu terus
dimasyarakatkan, agar dalam masyarakat timbul minat dan kebanggaan untuk
menciptakan karya intelektual dan penemuan terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni dan tekhnologi. Selain itu ditanamkan rasa tanggung jawab dan
perasaan sosial, agar memanfaatkan karyanya untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat dan tidak hanya mengejar terjaminnya kepastian dan
perlindungan hukum bagi pribadi saja.5

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perlindungan hukum terhadap Hak Cipta yang ada di
Indonesia?
2. Bagaimana Perlindungan hukum bagi pemegang Hak Cipta di
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap Hak Cipta yang ada


di Indonesia.

4
H.OK, Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003, hal 13
5
www. Info hukum.com, diakses 5 April 2011

3
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pemegang Hak Cipta di
Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

4
A. Perlindungan hukum terhadap hak cipta yang ada di Indonesia

Secara filosofis, perlindungan terhadap karya cipta sangat diperlukan,


karena karya cipta merupakan hasil pemikiran, karya dan karsa seseorang yang
diwujudkan dalam bentuk ciptaan, sehingga diperlukan sikap hidup yang
menghormati dan menghargai karya cipta yang diwujudkan dalam pengakuan atas
hak seseorang terhadap ciptaannya.

Pengakuan dan penghormatan atas hak cipta menjadi tidak memadai


apabila tidak diikuti dengan upaya dan tindakan perlindungan hukum. Berkaitan
dengan perlindungan hukum terhadap hak cipta, terlebih dahulu perlu diketahui
mengenai perlindungan hukum pada umumnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 1
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan
bahwa: Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Adapun
pengertian perlindungan hukum tidak diatur secara khusus, akan tetapi Sudikno
Mertokusumo, memberikan gambaran terhadap perlindungan hukum, yaitu:

Segala upaya yang dilakukan untuk menjamin adanya kepastian hukum


yang didasarkan pada keseluruhan peraturan atau kaidah-kaidah yang ada dalam
suatu kehidupan bersama. Keseluruhan peraturan itu dapat dilihat baik dari
Undang-undang maupun ratifikasi Konvensi Internasional.6

Perlindungan hukum memberikan perlindungan lebih lanjut terhadap


kepentingan-kepentingan manusia yang sudah mendapat perlindungan dari ketiga
kaidah lainnya, yaitu kaidah agama, kesusilaan dan kesopanan, kaidah hukum
juga memberikan perlindungan terhadap kepentingan manusia yang belum
mendapat perlindungan dari ketiga kaidah tadi.

Permasalahan mengenai HKI akan menyentuh berbagai aspek seperti


teknologi, industri, sosial, budaya dan berbagai aspek lainnya. Namun aspek
terpenting jika dihubungkan dengan upaya perlindungan bagi karya intelektual

6
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 2008, hal.70

5
adalah aspek hukum. Hukum diharapkan mampu mengatasi berbagai
permasalahan yang timbul berkatian dengan HKI tersebut. Hukum harus dapat
memberikan perlindungan bagi karya intelekutal, sehingga mampu
mengembangkan daya kreasi masyarakat yang akhirnya bermuara pada tujuan
berhasilnya perlindungan hukum.

Perlindungan hukum terhadap suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan tersebut


ada atau berwujud, bukan karena pendaftaran. Artinya, suatu ciptaan baik yang
terdaftar maupun yang tidak terdaftar tetap mendapat perlindungan hukum.

Hak cipta tidak melindungi ide–ide atau gagasan, tetapi hak cipta
melindungi perwujudan ide atau expression of ideas, dalam hal ini hak cipta
melindungi hak cipta yang dapat dilihat, dibaca dan didengar. Berkenaan dengan
persoalan ruang lingkup “ciptaan atau karya“ apa saja yang mendapat
perlindungan hak cipta adalah ciptaan tersebut dalam bentuk (karya tersebut dapat
dilihat, dibaca, maupun didengar). Hak cipta dilindungi secara sendiri dengan
tidak mengurangi hak cipta atau karya asli, termasuk kesatuan nyata (real) yang
dapat diperbanyak. Ketentuan Pasal 40 UUHC, menyatakan bahwa ciptaan yang
dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra terdiri
atas:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur;
i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain;
k. Karya fotografi;
l. Potret;
m. Karya sinematografi;

6
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
program komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
r. Permainan video; dan
s. Program Komputer.

Selain ketentuan dalam pasal 40 UUHC mengenai ciptaan yang dilindungi,


dalam pasal 41 UUHC juga mengatur hasil karya yang tidak dilindungi Hak Cipta
meliputi:
a. Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;
b. Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data
walaupun telah diungkapkan, dinyatakan, digambarkan, dijelaskan, atau
digabungkan dalam sebuah ciptaan; dan
c. Alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan
masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan
fungsional.
Berdasarkan keterangan dari Dirjen HKI dalam situsnya menjelaskan bahwa:
Pendaftaran hak cipta bersifat sukarela dan lebih merupakan sebagai alat
bukti awal di pengadilan apabila di kemudian hari timbul sengketa. Apabila
terdapat sengketa di bidang hak cipta terhadap ciptaan yang tidak terdaftar, maka
hakim dapat menentukan siapa yang memiliki hak cipta atas ciptaan yang
dipersengketakan berdasarkan pemeriksaan di muka pengadilan dengan melihat
pihak mana yang dapat menunjukkan sumber dari ciptaannya.7

Pasal 58 UUHC 2014 ayat (2) dalam hal ciptaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, perlindungan Hak Cipta
berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan

7
www.Info.HKI.com, diakses 7 Oktober 2011

7
berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya, terhitung mulai tanggal 1
Januari tahun berikutnya.

Kemudian pasal 59 UUHC 2014 ayat (1) menyatakan bahwa perlindungan


Hak Cipta atas Ciptaan :

a. Karya fotografi;
b. Potret;
c. Karya sinematografi;
d. Permainan video;
e. Program komputer;
f. Perwajahan karya tulis;
g. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
h. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
i. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer atau media lainnya; dan
j. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli,
Berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan
pengumuman.

Ayat (2) Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni terapan
berlaku selama 25 (dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan
pengumuman.

Perlu di pahami bahwa perlindungan hukum yang diberikan oleh UU


terhadap hak cipta tidak lain bertujuan untuk merangsang aktivitas para Pencipta
agar terus menghasilkan karya cipta yang lebih kreatif.

B. Perlindungan hukum bagi pemegang Hak Cipta di Indonesia

Didalam perlindungan hak cipta terdapat beberapa aturan dasar yang


melindungi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siapa saja yang

8
melanggar dalam bidang hak cipta diantaranya adalah peraturan pemerintah
melalui UUHC ataupun melalui dewan hak cipta. Salah satu sifat atau asas yang
melekat pada hak kebendaan adalah, asas lain droit de suite, asas hak mengikuti
bendanya. Hak untuk menuntut akan mengikuti benda tersebut secara terus
menerus ditangan siapapun benda itu berada.

Perlindungan hukum dapat dikatakan sangat penting dan menjadi hak bagi
tiap warga Negara. Beberapa ahli hukum memaparkan pendapatnya mengenai
pengertian dari perlindungan hukum, salah satunya ialah Satjipto Raharjo. Satjipto
Raharjo mendefinisikan perlindungan hukum adalah “memberikan pengayoman
kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut
diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang
diberikan oleh hukum.8

Jika dicermati perlindungan hak cipta sebagai hak kebendaan yang


immateril maka akan teringat kepada hak milik. Hak milik ini menjamin kepada
pemilik untuk menikmati dengan bebas dan boleh pula melakukan tindakan
hukum dengan bebas terhadap miliknya itu. Objek hak milik itu dapat berupa hak
cipta sebagai hak kekayaan immateril. Terhadap hak cipta, si pencipta atau si
pemegang hak dapat mengalihkan untuk seluruhnya atau sebagian hak cipta itu
kepada orang lain, dengan jalan pewarisan, hibah atau wasiat atau dengan cara
lain. (Pasal 3 UHC Indonesia).

Hal ini membuktikan bahwa hak cipta itu merupakan hak yang dapat
dimiliki, dapat menjadi objek pemilikan atau hak milik dan oleh karenanya
terhadap hak cipta itu berlaku syarat-syarat pemilikan, baik mengenai cara
penggunaannya maupun cara pengalihan haknya. Kesemua itu undang-undang
akan memberikan perlindungan sesuai dengan sifat dan hak tersebut. Dapat pula
dipahami, bahwa perlindungan yang diberikan oleh undang-undang terhadap hak
cipta adalah untuk menstimulir atau merangsang aktivitas para pencipta agar terus
mencipta dan lebih kreatif. Lahirnya ciptaan baru atau ciptaan yang sudah ada

8
Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli , Tesis Hukum.com, Google, Diakses, tgl. 17 Februari
2017.

9
sebelumnya harus didukung dan dilindungi oleh hukum. “Wujud perlindungan itu
dikukuhkan dalam undang-undang dengan menempatkan sanksi pidana terhadap
orang yang melanggar hak cipta dengan cara melawan hukum.”9

UUHC Indonesia menempatkan tindak pidana hak cipta itu sebagai delik
biasa yang dimaksudkan untuk menjamin perlindungan yang lebih baik dari
sebelumnya, di mana sebelumnya tindak pidana hak cipta dikategorikan sebagai
delik aduan. Perubahan sifat delik ini adalah merupakan kesepakatan masyarakat
yang menyebabkan suatu pelanggaran bisa diperkarakan ke pengadilan secara
tepat dan tidak perlu menunggu pengaduan terlebih dahulu dari pemegang hak
cipta.

Hukum hak cipta melindungi karya intelektual dan seni dalam bentuk
ekspresi. Ekspresi yang dimaksud adalah dalam bentuk tulisan seperti lirik lagu,
puisi, artikel, dan buku, dalam bentuk gambar seperti foto, gambar arsitektur dan
peta, serta dalam bentuk suara dan video seperti rekaman lagu, pidato, video
pertunjukan, dan video koreografi.

Hukum hak cipta bertujuan melindungi hak pembuat dalam


mendistribusikan, menjual, atau membuat turunan dari karya tersebut.
Perlindungan yang didapatkan oleh pembuat (author) adalah perlindungan
terhadap penjiplakan (plagiat) oleh orang lain. Hak cipta sering diasosiasikan
sebagai jual beli lisensi. “Namun distribusi hak cipta tersebut tidak hanya dalam
konteks jual beli, sebab bisa saja sang pembuat karya membuat pernyataan bahwa
hasil karya bebas dipakai dan didistribusikan (tanpa jual beli)”.10

Persoalan penegakan hukum di Indonesia memang belum memperlihatkan


tanda-tanda yang menggembirakan. Belum lagi adanya ancaman tersebar terhadap
pembajakan hak cipta, sebagai akibat dari kemajuan teknologi komputer dan
teknologi dalam bidang elektronika serta teknologi penyebaran informasi. Saat ini

9
H. OK. Saidin, O p.cit. hal. 112.

10
Adrian Sutedi, op.cit . hal. 116

10
begitu mudahnya memindahkan karya cipta dalam wujud-wujud lain, tanpa
diketahui oleh pemilik atau pemegang hak cipta.

Tantangan ke depan adalah menyiapkan tenaga penyidik yang selain


memiliki keahlian dalam bidang perlindungan hukum hak cipta, ia juga harus
mengetahui pula tentang seluk beluk pembajakan hak cipta melalui program
komputer dan fasilitas e-book (teknologi komputer). “Tantangan yang sama juga
berlaku untuk para jaksa, penasihat/konsultan hukum dan hakim. Pemahaman
tidak lagi cukup terbatas pada penugasan materi hukum semata-mata”.11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan permasalahan tersebut di atas maka dapat


ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Perlindungan hukum terhadap suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan


tersebut ada atau berwujud, bukan karena pendaftaran. Artinya, suatu
ciptaan baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar tetap mendapat
perlindungan hukum.

11
H. OK. Saidin, op.cit . hal. 115.

11
Hak cipta tidak melindungi ide–ide atau gagasan, tetapi hak cipta
melindungi perwujudan ide atau expression of ideas, dalam hal ini hak
cipta melindungi hak cipta yang dapat dilihat, dibaca dan didengar.
Berkenaan dengan persoalan ruang lingkup “ciptaan atau karya“ apa
saja yang mendapat perlindungan hak cipta adalah ciptaan tersebut
dalam bentuk (karya tersebut dapat dilihat, dibaca, maupun didengar).
Hak cipta dilindungi secara sendiri dengan tidak mengurangi hak cipta
atau karya asli, termasuk kesatuan nyata (real) yang dapat diperbanyak.
2. perlindungan hukum terhadap pemegang hak cipta atas karya cipta
lagu ditinjau dari UU No 28 Tahun 2014, dimana undangundang akan
memberikan perlindungan sesuai dengan sifat dan hak cipta tersebut
untuk menstimulir atau merangsang aktivitas para pencipta lagu agar
terus mencipta dan lebih kreatif. Lahirnya ciptaan lagu baru atau
ciptaan lagu yang sudah ada sebelumnya harus didukung dan
dilindungi oleh hukum. Wujud perlindungan itu dikukuhkan dalam
undang-undang dengan menempatkan sanksi pidana terhadap orang
yang melanggar hak cipta dengan cara melawan hukum.
B. Saran
Pemegang hak atas ciptaan sebaiknya melakukan pendaftaran atas
ciptaannya meskipun pendaftaran dalam hak cipta tidak bersifat wajib, hal ini
dilakukan demi mencapai keadaan yang kondusif dalam penanganan
pelanggaran hak cipta. Selain itu, masyarakat dalam hal ini seharusnya mampu
mengubah budaya menyukai segala sesuatu yang bersifat gratis tetapi ilegal
menjadi budaya berbayar murah tetapi legal, sebagai apresiasi penghargaan
terhadap hasil karya anak bangsa yang juga memberikan dampak yang baik
bagi negara.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rooseno Harjowidigo,1997, Mengenal Hak Cipta Indonesia, Pustaka Sinar


Harapan, Jakarta, hal 13

Margono, Suyud, Hukum dan Perlindungan Hak Cipta, Novindo Pustaka Mandiri,
Jakarta, 2003.

Afrillyanna Purba, dkk, TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia, PT Rineka


Cipta, Jakarta, 2005, hal 1
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, UII Press, Yogyakarta, 2006, hlm.
226

13
H.OK, Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hal 13
www. Info hukum.com, diakses 5 April 2011

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,


Yogyakarta, 2008, hal.70

www.Info.HKI.com, diakses 7 Oktober 2011

Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli, Tesis Hukum.com, Google, Diakses,


tgl. 17 Februari 2017.

H. OK. Saidin, O p.cit. hal. 112.

Adrian Sutedi, op.cit . hal. 116

H. OK. Saidin, op.cit . hal. 115.

Rooseno Harjowidigo,1997, Mengenal Hak Cipta Indonesia, Pustaka Sinar


Harapan, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.14 Tahun 1986 Tentang Dewan Hak
Cipta
Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Cipta Atas Karya Cipta Lagu di
Indonesia, Proposal Hukum.com, Google, Diakses,tgl.18 Maret 2018

14
15

Anda mungkin juga menyukai