Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA II

NAMA : MUTIA SARI SHOLIKHA


NIM : 011500417
PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR
JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR
JUDUL PRAKTIKUM : PENANGGULANGAN SUMBER HILANG

KELOMPOK / KLOTER : 1/1


PEMBIMBING : MARIA CHRISTINA, S.ST., M. Eng

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA
1. TUJUAN
1.1. Tujuan Instruksional Umum
Praktikan dapat menanggulangi kecelakaan yang mungkin terjadi dalam
penggunaan sumber terbungkus.
1.2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti praktikum, praktikan diharapkan mampu :
1. Mengukur laju paparan radiasi menggunakan surveimeter
2. Menentukan daerah radiasi
3. Menghitung dosis yang akan diterima dalam pengamanan sumber radiasi,
serta menghitung lamanya seorang pekerja radiasi boleh menangani sumber
radiasi sesuai dengan nilai batas dosis yang telah ditetapkan
4. Menghitung tebal perisai radiasi yang diperlukan dalam pengamanan
sumber radiasi
5. Menentukan posisi sumber radiasi
6. Mengamankan sumber radiasi

2. DASAR TEORI
Sumber radiasi gamma yang digunakan dalam pekerjaan industri/radiografi,
biasanya merupakan sumber terbungkus dan mempunyai aktivitas besar sehingga
mempunyai potensi bahaya paparan radiasi yang besar. Berkurang atau lepasnya
pengendalian terhadap pemakaian sumber radiasi dapat menimbulkan kecelakaan atau
pemaparan radiasi yang tak terduga. Pekerja Radiasi harus dapat meramalkan keadaan tak
terkendali dan dengan cepat menyadari terjadinya suatu keadaan darurat dan segera
menanganinya. Prosedur penanggulangan keadaan darurat yang dibuat petugas Proteksi
Radiasi disahkan oleh instansi yang berwenang dan harus dijalankan dengan benar oleh
pekerja radiasi
Salah satu keadaan darurat yang mungkin terjadi adalah kasus hilang atau
tercecernya suatu sumber radiasi, yang biasanya disebabkan kelalaian pekerja radiasi yang
tidak mengikuti prosedur kerja.
Laju paparan radiasi gamma di suatu tempat tergantung pada aktivitas sumber,
jarak dari sumber dan jenis nuklida sumber. Laju paparan radiasi gamma untuk sumber
titik, dapat dihitung dengan persamaan
A
D   2
R

dengan : D = Laju dosis pada jarak r dari sumber, (R/jam)


A = Aktivitas sumber (Ci)
 = Faktor gamma (Rm2/jam Ci)
r = Jarak antara sumber dengan posisi pengukuran, (m)
dengan persamaan diatas, dapat diperkirakan posisi sumber radiasi gamma setelah laju
paparan radiasi di suatu tempat sudah terukur.
Dalam pencarian sumber hilang/tercecer, daerah lokasi sumber yang paling
memungkinkan ditentukan terlebih dahulu. Pencarian di daerah tersebut dapat dilakukan
dengan metoda sisir, zigzag dan melingkar, seperti gambar 1

Dalam usaha untuk mengamankan kembali sumber tersebut, pekerja radiasi harus
mengukur laju dosis radiasi di tempat bekerja, sehingga selang waktu maksimum yang
diperlukan untuk bekerja di tempat tersebut dapat ditentukan dengan mengacu pada batas
dosis yang diizinkan.

X  X  t

dengan: X = Dosis radiasi (mR)


X = Laju dosis ( mR/jam)
t = Lamanya pekerja radiasi bekerja di tempat yang berlaju dosis X (jam)

3. ALAT DAN BAHAN


a. Sumber radiasi gamma
b. Surveimeter
c. Monitor perorangan (film badge/TLD dan atau dosimeter saku)
d. Tanda radiasi dan tali kuning
e. Bahan perisai radiasi, kolimator, container Pb
f. Radiameter dengan tongkat
g. Penjepit panjang (long tong)

4. LANGKAH KERJA
1. Penunjukan awal dosimeter saku dibaca kemudian digunakan
2. Surveimeter yang akan digunakan diperiksa.
3. Radiameter yang akan digunakan diperiksa.
4. Pembagian tugas dalam satu kelompok dilakukan.
5. Identifikasi sumber yang hilang dengan terlebih dahulu meneentukan daerah lokasi
sumber yang paling memungkinkan.
6. Penyisiran dilakukan dengan metode zig-zag, sisir dan/atau melingkar, anggota
kelompok yang membawa radiameter dan suveimeter berada paling depan
7. Ketika lokasi sumber radiasi telah dapat diperkirakan, batas daerah radiasinya
ditentukan dan dipasang tanda radiasi serta tali kuning sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
8. Setiap hasil pengukuran surveymeter, radiameter, dan dosimeter saku dicatat.
9. Waktu terpapar maksimal untuk pengecekan sumber diperkirakan untuk tiiap orang
agar tidak melebihi dose constraint atau NBD yang ada. Dilakukan pergantian
sesuai dengan waktu yang telah dihitung.
10. Dengan memperhatikan waktu berjalan, dilakukan pengecekan posisi sumber
dengan surveimeter dan radiameter secara bertahap
11. Bila posisi sumber sudah dapat diperoleh, waktu yang diperlukan untuk
mengamankan sumber radiasi diperkirakan dan dihitung dosis radiasi yang akan
diterima oleh pekerja radiasi yang akan melakukan pengamanan sumber radiasi.
Bila perlu dilakukan pergantian orang/personel.
12. Bila perlu dan memungkinkan, digunakan perisai radiasi.
13. Kamera/container Pb diletakkan di dekat sumber radiasi.
14. Sumber radiasi dimasukkan ke dalam kamera /container Pb, dengan menggunakan
long tong kemudian dipasang tutupnya. Pastikan sumber radiasi telah berada dalam
container/kamera, dan laju paparan di permukaan aman.
15. Dilakukan survey radiasi disekeliling posisi sumber radiasi.
16. Penunjukan dosimeter saku dibaca dan
17. Surveimeter dan radiameter dimatikan.

5. DATA PENGAMATAN
Sumber : Cs-137
Aktivitas : 11.9710 μCi
1. Kloter 1
Dosis perorangan
No Nama Sebelum(mR) Sesudah(mR)

1 Nadya Amalia P. 0 0

2 Siti Nur Arifah 0 1

3 Mahda Maulana B. 5 8

4 Rahmi Khairina 10 10

5 Muni Fatuzzahroh 0 0

6 Mamluatul Faizah 5 5

7 Cindy Anggrilita 5 5

8 Asfahan Dwi P. 0 0

9 Mutia Sari Sholikha 0 0

10 Ambar Kadarwati 0 0

 Penyisiran Sumber Awal : 2.7 μSv/jam


 Sumber Terukur Surveymeter : 830 μSv/jam
(sudah dikali skala 10)
 Sumber Terukur Radiameter : 810 μSv/jam

2. Kloter 2
Dosis Perorangan
No Nama Dosis(mR)

1 Friscilla Hermatasia 0

2 Claudia Yosephin 0

3 Surya Muttaqin S. 0

4 Winahyu Ssaputri 0

5 Ragil Yuanita 0

6 Gregorius Abraham G. 0
7 Muhammad Rifqi K. 0

8 Dhimas Albhiemantara S. 0

9 Nindia Putri P. 0

10 Nidha Kusuma A. P. 0

11 Sela Andriani 0

Penyisiran dengan
Radiameter : 154 μSv/jam
Surveymeter : 300 μSv/jam (sudah dikali 10)
Mini dosimeter : 0.83 mR
Sumber
Radiameter : 633 μSv/jam
Surveymeter : 260 μSv/jam
Mini dosimeter : 2.28 mR
Masuk dalam Kontainer dengan mini dosimeter : 0.79 mR

3. Kloter 3
Dosis Perorangan
No Nama Sebelum(mR) Sesudah(mR)

1 Sonia Saraswati M. 0 0

2 Asy Syarifain 0 0

3 Siska Hardiani 0 0

4 Elta Agustina 10 10

5 Ilham Ramadhan A. 5 5

6 Andre Gugustyan P. 10 10

7 Okto Nugroho 0 0

8 Fahril Putra Z. 10 10

Sumber
Radiameter : 154 μSv/jam
Surveymeter : 260 μSv/jam
Mini dosimeter : 17.67 mR dan 16.15 mR

6. PERHITUNGAN
1. Pengukuran Radiameter dan Surveymeter
Pengukuran Radiameter
Faktor kalibrasi : 1.08
Pengukuran sebenarnya :
810μSv μSv
× 1.08 = 874.8
jam jam
Pengukuran Surveymeter
Faktor kalibrasi : 0.985
Pengukuran sebenarnya :
830μSv μSv
× 0.985 = 817.55
jam jam
μSv μSv
874.8 +817.55 μSv
jam jam
Diperoleh rata-rata : = 846.175 jam
2

2. Waktu Maksimal Terpapar


 Sumber terukur : 846.175 μSv/jam
 Daerah pengendalian : >3/10 NBD
 Aktivitas Sumber : 11.971 μCi
 NBD pekerja radiasi : 20 mSv/tahun atau 20 mSv/2000 jam
20 𝑚𝑆𝑣 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
× = 0.01𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 2000 𝑗𝑎𝑚
Dijadikan Roentgen
0.01 𝑚𝑆𝑣 1 𝑆𝑣 100 𝑅
× × = 0.001 𝑅/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 1000 𝑚𝑆𝑣 1 𝑆𝑣
 Jarak jika dosis rata-rata yang diperoleh 0.01 mSv/jam atau 0.001 R/jam
A
D   2
R
11.971  10 9 Ci  0.34 Rm 2 /(Ci  Jam)
0.001R / jam 
R2
11.971  10 9 Ci  0.34 Rm 2 /(Ci  Jam)
R2 
0.001R / jam
11.971  10 9 Ci  0.34 Rm 2 /(Ci  Jam)
R2   4070 .1410 9 m 2
0.001R / jam
R 2  4070 .1410 9 m 2
R  63.8m
 Lama waktu paparan :
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝜇𝑆𝑣
0.01 𝑚𝑆𝑣 = 846.175 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑗𝑎𝑚
0.01𝑚𝑆𝑣
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 =
𝜇𝑆𝑣
846.175 𝑗𝑎𝑚

0.01𝑚𝑆𝑣 1000𝜇𝑆𝑣
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 = × = 0.0118 𝑗𝑎𝑚 = 0.7 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
846.175
𝑗𝑎𝑚
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 = 0.7𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 42.5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
 Daerah Pengendalian : >3/10 NBD
3 0.01𝑚𝑆𝑣
= ×
10 𝑗𝑎𝑚
10−3 𝑚𝑆𝑣 𝜇𝑆𝑣 𝜇𝑆𝑣
=3× =3 = 0.05
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Dosis maksimal yang diperoleh :
1 𝑚𝑅
3𝑚𝑅 × = 0.3μSv
10μSv

7. PEMBAHASAN
Praktikum penanggulangan sumber hilang ini dilakukan sebagai upaya pelatihan dalam
menanggulangi hilang atau tercecernya sumber radiasi. Untuk memudahkan prosesnya,
penanggulangan sumber hilang dilakukan secara berkelompok dimana masing-masing
kelompok beranggotakan delapan sampai sebelas orang. Diantara orang-orang tersebut ada
yang bertugas sebagai penyisir awal yaitu orang yang melakukan penyisiran untuk
menemukan daerah radiasi. Satu orang dari tim ini memegang surveymeter dan seorang
lainya menggunakan radiameter yang sudah terpasang pada tongkat, satu orang lainnya
memegang tali kuning untuk bisa segera dipasangkan ketika daerah radiasi telah
ditemukan. Selain itu juga terdapat personel yang bertugas untuk membawa container Pb,
membawa perisai radiasi, dan mengambil sumber menggunakan long tong, dan timer yang
harus mengatur kapan seseorang masuk dan kapan seseorang keluar.
Pengaturan waktu dalam melakukan penanganan sumber hilang perlu dilakukan
sebagai upaya dalam melakukan proteksi radiasi. Pengaturan ini harus didasarkan pada
perhitungan waktu maksimum terpapar agar sumber hilang bisa segera ditanggulangi tanpa
menimbulkan korban akibat dosis yang melebihi dose constraint atau NBD yang telah
ditetapkan. Berdasarkan perhitungan, jika dosis rata-rata yang diperoleh dalam satu tahun
adalah 0.01 mSv/jam (atau 20 mSv/tahun) maka waktu maksimal untuk melakukan
penanggulangan adalah 0.7 menit tiap orangnya. Namun praktikum ini hanya dilakukan
satu kali dalam satu tahun sehingga tidak mungkin nilai dosis rata-rata dalam satu tahunnya
mencapai 0.01 mSv/jam. Ini juga dibuktikan dengan dosis tertinggi yang diperoleh selama
praktikum adalah 0.3µSv. Oleh karena itu pada praktkum ini ditetapkanlah waktu
maksimum penanggulangan tiap orangnya adalah 1 menit.
Selain waktu, factor jarak juga perlu diperhatikan dalam menangani sumber hilang.
Dari perhitungan yang dilakukan jika dosis rerata yang diperoleh dalam satu tahunnya
adalah 0.01 mSv/jam (atau 20 mSv/tahun), dengan aktivitas sumber sebesar 11.971 µCi
maka jarak maksimum yang diperbolehkan adalah 63.8 m. Namun penanganan pada jarak
ini tidak mungkin untuk dilakukan. Sama seperti sebelumnya, praktikum ini hanya
dilakukan sekali dalam setahun dan berdurasi maksimal tiap kelompoknya 30 menit
sehingga dosis rerata 0.01 jarak maksimal yang diterapkan 0.01 mSv/jam (atau 20
mSv/tahun) tidak mungkin terpenuhi. Oleh karena itu untuk penanganan yang baik tanpa
mengesampingkan azas proteksi radiasi dilakukan penanganan dengan jarak maksimal
pada sumber 1 m. Meskipun begitu, pada praktikum ini praktikan sempat menyentuh
sumber beberapa saat karena tidak bisa dipindahkan menggunakan long tong. Setelah itu
kontaminasi pada tubuh praktikukan dicek dan hasilnya tidak ada kontaminasi pada tubuh
praktikan. Penanganan dengan cara seperti ini sebenarnya sangat dihindari atau bahkan
tidak diperbolehkan namun dalam kondisi ini sangat terpaksa dilakukan karena kondisi.
Dalam melakukan penanggulangan, hal iain yang perlu diperhatikan adalah cara
menetapkan daerah pengendalian. Sesuai dengan peraturan yang ada bahwa yang dimaksud
dengan daerah pengendalian adalah daerah kerja yang mempunyai potensi penerimaan
paparan radiasi melebihi 3/10 NBD Pekerja Radiasi dan/atau adanya potensi kontaminasi
sehingga penentuan daerah pengendalian pun berdasarkan perhitungan >3/10 NBD Pekerja
Radiasi yaitu >3 μSv/jam atau >0.05μSv/menit. Ketika laju dosis pada surveymeter telah
menunjukkan nilai tersebut maka daerah itu harus dibatasi dengan memberi tali kuning di
sekitarnya. Selain itu juga perlu dipasangkan tanda-tanda peringatan atau petunjuk pada
titik akses dan lokasi lain yang dianggap perlu di dalam daerah pengendalian. Dalam
melakukan pengukuran sumber diperoleh laju dosis sebesar 846.175 μSv/jam yang berarti
telah masuk ke dalam daerah pengendalian.
Kelemahan dalam praktikum ini adalah prinsip proteksi radiasi yang kurang
diperhatikan. Terbukti dengan salah satu anggota terkena dosis hingga 0.3μSv. Hal ini
karena pembagian tugas yang masih tidak merata, keterbatasan personel laki-laki, dan
kepanikan pada saat melakukan penanganan sumber tersebut. Kesalahan-kesalahan seperti
ini seharusnya tidak terjadi mengingat nantinya para pekerja radiasi-lah yang paling bisa
diandalkan pada situasi seperti ini. Ketidaksiapan mental ini juga dapat terus dilatih dengan
lebih sering mengikuti pelatihan semacam ini sehingga diharapkan tidak muncul kesalahan
atau kegagalan hanya karena kepanikan.

8. KESIMPULAN
 Praktikum penanggulangan sumber hilang ini dapat dilakukan dengan lancar
dengan penyisiran awal menghasilkan nilai 2.7 μSv/jam, dosis sumber rata-rata
sebesar 820 μSv/jam dan dosis perorang terbesar adalah 0.3 μSv.
 Sumber radiasi berhasil ditemukan dan kemudian dimasukkan ke dalam container
Pb.
9. DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun.2015. “Petunjuk Praktikum Proteksi dan Keselamatan radiasi “.
Yogyakarta : STTN-BATAN.
Modul Pelatihan PPR 2017

Anda mungkin juga menyukai