STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 45 tahun
Alamat : Langkapura, Bandar Lampung
Agama : Islam
Pekerjaan : Sopir
Status : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Tanggal Masuk : 4 Mei 2018
Tanggal Anamnesis : 7 Mei 2018
Dirawat yang ke : 2 (kedua)
1
namun mengeluarkan liur. Pasien kembali tersadar setalah pingsan ±5 menit
dan mengalami kelemahan anggota gerak bagian kiri, lalu keluarga
memutuskan membawa pasien ke IGD RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Dari saat
kejadian sampai dibawa ke IGD, pasien belum mengonsumsi obat apapun.
Pasien dapat berkomunikasi secara normal, pengucapan jelas dan memahami
pembicaraan. Keluhan lainnya seperti, demam, nyeri kepala, mual, muntah
disangkal oleh pasien. Keluhan gangguan buang air kecil dan gangguan buang
air besar disangkal oleh pasien. Pasien memiliki riwayat stroke ±4 bulan yang
lalu, dan sempat terjadi kelemahan pada anggota gerak bagian kiri namun
sudah membaik dan sudah bisa melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain
setelah dirawat di RS selama beberapa hari. Pasien mengaku memiliki riwayat
hipertensi namun jarang kontrol dan tidak rutin minum obat. Keluhan kejang
dirasakan baru pertama kali. Pasien mengaku bahwa pada keluarga tidak
pernah ada yang mengalam keluhan yang sama (kejang) juga tidak terdapat
riwayat epilepsi maupun hipertensi pada keluarga. Pasien tidak merokok dan
tidak minum alkohol, namun keluarga pasien mengaku bahwa pasien suka
makan makanan laut dan jarang berolah raga.
Riwayat Pengobatan
Pengobatan hipertensi namun tidak rutin mengkonsumsi obat.
2
Riwayat Sosioekonomi
Pasien adalah seorang kepala rumah tangga yang tinggal bersama istri dan anak-
anaknya. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok maupun minum minuman
beralkohol namun suka makan makanan laut. Dalam hal ekonomi pasien
tergolong berkecukupan.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Vital sign
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Nadi : 65 x/menit,
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5o C
Gizi : cukup
Status Generalis
- Kepala
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Ca -/-, Si -/-, pupil isokor
Telinga : Liang lapang, simetris
Hidung : Sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : mulut tertarik ke kanan, lidah tertarik ke kiri,
sianosis (-)
- Leher
Pembesaran KGB : tidak ditemukan pembesaran KGB
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid
3
JVP : tidak ditemukan peningkatan
Trakhea : tidak ditemukan deviasi
- Toraks
(Cor)
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicula
sinistra
Perkusi : Redup,batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-),gallop(-)
(Pulmo)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan-kiri simetris
Palpasi : Taktil fremitus kanan dan kiri sama dan
simetris
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Teraba lemas, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),
hepar dan lien tidak teraba membesar.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
- Extremitas
Superior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik
Inferior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik.
4
Status Neurologis
- Saraf Kranialis
N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung : normosmia
N.Opticus (N.II)
- Tajam penglihatan : 6/60 - 6/60 (bed site)
- Lapang penglihatan : normal
- Tes warna : normal
- Fundus oculi : tidak dilakukan
5
N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
- Ramus oftalmikus : normal
- Ramus maksilaris : normal
- Ramus mandibularis : normal
Motorik
- M. masseter : normal
- M. temporalis : normal
- M. pterygoideus : normal
Refleks
- Refleks kornea : normal
- Refleks bersin : tidak dilakukan pemeriksaan
N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi Wajah Sewaktu
- Diam : mulut tertarik ke arah kanan
- Tertawa : mulut tertarik ke arah kanan
- Meringis : mulut tertarik ke arah kanan
- Menutup mata : simetris
Sensoris
- Pengecapan 2/3 depan lidah : normal
6
N.Acusticus (N.VIII)
N.cochlearis
- Ketajaman pendengaran : normal
- Tinitus : (-)
N.vestibularis
- Test vertigo : tidak dilakukan
- Nistagmus : (-)
N.Accesorius (N.XI)
- M.Sternocleidomastodeus : normal
- M.Trapezius : normal
N.Hipoglossus (N.XII)
- Atropi : (-)
- Fasikulasi : (-)
- Deviasi : (+) kearah kanan
7
Kernig test : (-/-)
Laseque test : (-/-)
Brudzinsky I : (-/-)
Brudzinsky II : (-/-)
- Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan
- Rasa raba : normal
- Rasa nyeri : normal
- Rasa suhu panas : normal
- Rasa suhu dingin : normal
8
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
- Steriognosis : normal
- Koordinasi
Tes telunjuk hidung : normal
Tes pronasi supinasi : normal
- Fungsi Luhur
Fungsi bahasa : baik
Fungsi orientasi : baik
Fungsi memori : baik
Fungsi emosi : baik
Siriraj Score
Penurunan kesadaran : -
Nyeri kepala : -
Muntah : -
Tekanan Diastole : 110
Ateroma : +
Score : (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 110) - (3 x 1) – 12
= -4 Strok Non Hemoragik
9
C. Pemeriksaan Penunjang
CT-Scan kepala
-Suspect stroke berulang
D. Resume
Pasien datang ke UGD RSUD Dr. H. Abdul Moeloek pada tanggal 4 Mei 2018
dengan keluhan lengan dan tungkai kiri terasa lemas dan sulit digerakkan
setelah sebelumnya pasien tiba-tiba kejang kurang lebih 1 jam SMRS. Kejang
baru pertama kali dialami pasien saat pasien sedang dalam keadaan beristirahat
dengan durasi kejang ±2 menit. Saat terjadi kejang, keluarga mengatakan
pasien dalam kondisi tidak sadar, mata memandang keatas, lidah tidak tergigit,
namun mengeluarkan liur. Pasien kembali tersadar setalah pingsan ±5 menit
dan mengalami kelemahan anggota gerak bagian kiri, lalu keluarga
memutuskan membawa pasien ke IGD RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Dari saat
kejadian sampai dibawa ke IGD, pasien belum mengonsumsi obat apapun.
Pasien dapat berkomunikasi secara normal, pengucapan jelas dan memahami
pembicaraan. Keluhan lainnya seperti, demam, nyeri kepala, mual, muntah
disangkal oleh pasien. Keluhan gangguan buang air kecil dan gangguan buang
air besar disangkal oleh pasien. Pasien memiliki riwayat stroke ±4 bulan yang
lalu, dan sempat terjadi kelemahan pada anggota gerak bagian kiri namun
sudah membaik dan sudah bisa melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain
setelah dirawat di RS selama beberapa hari. Pasien mengaku memiliki riwayat
hipertensi namun jarang kontrol dan tidak rutin minum obat. Keluhan kejang
dirasakan baru pertama kali. Pasien mengaku bahwa pada keluarga tidak
pernah ada yang mengalam keluhan yang sama (kejang) juga tidak terdapat
riwayat epilepsi maupun hipertensi pada keluarga. Pasien tidak merokok dan
tidak minum alkohol, namun keluarga pasien mengaku bahwa pasien suka
makan makanan laut dan jarang berolah raga.
10
E. Diagnosis
Diagnosis klinis : Hemiparese sinistra
Diagnosis topik : Hemisfer cerebri dextra
Diagnosis etiologi : Hemiparese sinsistra et causa susp. Stroke non hemoragik
F. Diagnosis Banding
- Stroke Hemoragik
G. Penatalaksanaan
1. Umum
- Tirah baring
- Pantau ABC dan tanda vital
2. Medikamentosa
- IVFD RL gtt 15/menit
- Phenition 1 cap/12 jam
- Ranitidin 1 amp/12 jam
- Amlodipine 1 dd 1
- Vit BComp 2 dd 1
FOLLOW UP :
HARI/
CATATAN TINDAKAN
TGL
07/05/2018 S/ Keluhan
16.00 Lengan dan tungkai kiri lemas, kejang (-) Th/
IVFD RL gtt
15/menit
Ranitidin 1
O/Status present amp/12 jam
KU : tampak sakit sedang Amlodipine 1
Kes : compos mentis dd 1
TD :200/100 mmHg Vit BComp 2 dd
Nadi :76 x/menit 1
RR :20 x/menit
T :36oC
Nervus XII :
- Deviasi : (+) kearah kanan
11
Extremitas Superior Inferior
kanan/kiri kanan/kiri
Gerak ( aktif/aktif) ( aktif/ aktif)
O/Status present
KU : tampak sakit sedang
KS : compos mentis
TD :160/110 mmHg
Nadi :65 x/menit
RR :22x/menit
T :36,5oC
Status Neurologi
Nervus XII :
- Deviasi : (+) kearah kanan
12
BAB II
ANALISIS KASUS
13
Dari anamnesis pasien, didapatkan bahwa diagnosa lebih mengarah kepada
stroke non hemoragik. Terdapat faktor risiko stroke pada pasien yaitu
hipertensi yang tidak terkontrol dan tidak rutin meminum obat, kurangnya
olahraga, juga pola makan yang tidak teratur (cenderung suka makanan laut).
Faktor risiko lain seperti herediter, merokok, dan alkohol disangkal oleh
pasien.
14
Kejang ialah suatu manifestasi gangguan otak akibat berbagai etiologi yang
ditandai oleh gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berulang yang
disebabkan oleh lepas muatan listrik neuron kortikal secra berlebihan.
Dalam kasus ini, kejang yang dialami oleh paisen diduga akibat adanya
hambatan dari pembuluh darah mengurangi aliran darah ke sebagaian porsi
otak, dan karenanya juga menurunnya oksigen menyebabkan anoksia. Stroke
iskemik yang luas dapat menyebabkan pembengkakan lokal dari jaringan otak
pada daerah sekitarnya, menyebabkan efek kompresi.
Pada pasien:
Penurunan kesadaran (-) sakit kepala (-) refleks babinski (-) = stroke non
hemoragik
15
Skor Stroke Siriraj
Rumus :
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah) + (0,1 x tekanan
diastolik) – (3 x penanda ateroma) – 12
Keterangan :
Derajat kesadaran : 0 = kompos mentis; 1 = somnolen; 2 = sopor/koma
Muntah : 0 = tidak ada; 1 = ada
Nyeri kepala : 0 = tidak ada; 1 = ada
Ateroma : 0= tidak ada; 1 = salah satu atau lebih (diabetes;
angina; penyakit pembuluh darah)
Hasil :
Skor 0 : Lihat hasil CT-Scan
Skor > 1 : Perdarahan supratentorial / hemoragik
Skor < 1 : Infark serebri / iskemik
Skor pasien:
(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 110) - (3 x 1) – 12 = -4 = stroke non
hemoragik
16
Pemeriksaan CT-scan pada pasien ini telah dilakukan. CT scan merupakan
Gold standar dari penegakkan diagnosis stroke.
Terapi umum yang diberikan pada pasien secara keseluruhan sudah sesuai
dimana diketahui bahwa penatalaksanaan pasien stroke non hemoragik adalah
posisikan pasien saat tirah baring kepala dan dada pada satu bidang; ubah posisi
17
tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Letakkan kepala pasien pada posisi 300. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri
oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah.
Penatalaksanaan pada pasien stroke non hemoragik yang pertama adalah oksigen
untuk mencegah terjadinya hipoksia otak (PERDOSSI, 2007).
Cairan yang diberikan adalah cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan
menjaga euvolemi. Tekanan vena sentral dipertahankan antara 5-12 mmHg.
Pada umumnya, kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral maupun enteral).
Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah
dengan pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (produksi urin sehari ditambah
500 ml untuk kehilangan cairan yang tidak tampak dan ditambah lagi 300 ml per
derajat Celcius pada penderita panas) (PERDOSSI, 2011).
18
beberapa kondisi. Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan
sekitar 15% (sistolik maupun diastolic) dalam 24 jam pertama setelah awitan
apabila tekanan darah sistolik (TDS) >220 mmHg atau tekanan darah diastolic
(TDD) >120 mmHg. Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi terapi
trombolitik (rtPA), tekanan darah diturunkan hingga TDS <185 mmHg dan TDD
<110 mmHg. Selanjutnya, tekanan darah harus dipantau hingga TDS <180
mmHg dan TDD <105 mmHg selama 24 jam setelah pemberian rtPA. Obat
antihipertensi yang digunakan adalah labetalol, nitropaste, nitroprusid,
nikardipin, atau diltiazem intravena (AHA/ASA Guideline, 2007).
Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa disertai gejala dan
tanda peningkatan tekanan intracranial, tekanan darah diturunkan secara hati-
hati dengan menggunakan obat antihipertensi intravena kontinu atau intermitten
dengan pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau
tekanan darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT 2010, penurunan TDS
hingga 140 mmHg masih diperbolehkan (AHA/ASA Guideline, 2007)
19
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain aspirin dosis
80 – 1.200 mg/hari mekanisme kerja dengan menghambat jalur siklooksigenase,
dipiridamol dikombinasi dengan aspirin 25 mg + dipiridamol SR 200 mg dua
kali sehari dengan menghambat jalur siklooksigenase, fosfodiesterase dan
ambilan kembali adenosin, cilostazol dosis 2 x 50 mg mekanisme kerja
menghambat aktifitas fosfodiesterase III, ticlopidin dosis 2 x 250 mg dengan
menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan thyenopyridine dan clopidogrel
dosis 1 x 75 mg dengan menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan
thyenopyridine (PERDOSSI, 2011).
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain aspirin dosis
80 – 1.200 mg/hari mekanisme kerja dengan menghambat jalur siklooksigenase,
dipiridamol dikombinasi dengan aspirin 25 mg + dipiridamol SR 200 mg dua
kali sehari dengan menghambat jalur siklooksigenase, fosfodiesterase dan
ambilan kembali adenosin, cilostazol dosis 2 x 50 mg mekanisme kerja
menghambat aktifitas fosfodiesterase III, ticlopidin dosis 2 x 250 mg dengan
menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan thyenopyridine dan clopidogrel
dosis 1 x 75 mg dengan menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan
thyenopyridine (PERDOSSI, 2011).
20
Stroke Kejang
(Case Report)
Disusun oleh :
1418011014
Pembimbing :
21