PSAK 46
(AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN TANGGUHAN)
Mentor :
Misal :
- Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Garis lurus vs DDB
- Accrual vs realisasi
Biaya purna jual, cadangan kerugian piutang
- Kapitalisasi vs pembebanan ke biaya
Pengeluaran penelitian dan pengembangan
Cirinya :
Suatu saat dalam jangka panjang, perbedaan nilai basis
akuntansi dengan pajak akan reverse
Perbedaan Tetap :
Timbul karena UU / peraturan perpajakan,
Missal :
- Beban tidak diakui pajak (non-deductible)
Donasi, kenikmatan natura, dan lain-lain
- Penghasilan bukan objek PPh
Dividen yang diterima dari PT dalam negeri
Cirinya :
Dalam jangka panjang, perbedaan nilai basis akuntansi
dengan pajak tidak pernah ketemu (semakin melebar)
Ringkasan penting dalam penerapan
PSAK 46 – Akuntansi Pajak Tangguhan
Perubahan Tarif PPh Baik Aktiva Pajak Tangguhan maupun Kewajiban Pajak
(Butir 29-35, 69-70) Tangguhan pada tahun berjalan yang sedang ditelaah harus
disesuaikan agar mencerminkan tariff pajak yang baru
(pendekatan prospektif)
Manfaat kerugian fiscal Diakui manfaat kerugian fiscal apabila “kemungkinan besar
(Tax loss) dibandingkan tidak” (more likely than not) kerugian
Telaah Tahunan tersebut dapat dikompensasikan (direalisir) pada tahun
(Butir 26-28) berjalan yang sedang ditelaah
Subjek Konsep Pokok Pajak Tangguhan
Telaah Tahunan Sebagai pedoman umum, probabilitas “kemungkinan besar
(Butir 26-28) dibandingkan tidak” adalah lebih besar dari 50%
C. Perbedaan Tetap
Perlakuan perbedaan biaya atau penghasilan antara versi akuntansi dengan versi
pajak.
Sumber perbedaan perlakuan tersebut adalah semata-mata karena undang-undang dan
peraturan perpajakan
1. Beban yang tidak diakui perpajakan sebagai pengurang dalam menghitung laba
kena pajak, misalnya : kenikmatan natura/sewa rumah, mobil dibawa pulang oleh
karyawan, donasi, premi asuransi jiwa, kecelakaan, dan lain-lain)
2. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
- Dividen yang diterima dari penyertaan perseroan di dalam negeri
D. Beban Pajak atas penghasilan dengan Tarif Khusus / PPh Final (butir 52)
3. Penghasilan yang dikenakan tariff khusus (PPh Final)
a. Laba/rugi investasi saham yang terdaftar di Bursa Efek (PPh 0,1% dari nilai
jual)
b. Penghasilan bunga deposito dengan tariff PPh Final 15% final
Total penghasilan bunga versi akuntansi Rp 1 milyar
Total penghasilan bunga versi pajak Rp 800 juta (Rp 200 juta
-------------- karena accrual)
(D) (K) Rp 200 juta
Pajak Kini – Hutang PPh Final = 15% x Rp 200 juta = Rp 30 juta
c. Penghasilan di bidang usaha tertentu, misalnya real estate, kontraktor
bangunan, kena PPh Final 2% dari penjualan (turn over)
Catatan : Aktiva Pajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan hanya berkaitan
dengan objek PPh dengan tariff umum (pasal 17 ayat 1 Undang-undang No. 10 tahun
1994 tentang perubahan atas Undang-undang Pajak Penghasilan No. 7 tahun 1983)
Tahun Kerugian Piutang Yang Akhir Tahun Piutang Usaha (juta Rp)
Tidak Tertagih (juta Rp)
1996 4.800
1997 30 1997 5.000
1998 80 1998 5.600
1999 70 1999 8.000
2000 40 2000 7.000
data tambahan :
Saldo penyisihan piutang tak tertagih awal tahun 1997 adalah sebesar 50 dan saldo aktiva
pajak tangguhan akhir tahun 1996 sebesar 15
Piutang Usaha
Analisis Akun Neraca
Tahun (juta)
2000 1999 1998 1997
Cadangan Penyisihan
Piutang Tak Tertagih (3%) 210 240 168 150
Penjelasan :
Secara akuntansi, biaya pencadangan diakui sebesar 3% dari saldo akhir piutangnya,
sedangkan perpajakan hanya mengakui biaya kerugian pada saat piutangnya tersebut
benar-benar tidak dapat ditagih, akibatnya menimbulkan perbedaan sementara.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Tahun 1997
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 4850, sedangkan menurut perpajakan adalah
sebesar Rp 5000. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 150,
bila dikalikan dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 45, dan dicatat sebagai
Aktiva Pajak Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang di akui oleh
Akuntansi
Tahun 1998
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 5432, sedangkan menurut perpajakan adalah
sebesar Rp 5600. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 168,
bila dikalikan dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 50, dan dicatat sebagai
Aktiva Pajak Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang di akui oleh
Akuntansi
Tahun 1999
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 7760, sedangkan menurut perpajakan adalah
sebesar Rp 8000. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 240,
bila dikalikan dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 72, dan dicatat sebagai
Aktiva Pajak Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang di akui oleh
Akuntansi
Tahun 2000
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 6790, sedangkan menurut perpajakan adalah
sebesar Rp 7000. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 210,
bila dikalikan dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 63, dan dicatat sebagai
Aktiva Pajak Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang di akui oleh
Akuntansi
Tahun 1997
Piutang Usaha
Saldo Awal 4800 Realisasi (I.I) 30
Debet 230
Tahun 1998
Piutang Usaha
Saldo Awal 5000 Realisasi (I.I) 80
Debet 680
Saldo akhir 98
Tahun 1999
Piutang Usaha
Saldo Awal 5600 Realisasi (I.7) 70
Debet 2470
Tahun 2000
Piutang Usaha
Saldo Awal 8000 Realisasi (I.10) 40
Kredit 6960
Saldo akhir
Asumsi : Aktiva Tetap dalam kasus ini dibiayai dengan dana pinjaman dalam mata uang
rupiah.
Manajemen dari PT MAJU MUNDUR telah menetapkan untuk menggunakan metode
garis lurus untuk menyusutkan Aktiva Tetap perusahaan dengan masa manfaat 5 tahun.
Perusahaan membeli Aktiva Tetap baru pada tahun 1998 dan 1999 masing-masing
sebesar Rp 100 dan Rp 50.
Penyusutan untuk pelaporan perpajakan menggunakan metode garis lurus, dengan masa
manfaat 4 tahun.
Aktiva Tetap
Tarif Pajak
Penghasilan 30% 30% 30% 30% h
Beban Penyusutan
Menurut Akuntansi 230 230 220 200
Beban Penyusutan
Menurut Pajak 288 288 275 250
Kewajiban Pajak
Tangguhan (17) (17) (17) (15)
Penjelasan :
Perbedaan perhitungan penyusutan aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan dengan
perpajakan akan menimbulkan Kewajiban Pajak Tangguhan Karena nilai sisa basis aktiva
menurut perpajakan < nilai basis aktiva menurut akuntansi.
Daftar 1A 31 Des 97
Biaya Perolehan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo akhir
a b c d = (a+b)-c
Aktiva Tetap (versi akuntansi) Versi akuntansi 1.000 1.000
Aktiva Tetap (versi pajak) 1.000 1.000
Daftar 1B
Akumulasi Penyusutan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo akhir Nilai Buku
e f g h = (e+f)-g I = (d-h)
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 0 200 200 800
Aktiva Tetap (versi pajak) 250 250 750
Daftar 2A 31 Des 98
Biaya Perolehan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo akhir
a b c d = (a+b)-c
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 1.000 100 1.100
Aktiva Tetap (versi pajak) 1.000 100 1.100
Daftar 2B
Akumulasi Penyusutan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Nilai Buku
e f g h = (e+f)-g I =(d-h)
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 200 220 420 680
Aktiva Tetap (versi pajak) 250 275 525 575
Daftar 3A 31 Des 99
Biaya Perolehan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
a b c d = (a+b)-c
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 1.100 50 1.150
Aktiva Tetap (versi pajak) 1.100 50 1.150
Daftar 3B
Akumulasi Penyusutan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Nilai Buku
e f g h = (e+f)-g I =(d-h)
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 420 230 650 500
Aktiva Tetap (versi pajak) 525 288 813 337
Daftar 4A 11 Des 00
Biaya Perolehan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
a b c d = (a+b)-c
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 1.150 1.150
Aktiva Tetap (versi pajak) 1.150 1.150
Daftar 4B
Akumulasi Penyusutan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Nilai Buku
e f g h = (e+f)-g I =(d-h)
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 650 230 880 270
Aktiva Tetap (versi pajak) 813 288 1.100 50
PT MAJU MUNDUR
PERHITUNGAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP (1997 - 2000)
Versi Akuntansi VS Versi Pajak
(dalam jutaan rupiah)
Tahun 1998
1000 20% 200
Penambahan aktiva tetap 100 20% 20 +
Beban Penyusutan tahun 1998 220 daftar 2B kolom f
Tahun 1999
1100 20% 220
Penambahan aktiva tetap 50 20% 10 +
Beban penyusutan tahun 1999 230 daftar 3B kolom f
Tahun 2000
1150 20% 230
0
Beban penyusutan tahun 2000 230 daftar 4B kolom f
Penyusutan Versi Pajak
Nilai Tarif Beban
Perolehan Penyusutan Penyusutan
Tahun 1997
1000 25% 250
Beban penyusutan tahun 1997 250 daftar 1B kolom f
Tahun 1998
1000 25% 250
Penambahan aktiva tetap 100 25% 25 +
Beban penyusutan tahun 1998 275 daftar 2B kolom f
Tahun 1999
1100 25% 275
Penambahan aktiva tetap 50 25% 13 +
Beban penyusutan tahun 1999 288 daftar 3B kolom f
Tahun 2000
1150 25% 288
Beban penyusutan tahun 2000 288 daftar 4B kolom f
Jurnal Sehubungan Dengan Aktiva Tetap, Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap
Dan Beban Penyusutan Aktiva Tetap
(juta Rp)
Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva
Pajak Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan
untuk kasus I-9) Untuk T account Bank lihat daftar II (digabung kasus I-9)
Penyajian Aktiva Tetap, Akumulasi Penyusutan Aktiva tetap Dan Beban Penyusutan
Aktiva tetap Dalam Bentuk Akun T (kasus 2)
(juta Rp)
Tahun 1997
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1000
Saldo akhir 1000
Tahun 1998
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1000
Pembelian (II.3) 100
Tahun 1999
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1100
Pembelian (II.6) 50
Tahun 2000
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1150
PT MAJU MUNDUR telah melakukan penjualan atas suatu produk dan perusahaan
memberikan garansi purna jual kepada customer yang telah membeli produk tersebut,
untuk itu perusahaan telah mencadangkan beban purna jual untuk mengantisipasi terjadi
klaim dari customer
Perusahaan telah menetapkan besarnya pencadangan pada tahun 1997 dan 1998 masing-
masing sebesar Rp 200 dan Rp 300
Pada tahun 1998, 1999 dan tahun 2000 terjadi claim oleh customer yang besarnya
masing-masing Rp 120, Rp 290 dan Rp 90
Perpajakan tidak mengakui adanya pencadangan beban purna jual, tetapi mengakui
terjadinya biaya apabila ada klaim dari customer yang benar-benar sudah dibayar oleh
perusahaan
Cadangan
Beban purna jual 90 380 500 200
Cadangan Beban
Purna Jual versi
akuntansi
(ke neraca) - 90 380 200
Cadangan
Beban purna jual
versi pajak - - - -
Perbedaan
sementara - 90 380 200
Aktiva Pajak
tangguhan
(ke neraca) 0 27 114 60
Beban Purna Jual
Perbedaan
sementara (90) (290) 180 200
Aktiva Pajak
tangguhan (27) (87) 54 60
Penjelasan :
Tahun 1997
Timbul Aktiva Pajak Tangguhan sebesar Rp 60, karena beban purna jual sebesar Rp 200
yang dicatat secara akuntansi tidak diakui oleh perpajakan sehingga terjadi perbedaan
sementara sebesar Rp 200 dan bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah
Rp 60
Tahun 1998
Terjadi penambahan Aktiva Pajak Tangguhan karena perusahaan kembali mencadangkan
beban purna jual sebesar 300 juta, sedangkan beban purna jual yang diakui oleh
perpajakan hanya sebesar beban purna jual yang terealisasi pada tahun bersangkutan,
yaitu sebesar Rp 120 sehingga terjadi perbedaan sebesar Rp 180 yang bila dikalikan
dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah Rp 54
Karena sebelumnya aktiva pajak tangguhan sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 60,
maka pada akhir tahun 1998 saldo aktiva pajak tangguhan menjadi Rp 114
Tahun 1999
Pada tahun ini terjadi realisasi beban purna jual sebesar Rp 290 yang merupakan realisasi
pencadangan beban purna jual pada tahun 1997 dan 1998, masing-masing sebesar Rp 80,
dan Rp 210. Nilai basis pajak mengakui beban ini sebagai beban periode berjalan tetapi
nilai basis akuntansi telah mengakui beban ini pada periode sebelumnya sehingga terjadi
perbedaan sementara sebesar Rp 290 dan bila dikalikan dengan tariff pajak akan
diperoleh jumlah Rp 87, akan mengurangi saldo aktiva pajak tangguhan sehingga pada
akhir tahun 1999 saldo aktiva pajak tangguhan akan menjadi Rp 27
Tahun 2000
Pada tahun ini terjadi realisasi beban purna jual sebesar Rp 90 yang merupakan realisasi
pencadangan beban purna jual pada tahun 1998, sehingga dengan demikian semua
pencadangan telah terealisir perpajakan mengakui beban ini sebagai beban periode
berjalan tetapi nilai basis akuntansi telah mengakui beban ini pada periode sebelumnya
sehingga kewajiban pajak tangguhan saldonya akan menjadi nol karena kewajiban
menurut pajak = kewajiban menurut versi akuntansi
Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva
Pajak Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan
untuk kasus I-9) Untuk T account Bank lihat daftar II (digabung kasus I-9)
Penyajian Cadangan Beban Purna Jual dan Beban Pencadangan Purna Jual
Dalam Bentuk Akun T (kasus 3)
(juta Rp)
Tahun 1997
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 0
Pencadangan (III.1) 200
Saldo akhir 200
Tahun 1998
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 200
Pembayaran klaim (II. 120 Pencadangan (III.3) 300
Tahun 1999
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 380
Pembayaran klaim (II. 290
Saldo akhir 90
Tahun 2000
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 90
Pembayaran klaim (II. 90
Saldo akhir 0
Penjelasan :
Pada tahun 1998 PT MAJU MUNDUR mencadangkan kerugian karena kalah perkara di
pengadilan sebesar Rp 100, pencadangan ini tidak diakui secara perpajakan sehingga
menimbulkan perbedaan sementara sebesar Rp 100 dan bila dikalikan dengan tariff pajak
sebesar 30% akan diperoleh jumlah Rp 30 sebagai Aktiva Pajak Tangguhan, karena
kewajiban yang diakui secara akuntansi > kewajiban yang diakui secara pajak.
Berdasarkan keputusan pengadilan perusahaan telah membayar ganti rugi sebesar Rp 90,
secara akuntansi perusahaan akan mengeliminasi cadangan sebesar 100 juta dengan
mengkredit Bank/Kas sebesar Rp 90 dan pendapatan lain-lain sebesar Rp 10, sehingga
pada akhir tahun 1999 tidak terdapat lagi perbedaan sementara dari pencadangan
kerugian sengketa hukum
Pencadangan kerugian
sengketa hukum (k) 100 100
dikurangi :
Realisasi (d) 90
jurnal balik (d) 10
Pencadangan Kerugian
sengketa hukum 0 0
Perbedaan
sementara 0 100
Aktiva Pajak
tangguhan (ke neraca) 0 30
Perbedaan
sementara (100) 100
Aktiva Pajak
tangguhan (30) 30
Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva
Pajak Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan
untuk kasus I-9) Untuk T account Bank lihat daftar III (digabung kasus I-9)
Tahun 1998
Cadangan Kerugian Sengketa Hukum
Pencadangan (IV.1) 100
Saldo akhir 100
Tahun 1999
Cadangan Kerugian Sengketa Hukum
Saldo awal 100
Pembayaran ganti rugi (IV.3) 90
Pendapatan lain-lain (IV.3) 10
Saldo akhir 0
Pendapatan lain-lain
Saldo 30
Kelebihan pencadangan kerugian
Sengketa hukum (IV.3) 10
Saldo akhir 40
Kewajiban Pajak
tangguhan
(ke neraca) - (60) (120) (180)
Beban Amortisasi
Perbedaan
sementara 200 200 200 (600)
Kewajiban Pajak
tangguhan 60 60 60 (180)
Penjelasan :
Tahun 2000
Timbul Kewajiban Pajak Tangguhan sebesar Rp 180, karena beban amortisasi litbang
sebesar Rp 200 yang dicatat secara akuntansi tidak diakui oleh perpajakan sehingga
terjadi perbedaan sementara Rp 600 dan bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh
jumlah Rp 180
Tahun 2001
Terjadi pengurangan Kewajiban Pajak Tangguhan sehubungan dengan beban amortisasi
litbang tahun 2001 sebesar Rp 200, sedangkan beban amortisasi tidak diakui oleh
perpajakan sehingga terjadi perbedaan sebesar Rp 200 yang bila dikalikan dengan tariff
pajak akan diperoleh jumlah Rp 60. Karena sebelumnya kewajiban pajak tangguhan
sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 180, maka pada akhir tahun 2001, saldo kewajiban
pajak tangguhan menjadi Rp 120
Tahun 2002
Terjadi pengurangan Kewajiban Pajak Tangguhan sehubungan dengan beban amortisasi
litbang tahun 2002 sebesar Rp 200, sedangkan beban amortisasi tidak diakui oleh
perpajakan sehingga terjadi perbedaan sebesar Rp 200 yang bila dikalikan dengan tariff
pajak akan diperoleh jumlah Rp 60. Karena sebelumnya kewajiban pajak tangguhan
sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 120, maka pada akhir tahun 2002, saldo kewajiban
pajak tangguhan menjadi Rp 60
Tahun 2003
Terjadi pengurangan Kewajiban Pajak Tangguhan sehubungan dengan beban amortisasi
litbang tahun 2003 sebesar Rp 200, sedangkan beban amortisasi tidak diakui oleh
perpajakan sehingga terjadi perbedaan sebesar Rp 200 yang bila dikalikan dengan tariff
pajak akan diperoleh jumlah Rp 60. Karena sebelumnya kewajiban pajak tangguhan
sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 60, maka pada akhir tahun 2001, saldo kewajiban
pajak tangguhan menjadi Rp 0
Jurnal Sehubungan Dengan Beban Penelitian dan Pengembangan (Kasus 5)
(juta Rp)
Tahun 2000
Beban Amortisasi Litbang
Tahun 2001
Beban Amortisasi Litbang
Tahun 2002
Beban Amortisasi Litbang
Amortisasi (V.6) 200
Tahun 2003
Beban Amortisasi Litbang
Pada tahun 1997, PT MAJU MUNDUR mengalami kerugian fiscal sebesar Rp 1.400
kemudian kerugian fiscal tersebut dikompensasikan pada tahun 1998 – 2000 (lihat
perhitungan)
Data laba kena pajak 1998 dan 1999 adalah sebagai berikut :
Data lainnya :
Saldo laba ditahan akhir tahun 1996 adalah sebesar Rp 2232 dan sampai dengan tahun
1996 PT MAJU MUNDUR tidak mempunyai kerugian fiscal
Laba Komersial sebelum PPh adalah 132
Perhitungan :
Ref 2000 1999 1998 1997
Aktiva Pajak
Tangguhan 0 30 270 420
Kompensasi
Kerugian Fiskal 100 800 500
Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva
Pajak Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan
untuk kasus I-9) Untuk T account Bank lihat daftar III (digabung kasus I-9)
PT MAJU MUNDUR
PERHITUNGAN LABA (RUGI) KENA PAJAK MENURUT FISKAL
(31 Desember 1997 – 2000)
Tahun
2000 1999 1998 1997
Laba (Rugi) Sebelum Pajak (dari lap. Rugi Laba) 1808 1006 67 (1800)
Koreksi Fiskal
Perbedaan Sementara : From page :
Jumlah koreksi positif (negatif) (ke lampiran 3) (778) (376) 243 250
Perbedaan Tetap
Biaya Sumbangan 60 45 40 50
Premi Asuransi
Kecelakaan 55 50 50 30
Tunjangan PPh 21
(karyawan) 35 25 20 20
Beban Pengobatan 35 20 30 40
Pinjaman (tidak ada
daftar nominasi) 40 30 50 10
Laba (Rugi) Menurut Fiskal (ke kasus 2) 1250 800 500 (1.400)
Catatan :
Bila Perusahaan (wajib pajak) mengkompensasikan kerugian fiscal, maka harus
dibuatkan “Ringkasan Saldo Kerugian Fiskal” sebagai lampiran SPT 1771 (badan)
Kompensasi kerugian :
(Rugi) (1.400)
Laba 500
1) Dikompensasi 500
(Sisa rugi) (900)
Laba 800
2) Dikompensasi 800
(Sisa rugi) (100)
Laba 1.250
3) Dikompensasi 100
(Sisa rugi) 0
Misalnya :
Saldo Aktiva Pajak Tangguhan per 31-12-2000 Rp 1.500 juta (Rp 5000 x 30%)
Saldo Kewajiban Pajak Tangguhan per 31-12-2000 Rp 1.200 juta (Rp 4000 x 30%)
Catatan : * Saldo akun Aktiva Pajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan per
akhir tahun 2000 tersebut di atas adalah angka exercise (tidak ada hubungannya dengan
kasus I-9 yang telah dibahas di depan)