Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. TUMOR INTRA ABDOMEN


1. Pengertian
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area
tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat
jinak atau ganas. (FKUI,2008:268)
Tumor merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-
sel yang tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi
dengan jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma,
Budi 2001) Tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan
sel dengan pertumbuhan yang terbatas dan lonjong (E. Oswari, 2000).
Tumor adalah massa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2
cm. (Carwin, Elizabeth.J. 2000)
Tumor abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan
yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami
transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali
pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal
dalam bentuk dan strukturnya yang terdapat di ruang perut.
(FKUI,2008:268)
Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat meluas ke
retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior.
Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di
bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tumor
abdomen adalah benjolan atau massa yang terbentuk dari abnormal sel-sel
neoplasma yang tumbuh secara terus menerus yang tidak dikehendaki tubuh
yang terdapat di ruang perut. Yang termasuk tumor intra abdomen antara lain
tumor hepar, tumor limpa (lien), tumor lambung (usus halus), tumor kolon,
2

tumor ginjal (hipernefroma) dan tumor pankreas.


2. Proses terjadinya masalah
a. Faktor Presipitasi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel
yang abnormal. Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya
penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonomnya dalam
pertumbuhan, Kemampuanya mengadakan infiltrasi dan
menyebabkan metastasis.
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), faktor penyebab dari
tumor masih belum diketahui secara pasti.
b. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut Brunner dan Suddarth (2002)
antara lain sebagai berikut
1) Karsinogen
Karsinogen adalah zat yang menyebabkan penyakit kanker.
Zat-zat karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah
asam deoksiribo nukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh, dan hal
ini mengganggu proses-proses biologis.
Karsinogenik adalah sifat mengendap dan merusak terutama
pada organ-organ yang terserang zat tersebut.
2) Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang
fungsinya adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput
tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian
hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan
peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker.
3) Parasit
Parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan
karsinoma planoseluler.
4) Merokok
Asap rokok merupakan bahan yang mengandung berbagai
3

macam zat karsinogen yang dapat memicu terjadinya kanker di


dalam tubuh.
5) Gaya hidup
Khususnya kebiasaan makan merupakan salah satu sebab
meningkatnya terjadinya kanker. Asupan kalori yang
berlebihan terutama yang berasal dari lemak binatang dan
makanan yang kurang serat merupakan salah satu faktor yang
meningkatkan terjadinya kanker.
6) Pajanan Sinar Radio Aktif
Pajanan sinar radio aktif menyebabkan DNA tubuh mengalami
kerusakan, sehingga sel dengan DNA yang rusak akan tumbuh
secara abnormal dan tak terkendali.
7) Genetik
Terkait dengan adanya DNA dalam tubuh yang menurun
kepada generasi berikutnya. Akan tetapi, umumnya keganasan
dalam suatu keluarga dipengaruhi oleh gaya hidup dan
lingkungan ( pajanan zat kimia )
8) Infeksi, trauma, dan hipersensitivitas terhadap obat

3. Patofisiologi
Patofisiologi menurut Budi Kusuma (2001), Tumor adalah proses
penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi genetik
dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan
berproliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal pengatur
pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut.
Sel-sel neoplasma mendapat energi terutama dari anaerob karena
kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim
yang lengkap untuk oksidasi.
Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan
berkembang biak yang membutuhkan energi untuk anabolisme
4

daripada untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan


katabolisme
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk
membentuk protioplasma dan energi, seperti asam amino. Sel-sel
neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalam mendapatkan
bahan-bahan tersebut.
Menurut Suzanne C. Smelstzer ( 2012 ) , Ketika dicapai suatu
tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi perubahan
pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan
sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh
darah. Melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area
lain dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran tumor)
pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang
telah digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan
penyebab tunggal, tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang
jelas dengan penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang
berbeda.
5

4. Pathway Tumor Abdomen

Parasit,
Paparan Gaya hidup Hormon,
Karsinogen tidak sehat

Terbentuk sel
Mutasi genetik Berpoliferasi abnormal dalam
dari sel DNA abdomen

Tumor Abdomen Pertumbuhan cepat


dan tidak terkontrol

Perubahan status Koping individu Cemas


kesehatan tidak efektif

Obstruks
i Kurang Defisiensi
duodenu pajanan pengetahua
m informasi n
Mual,munta Anoreksi BB
h a menurun
Peristaltik
usus Nutrisi Intake
meningkat kurang dari kuran
Invasi Diar kebutuhan
tumor ke g
e tubuh
jaringan
abdomen Penurunan
energi
Pembengkaka Menekan
n jaringan Nyeri
syaraf akut
nyeri
Keletiha
n
6

5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik pada tumor abdomen menurut Danielle Gale,RN,
MS (2002) adalah sebagai berikut
a. Hiperplasia
b. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
c. Nyeri
d. Kelemahan (lemas)
e. Anoreksia, mual, muntah
f. Penurunan berat badan
g. Diare

6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan atau test diagnostik dalam mengidentifikasi tumor
abdomen ada beberapa macam menurut Suzanne C. Smeltzer (2001),
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi
malignansi tumor adalah sebagai berikut:
a. Masker Tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang
dibentuk oleh tumor atau oleh tubuh dalam berespon terhadap
tumor.
b. Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi radio untuk
menghasilkan gambaran berbagai struktur tubuh
c. CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X yang dapat memindai
susunan lapisan jaringan untuk memberikan pandangan potongan
melintang.
d. Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan
antar jaringan yang dapat mencakup penggunaan bahan kontras.
e. Ultrasound
7

Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layar


penerima, digunakan untuk mengkaji jaringan yang ada di dalam
tubuh.
f. Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan
memasukan sesuatu ke dalam rongga tubuh atau ostium tubuh yang
memungkinkan dilakukannya biopsi jaringan, aspirasi dan eksisi
tumor yang kecil.
g. Pencitraan Kedokteran Nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope
yang di ikuti dengan pencitraan yang menjadi tempat
berkumpulnya radioisotope.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
Menurut Suzanne C. Smeltzer (2001), Pembedahan adalah
modalitas penanganan utama, biasanya gasterektomi subtotal atau
total, dan digunakan baik untuk pengobatan maupun paliasi.
Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsi dan tidak ada
bukti metastase jauh harus menjalani laparatomi eksplorasi atau
seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani
prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan
tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran
anastomoisis.
b. Radioterapi
Penggunaaan partikel energi tinggi untuk menghancurkan
sel-sel dalam pengobatan tumor yang dapat menyebabkan
perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk energi yang
digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energi
tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
c. Kemoterapi
8

Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi


tambahan untuk reseksi tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi
lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi radiasi dengan melawan
sel dalam proses pembelahan. Tumor dengan fraksi pembelahan
yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
d. Bioterapi
Menurut Danielle Gale (2002), Terapi biologis atau bioterapi
sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker dengan
menstimulasi sistem imun (biologic response modifiers/BRM)
berupa antibodi monoclonal, vaksin, faktor stimulasi koloni,
interferon, dan interleukin.

8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan
tumor abdomen menurut Muttaqin (2011) dan Doenges, M.E. (2000)
adalah sebagai berikut :
a. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis
d. Resiko tinggi terhadap diare berhubungan dengan proses
penyakit
e. Kurang pengetahuan mengenai prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi yang
didapat.

9. Intervensi Keperawatan
Menurut Doengoes (2000), intervensi keperawatan pada tumor
abdomen adalah sebagai berikut
a. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status
9

kesehatan

Intervensi Rasional
1) Dorong pasien untuk 1) Memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan pikiran dan memeriksa takut realistis serta
perasaan kesalahan konsep tentang
2) Berikan lingkungan terbuka diagnosis.
dimana pasien merasa aman untuk 2) Membantu pasien untuk merasa
mendiskusikan perasaannya. diterima pada adanya kondisi
3) Berikan informasi akurat, tanpa perasaan dihakimi dan
konsisten, mengenai prognosis. meningkatkan rasa terhormat.
Hindari memperdebatkan tentang 3) Dapat menurunkan ansietas dan
persepsi pasien terhadap situasi memungkinkan pasien membuat
4) Monitor tanda vital (tekanan darah keputusan
dan nadi) 4) Status ketakutan mempengaruhi
5) Bantu pasien/keluarga dalam kerja jantung sehingga
mengenali dan mengklasifikasikan meningkatkan tekanan darah dan
rasa takut untuk memulai nadi.
mengembangkan strategi koping. 5) Dukungan dan konseling sesering
diperlukan untuk memungkinkan
individu mengenal dan
menghadapi rasa takut

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis

Intervensi Rasional
1) Lakukan pengkajian nyeri secara 1) Memberikan data dasar untuk
komprehensif misalnya lokasi, mengevaluasi kebutuhan/
kualitas, durasi dan skala. keefektifan intervensi
2) Observasi reaksi verbal dan 2) Mengetahui respon terhadap nyeri
nonverbal dari ketidaknyamanan yang berkelanjutan
terhadap nyeri. 3) Meningkatkan relaksasi dan
3) Beri tindakan kenyamanan dasar membantu kembali memfokuskan
(misal reposisi,gosokan ) perhatian
4) Ajarkan teknik nonfarmakologis 4) Memungkinkan pasien untuk
(teknik relaksasi nafas dalam) berpartisipasi secara aktif dalam
5) Monitor tanda-tanda vital meningkatkan rasa kontrol nyeri
Kolaborasi pemberian analgetik 5) Indikator status manifestasi nyeri
sesuai indikasi 6) Analgetik dapat menghambat
stimulus nyeri
10

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor biologis.

Intervensi Rasional
1) Kaji penyebab ketidakseim- 1) Sebagai data tentang penyebab
bangan nutrisi ketidakseimbangan nutrisi dan
2) Monitor intake nutrisi menentukan intervensi
3) Timbang berat badan secara selanjutnya.
berkala 2) Mengetahui jumlah asupan nutrisi
4) Informasikan pada pasien dan yang masuk.
keluarga tentang pentingnya 3) Indikator tentang kecukupan
nutrisi nutrisi
5) Berikan makanan sedikit tapi 4) Memberikan pengetahuan kepada
sering pasien guna lebih memaksimalkan
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit yang didapat.
diit nutrisi 5) Memberikan alternatif untuk
pemenuhan nutrisi apabila adanya
rasa mual atau muntah terhadap
intake nutrisi yang banyak.
6) Mampu memberikan diit yang
tepat untuk pemenuhan nutrisi
pasien.

d. Resiko tinggi terhadap diare berhubungan dengan proses


penyakit
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat usus dan pantau/ 1) Mengidentifikasi masalah misalnya
catat gerakan usus termasuk diare dan konstipasi.
frekuensi konsistensi 2) Dapat menurunkan potensial
2) Dorong masukan cairan adekuat terhadap konstipasi dengan
(2000 mL/jam ) dan peningkatan. memperbaiki konsistensi feses,
3) Berikan makan sedikit tapi sering dan merangsang peristaltik, dapat
dengan makanan rendah serat mencegah dehidrasi.
(bila tidak dikontra-indikasikan) 3) Menurunkan iritasi gaster,
dan mempertahankan kebutuhan penggunaan makanan rendah serat
protein karbohidrat. dapat menurunkan iritabilitas dan
4) Pastikan diet yang tepat hindari memberikan istirahat pada usus
makanan tinggi lemak bila ada diare.
5) Pantau pemeriksaan laboratorium 4) Stimulasi GI yang dapat
sesuai indikasi meningkatkan motilitas/ frekuensi
6) Pelunak feses, laksatif, enema defekasi
11

sesuai indikasi. 5) Ketidakseimbangan elektrolit


mungkin akibat dari/ pemberat
untuk mengubah fungsi GI
6) Penggunaan prolaktif mencegah
komplikasi lanjut pada pasien.

e. Kurang pengetahuan mengenai prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi yang
didapat.

Intervensi Rasional
1) Tinjau ulang dengan pasien/ 1) Memvalidasi tingkat pemahaman
orang terdekat pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan
diagnosa khusus, alternatif belajar dan memberikan dasar
pengobatan dan sifat harapan pengobatan dimana pasien membuat
2) Tentukan persepsi pasien keputusan berdasarkan informasi.
tentang tumor dan pengobatan 2) Membantu identifikasi ide, sikap,
tumor rasa takut, kesalahan konsepsi, dan
3) Berikan informasi akurat dan kesenjangan pengetahuan tentang
jelas dalam cara yang nyata kanker
tetapi sensitif 3) Membantu penilaian diagnosa
4) Tinjau ulang aturan pengobatan penyakit, memberikan informasi
khusus dan penggunaan obat yang diperlukan selama waktu
yang dijual bebas menyerapnya.
5) Anjurkan meningkatkan 4) Meningkatkan kemampuan untuk
masukan cairan dan dalam diet mengatur perawatan diri dan
serta latihan teratur. menghindari potensial, komplikasi,
reaksi/interaksi obat.
5) Meningkatkan kesejahteraan,
memudahkan pemulihan dan
memungkinkan pasien mentoleransi
pengobatan.
12

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Budi, Kusuma. 2001. Ilmu Patologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doenges, E.M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.Jakarta : EGC
FKUI. 2008. Kamus Kedokteran edisi 5. Jakarta : FKUI
Gale, Danielle RN,MS. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
Jakarta: CGC
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika.
Oswari. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Smeltzer, Suzanne C. 2012. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai