Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan
oleh manusia dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun
psikologi. Salah satunya adalah kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas
(Wartonah Tarwanto, 2008).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme
sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi
tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu
dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen
merupakan tugas perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus
paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta
mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem
respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali
individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan
dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini,
individu merasakan pentingnya oksigen.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui masalah
kebutuhan dasar dasar manusia khususnya masalah gangguan oksigenasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan
oksigenasi.
b. Mampu merumusukan diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan oksigenasi.
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan oksigenasi.
d. Mampu melakukan imlementasi pada klien denga gangguan
oksigenasi.
e. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan oksigenasi.

2
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan
untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300
cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan
dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan
fungsi respirasi yang adekuat.
Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam
proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel).
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen
yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi
stress pada miokardium.

B. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2013), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan,
kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif /

3
persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan
dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.

C. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran
oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2008).

D. Manifestasi Klinik
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan
untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan
kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis,
warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit
kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA,
2013). Berikut manifesatsi klinik dari oksigenasi :

4
1. Suara napas tidak normal.
2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5. Dispnea
6. Penurunan haluaran urin.
7. Penurunan ekspansi paru.
8. Takhipnea

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler.
4. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7. Fluoroskopi

5
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
8. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
F. Komlpikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dari ganguan pemenuhan oksigen adalah:
1. Penurunan kesadaran
2. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen bagi tubuh untuk
menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia bisa merupakan kondisi lanjutan
dari hipoksemia, yaitu rendahnya pasokan oksigen pada pembuluh darah
bersih (pembuluh arteri).
3. Disorientasi
4. Gelisah dan cemas

G. Penatalaksanaan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Suctioning
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien ( semi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Suctioning

6
H. Pengkajian Fokus
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Data Subjektif
1) Pasien mengeluh sesak saat bernafas
2) Pasien mengeluh batuk tertahan
3) Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
4) Pasien merasa ada suara nafas tambahan
b. Data Objektif
1) Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
2) Terdapat bunyi nafas tambahan
3) Pasien tampak bernafas dengan mulut
4) Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
5) Pasien tampak susah untuk batuk
2. Pola nafas tidak efektif
a. Data Subjektif
1) Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
2) Pasien mengatakan berat saat bernafas
b. Data Objektif
1) Irama nafas pasien tidak teratur
2) Orthopnea
3) Pernafasan disritmik
4) Letargi
3. Gangguan pernafasan gas
a. Data Subjektif
1) Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
2) Pasien mengeluh susah tidur
3) Pasien merasa lelah
4) Pasien merasa gelisah

7
b. Data Objektif
1) Pasien tampak pucat
2) Pasien tampak gelisah
3) Perubahan pada nadi
4) Pasien tampak lelah

I. Diagnoosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan:
a. Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau
influenza.
b. Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
c. Sumbatan jalan nafas karena benda asing
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan:
a. Lemahnya otot pernafasan
b. Penurunan ekspansi paru
3. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:
a. Perubahan suplai oksigen
b. Adanya penumpukan cairan dalam paru
c. Edema paru

J. Fokus Intervensi
Diagnosa yang diangkat:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum ditandai
dengan batuk produktif
a. Intervensi :Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas dan adanya secret.
Rasional :Pernafasan rochi, wheezing menunjukkan tertahannya secret
obstruksi jalan nafas
b. Intervensi :Berikan air minum hangat
Rasional :Membantu mengencerkan secret

8
c. Intervensi :Beri posisi yang nyaman seperti posisi semi fowler
Rasional :Memudahkan pasien untuk bernafas
d. Intervensi :Sarankan keluarga agar tidak memakaikan pakaian ketat
kepada pasien
Rasional :Pakaian yang ketat menyulitkan pasien untuk bernafas
e. Intervensi :Kolaborasi penggunaan nebulizer
Rasional :Kelembapan mempermudah pengeluaran dan mencegah
pembentukan mucus tebal pada bronkus dan membantu pernafasan
2. Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh ditandai dengan bradipnea
a. Intervensi :Kaji frekuensi pernafasan pasien.
Rasional :Mengetahui frekuensi pernafasan paasien
b. Intervensi :Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekpansi paru dan memudahkan
pernafasan
c. Intervensi :Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi yang benar
Rasional :HE dapat memberikan pengetahuan pada pasien tentang
teknik bernafas
d. Intervensi :Kolaborasikan dalam pemberian obat
Rasional :Pengobatan mempercepat penyembuhan dan memperbaiki
pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan paru
a. Intervensi :Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas dan adanya secret.
Rasional :Weezing atau mengindikasi akumulasi skeret /
ketidakmampuan membersihkan jalan nafas sehingga otot aksesori
digunakan dan kerja pernafasan meningkat.
b. Intervensi :Beri posisi yang nyaman seperti posisi semi fowler
Rasional :Memudahkan pasien untuk bernafas
c. Intervensi :Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai
kebutuhan

9
Rasional :Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
d. Intervensi :Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi yang benar.
Rasional :HE dapat memberikan pengetahuan pada pasien tentang
teknik bernafas.
e. Intervensi :Kolaborasikan terapi oksigen
Rasional :Memaksimalkan sediaan oksigen khususnya ventilasi
menurun

10
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. (2008). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta


Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.
Jakarta:EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan
Keperaweatan. Jakarta: Salemba Medika.

11

Anda mungkin juga menyukai