Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Cara Mencegah Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit


Hari / Tanggal :
Pukul :
Sasaran : Pengunjung Ruang Rawat Inap 18 RSSA Malang
Tempat : Ruang Rawat Inap 18 RSSA

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan tempat perawatan dan pengobatan untuk seseorang yang
mengalami gangguan kesehatan. Pasien yang datang dengan berbagai keluhan penyakit
bisa menyebabkan tempat ini dihinggapi banyak kuman dan virus. Jika pasien,
pengunjung, bahkan petugas medis rumah sakit kurang menjaga kebersihan diri maka
dikhawatirkan dapat terkena infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh.
Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada
didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau
auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya
(Soeparman, 2001).
Survey prevalensi yang dilakukan oleh WHO terhadap 55 rumah sakit di 14
negara mewakili 14 daerah WHO (Eropa, Mediterania timur, Asia Selatan – Timur, dan
Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien di rumah sakit menderita infeksi
nosokomial. Tingkat infeksi nosokomial di Asia dilaporkan lebih dari 40% (Alvarado
2000).
Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan
kelompok yang berisiko mendapat infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat terjadi melalui
penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada
pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien. Terlebih dengan adanya
penyakit seperti MRSA dan Mers yang dapat menginfeksi siapa saja dengan tingkat
penularan melalui kontak dan udara.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pengunjung Ruang Interne
Pria RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 27 Mei 2014, didapatkan bahwa 8 dari 10
pengunjung tidak mengetahui tentang infeksi yang didapat dari rumah sakit dan
pencegahannya. Oleh karena itu kelompok tertarik untuk memberikan penyuluhan
tentang cara mencegah infeksi nosokomial di Rumah Sakit.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang infeksi nosokomial, diharapkan
pasien dan keluarga memahami tentang pengertian, jenis, dan cara pencegahan
infeksi nosokomial.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang infeksi nosokomial, diharapkan
pasien dan keluarga memahami:
a. Pengertian infeksi nosokomial
b. Rantai penularan infeksi
c. Cara mencegah infeksi nosokomial

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
Cara pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit
2. Sasaran dan Target
Sasaran : Semua pengunjung yang datang ke Ruang Rawat Inap 18 RSSA
Malang
Target : Keluarga pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap 18 RSSA Malang
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
4. Media dan Alat
a. Leaflet
b. Laptop
c. Infocus
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat : Ruang Rawat Inap 18 RSSA Malang
6. Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab :
b. Moderator : Ria Rezki Oktavini M. Tabanal, S.Kep
c. Pemateri : Eko Ferry Darmawan, S.Kep
d. Observer :
e. Fasilitator :

7. Uraian Tugas
a. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
b. Moderator
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
3) Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
4) Menjelaskan kontrak waktu
5) Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
6) Mengarahkan alur diskusi
7) Memimpin jalannya penyuluhan
8) Meyimpulkan penyuluhan
9) Menutup acara
c. Fasilitator
1) Memotivasi peserta agar berperan aktif
2) Membuat absensi penyuluhan
3) Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan
d. Observer
1) Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
2) Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan

8. Setting Tempat
Ket :
: Presenter : Pembimbing

: audiens : Moderator

: Observer : Fasilitator

D. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan anggota kelompok  Mendengarkan
dan pembimbing
 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.  Memperhatikan
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan.
 Membuat kontrak waktu  Menyetujui kontrak
2. 20 menit Pelaksanaan :
 Menggali pengetahuan peserta tentang  Mengajukan pendapat
pengertian infeksi nosokomial
 Memberikan reinforcement positif atas  Mendengar dan
pendapat peserta memperhatikan
 Menjelaskan tentang pengertian infeksi  Mendengar dan
nosokomial memperhatikan
 Menggali pengetahuan peserta tentang  Mengajukan pendapat
rantai penularan infeksi
 Memberikan reinforcement positif atas  Mendengarkan
pendapat peserta
 Menjelaskan tentang rantai penularan  Mendengar dan
infeksi memperhatikan
 Menggali pengetahuan peserta tentang  Mengajukan pendapat
cara mencegah infeksi nosokomial
 Memberikan reinforcement positif atas  Mendengarkan
pendapat peserta
 Menjelaskan tentang cara mencegah  Mendengar dan
infeksi nosokomial memperhatikan
 Mendemonstrasikan cara mencuci  Mendengar dan
tangan yang benar memperhatikan
 Mengajak peserta untuk ikut serta  Ikut serta
mendemonstrasikan cara mencuci mendemonstrasikan
tangan yang benar mencuci tangan yang
benar
3. 10 menit Evaluasi :
 Memberi kesempatan peserta untuk  Mengajukan
memberikan pertanyaan pertanyaan
 Memberikan reinforcement pada  Mendengarkan
peserta yang mengajukan pertanyaan
 Menjawab pertanyaan peserta  Mendengarkan
 Moderator melakukan evaluasi tentang:  Mengajukan pendapat
 Pengertian infeksi nosokomial
 Rantai penularan infeksi
 Cara pencegahan infeksi nosokomial
 Moderator menyimpulkan materi
penyuluhan
 Moderator memberikan salam  Mendengarkan
 Menjawab salam

E. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Mahasiswa dan audien berada pada posisi yang sudah direncanakan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
c. Pre Planning telah disetujui
d. Audiens menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. Audiens mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai
d. Audiens berperan aktif selama kegiatan berjalan
3. Evaluasi hasil
Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan
:
a. Pengertian infeksi nosokomial
b. Rantai penularan infeksi
c. Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial
d. Peserta mampu mencobakan cara mencuci tangan dengan benar
Lampiran Materi Penyuluhan

INFEKSI NOSOKOMIAL

A. Pengertian
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial (Harrison,
2001).

B. Rantai Penularan Infeksi


Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata
rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen
yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah:
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah Mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit.
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada
manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina
3. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan dari mana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta
cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen
infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan
yaitu :
a. Kontak (contact transmission):
1) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab secara
fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasen
2) Indirect/Tidak langsung : kontak melalui objek (benda/alat) perantara: jarum,
kasa, tangan yang tidak dicuci
b. Droplet : partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar
pendek, tidak bertahan lama di udara, paling banyak pada mukosa bibir, hidung,
mulut.
c. Airborne : partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara, jarak
penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus
campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
d. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan
kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada
pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, tinja, makanan
e. Melalui Vektor : Serangga atau binatang lain yang dapat menularkan kuman
penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun kuman penyebab
pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang
pengerat.

5. Port of entry (Pintu masuk) adalah Tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu
(yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan, saluran pencernaan,
saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).

6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. Faktor
yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar
yang luas, trauma atau pembedahan. Sedangkan faktor lain yang mungkin
berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup,
pekerjaan dan herediter.
Anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun adalah yang paling rentan terinfeksi
nosokomial. Oleh sebab itu anak-anak dilarang membesuk orang yang sedang
dirawat inap di rumah sakit. Anak-anak usia ini daya tahan tubuhnya masih rendah
dan belum sempurna.

C. Pencegahan terjadinya Infeksi Nosokomial


Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi,
monitoring dan program yang termasuk:
1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan pasien kamar tersendiri
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu
pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang
penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan MRSA, yang
mengakibatkan kontaminasi berat. MRSA dan Staph lain bisa menyebabkan
infeksi dengan memasuki tubuh lewat kulit terbuka atau arus darah. Orang yang
mempunyai masalah kesehatan seperti kencing manis atau sistem ketahanan buruk
– atau yang kulitnya terbuka karena luka, baru dioperasi atau penyakit kulit, lebih
cenderung terkena infeksi Staph. MRSA bisa menyebabkan infeksi kulit seperti
bisul, infeksi di bawah kulit, serta infeksi yang lebih parah pada tulang, darah,
paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Sedangkan penularan yang melibatkan virus,
contohnya HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti
leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar
dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan
di dalam ruang isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup
dengan ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam
satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita
melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama
mereka menderita penyakit yang sama (Suwarni, 2001)
b. Gaun, menggunakan dan lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan
Baju khusus (gaun) juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama
kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin
dan feses, serta melindungi pasien dari mikroorganisme yang menempel pada
tubuh pengunjung yang berasal dari luar rumah sakit.
c. Batasi kontak saat memindahkan pasien
d. Mencuci tangan
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan
mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Kepatuhan
terhadap kebersihan tangan merupakan pilar pengendalian infeksi. Teknik yang
digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai antiseptik, dan air
mengalir atau handrub berbasis alkohol.
Kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk mencegah transmisi
penyebab infeksi (orang ke orang;objek ke orang). Banyak penelitian
menunjukkan bahwa cuci tangan menunjang penurunan insiden MRSA.
Waktu mencuci tangan :
 Segera setelah tiba di rumah sakit
 Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien
 Sebelum dan sesudah kontak pasien atau benda yang terkontaminasi cairan
tubuh pasien
 Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
 Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
 Sesudah ke kamar kecil
 Sesudah kontak darah atau cairan tubuh lainnya
 Bila tangan kotor
 Sebelum meninggalkan rumah sakit
 Segera setelah melepaskan sarung tangan
 Segera setelah membersihkan sekresi hidung
 Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
Cara mencuci tangan 6 langkah :

 Buka semua perhiasan, basuh tangan dengan air, tuangkan sabun atau cairan
antiseptic ke telapak tangan, lalu gosok dengan cara memutar berlawanan
dengan arah jarum jam
 Gosok punggung tangan kiri dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan. Dan lakukan sebaliknya
 Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jariJari-jari sisi dalam kedua tangan
saling mengunci dan saling digosokkan
 Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan
 Gosok ibu jari tangan kiri dengan gerakan memutar dalam genggaman tangan
kanan. Dan lakukan sebaliknya.
 Gosokkan ujung-ujung kuku tangan kanan pada telapak tangan kiri dengan
cara memutar. Dan lakukan sebaliknya. Bilas tangan denga air mengalir.
Keringkan dengan tisu sekaali pakai, gunakan tisu bekas untuk menutup
keran.

2. Kewaspadaan transmisi udara


a. Menggunakan Masker
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara.
Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus
menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita. Begitu juga dengan
pengunjung, pengunjung disarankan menggunakan masker sebagai cara
untuk mencegah terhadap infeksi atau penularan selama di rumah sakit.

b. Etika Batuk
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup
hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak menyebar
ke udara dan tidak menular ke orang lain
Etika batuk :
 Bila merasa akan batuk atau bersin, segeralah berpaling/menjauh sedikit
dari orang-orang disekitar
 Kemudian tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan tissue /
saputangan atau lengan dalam baju
 Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah;
 Cucilah tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau gel
pembersih tangan; dan
 Bila perlu gunakan masker.

DAFTAR PUSTAKA
Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired infection. Science Press limited,
Cleveland Street, London; 1995
Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No
382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI
Depkes RI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Pelayanan Kesehatan.
Depkes RI: Ditjen Bina Yan Med
_____. 2007. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 270/MENKES/2007.
Jakarta: Depkes RI
Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition.
World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and
Response; 2002
Notoatmodjo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta
Siegel JD et al. and HICPAC CDC. 2007. Guideline for Isolation Precaution: Preventing
Transmission of Infectious Agent in Healthcare Setting. CDC hal 1-92
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001
Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan
Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita
Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun
1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial,
Yogyakarta; 2001
Wenzel. Infection control in the hospital,in International society for infectious diseases,
second ed, Boston; 2002

Anda mungkin juga menyukai