Table of Contents
Daftar Isi ............................................................................................................................. i
Daftar Gambar ................................................................................................................. iii
Daftar Tabel ......................................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... v
A. Latar Belakang ...................................................................................................... v
B. Tujuan ....................................................................................................................vi
1. Tujuan Umum ...................................................................................................vi
2. Tujuan Khusus ..................................................................................................vi
C. Waktu dan Tempat ...............................................................................................vi
II. KEADAAN UMUM INSTITUSI ...............................................................................vii
A. Sejarah dan Profil PT. Solder Indonesia ...........................................................vii
B. Visi dan Misi PT. Solder Indonesia ................................................................... viii
C. Struktur Organisasi ............................................................................................ viii
D. Penjelasan Struktur Organisasi PT. Solder Indonesia ......................................ix
III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ xii
A. Deskripsi Komoditi .................................................................................................. xii
1. Timah ................................................................................................................ xii
2. Tembaga........................................................................................................... xiv
3. Timbal ............................................................................................................... xv
B. Tempat Peleburan ............................................................................................... xvi
C. Instrumentasi Optical Emission Spektrofotometri ......................................... xvii
IV. BAHAN DAN METODE PERCOBAAN ................................................................ xx
A. Waktu dan Tempat .............................................................................................. xx
B. Bahan dan Alat ..................................................................................................... xx
1. Bahan ................................................................................................................ xx
2. Alat .................................................................................................................... xx
C. Metode Penelitian................................................................................................. xx
D. Cara Kerja ............................................................................................................ xx
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. xxii
A. Hasil..................................................................................................................... xxii
i
B. Pembahasan ....................................................................................................... xxiii
VI. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... xxv
A. Simpulan ............................................................................................................. xxv
B. Saran ................................................................................................................... xxv
Daftar Pustaka .............................................................................................................. xxvi
LAMPIRAN................................................................................................................. xxviii
Daftar Gambar
1. Struktur organisasi PT Solder Indonesia…………………………………………………..5
2. Timah ……………………………………………………………………………………………………..10
3. Tembaga………………………………………………………………………………………………….11
4. Timbal……………………………………………………………………………………………………..12
5. Tempat Peleburan…………………………………………………………………………………..12
Daftar Tabel
1. Hasil Pengujian Impurities sampel logam SC07……………………………………………………... 18
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara sangat kaya akan hasil timah ingot,
Indonesia adalah exportir timah terbesar didunia, sekitar 95% quantity
timah ingot dalam negri di export dan hanya sisanya konsumsi dalam
negri. Solder adalah salah-satu produk hilir timah, industri solder global
keseluruhan menyerap lebih dari 50% produksi timah dunia, dan tambahan
lebih dari 80% produk daur ulang timah dunia. Varian produk solder
sangat banyak, dari banyak varian tersebut dapat dikelompokkan dalam
tiga kategori . Low Technical Content: Solder Bar, Anode, Solid Solder
Wire, dan produk solder sejenisnya. Medium Technical Content: Cored
Flux Solder Wire, Pre Form Solder, dan produk solder sejenisnya. High
Technical Content: Solder Powder, Solder Paste, BGA, dan produk solder
sejenisnya.
Pemerintah telah mengeluarkan peringatan untuk industri elektronik
mengenai pengarahan tentang pembatasan penggunaan 6 unsur bahan
berbahaya (six hazardous Materials) pada peralatan listrik (elektrik) dan
elektronik. Keenam unsur berbahaya yang dibatasi yakni Cadmium ( Cd )
maksimal 75 ppm, timbal ( Pb ) maksimal 1000 ppm, merkuri ( Hg )
maksimal 1000 ppm, chromium ( Cr ) maksimal 1000 ppm,
polybrominated biphenyl ( PBB ) maksimal 1000 ppm, polybrominated
diphenyl ether ( PBDE ) maksimal 1000 ppm. Dalam peraturan Restriction
Of Hazardous Substances Directive atau biasanya disingkat
dengan RoHS Directive ini dikeluarkan dan disepakati oleh Negara-negara
Eropa pada bulan Februari 2003 dan mulai berlaku di Indonesia pada
tanggal 1 Juli 2006.
Tujuan utama dari RoHS adalah untuk memberikan kontribusi pada
perlindungan lingkungan dan kesehatan manusia. Dengan adanya
peraturan tentang pengarahan RoHS, produsen peralatan Elektrik dan
Elektronik yang ingin memasarkan produknya ke Negara-negara di Eropa
harus dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan oleh
Pengarahan RoHS yaitu menghindari penggunaan ke-enam unsur bahan
berbahaya.
Standar lain yang digunakan untuk industri elektronik yaitu standar
IPC. IPC diakreditasi oleh American National Standards Institute (ANSI)
sebagai organisasi pengembangan standar dan dikenal secara global untuk
standarnya. IPC menerbitkan standar penerimaan yang paling banyak
digunakan di industri elektronik. Pada penelitian ini akan dilakukan
analisis komposisi logam lead free SC07 dengan menggunakan metode
optical emission spectrofotometri (OES).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan, membandingkan dan menelaah ilmu pengetahuan
yang didapat selama perkuliahan di Universitas Nusa Bangsa, serta
melatih menyesuaikan diri dengan kondisi di lapangan sehingga
menjadi terampil.
2. Tujuan Khusus
Melakukan pengujian impuritis logam lead free SC07
menggunakan metode optical emission spectrofotometri (OES), untuk
mengetahui impuritis logam.
C. Waktu dan Tempat
Kerja Praktik (KP) dilakukan selama 2 bulan terhitung dari bulan Juli
sampai Agustus 2017 yang bertempatkan di PT. Solder Indonesia di
laboratorium pengawasan mutu.
II. KEADAAN UMUM INSTITUSI
C. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang baik sangat berpengaruh dalam suatu
perusahaan, semakin besar perusahaan maka semakin kompleks organisasi
didalamnya mulai dari susunan dan hubungan antara tiap bagian serta
posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan
diinginkan.
Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan
aktivitas dan fungsi yang dibatasi. Dalam struktur Organisasi yang baik
harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa, jadi
ada satu pertanggung jawaban apa yang akan dikerjakan. Tentu saja
struktur organisasi bukan hanya sekedar jabatan akan tetapi seluruh
karyawan yang bekerja di perusahaan harus mempunyai tanggung jawab
dengan pekerjaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan lebih
mudah. Struktur organisasi merupakan gambaran secara skematis yang
menjelaskan tentang pembagian kerja, hubungan kerja, wewenang serta
tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dimiliki.
STRUKTUR ORGANISASI
KOMISARIS
KOMITE AUDIT
DIREKSI
PERAWATAN
A. Deskripsi Komoditi
Dalam kimia, sebuah logam atau metal adalah material (sebuah unsur,
senyawa, atau paduan) yang biasanya keras tak tembus cahaya, berkilau, dan
memiliki konduktivitas listrik dan termal yang baik. Logam umumnya liat
yaitu dapat ditempa atau ditekan permanen hingga berubah bentuk tanpa
patah atau retak dan juga fusibel (bisa dilelehkan) dan ulet (dapat ditarik
hingga membentuk kawat halus). Sekitar 91 dari 118 unsur dalam tabel
periodik adalah logam, sisanya adalah nonlogam atau metaloid. Beberapa
unsur menunjukkan sifat baik logam dan nonlogam sekaligus.
Astrofisikawan menggunakan istilah "metal" untuk menjelaskan secara
kolektif seluruh unsur selain hidrogen dan helium, dua unsur paling
sederhana, dalam suatu bintang. Bintang memfusi atom-atom yang lebih
kecil, sebagian besar hidrogen dan helium, untuk membuat atom yang
lebih besar selama masa hidupnya. Dalam pengertian itu, metalisitas suatu
objek adalah proporsi dari materi yang menyusun seluruh unsur kimia
yang lebih berat, tidak hanya logam-logam tradisional. Banyak unsur dan
senyawa yang tidak diklasifikasikan secara normal sebagai logam menjadi
logam pada tekanan tinggi; ini terbentuk sebagai alotropi metalik dari non
logam.
1. Timah
Timah adalah unsur kimia yang didalam table periodic ditandai
dengan symbol Sn ( Stanum ) nomor atom 50 golongan IV A. Timah
memiliki berat jenis 7,3 g/cm3 serta memiliki sifat konduktivitas
panas dan listrik yang tinggi. Timah dapat ditempa dan liat pada suhu
biasa, tetapi pada suhu rendah menjadi keras karena berubah menjadi
suatu modifikasi alotropi yang berlainan (Svehla G, 1985).
Logam timah dilebur pada suhu 232℃, timah adalah logam putih
dengan warna kekuning-kuningan. Kegunaan utamanya adalah dalam
pembuatan pelat-pelat timah, terutaa pada industry pengalengan dan
sebagai bahan campuran untuk logam bantalan. Dan tentu saja,
digunakan untuk membuat solder lunak (George L, 1986).
Bijih utamanya adalah batu timah, ditemukan di Devon dan
Cornwall dan ditempat-tempat lain di dunia walaupun sumber
utamanya terdapat di Malaya. Pertama tama bijih tersebut
dihancurkan dan kotoran-kotoran kecilnya dibersihkan dengan
mencucinya, setelah itu dipanggang untuk membersihkan belerang
dan arsenik. Setelah dibersihkan lalu dipanaskan dengan dicampur
antrasit bubuk dan kapur dalam dapur aduk, logam kasarnya ditarik
keluar dan masuk cetakan. Pembersihan dilakukan dengan jalan
meleburnya lagi untuk menghilalngkan kotoran – kotoran sisa, dengan
pengadukan, terak-terak akan naik ke permukaan untuk dibersihkan.
Suatu karakteristik yang menarik daripada timah adalah bunyi
crinkling ( pengkerutan ) yang aneh dan dikenal dengan tangisan
timah ( tin cry ) yang bisa didengar bila logam tersebut dibengkokan
didekat telinga. Bunyi ini terdengar sewaktu terjadi deformasi Kristal
(George L, 1986).
Timah sendiri terbentuk sebagai endapan primer pada batuan
granit dan pada daerah lapisan batuan metamorf yang biasanya
berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah. Serta endapan
sekunder , yang didalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial
dan kolovium. Adapun terjadinya biji timah pada umumnya karena
adanya instrusi batuan granitic pada fasa pneumatolytik. Pada
pelapukan dan konsentrasi mekanik menimbulkan pembentukan
endapan – endapan timah putih alluvial dan elluvial yang di Indonesia
dikenal dengan sebutan biji kulit dan kakas (Sanusi, Bachrawi, 1984).
(Sumber: Vliet, 1984)
Gambar 2. Timah
2. Tembaga
Tembaga adalah unsur kimia dengan simbol Cu dengan nomor
atom 29, yang diketemukan sebagai bijih tembaga yang masih
bersenyawa dengan zat asam, asam belerang atau bersenyawa dengan
kedua zat tadi. Sebuah tembaga logam ini termasuk logam berat non
ferro (logam dan paduan yang tidak mengandung Fe dan C sebagai
unsur dasar) yang memiliki sifat penghantar listrik dan panas yang
tinggi, keuletan yang tinggi dan sifat tahanan korosi yang baik .
Sehingga produksi tembaga sebagian besar dipakai sebagai kawat
atau bahan untuk menukar panas dalam memanfaatkan hantaran
listrik dan panasnya yang baik. Biasanya dipergunakan dalam bentuk
paduan, karena dapat dengan mudah membentuk paduan dengan
logam – logam lain diantaranya dengan logam Pb dan logamSn (Van
Vliet,et.all.,1984).
Tembaga adalah salah satu logam yang paling penting di dunia
dan diolah dalam keadaan murni., dalam bentuk campuran-campran
dan sebagai elemen tambahan untuk mengubah sifat dari logam yang
lain. Sifat tersebut seperti pengahantar panas dan listrik yang baik,
kekenyelan dan keuletannya, kesiapannya untuk membentuk
campuran-campura, dan ketahananya terhadap efek korosi dari udara
melalui formasi dari suatu lapisan oksida. Tembaga ditambang di
banyak Negara tetapi paling banyak di Amerika, Zambia, Canada,
Chili, Kongo, Belgia, Jerman, Spanyol, Australia, Afrika Selatan. Di
Inggris ditambang dalam jumlah sedikit sekali. Bijih ditemukan
dalam beberapa bentuk, yang paling murni adalah pyrites (George L,
1986).
3. Timbal
Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang
sering juga disebut dengan istilah timah hitam. Timbal memiliki titik
lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif
sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul
perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu
kebiruan mengkilat dan memiliki bilangan oksidasi +2 (Sunarya,
2007). Timbal mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20.
Titik leleh timbal adalah 1740 0C dan memiliki massa jenis 11,34
g/cm3 (Widowati, 2008). Logam timbal adalah yang terberat
dibanding logam-logam biasa. Palar (1994) mengungkapkan bahwa
logam Pb pada suhu 500-600 0C dapat menguap dan membentuk
oksigen di udara dalam bentuk timbal oksida (PbO). Timbal
mempunyai titik lebur yang rendah 330℃ dan merupakan komponen
pokok pada sejumlah paduan misalnya untuk solder dan kaleng
(George L, 1986).
(Sumber: Vliet, 1984)
Gambar 4. Timbal
B. Tempat Peleburan
Proses pemaduan logam CuPbSn menggunakan tanur kruss atau
krussible. Seperti gambar berikut
2. Alat
Alat yang diguanlan dalam pengujian adalah Instrumen Optical
Emission Spektrometry Q8 Magellan , cetakan ring, tungku peleburan,
bubutan.
C. Metode Penelitian
Proses produksi bisa lanjut pada tahap berikutnya yaitu pencetakan,
setelah bahan dilakukan analisis komposisi logam (SC07) dengan
instrument Optical Emisson Spektromethry Q8 Magellan. Hasil impuritis
dicocokan dengan standar, bila masuk dalam standar bahan dapat
dinyatakan ok.
D. Cara Kerja
1. Pengecekan MBH
MBH ( standar metode ) dilakukan pembacaan sebanyak tiga kali
sampai didapatkan hasil yang stabil. Hasil yang didapat dicocokan
dengan COA MBH.
2. Pembuatan Ring Sampel
Campuran logam yang telah ditimbang dan telah diformulasikan oleh
formulator, kemudian dimasukan kedalam tungku peleburan dengan
suhu 350℃. Dilakukan pengadukan sampai semua logam tercampur
merata. Setelah mencair dan logam telah homogen, dilakukan
sampling untuk dicetak dalam bentuk ring sampel.
3. Pengujian Sampel
Bagian permukaan ring sampel dihaluskan dengan alat bubut.
Kemudian ring sample diuji dengan alat Optical Emission
Spektrometry Q8 Magellan. Dengan method Sn140 pembacaan
dilakukan sebanyak tiga kali sampai didapatkan pembacaan yang
stabil, dan sampel ditembak di tempat permukaan yang berbeda
secara acak.
4. Pengolahan Data
Data yang didapat dalam bentuk persen. Kemudian dicocokan dengan
standar , bila telah memenuhi standar sampel bisa dinyatakan OK oleh
pihak QC.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan analisis pengujian pada sampel logam timah SC07 diperoleh
data sebagai berikut
Tabel 1. Hasil Pengujian Impurities Logam SC07
Standar
Rata-
IPC Std
Unsur Hasil ( % ) Rata ( %
J-STD- ROHS
)
006C
1. 99,18
Sn 99,3 % - 2. 99,20 99,19
3. 99,18
1. 0,0275
Pb 0,07 % 0,1 % 2. 0,0257 0,0265
3. 0,0262
1. 0,7586
0,6 –
Cu - 2. 0,7353 0,7509
0,8%
3. 0,7588
1. 0,0020
Ag 0,10% - 2. 0,0020 0,0020
3. 0,0020
1. 0,0192
Ni 0,01 % - 2. 0,0189 0,0191
3. 0,0193
1. 0,0027
P - - 2. 0,0037 0,0030
3. 0,0025
1. 0,0008
Ge - - 2. 0,0010 0,0009
3. 0,0009
1. 0,0023
Fe 0,02 % - 2. 0,0020 0,0023
3. 0,0025
1.<0,0002
Sb 0,20 % - 2. <0,0002 <0,0002
3.<0,0002
1. 0,0070
Bi 0,10 % - 2. 0,0069 0,0070
3. 0,0070
1. 0,0008
Zn 0,003 % - 2. 0,0009 0,0009
3. 0,0009
1.<0,0001
Al 0,005 % - 2. <0,0001 <0,0001
3. <0,0001
1. 0,0027
As 0,03 % - 2. 0,0043 0,0036
3. 0,0037
1. 0,0001
0,0075
Cd 0,002 % 2. 0,0001 <0,0001
%
3. 0,0001
B. Pembahasan
Metode yang digunakan dalam pengujian dengan alat optical emission
spectrometry yaitu Sn140. Metode tersebut merupakan metode yang
digunakan untuk logam lead free dengan konsentrasi Cu < 2,0 %. Sebelum
dilakukan pengujian, hal yang harus dilakukan yaitu pengecekan intensitas
pembacaan dengan standar MBH 74 X Ha. MBH merupakan standar yang
telah diketahui komposisi unsurnya. MBH 74 X Ha khusus untuk metode
Sn 140. Bila hasil pembacaan standar sesuai dengan COA MBH 74 X HA
maka dapat disimpulkan bahwa instrument dalam kondisi baik dan bisa
digunakan.
Dari data table 1, bahwa hasil pengujian sampel SC07 memenuhi
syarat standar IPC dan ROHS. Dengan hasil Pb sebesar 0,0265 % yang
berarti aman untuk lingkungan dan kesehatan manusia karena memenuhi
standar ROHS. Pengujian dengan alat Optical Emission Spektrometry
tidak memerlukan waktu yang lama dan sampel tidak memerlukan
preparasi. Sampel timah yang telah dibentuk ring sample hanya dibubut
saja untuk menghaluskan permukaan.
Faktor-faktor kesalahan yang dapat mempengaruhi pembacaan
dengan instrument optical emission spectrometry :
1. Kotornya instrument
Pengotor berupa serbuk timah yang menempel pada keramik, shutter
dan plat. Hal tersebut dapat mempengaruhi pembacaan. Untuk
menghindari salahnya dalam pembacaan dilakukan pembacaan MBH
dan mencocokannya dengan COA. Biasanya bila instrument sudah
kotor bunyi yang dihasilkan agak tersendat. Tindakan yang harus
dilakukan yaitu membongkar dan membersihkannya dengan alhohol
96% dan brasco.
2. Tidak homogenya
Tidak homogennya campuran logam dalam tungku peleburan
menyembabkan pembacaan yang salah. Untuk menghindari hal
tersebut bila hasil pembacaan terdapat unsur yang tidak memenuhi
standar, lakukanlah sampling sebanyak 2 kali dan dilakukan
pengadukan sampai semua campuran logam merata dengan sempurna.
3. Gas Argon
Selalu perhatikan tekanan yang terdapat dalam Gas Argon, karena
bila tekanannya sudah habis dapat mempengaruhi pembacaan. Segera
ganti dengan yang baru bila Gas Argon sudah habis. Gas Argon
merupakan sumber pengeksitasi atom.
Beberapa unsur seprti Fe, Cu, Ni, dan Zn dapat dilakukan treatment (
perlakuan ) bila unsur tersebut tidak memenuhi standar atau hasil diatas
standar yang ditentukan. Untuk logam Cu persentase Cu dapat diturunkan
dengan penambahan belerang dan penurunan suhu. Untuk logam Fe dapat
dilakukan pengendapan dengan menurunkan suhu juga bisa dilakukan
dengan penambahan NaOH, apabila kadar Fe ini tinggi akan
mengakibatkan tampilan hitam pada timah solder, selain itu kandungan Fe
yang tinggi yang tinggi dalam timah solder mengakibatkan kekentalan
meningkat. Sehingga pada pengaplikasiannya timah solder sulit untuk
menempel pada material yang dikenakan. Tembaga pada timah memiliki
fungsi mengurangi degradasi ujung pada besi solder yang digunakan pada
proses soldering.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pengujian komposisi timah SC07 dengan menggunakan Optical
Emission Spektrometry didapatkan hasil unsur Pb sebesar 0,0265 % dan
Cu 0,7509, dengan membandingkan hasil diatas dengan Standar IPC dan
ROHS maka timah SC07 dinyatakan bagus karena hasil yang diperoleh
memenuhi syarat .
B. Saran
Dalam analisa timah SC07 hal yang perlu dperhatikan adalah
homogennya campuran logam , kebersihan instrument, dan intensitas
pembacaan instrument yang perlu diperhatikan. Karena hal tersebut dapat
mempengaruhi pembacaan.
Daftar Pustaka
Van Vliet, G.L.J.; Haroen (Alih Bahasa), 1984, Teknologi untuk Bangunan Mesin
Bahan-bahan I, Cetakan ke-1, Jakarta: PT Erlangga.
Tata Surdia, Prof : Kenji Chijiiwa, 1991. Teknik Pengecoran Logam. Jakarta :
Pradnya Paramitha.
The American Society for Testing and Materials, 2012, ASTM E1086-08,
Standard Test Method for Optical Emission Vacum Spectrometric Analysis
of Stainless by the Point to Plane Excitation Technique, ASTM
International, pp. 1-10, PA, USA.
Pengambilan sampel.
Sampel dicetak dalam ring
sampel.
Pengolahan Data
Lampiran 2. Hasil Pengujian Standar MBH 74 X Ha
Lampiran 3. Standar MBH 74 X Ha
Lampiran 4. Hasil Pengujian Sampel Timah SC07
Lampiran 5. Standar IPC J-STD 006