Anda di halaman 1dari 11

Profesi berasal dari bahasa latin ”proffesio” yang mempunyai dua pengertian, yaitu janji / ikrar dan

pekerjaan. Dalam arti sempit, profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan
sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Dalam arti luas, profesi
adalah kegiatan apa saja dan siapa saja untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian
tertentu (Yunita Maria Yeni, M, 2006).

Suatu profesi mengandung makna penyerahan dan pengabdian penuh pada suatu jenis pekerjaan yang
mengimplikasikan tanggung jawab pada diri sendiri, masyarakat, dan profesi (Dedi Supriadi, 1998 : 96 –
100).

Menurutnya, ciri-ciri pokok profesi : (1) pekerjaan itu memiliki fungsi dan signifikansi sosial karena
diperlukan untuk pengabdian kepada masyarakat. Jadi profesi mutlak memerlukan pengakuan
masyarakat, (2) menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama
dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan,
(3) didukung oleh suatu disiplin ilmu, bukan sekedar common sense, (4) ada kode etik yang menjadi
pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik, dan (5)
sebagai konsekwensi layanan yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi memperoleh
imbalan finansial atau materiil.

Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri profesi tersebut, maka guru dapat dikategorikan sebagai profesi.
Profesi guru pada saat ini masih merupakan sesuatu yang ideal bila dibandingkan dengan profesi pada
bidang lain (Mohamad Ali, 1985 : 13). Bila profesi lain menjalankan tugasnya selalu dilandasi
kemampuan dan keahlian yang ditunjang dengan konsep dan teori yang pasti, maka profesi guru tidaklah
demikian. Kenakalan antara satu peserta didik dengan yang lainnya, memerlukan penanganan yang
berbeda.

Dengan adanya pengukuhan guru sebagai profesi, maka guru dituntut untuk ikut mereformasi
pendidikan, memanfaatkan semaksimal mungkin sumber-sumber belajar di luar sekolah, merombak
struktur hubungan guru dan peserta didik, menggunakan teknologi modern dan menguasai IPTEK,
kerjasama dengan teman sejawat antar sekolah, serta kerjasama dengan komunitas lingkungannya.
Pengertian Profesi Guru

Profesi guru adalah termasuk profesi tua di dunia. Pekerjaan mengajar telah ditekuni oleh sejak lama.
Perkembangan profesi guru sejalan dengan perkembangan masyarakat[1] . Dalam Undang–Undang
No.14/2005 dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip–prinsip yaitu:

a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism

b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlaq mulia

c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

d) Memiliki kompotensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

e) Memilki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan

f) Memperoleh penghasilan yang sesuai ditentukan sesuai dengan profesi kerja

g) Memilki kesempatan untuk mengembangkan keprofesioanal secara berkelanjutan dengan belajar


sepanjang hayat

h) Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam menjalankan tugas keprofesionalan

i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal – hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan pendidik guru.

Bila memperhatikan substansi UU No. 14 / 2005 dan kecenderungan animo masyarakat terhadap profesi
guru dalam tahun terakhir (2005 – 2009) menunjukan semakin meningkat. Jika sebelumnya profesi ini
banyak digeluti kalangan berlatarbelakang atas social ekonomi menengah kebawah, kini, profesi ini mulai
diminati sebagian kalangan social ekonomi menengah. Perubahan kecenderungan minat menjadi
pendidik atau guru terlepas dari alasan dan factor yang mendorongnya, seperti; adanya perbaikan
kesejahteraan guru setelah memperoleh sertifikasi guru, sesuai dengan Undang – Undang No.14 / 2005.

Kata ‘’ profesional’’ berasal dari kata sifat yang bersifat pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti
orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan
yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersipakan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakuakan oleh mereka yang karena tidak dapat
memperoleh pekerjaan lain.
Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau denagn kata lain, guru professional adalah
orang yang terdidik dan terlatih dengan yang baik, serta memilki pengalaman yang kaya di bidangnya.
Ciri – ciri pekerjaan dapat disebut sebagai profesi.

Setidak – tidaknya ada lima hal suatu pekerjaan dapat dibilang sebagai sebuah profesi:

a) Adanya pengakuan oleh masyarakat dan pemerintah mengenai bidang layanan tertentu, dan hanya
dapat dilakukan oleh mereka yang mempunyai keahlian

tertentu pula.

b) Bidang ilmu pengetahuan yang menjadi landasan teknik prosedur kerja yang unik yang memilki
karakteristik yang berbeda dengan bidang pekerjaan lainnya.

c) Memerlukan proses persiapan yang sengaja dan sistematika sebelum orang mengerjakan professional
tersebut.

d) Memilki mekanisme yang diperlukan untuk melakukan seleksi secara efektif.

e) Memilki organisasi profesi yang dapat melindungi anggotanya, serta berfungsi untuk menyakinkan
pihak lain yang terkait bahwa para anggota profesi tersebut dapat menyelenggarakan layanan keahlian
yang terbaik.

Profesionalisme guru didukung oleh tiga hal yang amat sangat penting, tiga hal tersebut adalah keahlian,
komitmen dan keterampilan. Untuk dapat meningkatkan tugasnya dengan baik pemerintah serta
memperbarui Undang – Undang tentang keguruan baik secara langsung maupun yang diatur dalam
Permendiknas. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan khusus dan sering
kali juga persiapan akademis yang intensif dan lama. Etika profesi adalah semacam standar aturan
perilakudan moral, yang mengikat tertentu.Ruang gerak seorang profesional ini akan diatur melalui etika
profesi yang distandarkan dalam bentuk kode etik profesi. [2]

Profesi Guru

Guru dilihat dari beberapasisi keguruan sebagai berikut:

1. Jabatan Guru Sebagai Suatu Profesi

Jabatan guru dapat dikatakan sebuah profesi karena menjadi seorang guru dituntut suatu keahlian
tertentu (meng-ajar, mengelola kelas, merancang pengajaran) dan dari pekerjaan ini se- seorang dapat
memiliki nafkah bagi kehidupan selanjutnya. Hal ini berlaku sama pada pekerjaan lain. Namun dalam
perjalanan selanjutnya, mengapa profesi guru menjadi berbeda dari pekerjaan lain. Menurut artikel “The
Limit of Teaching Proffesion,” profesi guru termasuk ke dalam profesi khusus selain dokter, penasihat
hukum.
2. Profesi sebagai Keahlian khusus

Kekhususannya adalah bahwa hakekatnya terjadi dalam suatu bentuk pelayanan manusia atau
masyarakat. Orang yang menjalankan profesi ini hendaknya menyadari bahwa ia hidup dari padanya, itu
haknya; ia dan keluarga-nya harus hidup akan tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah
hidup itulah yang menjadi motivasi utamanya, melainkan kese- diaannya untuk melayani sesama. Kedua,
para guru dituntut untuk memiliki keahlian profesi yang terukur dan teruji sesuai fungsi dan perannya.
Keahlian profesi guru dalam hal penguasaan materi pengetahuan, penguasaan kemampuan ajar dan
pengembangan bahan ajar, berinteraksi dengan anak didik-guru-masyarakat sesuai kapasitas yang
dimiliki. Ketiga, para guru dituntut untuk memiliki kompetensi profesi. Yakni dalam hal skill atau
kemampuan sebagai pengajar dan pendidik yang cakap membimbing siswa dalam menyerap dan
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam dinamika kehidupan_nyata. [3]

3. Guru sebagai profesi yang luhur

Di lain pihak profesi guru juga disebut sebagai profesi yang luhur. Dalam hal ini, perlu disadari bahwa
seorang guru dalam melaksanakan profesinya dituntut adanya budi luhur dan akhlak yang tinggi. Mereka
(guru) dalam ke-adaan darurat dianggap wajib juga membantu tanpa imbalan yang cocok. Atau dengan
kata lain hakikat profesi luhur adalah pengabdian kemanusia-an.

4. Di fasilitasi oleh pemerintah sebagai wujud apresiasi

Untuk mewujudkan guru sebagai profesi, pemerintah – khususnya pembuat kebijakan dan otoritas
pendidikan – memiliki tanggung jawab yang berat, yakni berkewajiban memfasilitasi proses dan aktivitas
pengembangan keahlian profesi guru melalui kegiatan pelatihan (workhsop), penyebaran informasi,
penyuluhan dan pembimbingan akademik dan karier. Andaikata kelak UU Sisdiknas menyatakan 20%
pengeluaran APBN diperuntukkan bagi bidang pendidikan, maka pengalokasiannya lebih untuk kegiatan
pengembangan keahlian profesi guru ketimbang untuk peningkatan tunjangan gaji.

5. Tidak mudah untuk menjadi seorang profesioanl

Kalau kita bandingkan dengan profesi guru dengan profesi terhormat lainnya, seperti dokter, pengacara,
dan akuntan, maka kita akan melihat betapa besarnya perbedaan profesi guru dengan profesi lainnya itu.
Lazim diketahui bahwa untuk menjadi seorang dokter, pengacara, dan akuntan, misalnya, membutuhkan
proses yang panjang dan waktu yang lama. Mereka harus mengikuti berbagai jenis jenjang pendidikan
formal, praktek lapangan, atau magang dalam waktu tertentu di bidangnya masing-masing. Bahkan, di
negara-negara maju, seperti Jerman dan Amerika, konon untuk mendapatkan status guru seseorang
harus magang di lembaga pendidikan minimal dua tahun.

6. Guru yang berkompeten

Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan diperjelas oleh Permendiknas Nomor 16
Tahun 2007, guru sebagai sebuah profesi harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik; guru harus
menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, empational, dan intelektual.
Selain itu, dituntut menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik dan teknik
penilaian, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampunya,
memanfaatkan teknologi informasi, komunikasi ,dan media untuk kepentingan penyelenggaraan
kegiatan pengembangan yang mendidik.

7. Adanya sertifikasi pendidik

Selanjutnya disebutkan pula bahwa sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan, dan Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi atau ditunjuk
pemerintah. Dampak dari kepemilikan sertifikasi pendidikan, maka guru akan memperoleh penghasilan
di atas kebutuhan minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) meliputi gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang
ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. Selanjutnya
Pemerintah memberikan tunjangan profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) kepada
guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, dan pemberian tunjangan profesional tidak
membedakan antara guru yang diangkat pemerintah maupun masyarakat.

8. Adanya UU yang mengatur tentang profesi guru

Selain itu, UU tersebut akan dapat mengangkat marwah dan martabat guru secara hakiki, karena selama
ini andil dan kontribusi guru di dalam mencerdaskan anak negeri ini sepertinya dipandang sebelah mata,
dan memandang profesi guru sebagai profesi biasa. UU guru dan dosen, seperti Pasal 8 menyatakan
bahwa : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sertifikasi pendidikan
akan dapat diperoleh bilamana guru telah memiliki kualifikasi akademis minimal S-1/D-IV sejak
pendidikan anak usia dini sampai pendidikan menengah. Kemudian guru juga harus memiliki kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional, sebagaimana dipersyaratkan oleh UU. Setelah uji
kompetensi tersebut, barulah guru dan dosen memiliki sertifikasi pendidik, dan barulah akan terangkat
marwah dan kehidupan guru secara hakiki, yakni hidup sejahtera dengan penghasilan yang layak
sebagaimana yang dicita-citakan oleh setiap guru Indonesia.

9. Peran guru dalam pembelajaran

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU. No 14 tahun 2005:2) Guru sebagai
key person in theclassroom
Perannya tidak dapat digantikan

Syarat-Syarat Profesi Keguruan

Profesi menunjukkan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi dan penguasaan pengetahuan
khusus yang mendalam. Profesi kependidikan dalam hal ini, guru merupakan suatu profesi karena dia
memiliki 4 persyaratan yang telah dibahas sebelumnya. Jadi dapat kita simpulkan pengertian dari profesi
kependidikan/ keguruan adalah keahlian khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan
yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan
(guru) serta menuntut keprofesionalan pada bidang tersebut.

Adapun syarat-syarat atau kriteria jabatan guru menurut NEA ( National Education Association ) 1948,
menyarankan kriteria berikut [4] :

1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual

Disebut jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual karena mengajar melibatkan upaya-upaya yang
sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati, bahwa kegiatan-kegiatan
yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi persiapan professional lainnya. Oleh sebab itu,
mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnet dan Hugget, 1963).

2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus

Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari orang awam,
dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatannya. Anggota –anggota suatu
profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari
penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan
(misalnya orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membuka praktek dokter). Namun, belum
ada kesepakatan tentang bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan (education)atau keguruan
(teaching) (ornstein and Livine, 1984).

Sementara itu, ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral sciences),ilmu pengetahuan alam, dan bidang
kesehatan dapat dibimbing langsung dengan peraturan dan prosedur yang ekstensif dan menggunakan
metodologi yang jelas Ilmu pendidikan kurang terdefinisi dengan baik. Di samping itu, ilmu yang terpakai
dalam dunia nyata pengajaran masih banyak yang belum teruji avalidasinya dan yang disetujui sebagian
besar ahlinya (Gideonse, 1982, dan woodring, 1983).

Sebagai hasilnya, banyak orang khususnya orang awam, seperti juga dengan para ahlinya, selalu
berdebat dan berselisih, malahan kadang-kadang menimbulkan pembicaraan yang negatif. Hasil lain dari
bidang ilmu yang belum terdefinisi dengan baik ini adalah isi dari kurikulum pendidikan guru berbeda
antara satu tempat dengan tempat lainnya, walaupun telah mulai disamakan dengan menentukan topik-
topik inti yang wajib ada dalam kurikulum.

Banyak guru di sekolah diperkirakan mengajar di luar dan bidang ilmu yang cocok dengan ijazahnya;
misalnya banyak guru matematika yang tidak mendapatkan mayor dalam matematika sewaktu dia
belajar pada lembaga pendidikan guru, ataupun mereka tidak disiapkan untuk mengajar matematika.
Masalah ini sangat menonjol dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam, walaupun sudah
agak berkurang dengan adanya persediaan guru yang cukup sekarang ini.

Apakah guru bidang ilmu pengetahuan tertentu juga ditentukan oleh baku pendidikan dan pelatihannya?
Sampai saat pendidikan guru banyak yang ditentukan dari atas, ada juga waktu pendidikannya cukup dua
tahun saja, ada yang perlu tiga tahun atau harus empat tahun. Untuk melangkah kepada jabatan
profesional, guru harus mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam membuat keputusan tentang
jabatannya sendiri. Organisasi guru harus mempunyai kekuasaan dan kepemimpinan yang potensial
untuk bekerja sama, dan bukan didikte dengan kelompok yang berkepentingan, misalnya oleh lembaga
pendidikan guru atau kantor wilayah pendidikan guru atau kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan
beserta jajarannya.

3. Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama

Lagi-lagi terdapat perselisihan pendapat mengenai hal ini. Yang membedakan jabatan profesional
dengan non-profesional antara lain adalah dalam penyelesaianpendidikan melalui kurikulum, yaitu ada
yang diatur universitas/institut atau melalui pengalaman praktek dan perpemagangan atau campuran
pemagangan dan kuliah. Yang pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi disediakan untuk
jabatan profesional, sedangkan yang kedua, yakni pendidikan melalui pengalaman praktek dan
pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah diperuntukan bagi jabatan non-profesional
(omstein dan levine, 1984). Tetapi jenis kedua ini tidak ada lagi di indonesia.

Anggota kelompok guru dan yang berwenang di departemen pendidikan dan kebudayaan berpendapat
bahwa persiapan profesional yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang berwenang. Konsep
ini menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum perguruan tinggi, yang terdiri dari pendikan umum,
profesional, dan khusus, sekurang-kurangnya empat tahun lagi bagi guru pemula (S1 di LPTK), atau
pendidikan persiapan profesional di LPTK paling kurang selama setahun setelah mendapat gelar
akademik S1 di perguruan tinggi non LPTK. Namun, sampai sekarang di indonesia , ternyata masih
banyak guru yang lama pendidikan mereka sangat singkat, malahan masih ada yang hanya seminggu,
sehingga tentu saja kualitasnya masih sangat jauh untuk dapat memenuhi parsyaratan yang kita
harapkan.

4. Jabatan yang memerlukan “Latihan dalam jabatan” yang berkesinambungan

Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab hampir tiap
tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang mendapatkan penghargaan kredit
maupun tanpa kredit.

Malahan pada saat sekarang bermacam-macam pendidikan profesional tambahan diikuti guru-guru
dalam menyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. ( Ingat penyetaraan D-II untuk
guru-guru SD, dan penyetaraan D-III untuk guru-guru SLTP, baik melalui tatap muka di LPTK tertentu
maupun lewat pendidikan jarak jauh yang di koordinasikan Universitas Terbuka).
Di lihat dari kacamata ini, jelas kriteria ke empat ini dapat di penuhi bagi jabatan guru di negara kita.

5. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen

Di luar negeri barangkali syarat jabatan guru sebagai karier permanen merupakan titik paling lemah
dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan profesional. Banyak guru baru yang hanya bertahan
selama satu atau dua tahun saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja ke bidang lain,
yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi. Untunglah Indonesia kelihatannya tidak begitu
banyak guru yang pindah k bidang lain, walaupun bukan berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia
mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya mungkin karena lapangan kerja dan sistem pindah
jabatan yang agak sulit. Dengan demikian kriteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia.

6. Jabatan yang menentukan standarnya sendiri

Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan guru ini sering tidak
diciptakan oleh anggota profesi sendiri, terutama di negara kita. Baku jabatan guru masih sangat banyak
diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan
pendidikan swasta.

Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan atau persyaratan yang seragam untuk meyakinkan
kemampuan minimum yang diharuskan, tidak demikian halnya dengan jabatan guru. Dari pengalaman
beberapa tahun terakhir penerimaan calon mahasiswa LPTK didapat kesan yang sangat kuat bahwa skor
nilai calon mahasiswa yang masuk ke lembaga pendidikan guru jauh lebih rendah dibandingkan dengan
skor calon yang masuk ke bidang lainnya. Permasalahan ini mempunyai akibat juga dalam hasil
pendidikan guru nantinya, karena bagaimanapun juga mutu lulusan akan sangat dipengaruhi oleh mutu
masukan atau bahan bakunya, dalam hal ini mutu calon mahasiswa lembaga pendidikan guru.

Dalam setiap jabatan profesi setiap anggota kelompok dianggap sanggup untuk membuat keputusan
profesional berhubungan dengan iklim kerjanya. Para profesional biasanya membuat peraturan sendiri
dalam daerah kompetensinya, kebiasaan dan tradisi yang berhubungan dengan pengawasan yang efektif
tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan dengan langganan
(klien)nya. sebetulnya pengawasan luar adalah musuh alam dari profesi, karena membatasi kekuasaan
profesi dan membuka pintu terhadap pengaruh luar (Ornstein dan levine, 1984).

7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi

Jabatan mengajar adalah jabatanyang mempunyai nilai sosial yang tinggi, tidak perlu diragukan lagi.
Kebanyakan guru memilih jabatan ini berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni
mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah. Namun, ini tidak berarti
bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi juga jangan mengharapkan akan cepat kaya bila memilih
jabatan guru. Oleh karena itu, tidak perlu diragukan lagi bahwa persyaratan ketujuh ini dapat dipenuhi
dengan baik.

8. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk dapat mewadahi tujuan
bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kriteria ini dan
dalam hal lain belum dapat dicapai. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan
atas, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjan pendidikan.
Di samping itu, juga telah ada kelompok guru mata pelajaran sejenis, baik pada tingkat daerah maupun
nasional, namun belum terkait secara baik dengan PGRI. Harus dicarikan usaha yang sungguh-sungguh
agar kelompok-kelompok guru mata pelajaran sejenis itu tidak dihilangkan, tetapi dirangkul ke dalam
pangkuan PGRI sehingga merupakan jalinan yang amat rapi suatu profesi yang baik.

Lebih khusus lagi, Sanusi et al. (1991) mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan (dan bukan dilakukan secara acak saja), yakni sebagai berikut:

a) subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan perasaan, dan
dapat dikembangkan segala potensinya; sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan
yang menghargai martabat manusia.

b) Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka pendidikan menjadi
normatif yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal,
yang merupakan acuan para pendidik,peserta didik, dan pengelola pendidikan.

c) Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan pendidikan.

d) Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi yang baik
untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul
tersebut.

e) Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik
dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah yang dikehendaki oleh pendidik dan
selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.

f) Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yakni menjadikan manusia sebagai manusia
yanng baik (dimensi intrinsik), dengan misi intsrumental yakni yang merupakan alat untuk perubahan
atau mencapai sesuatu.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Profesi guru adalah termasuk profesi tua di dunia. Pekerjaan mengajar telah ditekuni oleh sejak lama.
Perkembangan profesi guru sejalan dengan perkembangan masyarakat.

Bila memperhatikan substansi UU No. 14 / 2005 dan kecenderungan animo masyarakat terhadap profesi
guru dalam tahun terakhir (2005 – 2009) menunjukan semakin meningkat. Jika sebelumnya profesi ini
banyak digeluti kalangan berlatarbelakang atas social ekonomi menengah kebawah, kini, profesi ini mulai
diminati sebagian kalangan social ekonomi menengah. Perubahan kecenderungan minat menjadi
pendidik atau guru terlepas dari alasan dan factor yang mendorongnya, seperti; adanya perbaikan
kesejahteraan guru setelah memperoleh sertifikasi guru, sesuai dengan Undang – Undang No.14 / 2005.

Kata ‘’ profesional’’ berasal dari kata sifat yang bersifat pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti
orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan
yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersipakan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakuakan oleh mereka yang karena tidak dapat
memperoleh pekerjaan lain.

Guru dilihat dari beberapasisi keguruan sebagai berikut:

1) Jabatan Guru Sebagai Suatu Profesi

2) Profesi sebagai Keahlian khusus

3) Guru sebagai profesi yang luhur

4) Di fasilitasi oleh pemerintah sebagai wujud apresiasi

5) Tidak mudah untuk menjadi seorang profesioanl

6) Guru yang berkompeten

7) Adanya sertifikasi pendidik

8) Adanya UU yang mengatur tentang profesi guru

9) Peran guru dalam pembelajaran

Syarat-Syarat Profesi Keguruan

a) Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual

b) Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus

c) Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama

d) Jabatan yang memerlukan “Latihan dalam jabatan” yang berkesinambungan

e) Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen

f) Jabatan yang menentukan standarnya sendiri

g) Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi

h) Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat
Saran

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita apabila terdapat penulisan
atau kata-kata yang kurang berkenan bahkan jauh dari kata sempurna kami mohon maaf. Kritik dan saran
yang membangun senantiansa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Standard KompotensiPenilaianKerja GURU PROFESIONAL, GAVA MEDIA, Yogyakarta ,2013

Suyanto, Calon Guru Dan Guru Profesional , Mitra Presindo, Yogyakarta, 2012

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis , Rosdakarya, Bandung, 2009

Soetjipto, PROFESI KEGURUAN, Rineka Cipta, Jakarta, 1999

[1] Daryanto, Standard KompotensiPenilaianKerja GURU PROFESIONAL, GAVA MEDIA, Yogyakarta ,2013
hal.

[2] Suyanto, Calon Guru Dan Guru Profesional , Presindo, Yogyakarta, 2012, Hal 35

[3] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis , Rosdakarya, Bandung, 2009, Hal 39

[4] Soetjipto, PROFESI KEGURUAN , Rineka Cipta, Jakarta, 1999, Hal 18-29

Anda mungkin juga menyukai