PENDAHULUAN
muskuloskeletal yang dapat terjadi pada tendon, otot, sendi, pembuluh darah dan atau
saraf pada anggota gerak. Gejala dapat berupa nyeri, rasa tidak nyaman, kebas pada
bagian yang terlibat dan dapat berbeda derajat keparahannya mulai dari ringan sampai
seluruh dunia dengan prevalensi 35 – 50% (Lindgren dkk, 2010). Pada Nord –
Trøndelag County di Norwegia terdapat 45% dari populasi orang dewasa melaporkan
Studi terbaru menunjukkan bahwa pasien kelebihan berat badan dan obesitas
berada memiliki risiko yang lebih tinggi terjadinya nyeri muskuloskeletal, seperti pasien
dengan sindrom metabolik dan diabetes tipe 2. Sebagai contoh, individu kelebihan
berat badan dan obesitas lebih mungkin untuk menderita Tension Type Headache dan
(Seaman, 2013)
berbagai macam kelainan muskuloskeletal yang mengenai lengan, tungkai, dan tulang
belakang dan dapat menyebabkan komplikasi pada organ seperti neuropati, nefropati,
dan retinopati. Iskemik otot pada diabetes sulit dibedakan dengan miositis akibat infeksi
atau inflamasi, trombosis vena, atau sindrom kompartemen. (Baker dkk, 2012)
dan pemeriksaan daerah periartikular pada tangan, sendi, bahu dan kaki seharusnya
muskuloskeletal berkaitan dengan durasi DM dan terjadi pada pasien diabetes usia
kadar glukosa jangka panjang. Tetapi, tidak ada hubungan langsung yang dapat
dkk, 2007).
Obesitas dan akumulasi dari produk terglikosilasi merupakan mediator patogenetik dari
kelainan jaringan ikat tersebut. Yang menarik adalah hubungan yang umum pada
osteoartritis, yang walaupun melibatkan sendi yang tidak menanggung berat badan
pada pasien diabetes tipe 2, juga menunjukkan mekanisme patofisiologi yang sama
Dalam penelitian Kidwai dkk, 2013, dari 210 penderita diabetes (laki-laki 34.3%,
wanita 65.7%) dan kontrol (laki-laki 35%, wanita 65%). Usia rata-rata adalah 50.7 ±
10.2 tahun pada grup diabetes dibandingkan dengan grup kontrol 49.5 ± 10.6 tahun.
Frekuensi kelainan pada bagian lengan lebih tinggi secara signifikan pada subjek
diabetes daripada kontrol (20.4%, nilai p <0.001). Mobilitas sendi yang terbatas (9.5%
vs 2.5%), carpal tunnel syndrome (9% vs 2%), trigger finger (3.8% vs 0.5%), dan
dupuytren’s contracture (1% vs 0%) dijumpai lebih banyak dibandingkan dengan kontrol
(semua nilai p <0.05). Pada daerah bahu penderita diabetes, adhesive capsulitis dan
tendonitis dijumpai masing-masing 10.9% dan 9.5% dibandingkan dengan pada grup
dijumpai antara usia dan durasi menderita diabetes dengan kelainan anggota gerak
atas ini. Bagaimanapun, tidak ada hubungan yang ditemukan antara frekuensi kelainan
Pada penelitian Barki dkk, 2013 dimana terdapat laki-laki 42.1% dan wanita
57.9% berpartisipasi pada penelitian ini. Lebih dari 90% partisipan merupakan penderita
diabetes tipe 2. Manifestasi yang paling umum adalah osteoartritis yang melibatkan
kedua ekstremitas (n=238), frozen shoulder (n=176), tendinitis (n=55) dan fibromyalgia
(n=50) diketahui ada pada kedua tipe diabetes. Hubungan yang signifikan dijumpai
antara Body Mass Index (BMI) dan durasi Diabetes Melitus tipe 2. (Barki dkk, 2013)
Pada penelitian Attar dkk melibatkan 252 pasien diabetes; 45 (17.9%) memiliki
diabetes tipe 2. Manifestasi paling banyak adalah carpal tunnel syndrome (n = 17,
6.7%), adhesive capsulitis pada bahu (n = 17, 6.7%), dan diabetic amyotrophy (n = 12,
dengan nyeri punggung. Adanya Adiposopathy, atau sindroma "sick fat”, merupakan
istilah yang digunakan pada BMI yang tinggi dan adanya hubungan dengan kondisi
inflamasi sistemik kronis yang paling sering disebut sebagai sindroma metabolik.
Adanya adiposopathy menentukan bahwa BMI tinggi akan memberikan kontribusi untuk
nyeri muskuloskeletal. Selain dipunggung, nyeri pada leher, Shoulder, archilles, patella
2013).
dan Myofascial Pain Syndrome (MPS). FMS memiliki hubungan yang tidak signifikan
kadar total kolesterol, trigleserida, HDL dan LDL daripada kontrol, akan tetapi di dapati
hubungan yang signifikan antara MPS daripada kontrol (total kolestrol p = 0,003,
trigleserida p = 0.01, LDL p = 0.02 dan VLDL p = 0.008) (Ozgocmen dkk, 2000).
Bagaimana perbandingan kadar gula darah dan lipid profile dengan nyeri
Untuk mengetahui perbandingan kadar gula darah dan lipid serum dengan nyeri
6. Untuk mengetahui perbandingan kadar gula darah sewaktu pada penderita nyeri
7. Untuk mengetahui perbandingan kadar gula darah puasa pada penderita nyeri
kronik
I.4. Hipotesis
Ada perbedaan kadar gula darah dan kadar lipid profile pada nyeri
tentang perbandingan kadar gula darah dan kadar lipid profile dengan nyeri
muskuloskeletal kronik.
Dengan mengetahui perbandingan kadar gula darah dan kadar lipid profile,
kronik.
Dengan mengetahui perbandingan kadar gula darah dan kadar lipid profile,
edukasi dan informasi pada pasien dan keluar mengenai kaitan antara kadar
gula darah dan kadar lipid serum dengan nyeri muskuloskeletal kronik