Anda di halaman 1dari 46

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

HIDRONEFROSIS

Disusun Oleh :

Faisyah Febyola, S.Ked.

10542 0570 14

Pembimbing :

dr. Ramlah Massing, M.Kes, Sp.Rad

Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik pada

Bagian Radiologi

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Faisyah Febyola, S.Ked.


Stambuk : 10542 0570 14
Judul Referat : Hidronefrosis

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Radiologi
Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, April 2018

Pembimbing

dr. Ramlah Massing, M.Kes, Sp.Rad


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan hamba-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Referat dengan judul Hidronefrosis.Tugas
ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di
Bagian Radiologi.

Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas Referat ini, namun


berkat bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman
sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Penulis sampaikan terima kasih banyak kepada, dr. Ramlah Massing,


M.Kes, Sp.Rad, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan
tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses
penyusunan tugas ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari yang diharapkan oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan saran
demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.

Makassar, Maret 2018

Faisyah Febyola, S.Ked


BAB I
PENDAHULUAN
(Faisyah Febyola, Ramlah Massing)

Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang

dikenal sebagai hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan

fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama,

urin akan mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang

akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi

kerusakan ginjal. Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang

berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan

tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur

ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran

kemih dapat menimbulkan urosepsis.1

Proses ini umumnya berlangsung lama sekali. Tapi juga bias mendadak (akut)

bila sumbatan secara total. Di Amerika Serikat, insidensinya 1:1000 kehamilan.

Penyebabnya dapat bermacam – macam dimana obstruksi merupakan penyebab yang

tersering.2
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
A. Anatomi
1. Ginjal
Saluran kemih terdiri dari ginjal yang terus menerus menghasilkan
urin, dan berbagai saluran reservoir yang dibutuhkan untuk membawa urin
keluar tubuh. Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang
terletak di kedua sisi columna vertebralis. Kedua ginjal terletak
retroperitoneal pada dinding abdomen, masing–masing di sisi kanan dan
sisi kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3.
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri karena
besarnya lobus hepatis dekstra. Masing–masing ginjal memiliki facies
anterior dan facies posterior, margo medialis dan margo lateralis,
ekstremitas superior dan ekstremitas inferior.3,4
Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 cm sampai 13 cm,
lebarnya 6 cm, tebalnya 2,5 cm dan beratnya sekitar 150 g. Ukurannya
tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh. Perbedaan panjang dari
kutub ke kutub kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk
merupakan tanda yang penting, karena sebagian besar manifestasi
penyakit ginjal adalah perubahan struktur dari ginjal tersebut.3
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang
disebut kapsula fibrosa ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan
lemak perineal. Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau
glandula adrenal/suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal
bersama ginjal dan jaringan lemak perineal dibungkus oleh fascia gerota.
Di luar fascia gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau disebut
jaringan lemak pararenal. Di bagian posterior, ginjal dilindungi oleh otot–
otot punggung yang tebal serta costae ke XI dan XII, sedangkan di bagian
anterior dilindungi oleh organ–organ intraperitoneal.1
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian korteks dan medulla
ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta–juta nefron sedangkan di dalam
medula banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional
terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontortus distal, dan tubulus koligentes. Setiap ginjal memiliki sisi medial
cekung, yaitu hilus tempat masuknya syaraf, masuk dan keluarnya
pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta keluarnya ureter dan memiliki
permukaan lateral yang cembung. Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas
kaliks minor, infundibulum, kaliks major, dan pielum/pelvis renalis.1,5

Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan


cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan
melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem
arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai
anastomosis dengan cabang–cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat
kerusakan salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya
iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya.1
Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum dan kemudian
bercabangcabang secara progresif membentuk arteri interlobaris, arteri
arkuarta, arteri interlobularis, dan arteriol aferen yang menuju ke kapiler
glomerulus tempat sejumlah besar cairan dan zat terlarut difiltrasi untuk
pembentukan urin. Ujung distal kapiler pada setiap glomerulus bergabung
untuk membentuk arteriol eferen, yang menuju jaringan kapiler kedua,
yaitu kapiler peritubulus yang mengelilingi tubulus ginjal. Kapiler
peritubulus mengosongkan isinya ke dalam pembuluh sistem vena, yang
berjalan secara paralel dengan pembuluh arteriol secara prorgesif untuk
membentuk vena interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena
renalis, yang meninggalkan ginjal di samping arteri renalis dan ureter.6
Vascularisasi ginjal secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Arteria renalis berasal dari aorta setinggi vertebrae lumbalis ii.
Arteria renalis  5 arteriae segmentales  aa. Lobares 
a.interlobares  a.arcuatae  a.interlobulares  arteriolae aferen.
b. Vena renalis selanjutnya bermuara ke vena cava inferior.
c. Pada vena renalis sinistra bermuara vena testicularis.
2. Ureter
Ureter merupakan organ retroperitoneal, dimana terletak didalam
cavum abdomen, dan berjalan kebawah menuju cavum pelvis (dinding
lateral pelvis) ke regio spina ischiadica. Ureter berawal setelah sistema
pelvicocalices yakni setinggi vertebrae lumbale 2. Setelah itu akan
berjalan ke bawah menuju cavum pelvis melewati apertura pelvis
superior.1
Ureter terdiri dari otot yang memanjang membentuk tabung dan
berjalan melalui retroperitoneum dan menghubungkan pelvis ginjal
dengan kandung kemih. Panjang normal ureter pada dewasa adalah 28–30
cm dan diameternya sekitar 5 mm. Ureter menyalurkan urine dari ginjal
menuju kandung kemih dengan peristaltik aktif. Suplai darah dari ureter
berasal dari ginjal, aorta, iliaka, mesenterik, gonad, vasal, arteri vesikalis.
Serat nyeri menghantarkan rangsangan kepada segmen T12-L1. Ureter
dapat mengalami deviasi medial pada fibrosis retroperitoneal dan deviasi
lateral oleh tumor retroperitoneal atau aneurisma aorta.1
Berikut ini adalah penejelasan secara umum struktur-struktur penting
pada ureter :
a. Merupakan tabung muskuler yang mengantarkan urin ke vesica
urinarius.
b. Terletak retroperitoneal dan mempunyai tiga area penyempitan lumen:
1) Pada peralihan pelvis renalis menjadi ureter (pelvicoureteric
junction/ junctura pelvico-ureterica)
2) Pada tempat menyilang di depan a.iliaca comunis/ permulaan
a. Iliaca externa (menyilang ketika masuk ke dalam pelvis)
3) Pada tempat dimana ureter terletak di dalam vesica urinary
(intramural/ uretero-vesical junction/ junctura uretero-vesica)
c. Mempunyai gerakan peristaltik
d. Bagian-bagian ureter
1. Pars abdominalis
Terbentang dari pelvis renalis sampai bagian ventral a. Iliaca
comunis/pangkal a.iliaca externa. Terletak ventromedial m.psoas
major dan disilang secara miring oleh vasa spermatica
interna/vasa ovarica disebelah ventralnya.
2. Pars pelvica
Terbentang dari linea terminalis pelvis ke vesica urinarius.
Ureter bermuara ke vesica urinarius secara miring dan keadaan
ini membuat fungsinya seperti katup yang mencegah aliran balik
urine ke ginjal pada waktu vesica urinari terisi.
e. Vaskulariasasi
1) Ujung atas oleh arteria renalis (cabang aorta abdominalis)
2) Bagian tengah oleh arteria testicularis atau arteria ovarica
(cabang aorta abdominalis)
3) Di dalam pelvis oleh arteria vesicalis superior (cabang arteri
umbilicalis)
3. Vesica Urinaria
Vesica urinaria merupakan kantong musculomembranosa yang
berfungsi menampung urine. Terletak pada pelvis minor, tepat di
belakang symphisis pubis. Letak anterior dari vesica urinaria terdapat
symphisis ossis pubik, lemak retropubik, dan dinding anterior abdomen, di
poterior terdapat duktus defferens, vesicula seminalis, fascia retrovesicae,
dan rectum. Pada bagian lateral berbatasan dengan musculus obturatorius
internus, pada bagian superior terdapat cavitas pertoneal, ileum, dan colon
sigmoid. Pada sisi inferior terdapat glandula prostat (masculina).7

Adapun struktur-struktur penting pada vesika urinaria adalah sebagai


berikut :
a. Bagian-bagian vesica urinaria:
1) Apex/ vertex vesicae (bagian anterior, terletak di belakang
symphisis pubica). Ujung apex vesica bersambungan dengan
ligamentum umbilicalis mediana yang merupakan obliterasi sisa
urachus pada masa embrional
2) Basis/ fundus vesicae menghadap ke posterior dan berbentuk
segitiga. Sudut superolateral merupakan tempat bermuaranya
kedua ureter dan sudut inferiornya merupakan tempat berawalnya
uretra. Bagian atasnya diliputi peritoneum sehingga membentum
excavatio recto-vesicalis pada pria dan excavatio recto-uterina
pada wanita. Pada bagian bawahnya dipisahkan dengan rectum
oleh jaringan ikat yang ditempati oleh ductus deferens, vesicula
seminalis, dan fascia recto-vesicalis
3) Facies superior yang menghadap ke superior (pelvis major/ cavum
abdomen)
4) Facies inferolateralis vesicae dipisahkan dari m.levator ani dan
m.obturator internus oleh fascia pelvis.
5) Collum vesica urinaria di bagian inferior dan terletak di facies
superior glandula prostat (pada pria). Collum vesicae dipertahanka
ditempatnya oleh ligamentum puboprostaticum pada laki-laki dan
ligamentum pubovesicalis pada wanita.
b. Otot polos penyusun : M. destrusor vesicae
c. Ostium
1) Ostium ureterica dextra et sinistra
2) Ostium urethrae internum
d. Vaskularisasi
Areteri vesicalis superior dan arteri vesicalis inferior dipercabangkan
oleh arteri iliaca interna. Aliran darah venous dari daerah muara ureter
dan dari collum vesicae bergabung dengan pembuluh vena dari prostat
dan uretra dan bersama-sama bermuara ke dalam vena iliaca interna.

4. Urethra
Merupakan suatu saluran fibromuscular yang dilalui oleh urin keluar dari
vesiva urinaria. Saluran ini menutup apabila kosong. Pada pria, urethra
dilalui juga oleh semen (spermatozoa). Ada beberapa perbedaan antara
unrethra feminina dan urethra masculina.7
a. Urethra Feminina
Memiliki panjang 4 cm, terletak dibagian anterior vagina. Muaranya
disebut ostium urethrae externum, berada di dalam vestibulum
vaginae, di ventralis dari ostium vaginae, diantara kedua ujung anterior
labia minora. Berjalan melalui diaphragm pelvis dan diaphragm
urogenitale. Pada dinding dorsal terdapat suatu lipatan yang menonjol,
membentuk crista urethralis. Urethra difiksasi pada os pubis oleh
serabut-serabut ligamentum pubovesicale.7
b. Urethra Masculina
Dimulai pada collum vesicae, mempunyai ukuran panjang 20 cm,
berjalan menembus glandula prostat, diaphragm pelvis, diaphragm
urogenitale dan penis (radix penis, corpus penis dan glans penis).7
Dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Pars prostatica
2) Pars membranacea
3) Pars spongiosus

B. Fisiologi
1. Proses Miksi
Mekanisme proses Miksi ( Mikturisi ) Miksi ( proses berkemih ) ialah
proses di mana kandung kencing akan mengosongkan dirinya waktu sudah
penuh dgn urine. Mikturisi ialah proses pengeluaran urine sebagai gerak
refleks yang dapat dikendalikan (dirangsang/dihambat) oleh sistim persarafan
dimana gerakannya dilakukan oleh kontraksi otot perut yg menambah tekanan
intra abdominalis, dan organ organ lain yang menekan kandung kencing
sehigga membantu mengosongkan urine.
Reflex mikturisi adalah reflex medulla spinalis yang bersifat otonom,
yg dikendalikan oleh suatu pusat di otak dan korteks cerebri. Reflex mikturisi
merupakan penyebab dasar berkemih, tetapi biasanya pusat yang lebih tinggi
yang akan melakukan kendali akhir untuk proses mikturisi sebagai berikut :
1) Pusat yang lebih tinggi menjaga agar reflex mikturisi tetap terhambat
sebagian, kecuali bila mikturisi diinginkan
2) Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi
reflex mikturisi, dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terus-
menerus melakukan kontraksi tonik hingga saat yang tepat datang dengan
sendirinya
3) Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat
mikturisi sacral untuk membantu memulai reflex mikturisi dan pada saat
yang sama menghambat sfingter eksterna sehingga pengeluaran urin dapat
terjadi.6

2. Mekanisme Berkemih
Dalam keadaan normal kandung kemih dan uretra berhubungan secara
simultan dalam penyimpanan dan pengeluaran urin.Selam penyimpanan, leher
kandung kemih dan uretra proksimal menutup, dan tekanan intra uretra
berkisar antara 20-50 cmH2O.Sementara itu otot detrusor berelaksasi sehingga
tekanan kandung kemih tetap rendah.
Mekanisme berkemih terdiri dari 2 fase, yaitu fase pengisian dan fase
pengosongan kandung kemih:
1) Fase pengisian (filling phase)
Untuk mempertahankan kontinensia urin, tekanan intra uretra
selamanya harus melebihi tekanan intra vesikal kecuali pada saat
miksi.Selama masa pengisian, ternyata hanya terjadi sedikit peningkatan
tekanan intra vesika, hal ini disebabkan oleh kelenturan dinding vesikal
dan mekanisme neural yang diaktifkan pada saat pengisian vesika
urinaria.Mekanisme neural ini termasuk refelk simpatis spinal yang
mengatifkan reseptor ᵦ pada vesika urinaria dan menghambat aktifitas
parasimpatis. Selama masa pengisian vesika urinaria tidak ada aktivitas
kontraktil involunter pada detrusor.
Tekanan normal intra vesika maksimal adalah 50 cm H2O sedangkan
tekanan intrauretra dalam keadaan istirahat antar 50-100 cm H2O.
Selama pengisian vesika urinaria,tekanan uretra perlahan meningkat.
Peningkatan pada saat pengisian vesika urinaria cenderung kerah
peningkatan aktifitas otot lurik spinchter. Reflek simpatis juga
meningkatkan stimulasi reseptor a pada otot polos uretra dan
meningkatkan kontraksi uretra pada saat pengisian vesika urinaria.6
2) Fase miksi (Voiding phase)
Selama fase miksi terjadi penurunan tekanan uretra yang mendahului
kontraksi otot detrusor. Terjadi peningkatan intravesika selama
peningkatan sensasi distensi untuk miksi.Pusat miksi terletak pada batang
otak.Reflek simpatis dihambat, aktifitas efferent somatic pada oto lurik
spinchter dihambat dan aktifitas parasimpatis pada otot detrusor
ditingkatkan.Semua ini menghasilkan kontraksi yang terkoordinasi dari
otot detrusor bersamaan dengan penurunan resistensi yang melibatkan otot
lurik dan polos uretra.Terjadi penurunan leher vesika urinaria dan terjadi
aliran urin. Ketika miksi secara volunter, dasar panggul berkontraksi
untuk meninggikan leher vesika urinaria kearah simfisis pubis,leher vesika
tertutup dan tekanan detrusor menurun.
Pengeluaran urin secara volunter biasanya dimulai dengan
cara sebagai berikut : Mula-mula, orang tersebut secara volunter
mengkontraksikan otot perutnya, yang akan meningkatkan tekanan di
dalam kandung kemih dan memunkinkan urin tambahan memasuki leher
kandung kemih dan uretra posterior dalam keadaan di bawah tekanan,
sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini memicu reseptor regang, yang
mencetuskan reflex mikturisi dan secara bersamaan menghambat sfingter
uretra eksterna. Biasanya, seluruh urin akan dikeluarkan, dan menyisakan
tidak lebih dari 5-10 milimeter urin di dalam kandung kemih.6

Atau dapat dijelaskan melalui skema berikut :


Pertambahan vol urine → tekanan intra vesicalis ↑ → keregangan dinding
vesicalis (m.detrusor) → sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf lebih tinggi (pusat
kencing) → untuk diteruskan kembali ke saraf saraf spinal → timbul refleks
spinal → melalui n. Pelvicus → timbul perasaan tegang pada vesica urinaria
shg akibatnya menimbulkan permulaan perasaan ingin berkemih.6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Hidronefrosis mengacu pada pelebaran pelvis dan kaliks ginjal, disertai atrofi
parenkim, akibat obstruksi aliran keluar urin. Obtruksi aliran keluar urin.
Obstruksi dapat terjadi mendadak atau perlahan, dan dapat terletak disemua
tingkat saluran kemih, dari urethra sampai pelvis ginjal. Obstruksi dapat berupa
batu.8
Hidronefrosis bilateral hanya terjadi apabila obstruksi terletak di bawah
ureter. Apabila sumbatan terletak di ureter atau di atasnya, berarti lesi unilateral.
Kadang-kadang obstruksi total sehingga urine tidak dapat lewat, biasanya
obstruksi hanya parsial.9

B. Insiden dan Epidemiologi

Pada usia 20-60 tahun, hidronefrosis lebih sering ditemukan pada wanita, bisa
disebabkan karena kehamilan dan keganasan ginekologi. Pada pria dengan
penyakit prostat dapat menjadi penyebab peningkatan prevalensi pada usia diatas
60 tahun. Pada anak, insidens hidronefrosis berkisar antara 2-2,5%, lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki dan usia kurang dari 1 tahun. Hidronefrosis juga
dapat ditemukan pada saat antenatal. Hidronefrosis antenatal terjadi pada 1:1000
kehamilan dan merupakan kelainan traktus urinarius terbanyak ditemukan pada
saat screening prenatal, yaitu berkisar 50% dari seluruh kelainan traktus
urinarius.2

C. Etiologi

1. Kongenital : Atresia urethra, stenosis uretra, ureter ektopik, ureterocele,


duplikasi ureter, stenosis ureterovesical junction (megaureter) serta
ureteropelvic junction, pembentukan katup baik di ureter maupun uretra, arteri
renalis aberans yang menekan ureter, plotis ginjal dengan torsio, atau
berlipatnya ureter.10
2. Didapat
 Benda asing : Kalkulus, papilla nefrotik
 Tumor : Hipertrofi prostat jinak, karsinoma prostat, tumor kandung kemih
(papilloma dan karsinoma), penyakit keganasan (limfoma
retroperitoneum, karsinoma serviks atau uterus)
 Peradangan : Prostatitis, ureteritis, urethritis, fibrosis retroperitoneum
 Neurogenik : Kerusakan medulla spinalis disertai paralisis kandung kemih
 Kehamilan normal : Ringan dan reversibel.8,11

D. Patogenesis

Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di
salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja
yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi
dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut
akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan
dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal
yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia ,
penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat
pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat
pembesaran uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan
menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi.
Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang
lain akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi
renal terganggu.12

E. Manifestasi Klinis

Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi


akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi
maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi.
Hematuri dan piuria mungkin juga ada.13
Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan
muncul, seperti:
a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
b. Gagal jantung kongestif.
c. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
d. Pruritus (gatal kulit).
e. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
f. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
g. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
h. Amenore, atrofi testikuler.

F. Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Polos Abdomen (X-Ray)
a) X-Ray digunakan untuk melihat kontur ginjal.
A B

Gambar 3.1 Foto polos abdomen tanpa kontras. A) Massa berbatas tegas pada
kuadran kiri atas. Densitas kalsifikasi tampak pada bagian sebelah kiri
pelvis.14 B) Tampak kontur ginjal kiri dan oval hyperdense opacity besar di
daerah hipogastrik kiri. Opasitas ini tidak biasa untuk batu kalkulus ureter
meskipun lokasi dan kepadatannya mungkin kalkulus ureter pada
vesicoureteric junction. Perbedaan lain yang perlu dipertimbangkan termasuk
batu di usus atau kandung kemih, atau kalsifikasi kelenjar getah bening.37

b) Intravenous Pyelography (IVP)


Pemeriksaan IVP abdomen setelah pemberian kontras urografik.
Pemeriksaan ini dilakukan pada saluran kemih (ginjal, ureter dan kandung
kemih) yang mengalami penyumbatan, penyempitan oleh tumor mauoun
kalkuli atau batu saluran kemih.15
Gambar 3.2. IVP hidronefrosis. N) Hidronefrosis derajat 0 (normal) I)
Hidronefrosis derajat 1, dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks, kaliks
berbentuk blunting, alias tumpul. II) Hidronefrosis derajat 2, dilatasi
pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias
mendatar. III) Hidronefrosis derajat 3, dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor
dan kaliks minor, tanpa adanya penipisan korteks,
kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. IV) Hidronefrosis derajat 4. ,
dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor serta adanya
penipisan korteks, calices berbentuk ballooning alias menggembung.18
Gambar 3.3. Tampak rim (pelek) seperti perangkat tambahan di pinggiran
ginjal hidronefrotik kanan. Ada juga beberapa batu radioopak. Temuan
IVP kompatibel dengan tanda rim di ginjal kanan karena hidronefrosis
kronis. 16

Pada pasien dengan hidronefrosis kronis, peningkatan dapat terjadi di


pinggiran residual, tetapi ditandai dengan atrofi, parenkim ginjal, yang
mengelilingi kalus dilatasi dan pelvis ginjal. Margin dalam dari pelek
hidronefrotik ini cekung ke arah hilus ginjal, dan peningkatan kolom kortikal
antara elemen sistem pengumpul yang melebar dapat terlihat.16

A B
C D

Gambar 3.4. Flouroscopy A) IVP 25 menit: Tampak peningkatan dilatasi


calyx. B) IVP 1 jam: hydronefrosis bilateral. C) IVP 2 jam: bilateral
hidronefrosis dan dilatasi ureter. D) IVP 8 jam: bilateral hidronefrosis dan
megaureter17

2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG ginjal merupakan pemeriksaan yang tidak invasif
yang dapat dipakai untuk memberikan keterangan tentang ukuran, bentuk,
letak dan struktur anatomi dalam ginjal. Pemeriksaan USG sangat sensitif
untuk mendeteksi hidronefrosis dengan akurasi > 90 %. Pada pasien dengan
hidronefrosis biasanya akan didapatkan pembesaran ginjal dan pelebaran pada
sistem pelviokalisesnya.
USG juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya antenatal
hidronefrosis yang biasanya terjadi pada trimester kedua dengan dilatasi
pelvis renalis ≥ 4 mm. Hidronefrosis ringan (mild hydronephrosis) jika
dilatasi pelvis renalis 4-10 mm. Sedangkan hidronefrosis berat (severe
hydronephrosis) jika diameter pelvis renalis > 10 mm pada usia gestasi 20-24
minggu dan > 16 mm pada usia gestasi 33 minggu.
Berdasarkan Society for Fetal Urology, hidronefrosis dibagi menjadi 4
tingkat yaitu:18
I. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi
kaliks. Kaliks berbentuk blunting, alias tumpul.
II. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor.
Kaliks berbentuk flattening, alias mendatar.
III. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan
kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks.
Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol.
IV. Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor
dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks Calices
berbentuk ballooning alias menggembung.
Gambar 3.5. Grading Hidronefrosis. (a) Hidronefrosis grade 1 (b) Hidronefrosis grade
2 (c)Hidronefrosis grade 3 (d) Hidronefrosis grade 4.18

Gambar 3.6. Dilatasi pelviocalyces akibat dari stenosis ureteropelvical junction


(UPJ)19
Gambar 3.7. Pelvis ginjal kanan sedikit dilatasi. Ada komponen pelvis ekstrarenal,
tetapi pada pandangan longitudinal, ada dilatasi ringan dari calyx.20

3. CT Scan Abdomen
Pemeriksaan computed tomography (CT) scanning digunakan untuk
mengevaluasi ureterokel intravesica, ureter ektopik, lokasi obstruksi dan
parenkim ginjal pada hidronefrosis.
CT scan juga memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas yang tinggi
dalam ketepatan diagnosis batu yang dalam hal ini merupakan salah satu
penyebab terjadinya hidronefrosis.
A B

Gambar 3.8. A) Hidronefrosis bilateral, B)Hidronefrosis Sinistra (Severe)21,22

A B

Gambar 3.9. Batu besar di ureter sinistra yang menyebabkan hidronefrosis berat pada
ren sinistra dan dilatasi berat ureter. Hal ini agak lama mengingat tingkat dilatasi dan
atrofi cortex ginjal. A) Potongan Axial. B) Potongan Coronal.14
Gambar 3.10. CT-VRT 3D tampak bilateral hidronefrosis dan megaureter
disebabkan oleh cystocele grade III dan total urin prolapse grade IV. 17
4. Magnetic Resonance Urography (MRU)
Magnetic resonance (MR) urografi terdiri dari kelompok teknik
berkembang dengan potensi untuk memungkinkan evaluasi non-invasif yang
optimal banyak kelainan saluran kemih. MR urografi secara klinis berguna
dalam evaluasi dugaan obstruksi saluran kemih, hematuria, dan anomali
kongenital, serta anatomi yang berubah karena operasi, dan dapat sangat
bermanfaat pada pasien anak atau hamil atau ketika radiasi pengion harus
dihindari. Yang paling umum teknik urografi MR untuk menampilkan saluran
kemih dapat dibagi menjadi dua kategori: urografi MR statis-cair dan
ekskretoris MR urografi. MRografi cairan statis memanfaatkan T2- berat
urutan tertimbang untuk gambar saluran kemih sebagai koleksi statis cairan,
dapat diulang secara berurutan (cine MR urography) untuk
mendemonstrasikan dengan lebih baik ureter secara keseluruhan dan untuk
mengkonfirmasi keberadaan stenosis tetap, dan paling berhasil pada pasien
dengan dilatasi atau obstruksi.25

Gambar 3.11. Aksial T2-weighted abdominal (a) hidronefrosis ringan


bilateral. Sedangkan (b) MIP urografi MR dari kasus yang sama menunjukkan
hidroureteronephrosis ringan bilateral sampai ke kantung.26
B

a b

Gambar 3.12. A) Gambar MIP Coronal dari ekskresi 3-T. Data urografi MR
menunjukkan defek pengisian kecil (panah) di bagian tengah ureter kiri.
Minimal hidronefrosis sisi kiri juga terlihat. Perhatikan kontras itu bahan
hadir dalam ureter di bawah ini tingkat kalkulus. B) Hidronefrosis fisiologis
pada wanita berusia 28 tahun pada akhir trimester ke-2 kehamilan.
(a) Urea mukosa statis irisan tebal menunjukkan tapering ureter yang tepat di
pinggiran pelvis (panah). (b) gambar sagittal MR spin-echo satu putaran cepat
menunjukkan kelancaran ureter kanan (panah) di situs kompresi antara uterus
gravid dan otot psoas. 25
Gambar 3.13. MRU hidronefrosis bilateral persisten dan hidroureter pada anak laki-
laki berusia 9 bulan, mengikuti ureterocystoneostomy. A, B. Gambar MR2 koronal
T2-Weghted menggunakan single-shot fast spin echo (SS-FSE). C. MIP Coronal.35

5. Cystogram
Cystografi merupakan salah satu pemeriksaan traktus urinarius yang
dikhususkan untuk memeriksa bagian vesica urinaria ( kandung kemih ) dan
uretra, dengan cara memasukan suatu bahan kontras yang dimasukan melalui
uretra, dengan mengunakan kateter atau langsung menggunakan spuit.
Pemeriksaan cystogram juga memberi informasi mengenai anatomi reflux
vesicoureter.
Ketika terjadi obstruksi pada ureter yang disebabkan oleh calculi atau
hal lain, urin atau kontras menyebabkan pelvis renalis dan calyx berdilatasi.23
Gambar 3.14. Hidronefrosis unilateral. Tampak dilatasi calyx dan
kemungkinan sumbatan terletak di ureter atau di atasnya.

6. Kedokteran Nuklir
Ilmu kedokteran nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang
menggunakan sumber radiasi terbuka berasal dari inti radionuklida buatan
untuk mempelajari perubahan fisiologik dan biokimia sehingga dapat
digunakan untuk tujuan diagnostic, terapi dan penelitian.27
Tc-99m-DTPA dan Tc-99m-iron-ascorbic acid complex dan 99mTc-
DMSA dapat diikat di ginjal mungkin oleh sel-sel tubulus proximal, dan dapat
dipakai sebagai radiofarmaka pembuat scanning ginjal. 36
Indikasinya yaitu untuk memberikan informasi tentang besar, bentuk
dan letak ginjal. Dapat pula untuk menilai fungsi ginjal secara semi
kuantitatif. Untuk mengevaluasi trauma ginjal, tumor dan kista. Untuk
penderita yang sensitif terhadap media kontras radiologi dan dalam keadaan
ureum darah yang tinggi, scanning ginjal dapat merupakan alternative
pemeriksaan pengganti. 36
Keterbatasan pemeriksaan ini tidak spesifik. Pada gangguan parenkim
ginjal difus atau kelainan arteri renalis yang berat akan tampak citra ginjal.
Isotop menggunakan Tc-99m-DTPA dengan dosis 3-5 mCi intravena
akan memancarkan radiasi gamma 140 kev. 36
Tidak diperlukan persiapan khusus dalam pemeriksaan ini. Cara
pemeriksaannya yaitu scanning dibuat 1-2 jam setelah suntikan intravena Tc-
99m-DTPA. Sebelumnya penderita diminta kencing dahulu. Dipakai kamera
gamma dengan energi rendah, kolimator parallel dan window 30% ; tiap citra
terdiri atas 200.000 counts. Scan dilakukan dari belakang dengan penderita
tengkurap, beritanda Th 12, L4 crista iliaca dan iga.36

Gambar 3.15. Renografi diuretic tampak obstruksi PUJ kiri kronis dengan
hidronefrosis luas dan penipisan korteks ginjal.27
Gambar 3.16. Ini Tc-99m DTPA diuretik renogram menunjukkan pengosongan
tertunda pelvis ginjal kiri pada urogram pra-diuretik (a) dan kurva aliran (b) tetapi
dengan peningkatan ekskresi pasca diuretik (c dan d).24
Gambar 3.17. Jika tingkat obstruksi di UPJ signifikan, tidak akan ada ekskresi isotop
yang cukup sebelum atau setelah pemberian diuretik. Di sini, gambar pasca diuretik
(c) dan diagram alur (d) menunjukkan sedikit perubahan dari pra diuretik (a dan b)24

G. Diagnosis Banding
1. Renal Sinus Cyst
Renal sinus cyst adalah tumor jinak pada sinus renalis yang terbagi menjadi 2
yaitu: 28
c) Parapelvic cyst merupakan kista ginjal yang masuk ke sinus ginjal dari
parenkim ginjal yang berdekatan. Biasanya tunggal atau sedikit dan
menyerupai kista kortikal ginjal dalam morfologi. Kista parapelvic
kadang-kadang dapat menyebabkan kompresi sistem pelvicalyceal yang
mengakibatkan hidronefrosis. Ini juga mirip dengan hidronefrosis.
Kista parapelvic kadang-kadang dapat menyebabkan kompresi sistem
pelvicalyceal yang menyebabkan hidronefrosis. Kista Parapelvic dapat
menyerupai hidronefrosis dan dapat dikelirukan dengan obstruksi
persimpangan pelvi-ureter sebagai ureter pada kedua kondisi tidak
melebar. Hal ini dapat dibedakan dengan baik pada fase ekskretasi dari
penelitian CT IVP (CT urography) yang menunjukkan sistem
pengumpulan yang membentang (tetapi tidak dilatasi) oleh kista yang
bertentangan dengan obstruksi PUJ di mana kontras akan diekskresikan di
dalam sistem pelvicalyceal yang membesar. Hal ini dapat menyebabkan
dilatasi sistem pelvicalyce oleh efek massa.29
Gambar 3.18. IVP Parapelvic Cyst. 29

Gambar 3.19. USG Parapelvic Cyst29


A B

Gambar 3.20. CT-scan tanpa kontras; ginjal kiri menunjukkan kista sinus ginjal
meregang dan menggeser sistem pelvicalyceal yang minimal melebar dibandingkan
dengan ginjal kanan. A) Potongan coronal, B) Potongan axial29

d) Peripelvic cyst sering bilateral. Muncul sebagai cairan-densitas kista yang


berbatasan dengan pelvis dan infundibula, jarang menyebabkan gangguan
ginjal fungsional oleh kompresi. Ketika ditindaklanjuti, tetap tidak
berubah ukuran. Sulit dibedakan dengan hidronefrosis pada ultrasonografi,
tetapi pada CECT diferensiasinya jelas.30
Gambar 3.21. USG Peripelvic Cyst30

Gambar 3.22. USG Peripelvic Cyst30


A B

Gambar 3.23. CT-scan dengan kontras; Peripelvic Cyst. A) Potongan coronal,


B) Potongan axial. 30

2. Congenital Megacalyces
Megacalyces kongenital adalah penyakit bawaan yang mirip dengan
hidronefrosis. Disebabkan oleh piramida meduler medial yang tidak
berkembang dengan pembesaran yang dihasilkan dari calyces. Itu lebih sering
terlihat pada laki-laki.
Karena kurangnya piramida meduler yang normal, tidak hanya calyx
yang membesar tetapi tidak memiliki kesan normal dari papillae, sehingga
memiliki penampilan yang datar. Pelvis ginjal berukuran normal membantu
membedakan megacalyces dengan hidronefrosis.
Selain pembesaran calyces sering juga ada polycalycosis (peningkatan
jumlah calyces); mereka penuh sesak dan beraneka ragam dengan tampilan
seperti mosaik.31
A B

Gambar 3.24. Tampak dilatasi calyces tanpa disertai dilatasi pelvis renalis; A)
IVP megacalyces kongenital. B) USG megacalyces kongenital

A B

Gambar 3.25. Tampak dilatasi calyces tanpa disertai dilatasi pelvis renalis. A) CT
scan coronal MIP megacalyces kongenital, B) CT-VRT 3D megacalyces
kongenital
Gambar 3.26. MRI Congenital megaureter dan mega calyces; a) Potongan axial,
b) Potongan Coronal.

F. Penatalaksanaan

Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari


hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi
fungsi ginjal.
Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan
nefrostomiatau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial
karena sisa urindalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien
disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi
ureter). Jika salah satufungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi
(pengangkatan ginjal) dapat dilakukan: 32
a. Pada hidronefrosis akut:
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang
hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera
dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui
kulit).
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu,
maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
b. Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa
diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali.
Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari
jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat,
maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda. Jika
uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi terapi hormonal untuk
kanker prostat, pembedahan melebarkan uretra dengan dilator.33

G. Prognosis

Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya berhasil dan jika infeksi


dapat dikendalikandan ginjal dapat berfungsi baik.33

H. Kajian Islam

Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian
merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam
kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada
perkara yang menyenangkannya. Allah ta’ala berfirman yang artinya:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu


dengan keburukan dan kebaikansebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiyaa’: 35).

Sahabat Ibnu ‘Abbas yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-
Qur’an- menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan
dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan
haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu
Jarir). Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga
merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya.
Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat
di nalar oleh akal manusia.
Sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua


urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang
mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu
merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia
bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)

Sakit akan menghapuskan dosa. Ketahuilah wahai saudaraku, penyakit


merupakan sebab pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang pernah engkau
lakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan, lisan dan dengan seluruh
anggota tubuhmu. Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari dosa
yang pernah dilakukan. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

“Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuura: 30).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus,


kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang
menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.
(HR. Muslim)34
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, B. B. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Ke-2. Jakarta: Sagung Seto. 2003


2. Lusaya, Dennis G. Hydronephrosis and Hydroureter.
https://emedicine.medscape.com/article/436259-overview (diakses tanggal 3
April 2018)
3. Price, S. A., Wilson, L. M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC. 2006
4. Moore, Keith et al. Clinically Oriented Anatomy. Lippincott Williams & Walkins.
Baltimore, Maryland, USA.
5. Junquiera L.C. et al. Histologi Dasar, Edisi ke-5. Tambayang J., penerjemah.
Terjemahan dari Basic Histology. Jakarta EGC.
6. Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2014.
7. Luhulima, J.W. et al. Buku Ajar Anatomi Biomedik II. Makassar: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Unhas. 2014
8. Robbins et al. Buku Ajar Patologi, Edisi 7, Volume 2. Jakarta: EGC. 2007
9. Paul and Juhl’s Essentials of Roentgen Interpretation Fourth Edition. London:
Harper & Row Publishers. 1817
10. Weissleder et al. Primer of Diagnostic Imaging Fourth Edition. Mosby Elsevier.
11. Wolfgang. Radiology Review Manual. USA: Library of Congress Cataloging in
Publication Data. 1993
12. Sjamsuhidrajat R. I W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke-2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran-EGC. 2004
13. Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi Ke-16. New York:
Lange Medical Book. 2004
14. Frank, Gaillard. Hydronephrosis (marked) with Distal Ureteric Calculus.
https://radiopaedia.org/cases/hydronephrosis-marked-with-distal-ureteric-
calculus. (diaskes tanggal 3 April 2018)
15. Syafira Nurul Haque et al. gambaran Hasil Ekspertise BNO IVP Pasien Rawat
Inap Batu Saluran Kemih. Bandung: Fakultas Kedokteran, Universitas Islam
Bandung. 2015
16. Mohammad Taghi Niknejad. Rim Sign (Chronic Hydronephrosis).
https://radiopaedia.org/cases/rim-sign-chronic-hydronephrosis (diakses tanggal 4
April 2018)
17. Nikos Karapasias. Bilateral Hydronephrosis and Megaureters Due to Grade II
Cystocele and Grade IV Total Urine Prolapse.
https://radiopaedia.org/images/6996375 (diakses tanggal 4 April 2018)
18. Namdev, Rupesh et al. Hydronephrosis (grading).
https://radiopaedia.org/articles/hydronephrosis-grading-1 (diakses tanggal 3 April
2018)
19. Beek, Erik. Cystic Abdominal Masses in Children.
http://www.radiologyassistant.nl/en/p59533aa78a018/cystic-abdominal-masses-
in-children.html (diakses tanggal 3 April 2018)
20. Yonso, M Osama. Hydronephrosis. https://radiopaedia.org/cases/hydronephrosis-
1 (diakses tanggal 3 April 2018)
21. Jeremy Jones. Hydronephrosis (Bilateral).
https://radiopaedia.org/cases/hydronephrosis-bilateral (diakses tanggal 3 April
2018)
22. David Puyo. Severe Hydronephrosis : Cause Unknown.
https://radiopaedia.org/cases/severe-hydronephrosis-cause-unknown (diakses
tanggal 3 April 2018)
23. Bartley G Cilento. Bladder Anomali [Online]. Tersedia:
http://www.learningradiology.com/archives2007/COW%20280-
Bladder%20tics/bladderticscorrect.html (diakses tanggal 4 April 2018)
24. Anomymous. Renal Imaging : Hydronephrosis and Renal Obstruction.
https://radiologykey.com/renal-imaging-hydronephrosis-and-renal-obstruction/
(diakses tanggal 4 April 2018)
25. John R. Leyendecker. MR Urography: Technique and Clinical Applications. 2008
26. Mohamed Shawky. Role Of T2wi As A Primary Method In Detection Of Late
Post Radical Cystectomy Complications.
https://www.researchgate.net/figure/Axial-T2wi-of-the-abdomen-a-bilateral-mild-
hydronephrosis-While-b-MIP-MR-urography_fig9_299592513 (diakses tanggal 4
April 2018)
27. Kunto Wiharto. Kedokteran Nuklir dan Aplikasi Teknik Nuklir dalam
Kedokteran. Batan: Pusat Standarisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi. 1996
28. Bell, Dan J. Renal Sinus Cyst. https://radiopaedia.org/articles/renal-sinus-cyst
(diakses tanggal 3 April 2018)
29. Mustafa Mahmoud. Parapelvic Cyst. https://radiopaedia.org/cases/parapelvic-
cyst-1 (diakses tanggal 3 April 2018)
30. Frank Gaillard. Peripelvic Cyst. https://radiopaedia.org/cases/peripelvic-cysts-1
(diakses tanggal 3 April 2018)
31. Abhilash Sandhyala. Congenital Megacalyces.
https://radiopaedia.org/articles/congenital-megacalyces (diakses tanggal 6 April
2018)
32. Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC. 2002
33. Schwantz, SI et al. Principles of Surgery. USA: McGraw-Hill Companies. 1999
34. Anonymous. Rahasia Sakit. http://muslim.or.id/547-rahasia-sakit.html (diakses
tanggal 5 April 2018)
35. George Vassilev. Assessing renal function in children with hydronephrosis –
additional feature of MR urography. https://www.researchgate.net/figure/MR-
imaging-of-persistent-bilateral-hydronephrosis-and-hydroureters-in-9-month-old-
boy_fig6_230763748 (diakses tanggal 6 April 2018)
36. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FK
UI. 2016.
37. Nguyen, Thuan. Large Ureteric Calculus Causing Severe Hydronephrosis.
https://radiopaedia.org/cases/large-ureteric-calculus-causing-severe-
hydronephrosis. (diaskes tanggal 11 April 2018)

Anda mungkin juga menyukai