Anda di halaman 1dari 77

SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS

PEMBANGUNAN RUMAH DINAS PUSKESMAS COT SEUMEUREUNG (2 Unit)

BAB I DATA PROYEK

Pasal 1 : Nama pekerjaan: PEMBANGUNAN RUMAH DINAS PUSKESMAS COT


SEUMEUREUNG (2 Unit)

Pasal 2 : Tempat dan lokasi: KEC. SAMA TIGA KABUPATEN ACEH BARAT

Pasal 3 : Item-Item Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Penyedia
Jasa sesuai gambar rencana dan Dokumen kontrak.

1
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1 : Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Penyedia Jasa )


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Pengguna Jasa dengan
Penyedia Jasa Konstruksi, maka Penyedia Jasa untuk proyek seperti yang
disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan
dalam Kontrak Kerja.

2. Penyedia Jasa harus menyelesaikan pekerjaan secara seluruhnya sesuai


dengan ketentuan-ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.

3. Tugas dan kegiatan Penyedia Jasa adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa
Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh
Pengguna Jasa dalam Kontrak Kerja Fisik.

4. Penyedia Jasa harus mengajukan struktur organisasi pelaksana lapangan


proyek kepada Pengguna Jasa yang didalamnya tercantum beberapa tenaga
ahli Penyedia Jasa dengan posisi minimal seperti berikut atau sesuai yang
diajukan:
1. Project manager;
2. Site Manager;
3. Quality Engineer;
4. Arsitek;
5. Supervisor Lapangan;
6. Surveyor;
7. Draftman;
8. Administrasi Proyek; dan
9. Operator Computer.

5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan
bobot pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Pengawas
dan Pengguna Jasa.

6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi


lapangan proyek yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus berada dilokasi
pekerjaan minimal selama jam kerja.

7. Penggantian tenaga ahli oleh Penyedia Jasa selama proses pelaksanaan


pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

8. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Pengguna Jasa dan
diketahui oleh Konsultan Pengawas jika hendak meninggalkan lokasi
pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.

9. Konsultan Pengawas berhak mengajukan permohonan kepada Pengguna


Jasa untuk penggantian tenaga ahli Penyedia Jasa yang berada dilokasi
pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak
mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

2
SPESIFIKASI TEKNIS

10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Penyedia Jasa harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di
lokasi pekerjaan.

Pasal 2 : Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor


1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan/ Sub Kontraktor hanyalah dapat
dilakukan dengan sepengatahuan dan rekomendasi tertulis dari Konsultan
Pengawas serta mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa.

2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua persyaratan


di dalam Kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target prestasi yang harus
dicapai pada suatu tahap pekerjaan, maka Konsultan Pengawas berhak
menginstruksikan kepada Penyedia Jasa untuk menganti Sub Pelaksana
pekerjaan tersebut dengan yang lain.

3. Penyedia Jasa tidak dibenarkan untuk meninggalkan kewajibannya dengan


cara menyerahkan Kontrak Kerja sebagian atau seluruhnya kepada pihak
lain (Sub Pelaksana Pekerjaan) tanpa seijin atau persetujuan Pengguna
Jasa.

4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Penyedia Jasa tidak
dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian pekerjaan yang menjadi
kewajibanya tanpa persetujuan Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.

5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Pengguna Jasa dan Konsultan


Pengawas, maka Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab penuh atas segala
kelalaian dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh Sub Kontraktor,
sehingga kesalahan dan kelalaian tersebut merupakan kesalahan dan
kelalaian Penyedia Jasa sendiri.

6. Sub Kontraktor adalah pihak-pihak yang mempunyai Kontrak Kerja langsung


dengan Penyedia Jasa, yaitu dalam menyediakan dan mengerjakan bagian-
bagian pekerjaan khusus sesuai dengan keahliannya.

7. Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan


Sub Kontraktor.

Pasal 3 : Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)


1. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Pelaksanaan
(Shop Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya, terutama
untuk pekerjaan-pekerjaan yang Gambar Detailnya tidak dijelaskan dalam
Gambar Rencana.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan oleh


Konsultan Pengawas dalam masa konstruksi.

3. Penyedia Jasa tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum Shop


Drawing yang menjadi kewajibannya disetujui oleh Konsultan Pengawas.

4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Rencana kecuali atas


persetujuan Konsultan Perencana.

5. Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan memperkecil


kuantitas maupun kualitas pekerjaan.

Pasal 4 : Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan

3
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Penyedia Jasa harus menyediakan satu set Gambar Rencana/ Gambar Revisi
dalam format kertas A3, satu set Shop Drawing, satu set Spesifikasi Teknis
dan satu set Bill of Quantity dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan.

2. Gambar Rencana, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan Bill
of Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang
rapi.

Pasal 5 : Buku Instruksi Dan Buku Tamu


1. Penyedia Jasa harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan Buku Tamu
di lokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan ditempatkan pada
tempat yang baik.

2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi di lokasi pekerjaan yang


dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa untuk
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.

3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi, nama


dan jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang memberi
instruksi.

4. Instruksi Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa yang berada dalam Buku
Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Penyedia Jasa minimal
Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.

5. Penyedia Jasa juga harus menyediakan buku tamu di kantor lapangan yang
diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang berkunjung ke lokasi
pekerjaan harus terdata dan mengisi buku tamu yang telah disediakan oleh
Penyedia Jasa.

Pasal 6 : Gambar Hasil Pelaksanaan (As Built Drawing)


1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan
(As Built Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan di
lapangan sebelum serah terima tahap pertama dilakukan.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah pekerjaan


Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Site Plan, Landscaping dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

3. As Built Drawing yang dibuat oleh Penyedia Jasa harus diperiksa oleh
Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.

3. Penyedia Jasa diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang telah


disetujui kepada Konsultan Pengawas, Pengguna Jasa dan Konsultan
Perencana kepada Pengguna Jasa.

4. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat
yang baik pada bangunan oleh Pengguna Jasa atau pengguna bangunan.

Pasal 7 : Rencana Waktu Pelaksanaan


1. Penyedia Jasa harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan
(time schedule) keseluruhan kepada Konsultan Pengawas dan Pengguna
Jasa sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja.

4
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Penyedia Jasa harus menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan rencana waktu


penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Pengguna Jasa kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

3. Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian pekerjaan


keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna
Jasa.

4. Penyedia Jasa juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian


pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan
Pengawas dan diketahui oleh Pengguna Jasa.

5. Konsultan Pengawas berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian


pekerjaan mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa dengan memberikan
alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

6. Keterlambatan Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan karena


kesalahan dalam menyusun waktu penyelesaian pekerjaan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

7. Keterlambatan Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan karena faktor


cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari kerja dan dibuktikan dengan
catatan cuaca dalam Laporan Harian yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan
pekerjaan.

8. Keterlambatan Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan karena faktor-


faktor non teknis yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui oleh Konsultan
Pengawas seperti permasalahan dengan tanah/lahan pekerjaan sehingga
Penyedia Jasan tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan, ganguan
keamanan dari masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

9. Keterlambatan Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan karena


permasalahan yang berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar
Desain, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja di mana tidak ada keputusan yang
pasti dari Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa
lebih dari 3 hari kerja harus diperhitungkan untuk penambahan waktu
pelaksanaan pekerjaan.

10. Keterlambatan Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan yang


disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang disebutkan dalam point 6, point
7 dan point 8 tidak boleh diperhitungkan untuk penambahan waktu
pelaksanaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan
persetujuan Konsultan Manajemen dan Pengguna Jasa.

11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang
diberikan kepada Penyedia Jasa karena alasan-alasan seperti yang
disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah menurut keputusan
Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.

Pasal 8 : Request For Work / Izin Kerja


1. Penyedia Jasa harus mengajukan permohonan penggunaan semua material
bangunan (Request for Work) sebelum material bangunan tersebut dipakai
dan dimasukan kelokasi pekerjaan.

2. Request for Work yang diajukan Penyedia Jasa harus disertai dengan contoh
material dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.

5
SPESIFIKASI TEKNIS

3. Persetujuan Request for Work yang diajukan oleh Penyedia Jasa dianggap
sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Pengawas.

4. Penyedia Jasa harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh


material yang telah disetujui kepada Konsultan Pengawas.

5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas, Konsultan


Perencana, dan Pengguna Jasa tidak boleh dipakai sebagai material
bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

6. Penyedia Jasa juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan)


untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.

7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

8. Penyedia Jasa tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request for


Work atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh


Konsultan Pengawas.

Pasal 9 : Metode Pelaksanaan


1. Penyedia Jasa harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap pekerjaan
Pembesian Plat Lantai, Pengecoran Plat Lantai, Eriction Konstruksi Baja dan
Eriction Konstruksi Kuda-Kuda serta pekerjaan-pekerjaan lain yang
memerlukanya.

2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

3. Penyedia Jasa tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode


Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Pengawas.

4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan oleh


Konsultan Pengawas.

Pasal 10 : Rencana Material Dan Peralatan


1. Penyedia Jasa harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan
yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada
Konsultan Pengawas.

2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus berada di lokasi
pekerjaan.

3. Konsultan Pengawas berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan


peralatan mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa dengan memberikan
alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

Pasal 11 : Rencana Tenaga Kerja


1. Penyedia Jasa harus mengajukan rencana penggunaan tenaga kerja
mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap
minggu kepada Konsultan Pengawas.

6
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang
diajukan oleh Penyedia Jasa harus berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Pengawas berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan


tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa dengan
memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
teknis.

Pasal 12 : Pekerjaan Di Luar Jam Kerja


1. Pekerjaan-pekerjaan di luar jam kerja normal yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus
diketahui oleh Konsultan Pengawas.

2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Pengawas


untuk pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

3. Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang


dilakukan di luar jam kerja normal atau pada malam hari.

Pasal 13 : Laporan Pelaksanaan


1. Penyedia Jasa wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan
laporan bulanan kepada Pengguna Jasa tentang kemajuan pelaksanaan
pekerjaan.

2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat
oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

3. Konsultan Pengawas berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung ke


lapangan akan kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan
mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Penyedia Jasa.

4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam


rangkap 4 (empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan mingguan,
dan laporan bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan. Masing-masing
Laporan harian, laporan mingguan dan bulanan harus diserahkan kepada
Konsultan Pengawas, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.

Pasal 14 : Surat Menyurat Dan Komunikasi


1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif
harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan Pengawas juga diketahui oleh
Pengguna Jasa.

2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang


berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus
melalui dan ditujukan kepada Konsultan Pengawas juga diketahui oleh
Pengguna Jasa.

3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di


luar proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Pengawas.
Penyedia Jasa tetap wajib memberikan informasi tentang hal tersebut
kepada Konsultan Pengawas.

Pasal 15 : Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)


1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap
minggu, dipimpin oleh Pengguna Jasa atau Konsultan Pengawas.

7
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Penyedia Jasa wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal
oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.

3. Konsumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Penyedia Jasa kecuali


ditentukan lain oleh Pengguna Jasa

4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu)


kali setiap minggu, dipimpin oleh Pengguna Jasa atau Konsultan Pengawas.

5. Penyedia Jasa wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal
oleh Supervisor lapangan.

6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Penyedia Jasa kecuali


ditentukan lain oleh Pengguna Jasa.

Pasal 16 : Wewenang Pengguna Jasa (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi


Pekerjaan
1. Pengguna Jasa (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang
untuk memasuki lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lain
di mana Penyedia Jasa melaksanakan pekerjaan untuk Kontrak.

2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub
Penyedia Jasa menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Penyedia
Jasa harus memberikan jaminan agar supaya Pengguna Jasa dan para
wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-
tempat lain kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.

3. Pengguna Jasa atau Staf Ahli (Enggineer) berhak memberikan instruksi


langsung di lapangan kepada Penyedia Jasa dan Konsultan Pengawas
untuk suatu perbaikan atau perubahan jika dalam proses pelaksanaan
pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Rencana,
Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.

4. Pengguna Jasa atau Staf Ahli (Engineer) berhak memerintahkan Konsultan


Pengawas secara tertulis untuk menghentikan proses pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa sementara waktu jika ditemukan hal-hal
yang tidak sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis, Bill of
Quantity dan Kontrak Kerja.

5. Penyedia Jasa harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan


keselamatan Pengguna Jasa dan para wakilnya selama berada dilokasi
pekerjaan.

Pasal 17 : Progress Payment


1. Pembayaran dilakukan dengan system Unit Price dan Monthly Certificate
(MC), artinya tagihan Penyedia Jasa dibayar berdasarkan Progress Realisasi
Pekerjaan yang telah diselesaikan dilapangan.

2. Progress Payment Penyedia Jasa diajukan kepada Pengguna Jasa dan


diperiksa kebenaran realisasi pekerjaan di lapangannya oleh Konsultan
Pengawas.

3. Progress Payment Penyedia Jasa baru dapat dibayar oleh Pengguna Jasa jika
telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 18 : Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat


1. Penyedia Jasa harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan
pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan maupun pada

8
SPESIFIKASI TEKNIS

saat sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan
selesai 100%.

2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan bersama


antara Penyedia Jasa, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa sebelum
Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai
100%.

3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh


Penyedia Jasa, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa dicantumkan dalam
sebuah Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh ketiga pihak
tersebut.

4. Konsultan Manajemen atau Pengguna Jasa harus membuat Berita Acara


Hasil Pemeriksaan Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan
Pengguna Jasa.

5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar
Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa memperbaikinya
dengan biaya sendiri.

6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia


Jasa dikarenakan kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol
terhadap pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk
memperbaiki dengan biaya sendiri.

7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa karena
lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Pengawas tetap menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa untuk memperbaikinya.

8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab


lain tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa
pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk
memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja.

9. Konsultan Pengawas berhak setiap saat memerintahkan Penyedia Jasa untuk


memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa
pelaksanaan.

10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 19 : Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan (Operation Hand-Book)


1. Penyedia Jasa bersama dengan Konsultan Pengawas harus membuat Buku
Petunjuk Penggunaan atau system operasi (Operation Hand-Biook) sebelum
masa Serah Terima Pertama untuk semua peralatan yang ada dalam
bangunan seperti:
a. Instalasi Listrik;
b. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor;
c. Instalasi pendingin Ruangan; dan
d. Instalasi Pemadam Kebakaran.

2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Pengguna Jasa dan


pengguna bangunan dengan memberikan penjelasan yang diperlukan.

3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam bangunan pada


tempat yang ditentukan oleh Pengguna Jasa atau pengguna bangunan.

9
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 20 : Petunjuk Bangunan Dan Nama Ruangan


1. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan Perencana,
Konsultan Pengawas, Pengguna Jasa dan Pemilik Bangunan/ Pengguna
Bangunan harus membuat petunjuk dan Nama semua ruangan berdasarkan
fungsinya masing-masing sebelum masa Serah Terima Pertama (PHO).

2. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan Perencana,


Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa juga harus membuat Petunjuk
Pintu Masuk Utama dan Pintu Keluar Utama untuk semua bangunan dari
material yang dapat dilihat dengan mudah pada siang hari maupun malam
hari.

3. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan Perencana,


Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa harus membuat Duplikat Denah
Bangunan ukuran 100 x 60 cm untuk masing-masing lantai dan ditempatkan
pada daerah sekitar tangga atau ruang tunggu.

Pasal 21 : Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan


1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan Progress 100%
yang diajukan oleh Penyedia Jasa dan telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Pengguna Jasa, maka pihak Konsultan Pengawas, Penyedia
Jasa dan Pengguna Jasa bersama-sama menandatangani Berita Acara Serah
Terima Pertama (PHO) kecuali ditentukan lain oleh Pengguna Jasa.

2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani berdasarkan


klaim Progress 100% yang diajukan Penyedia Jasa, maka Konsultan
Pengawas, Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa bersama-sama melakukan
Pemeriksaan Lapangan.

3. Pekerjaan-pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai kualitas


maupun kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan yang ditemukan
dalam Pemeriksaan Lapangan adalah menjadi kewajiban Penyedia Jasa
memperbaikinya sebelum Serah Terima Pertama ditandatangani dan hal ini
harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Daftar
Pekerjaan Cacat.

4. Penyedia Jasa juga harus menyerahkan As-built Drawing dan Buku Petunjuk
Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah disetujui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa sebelum Berita Acara
Serah Terima Pertama ditandatangani.

5. Konsultan Pengawas akan mengeluarkan rekomendasi tertulis akan realisasi


perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan Cacat dan As-built
Drawing yang telah selesai dilaksanakan oleh Penyedia Jasa untuk keperluan
penandatanganan Berita Acara Serah Terima Pertama (PHO)

6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikan-


perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan Pengawas akan
mengeluarkan rekomendasi tertulis mengenai selesainya pekerjaan dan
perbaikan yang berarti Serah Terima Kedua (PHO) kedua dari pihak
Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa.

Pasal 22 : Pemanfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan


1. Pemanfaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan hanya
boleh dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara Pengguna Jasa
(Pemberi Tugas) dengan Pemilik Bangunan ditandatangani.

10
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan bangunan dan


memanfaatkan semua fasilitas yang ada dalam bangunan selama bangunan
masih dalam proses Serah Terima antara Penyedia Jasa dengan Pengguna
Jasa.

3. Pemanfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima antara


Pengguna Jasa dan Pemilik Bangunan ditandatangani, harus dengan
persetujuan Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.

4. Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap perbaikan dengan biaya


sendiri semua cacat dan kerusakan yang timbul akibat penggunaan
bangunan oleh Pemilik Bangunan yang telah disetujuinya bersama dengan
Pengguna Jasa.

Pasal 23 : Penanggung Jawab Manajemen Konstruksi


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Pengguna Jasa dengan
Penyedia Jasa Konsultasi, maka Konsultan Pengawas untuk proyek seperti
yang disebutkan dalam BAB I di atas adalah Perusahaan seperti yang
disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Pengawas

2. Tugas dan kegiatan Konsultan Pengawas adalah seperti yang disebutkan


dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor:
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa
Konsultan Pengawas atau menurut perubahannya jika ada kecuali
ditentukan lain oleh Pengguna Jasa dalam Kontrak Kerja Konsultan
Pengawas.

3. Konsultan Pengawas harus mengajukan struktur organisasi lapangan proyek


kepada Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa di mana di dalamnya
tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan.

4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum


dalam struktur organisasi lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan
Pengawas harus berada di lokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.

5. Konsultan Pengawas harus menyerahkan Struktur Organisasi lapangan


proyek yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa.

6. Penggantian tenaga ahli oleh Konsultan Pengawas selama proses


pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan
Pelaksana dan Pengguna Jasa.

7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Pengguna Jasa jika hendak
meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.

8. Penyedia Jasa berhak mengajukan kepada Konsultan Pengawas dan


Pengguna Jasa untuk penggantian tenaga ahli Konsultan Pengawas yang
berada di lokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat
pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

9. Tenaga ahli yang ditempatkan di lokasi pekerjaan oleh Konsultan Pengawas


harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi
pekerjaan.
10. Konsultan Pengawas harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan
dan diketahui oleh Pengguna Jasa atas segala hal yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan oleh Penyedia Jasa.

11
SPESIFIKASI TEKNIS

11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Pengawas adalah berdasarkan
hasil diskusi dan konsultasi dengan Pengguna Jasa.

Pasal 24 : Instruksi Konsultan Pengawas


1. Penyedia Jasa harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau
perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas harus dalam


bentuk tulisan.

3. Instruksi Konsultan Pengawas dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus


diikuti oleh Penyedia Jasa selama disertai oleh alasan-alasan yang jelas dan
sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

4. Instruksi dari Konsultan Pengawas dapat berupa hal-hal seperti disebutkan


dibawah ini :
1. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga
membahayakan bagi konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang
baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan
Gambar Rencana.
2. Perintah untuk menyingkirkan material/ bahan bangunan yang tidak
sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
3. Perintah untuk menggantikan Pelaksana lapangan dari Penyedia Jasa
yang dianggap kurang mampu.
4. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan
untuk mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.
5. Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode
pelaksanaan Penyedia Jasa yang dianggap tidak tepat sehingga dapat
mengurangi kualitas dan memperlambat proses penyelesaian pekerjaan.
6. Dan lain–lain instruksi, teguran atau perintah yang dianggap perlu.

Pasal 25 : Perubahan-Perubahan Disain Dan Perbedaan-Perbedaan


1. Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas dengan persetujuan
Pengguna Jasa berhak mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar
Rencana, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity yang wajib dilaksanakan
oleh Penyedia Jasa.

2. Penyedia Jasa dengan alasan apapun tidak boleh melakukan perubahan


pada Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa
persetujuan Konsultan Pengawas atau Konsultan Perencana.

3. Perubahan-perubahan akan Gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis harus


disampaikan secara tertulis kepada Penyedia Jasa untuk dilaksanakan.

4. Perubahan-perubahan pada Gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis yang


dilakukan oleh Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana, dan Pengguna
Jasa secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa. Resiko karena melaksanakan Instruksi tidak tertulis
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

5. Perubahan-perubahan akan Gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis tidak


boleh menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari
biaya pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja atau oleh Pengguna Jasa.

12
SPESIFIKASI TEKNIS

6. Perhitungan kuantitas/ volume pekerjaan dan biaya karena perubahan


Gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Konsultan Perencana
diketahui oleh Konsultan Pengawas dan disetujui oleh Pengguna Jasa.

7. Penyedia Jasa berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/ volume


pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.

8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidaksesuaian antara


Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity, Penyedia Jasa
tidak dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak, tetapi harus
melaporkannya kepada Konsultan Pengawas untuk tindakan selanjutnya.

9. Konsultan Pengawas dengan persetujuan Konsultan Perencana dan


Pengguna Jasa berhak menentukan acuan mana yang harus dipegang bila
terjadi perbedaan antara Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis, dan Bill of
Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Pengawas,
jika terjadi perbedaan antara Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis dan Bill of
Quantity maka urutan acuan yang harus dipegang ditentukan seperti
berikut:
1. Kontrak Kerja;
2. Bill of Quantity;
3. Gambar Rencana serta Gambar Revisi; dan
4. Spesifikasi Teknis.

Pasal 26 : Struktur Organisasi Proyek


1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan Pengawas dengan
persetujuan Pengguna Jasa.

2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum


hubungan antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.

3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang harus diikuti


oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.

4. Perubahan-perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus segera


diberitahukan secara tertulis kepada semua pihak yang terlibat dalam
proyek.

5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakan pada
posisi yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet (Kantor Konsultan
Pengawas) dan Kantor Penyedia Jasa.

Pasal 27 : Ketentuan Lain


1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi Penyedia Jasa
dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan.

2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa walaupun hal tersebut tidak
disebutkan dalam Gambar Rencana dan Bill of Quantity kecuali ditentukan
lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Pengawas dengan Persetujuan
Pengguna Jasa.

3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis
dan aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan adalah
aturan yang terdapat dalam Kontrak Kerja.

13
SPESIFIKASI TEKNIS

4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Pengawas bersama dengan Konsultan Perencana
dengan persetujuan Pengguna Jasa dalam proses pelaksanaan pekerjaan
dan menjadi satu ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti oleh Penyedia
Jasa.

5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas tersebut harus


tetap mengacu pada Kontrak Kerja yang telah ada.

6. Konsultan Pengawas bersama Konsultan Perencana dengan persetujuan


Pengguna Jasa dapat mengubah sebagian besar atau sebagian kecil aturan
yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan Penyedia Jasa wajib mengikuti
aturan perubahan tersebut.

14
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB III PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1 : Papan Nama Proyek


1. Penyedia Jasa harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang
memuat tentang identitas proyek.

2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm kecuali


ditentukan lain oleh Pengguna Jasa.

3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas
terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan
proyek. Latar papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm
atau multiplek dengan tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan
material lain harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

4. Papan nama proyek berlatar belakang putih dengan tulisan warna hitam,
kecuali untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.

5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana,


Instansi Pemilik Bangunan, Penyedia Jasa, Konsultan Perencana dan
Konsultan Pengawas.

6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek,


waktu mulai proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

Pasal 2 : Kantor Lapangan Konsultan Pengawas (Direksi Keet)


1. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus membuat kantor Konsultan
Pengawas (Direksi Keet) untuk keperluan operasional Konsultan Pengawas.

2. Pemanfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Konsultan Pengawas


(Direksi Keet) harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

3. Direksi Keet mempunyai ukuran minimal 30 m2.

4. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.

5. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu
dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.

6. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm :


2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian
beton.

7. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak
balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.

8. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding
kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari
bahan multiplek tebal 6 mm.

9. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

15
SPESIFIKASI TEKNIS

10. Penggantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
di atas harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

11. Direksi Keet harus dilengkapi minimal dengan :


a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum

12. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Penyedia Jasa
dengan Konsultan Pengawas. Letak Direksi Keet tidak boleh berada terlalu
dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

Pasal 3 : Kantor Lapangan Penyedia Jasa


1. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus membuat Kantor Lapangan untuk
keperluan operasional pelaksanaan pekerjaan.

2. Pemanfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Lapangan harus dengan


persetujuan Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.

3. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 30 m2.

4. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.

5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu
dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.

6. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1


Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian
beton.

7. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Kantor Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan
jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan
kelas II.

8. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka


dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

9. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

10. Penggantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

11. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan :


a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum
h. Komputer PC dan printer A3 : 1 Unit

16
SPESIFIKASI TEKNIS

12. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Penyedia Jasa
dengan Konsultan Pengawas. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada
terlalu dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

Pasal 4 : Toilet / WC Dan Kamar Mandi Lapangan


1. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus membuat Kamar Mandi dan WC
untuk keperluan Staf Penyedia Jasa, Staf Konsultan Pengawas, dan para
pekerja dan buruh

2. Pemanfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama yang telah ada
dilokasi pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna
Jasa.

3. Kamar Mandi dan WC mempunyai ukuran minimal 9 m2

4. Toilet/WC staf Penyedia Jasa dan staf Konsultan Pengawas harus dibuat
terpisah dengan Toilet/WC serta Kamar Mandi pekerja

5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama

6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton dengan campuran
1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian
beton
7. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari pasangan batu
bata dan diplaster sedangkan bagian atasnya boleh dibuat dari dinding papan
ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas
II

8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Penggantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas

10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air, bak
tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor. Kamar Mandi dan WC juga
harus dilengkapi dengan Septictank dan saluran resapan

11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Pengawas. Letak Kantor Lapangan tidak boleh
berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan

Pasal 5 : Gudang Penyimpanan Material


1. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus membuat Gudang penyimpanan
material untuk melindungi material yang tidak segera dipakai

2. Pemanfaatan bangunan lama dilokasi pekerjaan untuk keperluan Gudang


Penyimpanan Material harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan
Pengguna Jasa

3. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 60 m2

4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil


bongkaran bangunan lama

17
SPESIFIKASI TEKNIS

5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton dengan


campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus
dengan acian beton

6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benar-


benar terlindung dari rembesan air

7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan


panggung maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan
ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50
cm dari kayu dengan kelas II

8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm


dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat
juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm
9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm

10. Penggantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas

11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Pengawas, Letak Gudang
Penyimpanan Material tidak boleh berada terlalu dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan

12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi


pekerjaan kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain

Pasal 6 : Barak Pekerja


1. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus membuat Barak Pekerja untuk
keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.

2. Pemanfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan


Barak Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan Pengguna
Jasa.

3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap


dilokasi pekerjaan atau minimal berukuran 50 m2.

4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan kosumsi
sehari-hari para pekerja.

5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.

6. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm :


2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.

7. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu
dengan kelas II.

8. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka


dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat
dari bahan multiplek tebal 6 mm.

18
SPESIFIKASI TEKNIS

9. Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm

10. Penggantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas

11. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Pengawas

12. Barak Pekerja tidak boleh diletakkan didalam lokasi pekerjaan.

Pasal 7 : Bengkel Kerja / Pabrikasi


1. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel Kerja atau
tempat Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kayu
dan baja profil dan baja tulangan

2. Pemanfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan untuk


keperluan Bengkel Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas
dan Pengguna Jasa

3. Ukuran minimal Bengkel Kerja pekerjaan untuk masing-masing pekerjaan


pabrikasi adalah 40 m2

4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama

5. Bangunan Bengkel Kerja dapat dibuat dari konstruksi kayu.

6. Atap Bengkel Kerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali


ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas .

Pasal 8 : Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara


1. Penyedia Jasa atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air bersih dan
Instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan
pekerjaan untuk keperluan operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan
konstruksi

2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalasi Listrik dan Instalsi Air


Bersih dan Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi pekerjaan tanpa
persetujuan Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa

Pasal 9 : Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K


1. Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja untuk
semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan dan tamu yang
berkunjung kelokasi pekerjaan.

2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :


1. Helm Pelindung Kepala;
2. Sepatu untuk melindungi kaki;
3. Pemadam Kebakaran; dan
4. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan maka Penyedia Jasa diwajibkan mengambil segala
tindakan guna kepentingan si korban.

4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban


kecelakaan dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

19
SPESIFIKASI TEKNIS

5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi tanggung


jawab Penyedia Jasa adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Penyedia Jasa;
b. Personil Konsultan Pengawas ;
c. Personil Konsultan Perencana;
d. Pengguna Jasa dan para wakilnya;
e. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
f. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan sepengetahuan
Penyedia Jasa.

Pasal 11 : Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan


1. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus menyediakan tempat/pos penjaga
keamanan lokasi pekerjaan beserta minimal 2 orang penjaga keamanan yang
bekerja selama 24 jam.

2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan dimensinya


ditentukan oleh Penyedia Jasa.

3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di


dalam lokasi pekerjaan.

20
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB IV PEKERJAAN AWAL

Pasal 1 : Pembersihan Lapangan


1. Penyedia Jasa harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala sesuatu yang
dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti bangunan lama, hasil
bongkaran bangunan lama, pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Penyedia Jasa harus melakukan pengupasan terhadap tanah humus setebal


minimal 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi.

3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Rencana adalah
muka tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan
tanah humus atau muka tanah timbun yang telah dipadatkan kecuali
diitentukan lain dalam Gambar Rencana.

4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh
dipakai sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai
material bangunan.

5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan


lapisan humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh
mungkin dari lokasi pekerjaan atau ketempat yang tidak menggangu
lingkungan hidup.

6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak boleh
berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.

Pasal 2 : Pembongkaran Konstruksi Bangunan Lama


1. Penyedia Jasa harus membongkar Konstruksi Bangunan Lama atau sisa
bangunan lama sesuai dengan Gambar Rencana atau Bill of Quantity

2. Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran Penyedia Jasa harus membuat


permohonan tertulis kepada Konsultan Pengawas dan diketahui Konsultan
Pengawas serta Pengguna Jasa.

3. Dalam melakukan pembongkaran bangunan lama Penyedia Jasa harus


menjamin untuk tidak merusak bangunan disekitar lokasi pekerjaan dan
bangunan-bangunan yang oleh Pengguna Jasa tidak diijinkan untuk
dibongkar.

4. Kerusakan-kerusakan bangunan lama dan bangunan disekitar lokasi pekerjaan


akibat aktifitas pembongkaran bangunan oleh Penyedia Jasa menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa apabila ada tuntutan ganti rugi oleh pemilik
bangunan.
5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Pengguna Jasa atau pemilik
bangunan. Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap keamanan,
kehilangan dan pemanfaatan hasil bongkaran bangunan lama oleh pihak-
pihak ketiga tanpa seizin Pengguna Jasa atau pemilik bangunan.

6. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dimanfaatkan kembali oleh


Penyedia Jasa untuk material bangunan didalam lokasi maupun diluar lokasi
proyek tanpa seizin Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.

21
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 3 : Penentuan Letak Bangunan (Setting Out)


1. Penyedia Jasa harus melakukan Seetting Out atau pengukuran kembali akan
kebenaran posisi bangunan yang akan dibangun seperti yang telah ada dalam
Lay Out bangunan pada Gambar Rencana.

2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Penyedia Jasa harus diketahui dan
didampingi oleh Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana, Pengguna Jasa
dan Pemilik Bangunan

3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus
menggunakan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas

4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama yang
pasti akan elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi penempatan bangunan dan
batas-batas lahan kerja. Ketetapan akan elevasi dan posisi bangunan harus
direalisasikan dilapangan dengan memasang patok-patok sementara dari kayu
ukuran 5/7 cm yang ditanam minimal 30 cm dalam tanah dan ujungnya
ditandai dengan cat minyak

5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out bangunan
yang ada dalam Gambar Rencana kecuali dengan alasan-alasan kondisi lahan
existing yang berubah dan alasan-alasan teknis yang disetujui oleh Konsultan
Perencana atau Konsultan Pengawas

6. Perubahan-perubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan lahan atau


berubahanya kondisi existing lahan harus disetujui oleh Konsultan Perencana,
Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.

7. Penyedia Jasa harus membuat gambar hasil pekerjaan Seeting Out dan
disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.

Pasal 4 : Pagar Proyek Sementara Lokasi Pekerjaan


1. Penyedia Jasa harus melindungi lokasi pekerjaan selama berlangsungnya
pekerjaan konstruksi dari ganguan luar.

2. Bentuk perlindungan tersebut dapat berupa Pagar Seng BJLS 0,20 mm


dengan rangka kayu setinggi 2 meter dari muka tanah dan dicat dengan rapi.
3. Pagar Pelindung lokasi pekerjaan harus segera dibuat setelah hasil pekerjaan
Setting Out disetujui oleh Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan
Pengguna Jasa.

Pasal 5 : Pemasangan Bouwplank


1. Penyedia Jasa harus melakukan pemasangan Bouwplank sebagai acuan tetap
pada semua bangunan yang akan dikerjakan termasuk septictank dan Ground
Resevoir

2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang akan


dibangun minimal 1 m dan maksimal 2 m

3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam dalam
tanah minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang adalah 2 meter.
Untuk keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25 cm atau kayu
ukuran 2,5/7 cm yang dipaku pada tiang-tiang kayu 5/7 cm

4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap


bangunan yang akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan elevasinya

22
SPESIFIKASI TEKNIS

sebelum struktur bangunan yang paling rendah seperti pondasi dan sloof
selesai dikerjakan

5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan Seeting


Out

6. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh Konsultan


Pengawas

23
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB V ISU – ISU LINGKUNGAN

Pasal 1 : Sanitasi
1. Penyedia Jasa Wajib menyediakan toilet sementara untuk para pekerjanya di
lapangan

2. Penyedia Jasa bertanggung jawab terhadap pengosongan dan pembersihan


toilet dan lumpurnya yang diindetifikasikan dan diusulkan oleh Dinas
Kebersihan Dan Pertamanan Kota/Kabupaten.

3. Penyedia Jasa harus membongkar toilet sementara tersebut setelah proses


pembangunan dan konstruksi selesai dan membersihkan lahannya sesuai
kebutuhan.

Pasal 2 : Limbah Cair


1. Penyedia Jasa harus menyediakan lokasi yang aman untuk menyimpan
limbah padat (solid waste)

2. Penyedia Jasa harus membersihkan lokasi kerja dan sekitarnya dari bahan
buangan yang ditinggalkan selama proses konstruksi, termasuk
membersihkan kertas plastic, kertas bekas semen, plastic pengikat dan kayu
bekas pelindung barang, minimal sekali dalam 2 minggu dan sebelum serah
terima ke pemilik rumah ke lokasi pembuangan resmi yang terdekat.

3. Penyedia Jasa harus membersihkan lokasi kerja dan sekitarnya dari bahan
buangan lain yang ditinggalkan oleh staf Kontraktor selama proses
konstruksi.

4. Penyedia Jasa harus bertangung jawab dalam mengatur pengangkutan dan


buangan akhir dari limbah padat tidak beracun pada tempat pembuangan
akhir yang sudah ditunjuk oleh pemerintah kota/kabupaten.

5. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk menyimpan limbah


berbahaya pada tempat yang aman, pada lokasi kerja.

6. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap pembuangan akhir limbah


berbahaya, terutama berhubungan dengan pemerintah kota/kabupaten,
Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

7. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas pemisahan benda-benda tak


berguna dari lokasi kerja, setelah pekerjaan selesai.

Pasal 3 : Air Bersih


1. Penyedia Jasa harus menyediakan kebutuhan air bersih untuk proses
konstruksi.

2. Penyedia Jasa harus menjamin bahwa penyedian air untuk kebutuhan


sanitasi tersedia dalam jumlah yang mencukupi dalam gedung kerja.

3. Penyedia Jasa harus bertangung jawab untuk menjamin bahwa aliran air
dari lokasi pekerjaan konstruksi tidak mencemari lingkungan sekitar.

24
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 4 : Polusi Udara


1. Penyedia Jasa harus melakukan langkah pengukuran yang memadai, seperti
penyemprotan air ke lokasi kerja dan jalan, minimasi pencemaran dari debu.

2. Penyedia Jasa harus menjamin bahwa kenderaan dan peralatan proyek


dipelihara dengan baik, mengikuti standard emisi.

Pasal 5 : Polusi Suara


1. Penyedia Jasa harus mengatur jam kerja sehingga kemungkinan bising yang
ditimbulkan tidak menggangu masyarakat setempat, antara jam 5 sore s/d 8
pagi.

2. Penyedia Jasa harus melakukan koordinasi dengan Geuchik setempat


bilamana ada perubahan waktu kerja.

25
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB VI PEKERJAAN QUALITY KONTROL

Pasal 1 : Ruang Lingkup


1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi semua
percobaan-percobaan dan pengujian-pengujian terhadap material bangunan
serta pemeriksaan-pemeriksaan terhadap hasil kerja Penyedia Jasa

2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas


dalam Proyek ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh Penyedia
Jasa berikut ini :
a. Pemeriksaan dan Pembuatan Job Mix Disain Beton;
b. Pemeriksaan Kualitas Material Beton;
c. Pemeriksaan Dan Uji Job Mix Formula;
d. Pemeriksaan Mutu Beton;
e. Pemeriksaan Kuat Tarik Baja Tulangan;
f. Pemeriksaan Kualitas Material Baja Profil & Alat Sambung;
g. Pemeriksaan Kepadatan dan Sifat-Sifat Fisik Material Timbunan yaitu
Sand Cone dan tes CBR;
h. Pengujian Daya Dukung Pondasi dengan PDA Test;
i. Pemeriksaaan-Pemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta oleh
Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.

3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya


dengan biaya sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara-cara yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas

4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Penyedia Jasa harus
diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, Konsultan
Perencana serta Pengguna Jasa.

5. Komponen-Komponen bangunan/struktur yang gagal dalam pemeriksaan


kualitas berdasarkan laporan Laboratorium dan Konsultan Pengawas, maka
komponen-komponen bangunan/struktur tersebut dengan biaya sendiri
harus dibongkar oleh Penyedia Jasa dan digantikan dengan yang baru.

Pasal 2 : Biaya Quality Kontrol


1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol seperti
yang disebutkan dalam Pasal 1 adalah menjadi tanggungan dan
dibebankan kepada Penyedia Jasa walaupun tidak disebutkan dalam Bill of
Quantity.

2. Biaya Penginapan, Transportasi dan Konsumsi Konsultan Pengawas,


Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa yang turut hadir dalam Pekerjaan
Quality Kontrol menjadi tanggungan dan dibebankan kepada Penyedia Jasa.

26
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB VII PEKERJAAN TANAH DAN PASIR

Pasal 1 : Tanah Timbun


1. Bahan untuk urugan tersebut menggunakan material bekas galian atau
dengan mendatangkan dari lokasi lain dan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
· Jenis tanah harus bergradasi baik dan bebas dari tanah organis,
kotoran dan batuan yang berukuran lebih besar dari 100 mm. Tanah
urug harus mempunyai Liquid Limit (LL) 30 persen atau kurang, Indeks
Plastis (PI) 15 persen atau kurang, dan tidak lebih dari 20 persen
melampaui saringan No. 200. kecuali ditentukan lain oleh KP.

- Konsultan Pengawas berhak menolak material yang tidak memenuhi


persyaratan tersebut diatas.

2. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal


maksimum tiap-tiap lapisan 20 cm tanah lepas dan dipadatkan sampai
mencapai Kepadatan Maksimum pada Kadar Air Optimum , dan mencapai
peil permukaan tanah yang direncanakan. Test Kepadatan Optimum harus
mengikuti ASTM.D-1557.

3. Pada lokasi yang diurug harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai dengan
ketinggian rencana. Untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu,
dibuat patok dengan warna tertentu pula.

4. Pada daerah yang basah/ada genangan air, Kontraktor harus membuat


saluran-saluran sementara untuk mengeringkan lokasi-lokasi tersebut,
misalnya dengan bantuan pompa air.

5. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah dan
sebagainya.

6. Pemadatan harus dilakukan dengan menggunakan kadar air yang sesuai


dengan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium. Pemadatan
urugan dilakukan dengan memakai alat pemadat yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas .

7. Jika urugan sangat tebal, maka pengurugan dan pemadatan harus dilakukan
secara berlapis, dengan ketebalan lepas tidak lebih dari 20 cm. Selanjutnya
derajat kepadatan harus memenuhi persyaratan seperti tercantum dalam
gambar rencana. Jika tidak tercantum dalam gambar rencana, maka
pemadatan harus dilakukan sampai mencapai derajat kepadatan minimal 98
%.

8. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan


pengurugan adalah +/- 50 mm terhadap kerataan yang ditentukan. Agar
hasil pemadatan yang sudah disetujui dapat tetap terjaga, maka Kontraktor
wajib membuat sistem drainase sedemikian, sehingga daerah yang sudah
dipadatkan aman terhadap air. Sistem drainase yang akan digunakan harus
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

9. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bahan harus ditest dilaboratorium,


untuk mendapatkan nilai Standard Proctor/Kepadatan Maksimum pada
Kadar Air Optimum.

27
SPESIFIKASI TEKNIS

Laboratorium yang memeriksa harus laboratorium yang disetujui oleh


Konsultan Pengawas

10. Untuk bahan yang sama, setiap lapis tanah yang sudah dipadatkan harus
ditest juga dilapangan, yaitu 1 (satu) test untuk tiap 500 m2, yaitu dengan
sistim "Field Density Test". Jika urugan cukup tebal maka dengan hasil
kepadatannya harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
· Untuk lapisan yang letaknya lebih dalam dari 50 cm dari permukaan
rencana, kepadatannya harus mencapai minimal 95 % .
· Untuk lapisan 50 cm dari permukaan rencana, kepadatannya 98 % dari
Standard Proctor.

11. Hasil test dilapangan harus tertulis dan diketahui oleh Konsultan Pengawas.
Semua hasil-hasil pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap patok-patok
referensi untuk mengetahui sampai dimana kedudukan permukaan tanah
tersebut.

12. Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus dipertahankan, dijaga
dan dilindungi agar jangan sampai rusak akibat pengaruh luar misalnya
basah oleh air hujan, panas matahari dan sebagainya. Perlindungan dapat
dilakukan dengan dengan menutupi permukaan dengan plastik.
Pekerjaan pemadatan dianggap cukup, setelah hasil test memenuhi syarat
dan mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas

13. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus


dicampur dengan cara menggaruk atau cara sejenisnya sehingga diperoleh
lapisan yang kepadatannya sama.

14. Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang dibutuhkan
dan diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai
dengan lapisan berikutnya.
Bilamana bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki,
lapisan tersebut harus diulangi kembali pekerjaannya atau diganti, dengan
cara-cara pelaksanaan yang telah ditentukan, guna mendapatkan kepadatan
yang dibutuhkan.
Jadwal pengujian harus diajukan oleh Kontraktor kepada Konsultan
Pengawas/Konsultan Perancang.

15. Penentuan kepadatan dilapangan dapat dipergunakan salah satu dari


cara/prosedur dibawah ini :
· "Density of soil inplace by sand-cone method" AASHTO.T.191.
· "Density of soil inplace by driven cylinder method " AASHTO.T.204.
· "Density of soil inplace by the rubber ballon method" AASHTO.T.205.

Atau cara-cara lain yang harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu


dari Konsultan Pengawas.
Kontraktor harus mengajukan cara pengujian yang akan digunakan kepada
Konsultan Pengawas.

16. Setelah pemadatan selesai, sisa urugan tanah harus dipindahkan ketempat
tertentu yang disetujui oleh Konsultan Pengawas

17. Jika hasil laboratorium belum memenuhi persyaratan maka Kontraktor wajib
untuk melakukan pemadatan kembali, sehingga hasilnya memenuhi syarat.
Semua biaya yang timbul menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 2 : Pasir Urug

28
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan,


timbunan, pasir alas pondasi batu gunung serta alas pekerjaan lantai kerja
beton ( Line Concrete ) Pondasi Plat Lantai Beton.

2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton
non struktural.

3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.

4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.

5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.

6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga mencapai
kepadatan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas atau jenuh air
sebelum dilakukan pekerjaan lain diatasnya.

7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Pengawas

Pasal 3 : Galian Pipa Air Dan Instalasi Listrik


1. Yang dimaksud dengan galian pipa adalah semua pekerjaan yang
berhubungan dengan Instalasi Air Kotor, Instalasi Air Bersih, Instalasi
Limbah Kimia dan Instalasi Listrik Bawah Tanah.

2. Bentuk dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Rencana atau
menurut petunjuk Konsultan Pengawas.

3. Kedalaman galian pipa air bersih dan air kotor minimal 50 cm dari muka
tanah dasar atau muka tanah timbun kecuali ditentukan lain dalam Gambar
Rencana dan Bill of Quantity. Khusus untuk galian Instalasi Listrik harus
dibuat minimal 80 cm dari muka tanah dasar atau muka tanah timbun.

4. Galian pipa tidak boleh menggangu struktur dan konstruksi bangunan lain
yang ada disekitarnya.

29
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB VIII PEKERJAAN PONDASI

Pasal 1 : Pasir Pasang / Pasir Halus


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 2 : Lantai Kerja / Lean Concrete


1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan
langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/lean concrete.

2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan mutu K-175.

3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Rencana.

4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi


tergenang air.

5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Pengawas

Pasal 3 : Pondasi Tapak


1. Sebelum Pondasi tapak dikerjakan
Penyedia Jasa harus memastikan galian pondasi sudah selesai 100%.

2. Kontraktor harus membuang semua air


tanah yang ada dalam galian pondasi sebelum memulai pekerjaan pondasi
tapak.

3. Pekerjaan pengecoran pondasi tapak


tidak boleh dikerjakan dalam kondisi galian pondasi tergenang air.

4. Pada bagian paling dasar pondasi


dilapisi dengan pasir urug dengan ketebalan minimal 10 cm. Lapisan pasir
urug harus dipadatkan dengan kepadatan yang cukup.

5. Diatas lapisan pasir urug dikerjakan


pekerjaan lantai kerja (land concrete) dengan ketebalan minimal 5 cm dari
campuran 1 PC : 3 Psr : 6 Krkl. Pekerjaan lantai kerja tidak boleh dilakukan
dalam kondisi galian tergenang air.

6. Perakitan tulangn pondasi tapak


dilakukan langsung diatas lantai kerja atau dapat juga dilakukan di bengkel

30
SPESIFIKASI TEKNIS

kerja Penyedia Jasa. Jumlah dan diameter tulangan pondasi tapak sesuai
dengan Gambar Rencana.

7. Bentuk dan dimensi pondasi tapak


sesuai dengn Gambar Rencana.

8. Hasil pekerjaan pondasi tapak harus


benar – benar tegak lurus dalam arah horinzontal dan tegak lurus arah
vertical hal ini dibuktikan dengan pekerjaan theodolit atau pengukuran
manual.

9. Semua pondasi tapak beton bertulang


dibuat dari beton dengan mutu K-250.

10. Hasil pekerjaan pondasi tapak beton


bertulang harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

31
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB IX PEKERJAAN BETON

Pasal 1 : Pasir Beton


1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan


penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak
beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Pasal 2 : Kerikil Beton


1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan


penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6


mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural


atau beton dengan mutu dibawah K-175.

10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

32
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 3 : Batu Pecah


1. Batu pecah adalah hasil produksi mesin pemecah batu (Stone Cruser) dan
bukan hasil pekerjaan manual (manusia).

2. Batu pecah berasal dari batuan kali.

3. Terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal.

4. Tingkat ketahanan terhadap keausan butiran minimal 95%.

5. Jumlah butiran Lonjong dan Pipih minimal 5%.

6. Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat alkali.

7. Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar maksimal


3 cm.

8. Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh seragam tetapi
merupakan campuran antara butiran 1 cm sampai butiran 3 cm.

9. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus melalui
proses pemeriksaan di Laboratorium beton.

10. Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural atau
beton dengan mutu K-175 sampai mutu K-250.

Pasal 4 : Semen Portland


1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton struktural maupun beton non struktural.

3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.

6. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk


bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pasal 5 : Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat
merusak beton.

3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan
dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas sebelum digunakan.

Pasal 6 : Zat Additive

33
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses


penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Penyedia Jasa.

3. Penyedia Jasa harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku
secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang


dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.

Pasal 7 : Tulangan Beton


1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas

2. Baja tulangan diatas diameter 12 mm atau lebih adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 12 mm adalah baja


polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3900


kg/cm2 atau 390 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan


percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Rencana.

7. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi
dalam arah yang berlawanan.

8. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari


hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

9. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan


gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pasal 8 : Selimut Beton


1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of Quantiti dan
Gambar Rencana maka aturan ketebalan selimut beton adalah seperti
berikut ini :

Komponen Beton yang Tidak Langsung Beton yang Berhubungan


Struktur Berhubungan Dengan Tanah Dengan Tanah Atau Cuaca
Atau Cuaca

Lantai ØD 36 Dan Lebih Kecil : 20 mm ØD 16 Dan Lebih Kecil : 40 mm

Lantai > ØD 36 : 40 mm > ØD 36 : 50

34
SPESIFIKASI TEKNIS

Dinding ØD 36 Dan Lebih Kecil : 20 mm ØD 16 Dan Lebih Kecil : 40 mm

Dinding > ØD 36 : 40 mm > ØD 36 : 50

Balok Seluruh Diameter : 40 mm ØD 16 Dan Lebih Kecil : 40 mm

Balok > ØD 16 : 50 mm

Kolom Seluruh Diameter : 40 mm ØD 16 Dan Lebih Kecil : 40 mm

Kolom > ØD 16 : 50 mm

Atau ditentukan dalam gambar.

2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal yang
umum sebesar 70 mm.

Pasal 9 : Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain)


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural dengan mutu
K-175 sampai mutu K-300 Penyedia Jasa harus membuat Rancangan
Campuran Beton (Job Mix Disain).

2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal 20 benda uji.

3. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah seperti yang


dijelaskan dalam Gambar Rencana dan Bill of Quantity.

4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton
yang diakui oleh Pemerintah.

3. Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain haruslah
material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan dilapangan dan
material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup dilokasi pekerjaan
sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.

4. Penggantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix
Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.

5. Penggantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix
Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan Penyedia
Jasa untuk membuat Job Mix Disain baru.

6. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan :
a. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
b. Laporan hasil penelitian Batu Pecah;
c. Komposisi Pasir Beton;
d. Komposisi Batu Pecah;.
e. Komposisi Air Beton;
f. Komposisi Zat Additive jika digunakan;
g. Nilai Slump Rencana; dan

35
SPESIFIKASI TEKNIS

h. Nilai Faktor Air semen.

7. Job Mix Disain yang dibuat oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan.

8. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas harus diikuti dan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa.

Pasal 10 : Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)


1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas,
Penyedia Jasa harus membuat Rencana Campuran Lapangan (Job Mix
Formula) beton struktural dengan mutu K-175 sampai mutu K-300.

2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari
segi komposisi material beton.

3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

4. Penyedia Jasa harus membuat media standar berupa bak-bak dari kayu
atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi material
berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.

5. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar


dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan komposisi
material beton yang ada dalam Job Mix Disain.

6. Penyedia Jasa harus melakukan pengujian hasil perhitungan Job Mix


Formula dengan media benda uji kubus beton ukuran 20x20x20 cm minimal
5 benda uji.

7. Hasil pengujian Job Mix Formula di Laboratorium Beton yang menghasilkan


mutu beton yang tidak sesuai dengan mutu beton pada Job Mix Disain
mengharuskan Penyedia Jasa melakukan perhitungan ulang akan Job Mix
formula atau merubah Job Mix Disain.

8. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan


dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.

Pasal 11 : Perakitan Tulangan


1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Penyedia Jasa atau langsung pada lokasi konstruksi.

2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus dilakukan
langsung lokasi konstruksi atau Bekisting.

3. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus


sesuai dengan Gambar Rencana dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI 2847:2013.

4. Penyedia Jasa harus menyediakan Shop Drawing dan daftar bengkokan,


dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel kerja untuk
menghindari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.

5. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh bersentuhan langsung dengan tanah.

36
SPESIFIKASI TEKNIS

6. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting
yang telebih dahulu telah selesai dikerjakan.

7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.

8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan
alat ikat kawat beton.

9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.

Pasal 12 : Sambungan Antar Tulangan


1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang penyaluran
tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak
ditentukan lain dalam Gambar Rencana maka harus sesuai dengan syarat-
syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI
2847:2013.

2. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat
pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling atau zig-
zag antara batang yang disambung dengan batang yang tidak disambung.

3. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar


Rencana, Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI 2847:2013 harus
diambil minimal 40 kali diameter batang yang disambung.

4. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak


dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulangan
tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain
kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI
2847:2013.

5. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika


tidak ditentukan lain dalam Gambar Rencana maka harus sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan
SK SNI 2847:2013.

6. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada


komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus
dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI 2847:2013.

7. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof


dan plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada
posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.

Pasal 13 : Support Dan Beton Tahu


a. Support
1. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak selimut
beton sesuai dengan disyaratkan maka pada setiap 1 m2 luas plat
lantai dan plat dack harus diberikan support/dukungan dari besi
tulangan ulir dengan diameter lebih besar dari diameter tulangan plat
lantai atau 13 mm.

37
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas plat lantai, plat dack dan


plat pondasi adalah minimal 5 buah.

3. Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Rencana atau


Shop Drawing yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas .

4. Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga dapat


mempertahankan jarak vertikal antara lapis tulangan ketika dibebani
oleh beban pekerja perakitan tulangan atau pekerja pengecoran.

b. Beton Tahu (dacking)


1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai
dengan yang disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok
dan kolom harus diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu
sehingga mempunyai jarak yang tetap dengan bekisting.

2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan


selimut beton pada masing-masing komponen struktur.

3. Mutu beton tahu minimal sebesar mutu beton konstruksi utama.

4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4


cm dan dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan
tinggi kolom.

5. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2
x 4 x 5 cm dan dipasang minimal 5 buah setiap 1 m2 plat lantai, plat
dack dan plat pondasi.

Pasal 14 : Acuan/ Bekisting


1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh balok-
balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III

2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak


diperbolehkan

3. Penggantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada


point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas

4. Penyedia Jasa harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk konstruksi


bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi lain yang
dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas

5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus


disetujui oleh Konsultan Pengawas

6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu


atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting
waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang
rapi

7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.

8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.

38
SPESIFIKASI TEKNIS

9. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi,


kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Penyedia Jasa dengan alat
Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak dibenarkan.

10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Pengawas


sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran beton.

11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan .

12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal
ini terjadi Penyedia Jasa harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian
beton.

13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan


bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Pengawas .

Pasal 15 : Lantai Kerja Beton ( Line Concrete )


1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan tanah
atau pasir urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai Kerja Beton
(Line Concrete) dengan tebal minimal 5 cm atau sesuai Gambar Rencana.

2. Lantai Kerja Beton dibuat dari beton mutu K-175.

3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini harus
dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasal 16 : Pengecoran Beton ( Casting Concrete )


1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Penyedia Jasa harus memastikan
Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas

2. Pengecoran beton structural mutu K-175 sampai K-250 hanya boleh


dilakukan oleh Penyedia Jasa jika Job Mix Disain, Job Mix Formula, Perakitan
Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang diperlukan dan
berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui oleh Konsultan
Pengawas

3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian


konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.

4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Penyedia


Jasa menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak berhubungan
langsung dengan air hujan.

5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.

6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir
Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah
dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.

39
SPESIFIKASI TEKNIS

8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputuskan oleh


Konsultan supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang
sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.

9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong
oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.

10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Pengawas.

11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.

12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.

13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu
pada saat bekisting dibuka.

14. Jika terjadi sangkar kerikil Penyedia Jasa harus memperbaiki bagian itu
dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan
(joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Penyedia
Jasa harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr sehingga
air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang beton sesuai
dengan yang direncanakan.

16. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi


yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.

Pasal 17 : Beton Ready Mix ( Beton Siap Curah )


1. Penggunaan beton Ready Mix oleh
Penyedia Jasa harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

2. Penyedia Jasa tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain kepada
Konsultan Pengawas terhadap semua mutu beton structural yang
menggunakan Beton Ready Mix.

3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum digunakan.

4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh


Batching Plant tetap menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

Pasal 18 : Pembongkaran Bekisting/Mal Beton


1. Bekisting tidak boleh
dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam bekisting belum berumur 28
hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.

2. Walaupun ditentukan lain


oleh Konsultan Pengawas bekisting beton tetap tidak boleh dibuka dan
dibebani sebelum berumur minimal 21 hari.

3. Pembukaan dan
pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari karena alasan adanya

40
SPESIFIKASI TEKNIS

pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan beton harus


disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 19 : Perawatan Beton ( Curing )


1. Penyedia Jasa harus melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap
beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.

2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni


kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton
berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur


28 hari atau sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan
Konsultan Pengawas.

Pasal 20 : Quality Control


a. Slump Test
1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton
dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan
beton pada setiap mutu beton.

2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test


dimana nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump
rencana yang ada pada Job Mix Disain.

b. Benda Uji Beton


1. Penyedia Jasa harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus dan
slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20 cm dan ukuran silinder
tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.

2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu
beton yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton
dalam satu kali pengecoran.

3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling
antara satu campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton
yang sama.

4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai
berumur 28 hari.

5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji,
dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.

c. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton


1. Penyedia Jasa harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan beton
yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan
pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.

2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu


Beton hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.

3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik


yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran
20 x 20 x 20 cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.

41
SPESIFIKASI TEKNIS

4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan


minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.

5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Penyedia


Jasa harus didampingi oleh Konsultan Pengawas. Pemeriksaan kuat tekan
beton tanpa didampingi oleh Konsultan Pengawas hasilnya dianggap
tidak sah.

6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan


beton ini dibebankan kepada Penyedia Jasa.

7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang
dari 95% dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah
selesai dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain
oleh Konsultan Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.

8. Penyedia Jasa tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran


beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan
yang berbeda dengan kuat tekan beton rencana.

9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Penyedia
Jasa untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam
pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas bersama dengan Penyedia Jasa
kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan
campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.

10.Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium
beton harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

11.Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan


Pengawas.

d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain


1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus
Beton hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana,
Konsultan Pengawas atau Pengguna Jasa, maka cara pemeriksaan mutu
beton dengan uji langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.

2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika


tidak ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan
dengan salah satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.

3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan


dipakai untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi
beton.

4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur


ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Pengawas .

5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana,


maka harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing komponen
struktur dan masing-masing mutu beton.

6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada
konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana
untk memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).

42
SPESIFIKASI TEKNIS

7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke


konstruksi beton adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas, Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.

Pasal 20 : Instalasi Dalam Konstruksi Beton


1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik sebaiknya tidak
ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Rencana atau oleh Konsultan Pengawas.

2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam


konstruksi beton untuk alasan apapun.

3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak
boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.

4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam
dalam komponen balok beton.

4. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk


keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus
dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

5. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta
pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik
tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas dengan disertakan
Rekomendasi Ahli Beton.

Pasal 21 : Sambungan Antar Beton


1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru
sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom
tiap lantai.

2. Jika penyambungan terpaksa dilakukan permukaan beton lama harus


dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.

3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak
diperbolehkan.

4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80
cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi
tumpuan kedua (lantai 2).

5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu
pada beton lama.

6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3
hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.

7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan


persetujuan Konsultan Pengawas.

Pasal 22 : Lain - Lain

43
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Persyaratan pekerjaan beton dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 22 berlaku


untuk semua item pekerjaan beton structural (K-175 sampai K-300) yang
ada dalam Proyek ini.

2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam proses


pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana
bersama dengan Konsultan Pengawas dalam proses pelaksanaan pekerjaan
dengan persetujuan Pengguna Jasa.

3. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang


mengikat dan wajib untuk dilaksanakan oleh Penyedia Jasa.

Pasal 23 : Pekerjaan Water-Proofing.


1. Lingkup Perkerjaan
Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan - bahan,
peralatan dan alat alat bantu lainnya termasuk pengangkutan yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam
gambar serta petunjuk Direksi Lapangan. Pekerjaan ini dilaksanakan antara lain
pada :
1. Pelat Lantai Dak Atap.
2. Pelat lantai KM/WC
3. Dinding dan lantai Ground Reservoir
4. Sambungan pelat beton dengan pipa air dan luifel.

2. Bahan - Bahan
Spesifikasi bahan.
Bahan waterproofing dari jenis sheet non woven polyester yang memenuhi
persyaratan - persyaratan sebagai berikut :
- Nama Produk : Sintopol ex Copernit Itali
Axter force 4000 line ex. France
Proofex Torchseal ex. Fosroc
Palladien Ex. Bituline Greece
- Ketebalan : 3 mm.
- Berat Nominal : 4 kg / m2.
- Packaging : Rolls 10 x 1 m.
- Non Woven Polyster :  180 Gr/m2.
- Ketahanan Sobekan : Memanjang min. 150 N
Melintang min. 170 N
- Ketahanan tarik : Memanjang min. 850 N
Melintang min. 600 N
- Ketahanan Panas : > 150o C.
- Ultimite elongation : Memanjang min. 40 N
Melintang min. 45 N
Contoh – Contoh
- Pemborong wajib mengajukan contoh bahan, brosur lengkap dan
jaminan dari pabrik dan Jaminan pelaksanaan pekerjaan minimal selama
5 ( lima) tahun.
- Pemborong wajib mengajukan contoh bahan minimal 2 (dua)
produk setaraf dari berbagai merk (kecuali ditentukan lain oleh
perencana), brosur lengkap dan jaminan dari pabrik untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Lapangan.
- Bila produk yang telah ditentukan diatas tidak tersedia dipasaran,
maka Kontraktor harus menunjukan surat keterangan dari Supliyer/agen
tunggal bahwa material tersebut tidak tersedia yang disampaikan kepada
MK dan Perencana.
- Keputusan jenis bahan, warna, tekstur dan produk akan diambil oleh
Direksi MK dan akan diinformasikan kepada pemborong selama tidak

44
SPESIFIKASI TEKNIS

lebih dari 7 (tujuh) hari kelender setelah penyerahan contoh - contoh


bahan tersebut.

3. Pelaksanaan
1. Umum
- Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukan kepada Direksi
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya, lengkap
dengan ketentuan/persyaratan dari pabrik yang bersangkutan. Bahan -
bahan yang tidak disetujui harus diganti atas tanggungan Pemborong.
- Apabila dianggap perlu diadakan penukaran/penggantian, maka bahan
- bahan pengganti harus disetujui Konsultan Pengawas berdasarkan
contoh yang diajukan Pemborong.
- Sebelum pekerjaan dimulai di atas suatu permukaan, permukaan
harus bersih, pengerjaannya harus sudah disetujui Direksi Konsultan
Pengawas serta peil - peil dan ukuran sesuai dengan gambar.
- Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan
ketentuan dari pabrik yang bersangkutan dan atas petunjuk Direksi
Lapangan.
- Apabila ada kelainan dalam hal apapun pada gambar, spesifikasi dan
lainnya, Pemborong harus segera melaporkannya kepada Direksi
Lapangan.
- Pemborong tidak dibenarkan memulai suatu pekerjaan pada suatu
tempat apabila ada kelainan/perbedaan ditempat itu, sebelum kelainan
tersebut diselesaikan.
- Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat
kelalaiannya, maka Pemborong tersebut harus mengganti tanpa biaya
tambahan.

2. Cara Pelaksanaan
- Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang
berpengalaman (ahli dari pihak Supplier) yang dibuktikan dengan
Company Profile dan daftar proyek-proyek yang pernah dilaksanakan
dan terlebih dahulu harus mengajukan "Metoda Pelaksanaan" sesuai
dengan spesifikasi dari pabriknya untuk mendapatkan persetujuan
Direksi Lapangan.
- Bekas lubang atau keropos harus di Grouting.
- Permukaan beton harus rata dan bersih, serta kemiringan ke
pembuangan air minimum 1 %.
- Pada sudut 900 dibuat 450 dengan adukan.
- Umur beton telah memenuhi persyaratan atau minimal 28 hari.
- Pemasangan pada vertikal harus naik 20 cm dan pada vertikal tersebut
harus dibuat tali air 2 x 1.5 cm untuk tempat pemberhentian
waterproofing tersebut. Floor Drain tidak berubah dan harus lebih
rendah dari permukaan waterproofing.
- Bila ada kebel - kabel yang menembus pada plat beton tersebut, maka
terlebih dahulu dipasang pipa paralon/pipa besi dan di sekelilingnya
harus di grouting.
- Setelah selesai pemasangan waterproofing harus segera discreeding 5
cm + kawat ayam khusus untuk lantai 1(satu) dan atap
- Pemasangan pada dinding km/wc naik 30 cm dari lantai keramik dan
dibuatkan tali air 2 x 1.5 cm untuk tempat pemberhentian
waterproofing.
- Tiap - tiap sambungan (overlap) 7.5 cm, harus dilas agar kekuatan
sambungan tersebut cukup kuat.
- Water Pproofing tidak diijinkan dipaku atau dibobok.

45
SPESIFIKASI TEKNIS

3. Pengujian Mutu Perkerjaan


- Pemborong wajib melakukan percobaan/pengetesan hasil pekerjaan
atas biaya Pemborong seperti dengan cara memberi siraman di atas
permukaan yang telah diberi lapisan kedap air.
- Pekerjaan percobaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan
dari Direksi Lapangan.
- Pada waktu penyerahan, Pemborong harus memberikan jaminan atas
semua pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor, pecah
dan cacat lainnya sebagai akibat dari kegagalan dari pekerjaan atau
bahan yang digunakan, selama 10 (sepuluh) tahun termasuk
mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.
- Bila ada pekerjaan yang harus dibongkar atau diperbaiki akan menjadi
tanggungan Pemborong.

Pasal 24 : Pekerjaan Water-Stop.


1. Lingkup Perkerjaan
Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan - bahan,
peralatan dan alat alat bantu lainnya termasuk pengangkutan yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam
gambar serta petunjuk Direksi Lapangan. Pekerjaan ini dilaksanakan antara lain
pada :
1. Sambungan lantai dan dinding Septic-Tank.
2. Sambungan lantai dan dinding Ground Reservoir.
3. Tempat – tempat lain disetiap pemberhentian beton kedap air.

2. Bahan – Bahan
Bila tidak ditentukan lain, maka pekerjaan pengecoran beton yang tidak
menerus dan harus kedap air dipakai bahan Water Stop dari Polyvinnyl
Chloride yang tahan terhadap bahan kimia, alkali, minyak dan acids.
Persyaratan bahan tersebut adalah :
1. Nama Bahan : PVC Waterstop
2. Type : WSA 250
3. Tebal : 6 mm
4. Lebar : 25 Cm
5. Warna : Biru
6. Kemasan : 25 m/Roll

3. Persyaratan Pelaksanaan
Pemasangan Water Stop harus mengikuti petunjuk dari pabriknya. Water Stop
dipasang disetiap pemberhentian pekerjaan pengecoran beton kedap air sesuai
dengan gambar kerja atau usulan dari Pemborong yang sudah disetujui
Konsultan Pengawas. Khusus untuk pengecoran Reservoir dan Septic-Tank dan
sebagainya dimana tempat tersebut tidak boleh bocor, maka ditempat tersebut
dipasang Water Stop.

Pasal 24 : Pekerjaan Anti-Rayap.


a. Lingkup Pelaksanaan
Lingkup pekerjaan dalam pasal ini meliputi :
1. Penyelidikan tanah lokasi pekerjaan terhadap kondisi rayap.
2. Penyelidikan bahan kimia anti rayap beserta peralatan untuk pekerjaan
pelapisan bahan tersebut.
3. Pelaksanaan pelapisan atau penyemprotan tahan kimia anti rayap tersebut
pada dinding dan dasar lobang galian pondasi dan keliling pondasi bore
pile, tanah dasar di bawah lantai permukaan bagian bagian bangunan satu
dan lain hal sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dari pabrik yang
memproduksi bahan anti rayap tersebut.
4. Kontraktor wajib meminta petunjuk Konsultan Pengawas mengenai
bagian-bagian yang akan diberi bahan anti rayap tersebut.

46
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Persyaratan bahan
1. Termitisida yang digunakan Demon TC (soil water base).
2. Bahan yang dimaksud adalah bahan kimia untuk mencegah naiknya rayap
kebagian bangunan dan mengamankan tanah bangunan yang
kemungkinan menjadi tempat bersarangnya rayap, melalui tanah dan
bagian-bagian dasar bangunan yang telah diberi lapisan pelindung anti
rayap sebelumnya.

3. Bahan yang digunakan harus betul-batul memiliki konsentrasi/formulasi


yang dipersyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI atau instansi lain
yang berwenang untuk itu.

4. Sebelum Kontraktor/Sub Kontraktor menyediakan bahan-bahan untuk


pekerjaan ini hendaknya agar memperlihatkan dulu contoh kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan Persetujuannya.

5. Semua bahan-bahan anti rayap yang didatangkan ke lapangan pekerjaan


harus/masih dalam keadaan disegel.

6. Jika kualitas bahan yang akan dipakai tidak sesuai dengan contoh dapat
berakibat perintah penggantian/penukaran bahan termaksud atas biaya
Kontraktor.

7. Pekerjaan anti rayap harus dilaksanakan oleh Supplier/bidang usaha yang


bergerak dalam pest control.

c. Syarat-syarat pelaksanaan
1. Pencampuran bahan hendaknya dilakukan di lapangan agar dapat
diketahui formulasi pemakaiannya oleh Konsultan Pengawas /ahli yang
ditunjuk untuk itu.

2. Pelaksanaan pelapisan dilakukan bertahap sebagai berikut


- Pada tanah galian sebelum dipasang pondasi.
- Pada bagian-bagian jenis pekerjaan bangunan yang akan menyentuh
tanah urugan seperti : permukaan pondasi, bawah permukaan plat
lantai, permukaan bawah tangga dan lain-lain setelah pekerjaan sub
struktur selesai.
- Pada bagian tanah sebelum dilakukan pengurungan pasir urug.
- Pada bagian atas pasir urug sebelum ditutup dengan lapisan bahan
penutup lantai.

3. Sebelum melakukan pelaksanaan Kontraktor harus meminta petunjuk


Konsultan Pengawas terlebih dahulu.
- Jumlah bahan yang dipakai (volume per satuan luas) untuk tiap tahapan
pelapisan dan bagian bangunan harus sesuai dengan yang
dipersyaratkan dan mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas

4. Jaminan/garansi
Kontraktor harus memberikan jaminan/garansi mengenai 2 (dua) hal
- Bahan yang digunakan betul-betul memiliki konsentrasi, formulasi serta
perbandingan yang dipersyaratkan.
- Sekurang-kurangnya 5 tahun setelah saat pelapisan bahan ini
Kontraktor harus menjamin kegunaan dari perlindungan bahan ini
terhadap rayap.

47
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB XI PEKERJAAN LANTAI

Pasal 1 : Pasir Urug Bawah Lantai.


1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam
ruangan harus sudah selesai 100%.

2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal


minimal 15 cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana.

3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran


yang seragam.

4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang


diinginkan dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak
dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.

5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasal 2 : Pasir Pasang / Pasir Halus


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang dipakai untuk keperluan


Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan
Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 3 : Beton Cor Bawah Lantai


1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton mutu K-175
dengan ketebalan minimal 10 cm atau sesuai dengan Gambar Rencana.

2. Beton cor bawah lantai dikerjakan pada posisi lantai 1 atau pada posisi
dimana dibawah lantai tidak terdapat komponen plat beton.

3. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

48
SPESIFIKASI TEKNIS

4. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh


Konsultan Pengawas .

Pasal 4 : Keramik Dan Granit Lantai


1. Semua Keramik lantai yang dipakai adalah dari Merk Roman, Royal, Platinum
atau merk lain yang setara dengannya dari segi harga dan kualitas.

2. Penyedia Jasa harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran dan
Brosur keramik serta Granit untuk minimal dua merk yang berbeda kepada
Konsultan Pengawas untuk disetujui.

3. Ukuran keramik dan granit sesuai dengan Gambar Rencana dan Bill of
Quantity.
a. Jenis : Keramik Tile
· Ukuran : 30 x 30 cm & 60 x 60 cm, atau ukuran sesuai petunjuk
dalam gambar
· Produksi : Keramik untuk lantai, yang digunakan adalah Produk KIA,
ROMAN (untuk jenis glazed ceramic tile) dan atau Essenza, Niro,
Indogress atau Weiduoli atau Ikad untuk jenis Homogeneous Ceramic
Tile.
· Ketebalan : Minimum 10 mm atau sesuai dlm gambar.
· Daya resap : 1%
· Kekerasan : Minimum 6 skala Mohs
· Kekuatan tekan : Minimum 900 kb per Cm2
· Daya tahan lengkung: Minimum 350 kg/m2
· Mutu : Tingkat satu, Extruded Single Firing, tahan
asam dan basa
· Chemical Resistance: Konsisten terhadap PVBB’70 NI-3 pasal 33D
ayat 17-23.
· Bahan pengisi : Grout semen berwarna /IGI grout Spesi 1 Pc :
3 Psr. Pasang, ditambah Perekat / Carofix 2.
· Warna : akan ditentukan kemudian

4. Untuk Lantai 1 Keramik lantai dipasang langsung diatas beton cor bawah
lantai dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.

5. Untuk lantai 2 dan lantai yang dibawanya ada komponen plat beton
bertulang lantai keramik dipasang langsung diatas plat beton bertulang
dengan spesi beton 2,5 cm.

6. Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

7. Pemasangan Keramik harus sesuai dan mengikuti Gambar Pola Lantai yang
ada dalam Gambar Rencana.

8. Warna dan Motif Keramik Lantai dapat diganti dan dirubah pada masa
pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.

9. Keramik antai harus mempuntyai tebal minimal 5 mm.

10. Bentuk dan dimensi keramik lantai harus benar-benar siku serta standar
untuk semua ukuran yang sama.

11. Potongan-potongan Keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola


lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan

49
SPESIFIKASI TEKNIS

potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada


gambar pola lantai.

12. Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan keramik


dan sebagai tempat isian perekat antar keramik dalam bidang tebalnya
adalah maksimal 3 mm.

13. Elevasi hasil pemasangan keramik lantai Toilet dan Kamar Mandi harus lebih
rendah dari lantai ruang lain kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana.
14. Hasil pemasangan keramik lantai harus benar-benar rata, tidak
bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik hasil
pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan waterpassing.

50
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB XII PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN

Pasal 1 : Batu Bata


1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,
dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.

3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu
bata dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut
dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.

4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya


benar-benar rata untuk semua sisinya.

5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.

6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti


dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh
Konsultan supervise.

7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

Pasal 2 : Pasir Pasang / Pasir Halus


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang dipakai untuk keperluan


Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan
Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 3 : Keramik Dinding


1. Keramik yang dipakai untuk semua lapisan dinding adalah dari merk Roman,
Royal dan Platinum atau merk lain yang setara dengannya baik harga
maupun kualitas.

2. Penyedia Jasa harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran dan
Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui.

3. Ukuran keramik dinding adalah sesuai dengan Gambar Rencana dan Bill of
Quantity.
Jenis : Keramik Tile

51
SPESIFIKASI TEKNIS

· Ukuran : 30 x 60 cm, atau ukuran sesuai petunjuk dalam gambar


· Produksi : Keramik untuk lantai, yang digunakan adalah Produk KIA,
ROMAN (untuk jenis glazed ceramic tile) dan atau Essenza, Niro atau
Weiduoli atau Ikad untuk jenis Homogeneous Ceramic Tile.
· Ketebalan : Minimum 10 mm atau sesuai dlm gambar.
· Daya resap : 1%
· Kekerasan : Minimum 6 skala Mohs
· ekuatan tekan: Minimum 900 kb per Cm2
· Daya tahan lengkung : Minimum 350 kg/m2
· Mutu : Tingkat satu, Extruded Single Firing, tahan asam dan basa
· Chemical Resistance: Konsisten terhadap PVBB’70 NI-3 pasal 33D ayat
17-23.
· Bahan pengisi : Grout semen berwarna /IGI grout Spesi 1 Pc : 3 Psr.
Pasang, ditambah Perekat / Carofix 2.
· Warna : akan ditentukan kemudian

4. Keramik dinding dipasang langsung pada permukaan dinding batu bata


dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1,5 cm.

5. Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

6. Warna dan Motif Keramik dinding dapat diganti dan dirubah pada masa
pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.

7. Permukaan keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah


polished (permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana.

8. Tebal keramik dinding minimal 5 mm.

9. Celah-celah antar keramik/Nat yang timbul akibat pemasangan dan untuk


keperluan perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.

10. Untuk pemasangan keramik pada bak air bersih sudut-sudut harus
ditumpulkan dengan memakai bobon keramik dengan panjang dan warna
sesuai dengan panjang serta warna keramik bak air.

11. Hasil pemasangan keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan
tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan keramik harus diperiksa
dengan pekerjaan waterpassing.

Pasal 4 : Plint Keramik Dinding


1. Plint Keramik yang dipakai adalah dari merk Roman, Royal dan Platinum
atau merk lain yang setara dengannya baik harga maupun kualitas.

2. Penyedia Jasa harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran dan
Brosur plint keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada
Konsultan Pengawas untuk disetujui.

3. Ukuran plint keramik dinding adalah sesuai dengan Gambar Rencana dan Bill
of Quantity.

4. Plint Keramik dinding dipasang diatas atau ditengah-tengah pasangan


dinding keramik Toilet atau sesuai Gambar Rencana dengan memakai spesi
campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1,5 cm.

5. Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

52
SPESIFIKASI TEKNIS

6. Warna dan Motif Plint Keramik dinding dapat diganti dan dirubah pada masa
pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.

7. Permukaan keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah


polished (permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana.

8. Tebal plint keramik dinding minimal 5 mm.

9. Celah-celah antar plint keramik/Nat yang timbul akibat pemasangan dan


untuk keperluan perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.

10. Hasil pemasangan plint keramik harus benar-benar rata, tidak


bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan plint
keramik harus diperiksa dengan pekerjaan waterpassing.

Pasal 5 : Relief Dinding Beton


1. Relief dinding dan ukiran beton harus sesuai dengan bentuk dan ukuran
yang ada dalam Gambar rencana.

2. Relief dinding dan ukiran beton dibuat dari campuran semen dan air dengan
penjangkaran sederhana kepasangan dinding bata serta beton.

3. Relief dinding dan ukiran beton adalah motif timbul dari permukaaan bata
dan beton dengan ketebalan minimal 15 mm.

Pasal 6 : Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps


1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada
dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti dinding
Toilet dan Kamar Mandi serta bak air.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan


ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan
dan tidak satu garis sambungan.

6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu
bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.

7. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata
½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.

8. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air


(trasram).

9. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam
arah horizontal.

10. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang


untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

11. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus


disetujui oleh Konsultan Pengawas .

53
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 7 : Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua


dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan


ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan
dan tidak satu garis sambungan.

6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam
arah horizontal.

7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang


untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

8. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus


disetujui oleh Konsultan Pengawas .

Pasal 8 : Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps


1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

5. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau


dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang


dinding yang diplester.

7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara


plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari
satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas .

9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga


ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Pengawas .

Pasal 9 : Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps


1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

54
SPESIFIKASI TEKNIS

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.


4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

5. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata


dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.

6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang


dinding yang diplester.

7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara


plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari
satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas .

9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga


ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

55
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB XV PEKERJAAN PLAFOND

Pasal 1 : Material Plafond


1. Material utama plafond adalah PVC.

2. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan
harus mempunyai Merk Dagang yang setara dengan Shunda.

3. Penyedia Jasa harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh


Konsultan Pengawas.

4. Material plafond yang didatangkan ke lokasi pekerjaan tidak boleh dalam


keadaan cacat dan rusak.

Pasal 2 : Alat Sambung


1. Alat Sambung Plafond untuk rangka dari Metal atau Baja Ringan adalah
Paku Sekrup dengan lapisan anti karat atau galvanis.

2. Jarak maksimum antara sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi
papan dan tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.

3. Penyedia Jasa harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh


Konsultan Pengawas.

Pasal 3 : Rangka Plafond Baja Ringan


1. Untuk material Rangka plafond GYPSUM BOARD adalah BAJA RINGAN dari
jenis ZINCALUME STEEL product BLUESCOPE INDONESIA atau setara.

2. Ukuran dan dimensi rangka adalah sesuai dengan standard yang ditetapkan
pleh Pabrik.

3. Penyedia Jasa harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh


Konsultan Pengawas.

4. Penyedia Jasa juga harus menyerahkan Garansi Resmi dari Pabrik yang
minimal menjelaskan tentang daya tahan dan kekuatan material.

5. Cara pemasangan harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang dianjurkan oleh


Pabrik.

6. Pabrik melalui Penyedia Jasa harus menempatkan tenaga ahli khusus di


lokasi pekerjaan untuk mengawasi pekerjaan pemasangan yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa.

7. Pemasangan rangka plafond harus sesuai dengan Gambar Pola pemasangan


rangka dalam Gambar Rencana.

8. Rangka plafond harus dijangkarkan dengan baik pada dinding, ring balok
dan konstruksi kuda-kuda.

9. Hasil pemasangan rangka plafond harus benar-benar rata dan elevasi


dengan permukaan lantai.

56
SPESIFIKASI TEKNIS

10. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerja pemasangan rangka plafond
dan rangka dinding partisi dengan pekerja Instalasi Listrik.

Pasal 4 : List Profil Plafond


1. List Profil Plafond pada pinggir-pinggir pemasangan material PVC

2. Model dan bentuk List Profil Plafond harus sesuai dengan model dan bentuk
yang ada dalam Gambar Rencana.

3. Penyedia Jasa harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh


Konsultan Pengawas .

Pasal 5 : Penggantung Rangka Plafond


1. Penggantung rangka plafond adalah besi tulangan polos diameter 10 mm
dengan ujung mempunyai kait dari plat tebal 5 mm dan baut jangkar 3/8”
atau paku kayu ukuran 3” untuk tambatan ke lagur-lagur rangka plafond
kayu.

2. Penjangkaran Penggantung plafond ke plat lantai beton bertulang harus


sudah dikerjakan pada saat pengecoran plat lantai sedang dikerjakan.

3. Penjangkaran Penggantung plafond ke plat lantai beton bertulang setelah


plat lantai dikerjakan dengan alasan apapun tidak dibenarkan.

4. Setiap 1 m2 luas rangka plafond harus terdapat minimal 4 buah


Penggantung plafond.

Pasal 6 : Pemasangan Plafond


1. Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond
sudah mencapai 100 %.

2. Pemasangan Plafond PVC dilakukan langsung pada rangka plafond dengan


alat sambung paku Sekrup.

3. Jika diperlukan oleh Konsultan Pengawas maka Penyedia Jasa harus


membuat Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material plafond.

4. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar
Rencana.

5. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata


dan tidak melendut.

6. Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond PVC dengan balok lantai,
ring balok dan dinding harus tedapat celah sebesar 3 mm untuk keperluan
pemuaian dan susut.

7. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan
instalasi listrik, instalsi AC, instalasi air bersih dan instalasi air kotor sehingga
plafond yang telah dipasang tidak dibongkar kembali.

8. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Listrik, Instalasi AC, Instalasi Air


Bersih dan Instalasi Air Kotor setelah pekerjaan pemasangan plafond selesai
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas .

9. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpaksa dibongkar karena alasan-
alasan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas tidak boleh dibongkar

57
SPESIFIKASI TEKNIS

sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada posisi


penjangkaranya pada rangka plafond.

BAB XVI PEKERJAAN DINDING PARTISI

Pasal 1 : Material Dinding Partisi


1. Material utama dinding partisi adalah GRC BOARD 6 MM dengan ukuran
panel standard adalah 1220 mm x 2440 mm.

2. dinding partisi adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan
harus mempunyai Merk Dagang.

3. Penyedia Jasa harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh


Konsultan Pengawas.

4. Dinding partisi yang didatangkan ke lokasi pekerjaan tidak boleh dalam


keadaan cacat dan rusak.

Pasal 2 : Alat Sambung


1. Dinding partisi untuk rangka dari Metal atau Baja Ringan adalah Paku
Sekrup dengan lapisan anti karat atau galvanis.

2. Jarak maksimum antara sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi
papan dan tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.

3. Penyedia Jasa harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh


Konsultan Pengawas.

Pasal 3 : Rangka Dinding Partisi

1. Untuk material Rangka Dinding Partisi adalah Besi Hollow hasil produksi
pabrik dengan kualitas terbaik dan harus mempunyai Merk Dagang dengan
ukuran sesuai gambar rencana.

2. Penyedia Jasa harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh


Konsultan Pengawas.

3. Penyedia Jasa juga harus menyerahkan Garansi Resmi dari Pabrik yang
minimal menjelaskan tentang daya tahan dan kekuatan material.

4. Cara pemasangan harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang dianjurkan oleh


Pabrik.

5. Pabrik melalui Penyedia Jasa harus menempatkan tenaga ahli khusus di


lokasi pekerjaan untuk mengawasi pekerjaan pemasangan yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa.

6. Pemasangan rangka dinding partisi harus sesuai dengan Gambar Pola


pemasangan rangka dalam Gambar Rencana.

7. Rangka dinding partisi harus dijangkarkan dengan baik pada kolom dan
konstruksi kuda-kuda.

58
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 6 : Pemasangan Plafond


1. Pemasangan dinding partisi baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka
sudah mencapai 100 %.

2. Pemasangan dinding partisi GRC BOARD 6 MM dilakukan langsung pada


rangka besi hollow dengan alat sambung paku Sekrup.

3. Jika diperlukan oleh Konsultan Pengawas maka Penyedia Jasa harus


membuat Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material dinding
partisi.

4. Cara pemasangan harus mengikuti denah dinding partisi yang ada dalam
Gambar Rencana.

5. Pada posisi pinggir pemasangan lembaran dinding partisi GRC BOARD


dengan kolom tedapat celah sebesar 3 mm untuk keperluan pemuaian dan
susut.

6. Dinding geser yang telah selesai dipasang kalau terpaksa dibongkar karena
alasan-alasan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas tidak boleh dibongkar
sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada posisi
penjangkaranya pada rangka plafond.

59
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB XVII PEKERJAAN CAT

Pasal 1 : Referensi
1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai
berikut :
a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
b. NI-3 1970
c. NI-4

Pasal 2 : Persyaratan Material


1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari kualitas
terbaik.

2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang,
spesifikasi, dan aturan pakai.

3. Cat yang dipakai adalah dari Merk DULUX Standar ICI atau merk lain yang
setara dengannya baik dari segi harga dan kualitas.

4. Penyedia Jasa harus memperlihatkan contoh material cat minimal dari dua
merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.

5. Jenis cat, warna dan type yang akan dipakai pada semua posisi bangunan
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa dalam
masa pelaksanaan atau dalam Gambar Rencana adalah seperti dalam tabel
berikut ini :

Tabel 2.1.a Penempatan Jenis Dan Warna Cat

No. Konstruksi Merek Type Warna

Ditentukan
1. Plamur Tembok Dulux Wallfiler
Kemudian
Alkali Resisting Ditentukan
2. Cat Dasar Tembok Dulux
Prime Sealer Kemudian
Ditentukan
3. Dinding Dalam Dulux Pearl Glo
Kemudian
Wheathershield Ditentukan
4. Dinding Luar Dulux
Max Kemudian
Ditentukan
5. Permukaan Beton Dalam Dulux Pearl Glo
Kemudian
Wheathershield Ditentukan
6. Permukaan Beton Luar Dulux
Max Kemudian
Ditentukan
7. Plafond Dalam Dulux Pearl Glo
Kemudian
Wheathershield Ditentukan
8. Plafond Luar Dulux
Max Kemudian
Alkali Resisting Ditentukan
9. Cat Dasar Plafond Dulux
Prime Sealer Kemudian

Tabel 2.1.b Penempatan Jenis Dan Warna Cat


No. Konstruksi Merek Type Warna

Ditentukan
1. Cat Minie Kayu Dulux Red Oxide Primer
Kemudian

60
SPESIFIKASI TEKNIS

Ditentukan
2. Cat Dasar Kayu Dulux Undercoat
Kemudian
Ditentukan
3. Thinner / Minyak Cat Dulux Thinner
Kemudian

6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana dengan
persetujuan Pengguna Jasa dalam masa pelaksanaan.

7. Untuk kemudahan pelaksanaan penempatan warna cat pada semua


bangunan dilapangan Konsultan Perencana harus menyediakan Gambar
Disain Berwarna tampak luar dan dalam bangunan dengan posisi-posisi
penempatan warna cat.

8. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang ada
dalam Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam Gambar
Rencana maka acuan yang dipakai adalah menurut keputusan Konsultan
Perencana.

9. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam


tabel point 5 yang dilakukan oleh Pengguna Jasa harus disertai keterangan
tertulis dan diketahui oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

10. Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis


adalah kesalahan Penyedia Jasa dan dengan biaya sendiri Penyedia Jasa
harus menggantinya dengan warna cat seperti yang telah ditentukan dalam
tabel point 5, termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelupasan
dan pembersihan apabila pekerjaan pengecatan telah terlanjur selesai
dikerjakan.

Pasal 3 : Pelaksanaan
1. Penyedia Jasa harus membersihkan permukaan dinding pasangan bata dan
beton lama dari cat lama, kotoran dan lumut. Hasil pekerjaan pembersihan
ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pengecatan
dimulai.

2. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata dan permukaan


beton benar-benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
3. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang
ahli. Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan
Konsultan Pengawas tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan

4. Dinding dan permukaan beton serta GRC Board harus didempul atau
diplamur terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.

5. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata
permukaanya dengan kertas amplas.

6. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam
Bill of Quantity atau Konsultan Pengawas :

a. Cat Tembok Exterior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan
2 Kali Cat Warna type Weather Shield

b. Cat Tembok Interior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan
2 Kali Cat Warna.

c. Cat Plafond Dalam : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali
Cat Warna.

61
SPESIFIKASI TEKNIS

d. Cat Permukaan Kayu : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1 Kali
Cat Dasar dan 2 Kali Cat Warna.

62
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB XVIII PEKERJAAN ELEKTRIKAL

A. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Pasal 1 : Umum
1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada
klausul lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti menuntut
perhatian khusus pada klausul-klausul yang ada atau menghilangkan klausul-
klausul tersebut atau bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari
syarat-syarat umum.

2. Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu kesatuan dan


tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatu bagian pekerjaan atau bahan
atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja dengan baik
dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan atau spesifikasi
perencanaan saja. Penyedia Jasa harus tetap melaksanakannya sesuai dengan
standard teknis yang berlaku.

Pasal 2 : Gambar-Gambar
1. Gambar-gambar perencana tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua
accessories dan fixture secara terperinci. Semua bagian diatas walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan dipasang
oleh Penyedia Jasa sehingga sistem dapat bekerja dengan baik.

2. Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan


instalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi
dari proyek. Gambar-gambar Arsitektur dan struktur/Sipil harus dipakai sebagai
referensi untuk Penyedia Jasa dan detail ”finishing” dari proyek.

3. Sebelum pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa harus mengajukan gambar-gambar


kerja dan detail (Shop drawing) yang harus diajukan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop drawing yang diajukan
Penyedia Jasa untuk disetujui Konsultan Pengawas dianggap bahwa Penyedia
Jasa telah mempelajari situasi dan telah berkonsultasi dengan pekerjaan
instalasi lainnya.

Pasal 3 : Koordinasi
1. Penyedia Jasa pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus
bekerja sama dengan Penyedia Jasa bidang atau disiplin lainnya, agar seluruh
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.

2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang satu
tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.

Pasal 4 : Daftar Bahan Dan Contoh


1. Penyedia Jasa harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang
kepada Konsultan Pengawas. Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan
dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan Penyedia
Jasa .

2. Bahan-bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di dalam


spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan baru. Pekerjaan haruslah
dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya masing-masing.

63
SPESIFIKASI TEKNIS

3. Penyedia Jasa diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran/


kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila terdapat keragu-
raguan, Penyedia Jasa, harus segera menghubungi Pengawas untuk
berkonsultasi.

4. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang sebelumnya


tidak dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas, apabila terjadi kekeliruan
maka hal tersebut menjadi beban tanggung jawab Penyedia Jasa. Untuk itu
pemeliharaan equipment dan material harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas .

Pasal 5 : Commision Dan Testing


1. Penyedia Jasa pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan
pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/mengetahui
apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan
telah memenuhi persyaratan persyaratan yang berlaku.

2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan testing
tersebut merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa . Hal ini termasuk pula
peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari sistem ini seperti yang
dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh Penyedia Jasa .

Pasal 6 : Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya


1. Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-lain yang disebut
dan dipersyaratkan dengan nama dan dipersyaratkan ini, maka Penyedia Jasa
wajib menyediakan sesuai dengan peralatan/merk tersebut diatas.

2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-ketentuan dari


Konsultan Pengawas.

Pasal 7 : Contoh
1. Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan-bahan/material yang
akan dipasang disini untuk dimintakan persetujuan Konsultan Pengawas. Semua
biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan contoh-contoh ini
menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

Pasal 8 : Pekerjaan Listrik


1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh sistem
listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan sempuma dan
aman.

2. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan pertama
(serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah dapat
dipergunakan pemilik.

B. PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL


Pasal 1 : Umum
1. Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan
tenaga kerja, pemasangan, pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan,
sehingga seluruh sistem elektrikal dapat beroperasi dengan baik dan benar.

Pasal 2 : Lingkup Pekerjaan


 Lingkup pekerjaan sistem elektrikal :
1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel utama
dari panel distribusi menuju ke setiap ruang, lengkap dengan seluruh
instalasinya termasuk armature , saklar dan stop kontak.

64
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan ukuran


kabel tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.

3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel tegangan


rendah dan panel kapasitor sesuai dengan gambar rencana.

4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:


a. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan jenis
lampu sesuai gambar rencana.
b. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa, stop
kontak daya.
c. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch dan
saklar tunggal dan Double.
d. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung
kabel serta berbagai accessories lainnya seperti : box untuk saklar
dan stop kontak, junction box, fleksibel conduit, bends/elbows, socket
dan lain-lain.
e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi
penerangan dan stop kontak.

Pasal 3 : Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana untuk
menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari peralatan-peralatan,
dan sambungan-sambungannya. Penyedia Jasa harus melengkapi dan
memasang seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan.

2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang posisi dari


peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain. Penyedia Jasa harus
mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan yang disesuaikan dengan
kondisi-kondisi bangunan tanpa tambahan-tambahan biaya.

3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan pada
gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang .

Pasal 4 : Standar-Standar
Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku :
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan Instalasi
Listrik (PIL) dan tentang Syarat-syarat Penyambungan Listrik (SPL).
c. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia (SNI).
d. Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.
e. Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard penerangan
buatan.
f. Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.
g. Standard negara lain yang berlaku di Indonesia seperti : IEC, VDE, DIN, NEMA,
JIS, NFPA, dan lain-lain.

Pasal 5 : Pekerjaan Terkait


Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini adalah :
a. Penerangan dan stop kontak
b. Sistem Pembumian
c. Daftar merk/produk material

Pasal 6 : Persyaratan Bahan Dan Material

65
SPESIFIKASI TEKNIS

a. Umum

1. Semua material yang di supply dan dipasang oleh Penyedia Jasa harus
baru dan material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah tropis.

2. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan dari


produksi yang terbaru. Untuk material-material yang disebut dibawah ini,
maka Pemilik harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan
baru dengan jalan menunjukkan surat order pengiriman dari
dealer/agen/pabrik.
a. Peralatan panel : Meteran
b. Peralatan lampu : Armature, bola lampu, ballast, dan kapasitor.
c. Peralatan instalasi : Stop kontak, saklar, junction box, dan lain-
lain.
d. Kabel.

b. Daftar Material

1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Penyedia Jasa wajib


mengisi daftar material yang menyebutkan : merk, type, kelas lengkap
dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender.

2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang


berupa barang-barang produksi.

c. Penyebutan Merk/Produk Pabrik

1. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa
merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari material atau
komponen tertentu terutama untuk material-material listrik utama, maka
Penyedia Jasa wajib melakukan didalam penawarannya material yang
dalam taraf mutu/pabrik yang disebutkan itu.

2. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang


disebutkan pada tabel material tidak dapat diadakan oleh Penyedia Jasa,
yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima
Pengguna Jasa, Pengawas dan Perencana, maka dapat dipikirkan
penggantian merk/type dengan suatu sanksi tertentu kepada Penyedia
Jasa.

Pasal 7 : Instalasi Dan Pemasangan Kabel

a. Bahan
1. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru dan harus jelas
ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.

2. Semua kawat dengan penampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat secara


disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan
penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian remote control.

3. Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan (tembok, jalan, beton)
harus berada di dalam conduit Galvanis yang disesuaikan dengan
ukurannya.

b. Pemasangan Kabel dalam Tanah

1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.

66
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan batas
merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.

3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi pipa
Galvanized.

4. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa


galvanized atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW, kabel
harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan lain-lain.

5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus bersih
dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti : batu, abu,
kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian (lubang) dilapisi
dengan pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel diletakkan, diatasnya
diberi bata dan akhimya ditutup dengan tanah urug.

6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara langsung,


harus mempergunakan peralatan khusus untuk penyambungan kabel
dalam tanah.

7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang jelas


pada jalur-jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan didalam
pengoperasian, pengurutan kabel dan menghindari kecelakaan akibat
tergali/tercangkul.

C. PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK


Pasal 1 : Lampu Dan Armature nya
Lampu dan armature nya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang
dilukiskan dalam gambar-gambar elektrikal. Semua armature lampu harus
mempunyai terminal pentanahan (grounding).

Pasal 2 : Kabel Instalasi


1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak harus
kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM, NYY)

2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode wama insulasi
kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut:
a. Fasa R : merah
b. Fasa S : kuning
c. Fasa T : hitam
d. Netral : biru
e. Grounding : hijau/kuning

LAPORAN
Pasal 1 : Laporan Harian
Penyedia Jasa wajib membuat "Laporan Harian" dan "Laporan Mingguan" yang
memberikan gambaran dari kegiatan- kegiatan yang dilakukan di lapangan secara
jelas. Laporan tersebut dibuat dalam rangka 3 (tiga) meliputi:
1. Kegiatan Fisik.
2. Catatan dan perintah Konsultan Pengawas yang disampaikan baik secara lisan
maupun tertulis.
3. Hal-hal yang menyangkut masalah :
- Material (masuk/ditolak)
- Jumlah tenaga kerja
- Keadaan cuaca
- Pekerjaan tambah / kurang.

Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan tersebut berisi

67
SPESIFIKASI TEKNIS

ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu dan rencana pekerjaan
minggu depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh Manager Proyek dan
diserahkan pada Konsultan Pengawasuntuk diketahui/disetujui.

Pasal 2 : Penanggung Jawab Pelaksana


1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa harus
menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan
berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site, yang bertindak selaku
wakil dari Penyedia Jasa dan mempunyai kemampuan memberikan keputusan
teknis, dan bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi-instruksi
dari Konsultan Pengawas.

2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam kerja
dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada pada saat yang
dikehendaki oleh Konsultan Pengawas petunjuk, dan perintah pengawas di
dalam pelaksanaan harus disampaikan langsung kepada pihak Pemborong
melalui penanggung jawab Penyedia Jasa.

Pasal 3 : Perubahan, Penambahan Dan Pengurangan Pekerjaan


1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar rencana yang
disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Konsultan Pengawas.

2. Dalam merubah gambar rencana tersebut, Penyedia Jasa harus menyerahkan


gambar perubahan yang dimaksud Konsultan Pengawas lapangan dalam
rangkap lima untuk disetujui.

3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain sebagainya, harus
diajukan oleh Penyedia Jasa kepada Konsultan Pengawas secara tertulis.
Perubahan-perubahan material dan gambar rencana yang mengakibatkan
pekerjaan tambah kurang harus disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Pengawas.

B. INSTALASI ANTI PETIR


Pasal 1 : Spesifikasi
1. Material yang dipakai adalah Penangkal Petir Konvensional (Tongkat
Franklin).

2. Ujung tongkat penangkap petir dipasang dalam jarak minimal 5 m atau


sesuai dengan Gambar Rencana.

3. Dipasang 2 buah spitzen pada atap bangunan dengan saluran turun


kebawah (down conductor) menggunakan kabel BC 50 mm2.

4. Saluran untuk down conductor dipasang pada klem penyangga seperti


gambar rancangan pelaksanaan dengan jarak klem 50 cm antara satu
dengan yang lain.

5. Kabel konduktor yang turun melalui ruang dimana terdapat aktifitas manusia
harus dilindungi dengan pembungkus pipa PVC diameter 1” dan diklem
sendiri pada pipa pelindung tersebut agar tidak membebani kabel down
konduktor.

6. Pada tempat dimana dipasang pipa pertanahan (ground rod) ditancapkan,


harus dibuatkan bak control dengan ukuran sesuai dengan rancangan
Penyedia Jasa, bak control harus dibuat diluar lantai bangunan.

68
SPESIFIKASI TEKNIS

7. Saluran BC dari bak control ke tepi bangunan harus dilindungi dengan pipa
galvanis diameter ¾”, bak control tersebut harus diberi tutup.

8. Saluran BC yang dipasang vertikal pada tembok bagian tepi luar bangunan
harus dilindungi dengan pipa PVC 1” setinggi 2,50 meter dari lantai.

9. Saluran BC untuk down conductor ditarik sepanjang kolom beton bangunan


dengan cara ditanam pada plesteran beton dengan dilindungi pipa PVC AW
1”, saluran ini tidak boleh ada sambungan dalam pipa.

10. Saluran BC untuk seluruh system pertanahan ini tidak diperbolehkan ada
sambungan pada tempat yang tidak semestinya.

11. Electroda tanah menggunakan elektroda pipa dengan pipa galvanis 1/1/2”
dengan kawat BC 50 mm2 minimal sedalam 6 m atau harus mencapai titik
air.

12. Besarnya tahanan sebar elektroda tanah tersebut tidak boleh lebih dari 2
Ohm.

69
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB XIX PEKERJAAN MEKANIKAL

PEKERJAAN PLUMBING
Pasal1 : Umum
a. Lingkup Pekerjaan
Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan untuk pelaksanaan pekerjaan, sebagaimana
yang ditunjukan pad Gambar Rencana yang terdiri dari, tetapi tidak terbatas
pada :
1. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih, air kotor, dan air
bekas sesuai Gambar Rencana dan spesifikasi
2. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi seluruh
peralatan Plumbing.
3. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plumbing yang terpasang
kecuali sanitary.
4. Mengadakan masa pemeliharaan selama waktu yang ditentukan oleh
Pengguna Jasa.
5. Pembuatan Shop Drawing bagi instalasi yang akan dipasang dan pembuatan
As Built Drawing bagi instalasi yang telah terpasang.

b. Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan dari spesifikasi ini, ataupun gambar rencana untuk
menunjukan secara detail berbagai item pekerjaan dari peralatan-peralatan
dan penyambungan-penyambungan.
2. Gambar-gambar rencana menunjukan tata letak secara umum dari
peralatan, pemipaan cabinet dan lain-lain.
3. Penyedia Jasa harus memodifikasi tata letak tersebut sebagaimana yang
dibutuhkan untuk mendapatkan pemasangan-pemasangan yang sempurna
sesuai dengan rencana pekerjaan Arsitek dari peralatan-peralatan tersebut.
Modifikasi yang dibuat oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
4. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tapi tidak ditunjukan
dalam Gambar Rencana atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang
seperti pekerjaan lain yang disebut oleh spesifikasi teknis dan ditunjukan
dalam Gambar Rencana.

c. Kualifikasi Pekerjaan
1. Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan ini harus dilakukan oleh
pekerja dan supervisor yang benar-benar ahli dan berpengalaman.
2. Konsultan pengawas dapat menolak atau menunda pelaksanaan suatu
pekerjaan, bila dinilai bahwa Penyedia Jasa tersebut tidak trampil/tidak
berpengalaman.

d. Pengajuan -Pengajuan
Pada saat pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa harus mengajukan :
1. Material list dari
seluruh item peralatan yang akan dipasang.
2. Shop Drawing yang
menunjukan secara detail pekerjaan-pekerjaan/pemasangan peralatan dan
pemipaan, penyambungan dengan pekerjaan-pekerjaan lain atau pekerjaan-
pekerjaan yang sulit dilaksanakan. Ataupun perubahan-perubahan atau
modifikasi yang diusulkan terhadap Gambar Rencana.
3. Prosedur
pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik (jika ada) dari peralatan-
peralatan yang akan dipasang.

70
SPESIFIKASI TEKNIS

4. Contoh-contoh
material (brosur-brosur untuk peralatan-peralatan yang besar) dari
material/peralatan yang akan dipasang.

e. Review
1. Konsultan Pengawas akan memeriksa (mereview) pengajuan-pengajuan dari
pemborong dan memberi komentar atas hal itu.
2. Penyedia Jasa harus memodifikasi/merevisi pengajuan sesuai dengan
komentar, sampai didapat persetujuan dari Konsultan MK.

f. Standard dan Code


Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana, maka pada pekerjaan ini
berlaku peraturan-peraturan sebagai berikut :
1. Peraturan pemadam kebakaran.
2. Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran pada Bangunan
Gedung Departemen PU.
3. National Fire Protection association (NFPA) 13 dan 14
4. Pedoman Plumbing Indonesia.

g. Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi


1. Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan setelah serah terima
pertama Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar-gambar instalasi
terpasang sebanyak 3 set cetak biru dan 1 set transparent, serta 1 set CD.
2. Pemborong juga berkewajiban untuk menyerahkan 3 set petunjuk operasi
dan maintenance dari system yang dipasang dalam bentuk buku dan CD.

h. Bagian Yang berhubungan


Bagian yang berhubungan dengan pekerjaan ini adalah Pemipaan.

Pasal 2 : System
a. Air Bersih
Air bersih yang didapatkan berasal dari PDAM atau Sumur Bor.

b. Air Bekas/Air Kotor


Pada dasarnya air buangan yang berasal dari toilet seperti floor drain, lavatory
(air bekas) dipisah dengan air kotor yang berasal dari WC dan Urinoir (air kotor).
Untuk keperluan ini digunakan 2 (dua) pipa. Air buangan dialirkan ke saluran
luar, dan air kotor padat dialirkan ke Septictank.

c.Air Hujan
Air hujan yang berasal dari talang-talang gantung disalurkan dengan pipa-pipa
PVC diameter 3” ke saluran sekeliling bangunan kemudian disalurkan kesaluran-
saluran utama yang berada pada pinggir Site atau jalan raya.

Pasal 3 : Garansi
1. Penyedia Jasa bertanggung jawab atas pencegahan bahan/peralatan untuk
instalasi ini dari pencurian atau kerusakan. Bahan/peralatan yang hilang atau
rusak harus diganti oleh pemborong tanpa biaya tambahan.
2. Penyedia Jasa harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya
(skill Labour) agar dapat memberikan hasil kerja terbaik dan rapi. Sebelum suatu
pipa tertutup (oleh dinding, langit-langit dan lain-lain) harus diuji dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas dan wakilnya yang ditunjuk.
3. Penyedia Jasa harus memberikan garansi tertulis kepada Konsultan Pengawas,
bahwa seluruh instalasi penyediaan dan distribusi air bersih, instalasi pemadam
kebakaran, instalasi buangan air kotor dan instalasi limbah kimia akan bekerja
dengan memuaskan, dan bahwa Penyedia Jasa akan menanggung semua biaya
atas kerusakan-kerusakan/penggantian yang perlu selama Jangka Waktu 1
Tahun.

71
SPESIFIKASI TEKNIS

4. Sebelum pemasangan instalasi plumbing, fixture-fixture dan peralatan lain,


Penyedia Jasa harus menyerahkan contoh barang-barang yang akan dipasang
dan atau brosur-brosurya untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.

Pasal 4 : Test Commissioning


1. Seluruh sistem plumbing yang telah terpasang harus dilakukan test
commissioning sebagaimana mestinya supaya sistem berjalan sempurna dengan
yang diharapkan.
2. Biaya test commissioning oleh Penyedia Jasa.

PERKERJAAN PEMIPAAN
Pasal 1 : Umum
a. Ruang Lingkup
1. Spesifikasi ini merupakan persyaratan minimal untuk seluruh pekerjaan
pemipaan pada pekerjaan mekanikal.

b. Standard dan Code


1. Standard dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan ini antara lain
adalah :
- ASTM : American Society of Testing Material.
- ANSI : American National Standard Institute.
- BS : Birmingham Standard.
- JIS : Japan Industrial Standard.
- SII : Standard Industri Indonesia.

Pasal 2 : Persyaratan Material


a. Galvanized Iron Pipe (GIP)
1. Pipa yang dilapisi seng besi ini digunakan untuk :
Pipa supply air bersih pada pekerjaan Plumbing

2. Standard ranting yang digunakan adalah :


BS 1387 tahun 1967 kelas medium.

b. Poly Vinyl Chloride (PVC)


1. Pipa ini digunakan untuk :
a. Pipa air kotor dari WC dan Urinoir.
b. Pipa air buangan floor drain, lavatory

2. Pipa drain dari system tata udara.


a. Pipa vent pada plumbing system.
b. Pipa air hujan.

3. Standard Ranting yang digunakan.


a. PVC ASTM D2665 kelas 10 kg.

Pasal 3 : Persyaratan pemasangan


a. Pipa GIP
1. Untuk pipa diameter 50 mm (2”) kebawah digunakan sambungan ulir,
sedang pipa dengan diameter 65 mm (2.1/2”) ke atas digunakan
sambungan las atau flauge.

2. Pada penyambungan pipa dengan menngunakan flens perlu dilengkapi


dengan ring type gasket untuk menjamin kekuatan sambungan dan
terhadap kebocoran.

72
SPESIFIKASI TEKNIS

3. Semua pipa baik yang tampak atau yang ditanam diharuskan diberi lapisan
pelindung cat menie. Pipa yang ditanam ditanah diharuskan dilapisi lagi
dengan Bituminuos sheet 2 mm.

4. Khusus untuk pipa yang ditanam dalam tanah perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Pipa ditanam sedalam 60 cm dari permukaan tanah dan pada
sambungan pipa diberi dudukan dari beton untuk menghindari lendutan
bila terkena beban mekanis.
b. Disekeliling pipa harus diisi dengan pasir dengan ketebalan 15 cm
kemudian diurug dengan tanah & dipadatkan.

5. Untuk pipa yang tidak berada dalam tanah baik yang terikat maupun tidak,
harus diberi lapisan finishing cat dengan warna .

6. Pipa-pipa diharuskan di test terhadap kebocoran. Pengetesan wajib


diketahui dan disetujui Konsultan Pengawas.
7. Pengetesan yang gagal harus diulang dan biaya pengetesan serta peralatan
yang diperlukan di tanggung Penyedia Jasa.

8. Instalasi pipa harus dilengkapi dengan penggantung pipa, support dengan


jarak tertentu dan memenuhi syarat, sebagaimana yang ditunjukan dalam
Gambar Rencana.

9. Kedalaman pipa yang ditanam didalam tanah harus diperhitungkan terhadap


jalur yang memotong jalan. Pipa yang memotong jalan harus ditanam
sampai suatu kedalaman minimla 1,20 m dari permukaan jalan.

b. Pipa PVC
1. System sambungan yang dipakai adalah :
a. Sambungan lem (perekat) untuk 80 mm (3”) ke bawah.
b. Digunakan sambungan las PVC atau rubber ring joint (dengan ring dari
karet).

2. Galian pipa-pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman, kemiringan


dan elevasi yang tepat.

3. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang
pipa terletak/tertumpu dengan baik.

4. Pipa yang ditanam dalam tanah harus diberi lapisan pasir kurang lebih 10
cm disekelilingnya. Pasir adalah pasir urug yang bebas dari batu.

5. Selama pemasangan berkala, Penyedia Jasa harus menutup (Dop) setiap


ujung pipa yang terbuka untuk mencegah masuknya tanah, debu, kotoran
dan lain-lain.

6. Semua sambungan/cabang dari pipa pembuangan air kotor (sanitair) harus


dibuat dengan cabang Y, pipa mendatar untuk air kotor dan air hujan
mempunyai kemiringan minimal 1% dan maksimal 2%.

7. Pipa-pipa pembuangan air hujan dan bangunan disambungkan kesaluran


utama diluar bangunan dengan bak kontrol (junction box) dari beton.

8. Sleeves untuk mempunyai ukuran yang cukup dengan ketebalan minimal 0,2
cm dan memberikan kelonggaran kira-kira 1 cm masing-masing sisi diluar
pipa atau joint.

73
SPESIFIKASI TEKNIS

9. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa baja.

10. Semua pipa harus diikatkan/ditetapkan dengan kuat pada penggantung atau
angker yang dipergunakan harus cukup kokoh (rigid).

11. Pipa-pipa tersebut harus ditumpu untuk menjaga agar tidak berubah
tempatnya, inklinasinya harus tetap, untuk mencegah timbulnya getaran,
dan harus sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan konstruksi dan
expansi pipa oleh perubahan temperatur.

12. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur
(adjustable) dengan jarak antara tidak lebih dari 3 meter.

13. Penyedia Jasa harus mengajukan Konstruksi dari penggantung untuk


disetujui oleh Konsultan Pengawas. Penggantung terbuat dari kawat, rantai,
strap ataupun perforated strip tidak boleh digunakan.

14. Penggantung atau penumpu pipa harus disekrupkan (terikat) pada


konstruksi bangunan dengan insert yang dipasang pada waktu pengecoran
beton atau penembokan, atau dengan baut tembok (Ramset Bolt).

15. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (Clamp atau Collar) U-Bolt.

16. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang


akan tertutup oleh tembok atau bagian bangunan lainnya harus dilapisi
terlebih dahulu dengan cat menie atau cat penahan karat.

Pasal 4 : Pengujian/Pengetesan
a. Pengujian Pipa GIP
Pipa GIP diuji dengan tekanan sebesar 1,5 kali tekanan kerja dan dibiarkan
dalam kondisi ini selama paling kurang 12 jam tanpa mengalami penurunan
tekanan. Segala kerusakan akibat pengetesan ini menjadi beban Penyedia Jasa.

b. Pengujian Pipa PVC


1. Seluruh system pembuangan air harus mempunyai lubang-lubang yang
dapat ditutup (plugged) agar seluruh system tersebut dapat diisi dengan air
sampai lubang “vent” tertinggi.

2. Sistem tersebut harus dapat menahan air yang diisikan seperti tersebut
diatas, minimal selama 1 (satu) jam dan penurunan air selama waktu
tersebut tidak lebih dari 10 cm.

3. Apabila dan pada waktu Konsultan Pengawas menginginkan pengujian lain


disamping pengujian diatas, Penyedia Jasa harus melakukan dan menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.

Pasal 5 : Merk Yang Digunakan


1. GIP & Black Steel : Bakrie, Teso, PPI
2. PVC : Pralon, Rucika, Polyunggul, Vinilon/Sinar Lucky,
AW United

PEKERJAAN SANITAIR
Pasal 1 : Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan sanitary meliputi semua pekerjaan yang berhubungan dengan peralatan:
 Kloset Duduk;
 Pemasangan Kran Air;
 Pemasangan Pipa Air Bersih, Air Kotor;

74
SPESIFIKASI TEKNIS

 Pemasangan Floor Drain; dan


 Lain-Lain.

Pasal 2 : Material
1. Merk material ditentukan seperti berikut ini atau yang setara dengannya:
 Closet Duduk : TOTO, American Standard
 Wastafel : TOTO, American Standard
 Floor Drain : TOTO, American Standard
 Paper Holder : TOTO, American Standard
 Tempat Sabun Keramik : TOTO, American Standard

2. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan brosur minimal


dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.

SEPTICTANK
Pasal1 : Ruang Lingkup
Spesifikasi Septictank ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi Septictank
yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini

Pasal 2 : Persyaratan
1. Septictank hanya diperuntukan untuk tampungan limbah padat yang berasal dari
Kloset Jongkok pada bangunan KM/WC

2. Konstruksi utama Septictank adalah pasangan batu bata 1 bata campuran 1 Pc :


2 Ps sebagai dinding utama dan pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2
Ps sebagai dinding pembagi ruangan. Sudut-sudut dinding harus diperkuat
dengan kolom praktis ukuran 23/23 cm dari beton mutu K-175.

3. Dinding pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps sebagai pembagi


ruangan septictank dipasang diatas balok ring ukuran 13/15 cm dari mutu beton
K-175 yang bertumpu pada dinding pasangan batu bata 1 bata campuran 1 Pc :
2 Ps.

4. Plat dasar septictank terbuat dari beton cor K-200 dengan ketebalan minimal 20
cm.

5. Plat atas septictank terbuat dari plat beton bertulang dengan 4 lapis tulangan
diameter 10 mm dengan jarak minimal 100 mm dan tebal 120 mm
6. Pada bagian atas permukaan septictank harus diberi lubang control ukuran 30 x
30 cm untuk keperluan penyedotan limbah dan pipa pelepas hawa dari besi
diameter 2” yang dicat dengan baik agar tidak berkarat.

7. Posisi permukaan Septictank harus sejajar dengan posisi permukaan plat lantai
beton bertulang pada lantai kecuali lubang control dan pipa hawa yang harus
muncul kepermukaan dan disembunyikan sedemikian rupa

8. Kedalaman, dimensi dan posisi – posisi septictank sesuai dengan gambar


rencana kecuali ditentukan lain oleh konsultan Pengawas dengan persetujuan
konsultan perencana karena alasan seperti keterbatasan lahan penempatan dan
alasan teknis lainnya.

9. Tidak boleh mendirikan dan membangun bangunan lain diatas Septictank tanpa
persetujuan konsultan Pengawas dan konsultan perencana.

10. Penyedia Jasa harus menjamin bahwa bangunan septictank benar-benar kedap
air dan hal ini harus dibuktikan dengan Test Rendam Air selama 24 jam.

75
SPESIFIKASI TEKNIS

11. Jika air dalam septictank berkurang setelah 24 jam maka dipastikan bahwa ada
kebocoran pada bangunan tersebut dan Penyedia Jasa dengan biaya sendiri
berkewajiban untuk memperbaikinya.

SALURAN RESAPAN
Pasal 1 : Ruang Lingkup
Spesifikasi Saluran Resapan ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi Saluran
Resapan yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan
1. Bangunan saluran resapan dipergunakan sebagai media serapan air kotor cair
yang berasal dari septictank.

2. Kedalaman, dimensi dan posisi posisi saluran resapan sesuai dengan Gambar
Rencana kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas dengan persetujuan
Konsultan Perencana karena alasan seperti keterbatasan lahan penempatan dan
alasan teknis lainnya.

3. Tidak boleh mendirikan dan membangun bangunan lain diatas saluran resapan
tanpa persetujuan Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

4. Penyedia Jasa harus menjamin dan bahwa bangunan saluran resapan dapat
bekerja dengan baik ketika dialiri air dan air dapat meresap dengan sempurna
kedalam tanah.

5. Hal ini harus dibuktikan dengan cara mengisi septictank dengan air melebihi
kapasitas tampungannya dan selama 24 jam diamati apakah volume air yang
tidak tertampung dalam septictank dapat diserap oleh saluran resapan atau
tidak.

6. Jika setelah 24 jam air diisi kembali kedalam kloset jongkok dan air tidak dapat
mengalir dengan sempurna dalam kloset jongkok maka dipastikan saluran
resapan tidak bekerja dengan baik (tidak dapat menyerap air). Untuk itu
Penyedia Jasa dengan biaya sendiri berkewajiban untuk memperbaikinya.

7. Penyedia Jasa dibolehkan mengajukan metode pembuktian lain yang dapat


dipercaya secara teknis untuk membuktikan bahwa Saluran Resapan bekerja
dengan baik.

76
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB XX KETENTUAN KHUSUS

Pasal 1 : Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini akan ditentukan kemudian
oleh Konsultan Perencana bersama Konsultan Pengawas dalam masa
pelaksanaan konstruksi dengan persetujuan Pengguna Jasa dan menjadi suatu
ketentuan yang mengikat serta harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa. Hal-hal
yang ditentukan kemudian tersebut harus tetap didasarkan pada Kontrak Kerja.

Pasal 2 : Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam Gambar
Rencana, Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan teknis terhadap
item pekerjaan tersebut adalah berdasarkan keputusan Konsultan Pengawas
dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.

Pasal 3 : Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis ini adalah menurut
penjelasan Konsultan Pengawas dengan persetujuan Konsultan Perencana dan
Pengguna Jasa.

Nagan Raya, 02 Juli 2018


Penawar,
CV. KULU JASA MANDIRI

RAJA ANGKASAH
Direktur

77

Anda mungkin juga menyukai