Anda di halaman 1dari 18

KERUSAKAN LEMAK

PENYEBAB KERUSAKAN LEMAK DAN MINYAK


 Ketengikan (rancidity) diartikan sebagai kerusakan atau
perubahan flavor dalam lemak atau bahan pangan berlemak.
 Empat faktor penyebab ketengikan:
1. Absosrbsi bau oleh lemak
2. Aktivitas enzim dalam jaringan bahan mengandung lemak
3. Aktivitas mikrobia
4. Oksidasi oleh oksigen udara atau kombinasi dari dua atau lebih
penyebab kerusakan tersebut di atas.

ABSORBSI BAU (ODOR) OLEH LEMAK


Pencemaran Bau terhadap Bahan Pangan Berlemak
 Lemak dapat mengabsorbsi zat menguap dari bahan lain.
 Kuning telur mengandung lebih dari 30 % lemak, mudah
mengabsorbsi bau selama disimpan dalam ruang dingin (cold
storage), terutama aroma khas musty yang dihasilkan oleh
koloni Actomyces sp.
 Absorbsi bau oleh mentega selama penyimpanan, terutama dari
bahan pengepak (packaging) yang terbuat dari kayu atau timber
yang mengandung zat terpene yang mudah menguap, terutama
jika peti tersebut terbuat dari kayu yang kurang baik.
 Bakteri penghasil lendir yang tumbuh suhu kamar dan suhu
dingin pada daging akan menghasilkan bau yang mencemari
flavor lemak yang disimpan dalam ruangan.
Cara untuk Menghindarkan Lemak dari Pencemaran Bau
1. Memisahkan lemak dari bahan–bahan lain yang dapat mencemari
bau.
2. Membungkus produk dengan bahan pembungkus yang tidak
menghasilkan bau.
 Misal: Kertas timah / pun kertas kulit dilapisi kertas timah.
 Kertas timah bersifat tidak permiabel bagi semua gas atau zat
menguap yang berbau.
3. Destruksi uap / zat berbau dengan menggunakan gas ozon.
 Fungsi:
a. Untuk membersihkan udara ruangan yang telah dicemari oleh
bau dari suatu bahan.
b. Pada penyimpanan telur, berfungsi untuk menetralisir bau dan
menghambat pertumbuhan mikrobia.
 Namun, kontak ozon dengan bahan berlemak tinggi dapat
mengakibatkan munculnya bau tidak enak  perlu hati-hati
KERUSAKAN OLEH ENZIM
Produksi Asam Lemak Bebas
 Lemak hewan dan nabati yang masih berada dalam jaringan,
biasanya mengandung enzim yang menghidrolisa lemak.
 Semua enzim yang termasuk golongan lipase, mampu
menghidrolisa lemak netral menghasilkan asam lemak bebas dan
gliserol, namun enzim tersebut inaktif oleh panas.
 Contoh: lemak daging ayam yang mengandung lipase
menunjukkan kenaikan bilangan asam yang cepat.
Pengaruh Asam Lemak Bebas terhadap Flavor
 Asam lemak bebas (ALB) dari proses hidrolisa dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral, dan pada konsentrasi
sampai 15 %, belum menghasilkan flavor yang tidak disenangi.
 Lemak dengan kadar ALB lebih besar dari 1 %, jika dicicipi
terasa membentuk film pada permukaan lidah.
 ALB yang tidak dapat menguap dengan jumlah atom C >14,
meski dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat.
 ALB yang dapat menguap dengan jumlah atom karbon C4,
C6, C8, dan C10, menghasilkan bau tengik dan rasa tidak enak
dalam bahan pangan berlemak. ALB tersebut umumnya terdapat
dalam lemak susu, dan minyak nabati, misalnya minyak inti
sawit.
 ALB  karat & warna gelap jika lemak dipanaskan dalam
wajan besi.

KERUSAKAN OLEH MIKROBIA


 Minyak yang telah dimurnikan biasanya masih mengandung
mikroba berjumlah maksimum 10 organisme setiap 1 gram
lemak, dapat dikatakan steril.
 Mikroba yang menyerang bahan pangan berlemak biasanya
termasuk tipe mikroba non pathologi, tapi umumnya dapat
merusak lemak dengan menghasilkan cita rasa tidak enak, di
samping menimbulkan perubahan warna (discoloration).

Produksi Asam Lemak Bebas


 Beberapa jenis jamur, ragi dan bakteri mampu menghidrolisa
molekul lemak.
 Di antara bakteri tsb. adalah: Staphylococcus aureus, Staph
pyogenes albus, Bacillus phyocyaneus, B. piodigouosus, B.
Chelerae, B. Thyphosus, Streptococcus hemolyticus, B.
tuberculosis, B. lipolyticum, Micrococcus tetragenus, B. proteus,
B. putrificus, B. punctatum, B. coli, Clostridium botulinum dan
berbagai macam spesies Pseudomonas sp dan Achromobanter
sp.
 Jamur yang mampu menghidrolisa lemak antara lain Aspergillus,
Penicillim, Mucor Rhizophus, Monilia, Oidium, Cladosporium
dan beberapa macam spesies ragi.
 Hidrolisa lemak oleh mikroba tsb. dapat berlangsung dalam
suasana aerobik atau anaerobik.
 Sebagian besar lemak yang utuh dalam bahan pangan tidak
mengandung asam menguap, sehingga jika dihidrolisa oleh
mikroba akan berpengaruh kecil terhadap flavor bahan pangan.
 Di lain pihak, banyak di antara mikroba menghasilkan enzim
yang dapat memecahkan protein dalam bahan pangan berlemak,
sehingga menghasilkan bau dan rasa tidak enak, misalnya
persenyawaan indole, skatole, hidrogen sulfit, metilamin dan
amonia.

Bau Sabun (Soapiness) Dalam Lemak


 Timbulnya bau sabun yang tidak enak dengan istilah soapy
flavor dalam bahan panan berkadar lemak tinggi disebabkan
oleh pembentukan sabun amonium, sebagai hasil reaksi antara
ALB dengan amonia yang dihasilkan dari degradasi protein.
 Garam amonium dapat dihasilkan karena oksidasi garam organik
secara mikrobial, dan peristiwa ini terjadi dalam margarin yang
ditumbuhi jamur Monilia sp dan Torulae sp.

Pengaruh Enzim Oksidase terhadap Ketengikan Lemak


 Oksidase secara biologis disebabkan oleh pencemaran mikrobia,
terutama pada lemak yang masih dalam jaringan.
 Enzim oksidase, peroksidase dan katalase terdapat dalam lemak
daging ayam yang baru dipotong, sedangkan susu mentah,
kacang kedelai mengandung enzim peroksidase dan katalase,
serta khususnya susu mentah mengandung enzim oleinase yang
mengakibatkan bau apek (tallowy).
 Kemungkinan semua mikrobia yang menghasilkan enzim lipase
dapat metabolisir lemak, dan tahap pertama dalam proses ini
adalah dekomposisi gliserida menjadi gliserol dan asam lemak.
 Aksi mikrobia terhadap gliserol dapat menghasilkan kurang
lebih 20 macam persenyawaan yang termasuk dalam golongan
senyawa aldehida, asam organik dan senyawa alifatik lainnya
 Mikrobia juga dapat memecah rantai asam lemak bebas menjadi
senyawa dengan berat molekul lebih rendah dan selanjutnya
dioksidasi menghasilkan gas CO2 dan air (H2O).

Produksi Keton
 Dari pengamatan pada deodorisasi minyak kelapa berbau tengik,
ditemukan beberapa persenyawaan yang menyebabkan bau tidak
enak, antara lain senyawa metil heptil keton, metil nonil keton
dan sejumlah kecil metil undesil keton.
 Senyawa ini terbentuk selama proses pengeringan kopra dan
penyimpanan minyak.
 Mentega dan bahan pangan lainnya yang mengandung lemak
susu, air dan bahan gizi dapat menimbulkan ketengikan oleh
senyawa keton (ketonic rancidity).
 Senyawa keton yang dominan menyebabkan bau tengik adalah
senyawa metil amil, metil heptil dan metil nonil keton.
 Jamur yang dapat menghasilkan keton, terdiri dari 9 macam
Penicillia sp., 5 macam spesies Aspergilli, Cladosporium
herbarium, Cladosporium butyri.

Mekanisme Pembentukan Keton


 Organisme yang menyerang lemak, pada tahap pertama
menguraikan molekul gliserida menjadi asam lemak bebas dan
gliserol, selanjutnya asam lemak bebas ini dioksidasi.
 Berdasarkan penelitian terhadap dekomposisi asam lemak,
ternyata sejumlah metil keton terbentuk pada proses beta
oksidasi dalam suasana hidrogen peroksida (H2O2).

CH2.CH2>COOH –– R.CO. CH2.COOH R.COOH+ CH3.COOH  dst

Asam lemak  asam karboksilat


Abnormal

R.CO. CH3.  R.CH (OH). CH2
Keton karbinol

Perubahan Warna Oleh Mikrobia


 Banyak di antara organisme menghasilkan pigmen yang
berdifusi ke luar sel dan mencemari warna asli dari bahan
pangan.
 Struktur kimia pigmen yang dihasilkan mikroorganisme ini
belum diketahui jelas, namun kemungkinan beberapa di
antaranya merupakan senyawa karotenoid yang larut dalam
lemak dan tidak larut dalam air.
 Organik proteolitis yang membentuk zat indole dan skatole,
dalam suasana nitrit (misalnya dalam daging) membentuk
nitroso-indole yang berwarna merah.
 Dalam lemak, pigmen yang dihasilkan mikroba terutama
berfungsi sebagai indikator dalam reaksi oksidasi.
 Sebagai contoh ialah pigmen kuning cerah dalam lemak segar,
dihasilkan oleh Micrococci sp dan Bacilli sp.
 Jika lemak menjadi tengik karena proses oksidasi oleh bakteri,
maka pigmen kuning tersebut berubah menjadi warna ungu
kebiru-biruan.
Pengawetan Dengan Bahan Kimia
 Bahan kimia seperti benzoat, fluorida, dan senyawa sulfit dapat
ditambahkan ke dalam bahan pangan berlemak dengan tujuan
untuk menghambat pertumbuhan mikroba.
 Pemakaian antiseptik tersebut dalam bahan pangan perlu
mendapat perhatian khusus karena kadang-kadang dapat
menimbulkan rasa tidak enak atau meracuni, atau
mempengaruhi proses metabolisme tubuh.

Mengurangi Kontaminasi

Penambahan gula dan garam


 Penambahan garam yang disertai dengan pengurangan kadar air
dengan cara pengeringan, biasanya digunakan untuk
mengawetkan ikan, daging dan bahan pangan berlemak yang
terbuat dari kacang-kacangan.

KERUSAKAN LEMAK OLEH OKSIDASI ATMOSFIR


Oksidasi lemak
 Bentuk kerusakan, terutama ketengikan yang paling penting
disebabkan oleh aksi oksigen udara terhadap lemak.
 Dekomposisi lemak oleh mikroba hanya dapat terjadi jika
terdapat air, senyawa nitrogen dan garam mineral, sedangkan
oksidasi oleh oksigen udara terjadi secara spontan jika bahan
yang mengandung lemak dibiarkan kontak dengan udara,
sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung dari tipe
lemak dan kondisi penyimpanan.
 Dalam bahan pangan berlemak, konstituen yang mudah
mengalami oksidasi spontan adalah asam lemak tidak jenuh dan
sejumlah kecil persenyawaan yang merupakan konstituen yang
cukup penting.
 Sebagai contoh ialah persenyawaan yang membuat bahan
pangan menjadi menarik misalnya persenyawaan yang
menimbulkan aroma, flavor, warna dan sejumlah vitamin.

Oksidasi konstituen non Lemak


 Di samping timbulnya off flavor, telah diketahui bahwa hasil
oksidasi lemak tidak jenuh dapat menyebabkan degradasi nilai
alamiah dari konstituen aroma, flavor, warna dan vitamin.
 Degradasi konstituen non lemak sering terjadi serentak dengan
proses oksidasi lemak, sehingga faktor-faktor yang menghambat
atau mempercepat oksidasi lemak, mempengaruhi perubahan
konstituen non lemak.
 Oksidasi - Karoten pada bagian ikatan rangkapnya dengan
adanya katalis lipoksidase atau ferro ftalosianida akan
menghasilkan senyawa epoksi atau furanoksida.

Tabel 1. Faktor-faktor yang mempercepat dan menghambat oksidasi

Akselerator Dihambat/dicegah dengan


1. Suhu tinggi Suhu rendah (refrigrasi)
2. Sinar (UV dan biru) dan ionisasi Wadah berwarna atau opak, bahan
radiasi (', ,  dan x) pembungkus
3. Peroksida (termasuk lemak yang Menghindari oksigen
dioksidasi)
Merebus (blanching)
4. Enzim lipoksidase
Anti oksidan
5. Katalis fe-organik (mis:
Metal deactivator
haemoglobin dst)
Metal deactivator (as-sitrat)
6. Katalis logam (Cu, Fe, dsb)

Akselerator/oxidixing agent pada oksidasi lemak


 Bahan kimia yang dapat mempercepat oksidasi atau sebagai
bahan pengoksidasi adalah:
1. peroksida
2. Ozon
3. Kalium permanganate
4. Asam perasetat dan perbenzoat
5. Logam, dan
6. Enzim oksidasi

MEKANISME DAN HASIL OKSIDASI LEMAK


Mekanisme
 Kerusakan akibat oksidasi bahan pangan berlemak, terdiri dari
dua tahap, yaitu tahap pertama: disebabkan oleh reaksi lemak
dengan oksigen, yang disusul dengan tahap kedua: yang
merupakan kelanjutan tahap pertama, yang prosesnya dapat
merupakan proses oksidasi dan non oksidasi.
 Proses oksidasi ini umumnya dapat terjadi pada setiap jenis
lemak, misalnya mentega putih, minyak goreng, minyak salad
dan bahan pangan berlemak.
 Asam lemak pada umumnya bersifat semakin reaktif terhadap
oksigen dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap pada
rantai molekul.
 Sebagai contoh ialah asam linoleat akan teroksidasi lebih mudah
daripada asam oleat pada kondisi yang sama.

HASIL DEGRADASI SEKUNDER


 Proses primer adalah persenyawaan hidroperoksida yang
terbentuk dari hasil reaksi antara lemak tidak jenuh dengan
oksigen, sedangkan produk sekunder dihasilkan dari proses
degradasi hidroperoksida (produk primer).
 Tipe degradasi peroksida, terdiri dari 3 macam reaksi, yaitu: 1)
Pembentukan radikal hidroperoksida,
2) polimerisasi,
3) pembentukan senyawa karbonil.

Hasil dekomposisi berupa gas


 Selama oksidasi asam lemak tidak jenuh berlangsung, terutama
pada suhu tinggi dan adanya katalis logam, akan terbentuk
beberapa macam gas yaitu gas CO 2, asam menguap (volatile
acid), akrolein, aldehid menguap dan juga dihasilkan sejumlah
molekul air.
 Di samping itu dihasilkan sejumlah kecil gas hidrogen sebagai
hasil dekomposisi akibat pemanasan peroksida lemak dalam
ruangan tertutup.

PERUBAHAN KIMIA AKIBAT KERUSAKAN LEMAK


Kerusakan Akibat Oksidasi (Autooksidasi)
Pembentukan produk dari proses oksidasi
 Proses oksidasi dengan cara iradiasi dengan adanya oksigen atau
kena oksigen dalam waktu singkat setelah proses iradiasi akan
menghasilkan hidroperoksida dan senyawa karbonil.

Hasil oksidasi lainnya


 Selain dari persenyawaan peroksida dan karbonil, dalam lemak
juga terdapat asam karboksilat, dan sejumlah kecil
persenyawaan hidroksi, dan persenyawaan berkonjugasi.

Penurunan Nilai Dari Lemak


Palatability
 Gejala timbulnya ketengikan oleh proses oksidasi lemak, pada
tahap permulaan ditandai dengan timbulnya flavor, flatness atau
oiliness, yang disusul dengan perubahan rasa dan aroma yang
terdapat secara alamiah.
 Selanjutnya minyak tersebut berubah menjadi bau yang tidak
disukai dengan bau apek (tallowy). Jika ketengikan lemak telah
mencapai tahap terakhir maka lemak biasanya berbau tengik dan
terasa getir (acrid quality).

Warna
 Lemak atau minyak dalam jaringan, secara alamiah biasanya
bergabung dengan pigmen, misalnya pigmen karotenoid yang
akan turut rusak oleh proses oksidasi.
 Oksidasi karoten mulai terjadi pada periode induksi.

Kandungan Vitamin
 Beberapa vitamin dalam lemak mudah rusak akibat oleh oksigen
udara, sedangkan vitamin yang penting dalam proses
pertumbuhan dan reproduksi akan rusak pada lemak-lemak yang
telah menjadi tengik.
 Vitamin D dalam keadaan normal lebih tahan terhadap oksidasi.

Pemanasan
Perubahan kimia dalam lemak yang dipanaskan
 Pemanasan mengakibatkan 3 macam perubahan kimia dalam
lemak yaitu:
1) terbentuknya peroksida dalam asam lemak tidak jenuh,
2) peroksidasi berdekomposisi menjadi persenyawaan karbonil, dan
3) polimerisasi oksidasi sebagian.
 Reaksi-reaksi degradasi selama proses penggorengan didasarkan
atas reaksi penguraian asam lemak.
 Produk yang terbentuk dapat diklasifikasikan menjadi 2
golongan utama, yaitu:
1. hasil dekomposisi yang tidak menguap (NVDP) yang tetap
terdapat dalam minyak dapat diserap oleh bahan pangan yang
digoreng, dan
2. hasil dekomposisi yang dapat menguap (VDP) yang keluar
bersama-sama uap pada waktu lemak dipanaskan.

ANTIOKSIDAN
Contoh Anti Oksidan
Golongan fenol
 Anti-oksidan yang termasuk dalam golongan ini biasanya
mempunyai intensitas warna yang rendah atau kadang-kadang
tidak berwarna dan banyak digunakan karena tidak beracun.
 Anti-oksidan golongan phenol meliputi sebagian bebas anti-
oksidan yang dihasilkan oleh alam dan sejumlah kecil anti-
oksidan sintesis, serta banyak digunakan dalam lemak atau
bahan pangan berlemak.
 Contoh anti-oksidan golongan ini antara lain: hidrokuinon,
gossipol, pyrogallol, catechol resorsinol dan eugenol.

Mekanisme Kerja Anti-Oksidan


 Mekanisme anti-oksidan dalam menghambat oksidasi atau
menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak
yang teroksidasi, dapat disebabkan oleh 4 macam mekanisme
reaksi, yaitu:
1) pelepasan hidrogen dari anti-oksidan,
2) pelepasan elektron dari anti-oksidan,
3) addisi lemak ke dalam cincin aromatik pada anti-oksidan,
4) pembentukan senyawa kompleks antara lemak dan cincin
aromatik dari anti-oksidan.

Sinergis
 Efektivitas anti-oksidan primer (primary antioxidant) dapat
ditingkatkan dengan mengkombinasikannya menggunakan anti-
oksidan yang sama jika dipakai secara tersendiri.
 Sebagai contoh ialah anti-oksidan BHA dicampur dengan BHT
menghasilkan efek-sinergis.

Anda mungkin juga menyukai