Anda di halaman 1dari 20

sap malaria

PENYULUHAN KEPADA MASYARAKAT TENTANG MALARIA

A. Latar Belakang

Malaria masih merupakan masalah penyakit endemik di wilayah Indonesia Timur

khususnya Nusa Tenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesulitan

mendiagnosis secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan Mutu

Eksternal Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis malaria, yang dilakukan oleh

Balai Laboratorium Kesehatan Mataram, dari 19 laboratorium di NTB yang mengevaluasi

menggunakan preparat positif malaria, hanya 79% peteknik laboratorium yang dapat membaca

preparat dengan benar. Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita

yang diduga menderita malaria merupakan tantangan untuk mendapatkan uji/metode laboratorik

yang tepat, cepat, sensitif, mudah dilakukan, serta ekonomis.

Peranan keendemikan (endemisitas) malaria, migrasi penduduk yang cepat, serta

berpindah-pindah (traveling) dari daerah endemis, secara tidak langsung mempengaruhi masalah

diagnostik laboratorikmaupun terapi malaria. Perubahan gambaran morfologi parasit malaria,

serta variasi galur (strain), yang kemungkinan disebabkan oleh pemakaian obat antimalaria

secara tidak tepat (irasional), membuat masalah semakin sulit terpecahkan bila hanya

mengandalkan teknik diagnosis mikroskopis. Ditambah lagi rendahnya mutu mikroskop dan

pereaksi (reagen) serta kurang terlatihnya tenaga pemeriksa, menimbulkan kendala dalam

memeriksa parasit malaria secara mikroskopis yang selama ini merupakan standar emas (gold

standard) pemeriksaan laboratoris malaria.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan umum

Setelah di berikan penyuluhan di harapkan kepada keluarga dan masyarakat mengerti dan

memahami tentang malaria.

2. Tujan khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit di harapkan masyarakat dapat:

a. Menyebutkan pengertian malaria

b. Menyebutkan apa saja yang termasuk tanda dan gejala malaria

c. Menyebutkan apa saja penyebab dari malaria

d. Menyebutkan apa saja pencegahan untuk malaria

e. Menyebutkan apa saja pengobatan untuk penderita malaria

f. Menyebutkan apa saja komplikasi dari penyakit malaria

3. Satuan acara pembelajaran

a. Pokok bahasan

Malaria

b. Sub pokok bahasan

1) pengertian malaria

2) tanda dan gejala malaria

3) penyebab dari malaria

4) pencegahan untuk malaria

5) pengobatan untuk penderita malaria

6) komplikasi dari penyakit malaria

c. Sasaran atau target

Masyarakat
d. Metode

Ceramah, diskusi/Tanya jawab

e. Media atau alat

Leafleat, lembar balik, dan laptop

f. Waktu atau tempat

Hari/tanggal :

Waktu : 09.30-10.00 WIB

Tempat : balaidesa

4.Pengorganisasian

a. Moderator :Fahrul Hakim

Tugas : Membuka acara, menyampaikan tujuan, kontrak waktu pelaksanaan, dan memimpin

Tanya jawab

b. Presenter :MislatulLatifah

Tugas : Menyampaikan bahan penyuluhan

c. Observer :Devi afriza

tugas : Mengamati jalannya kegiatan dan meyimpulkan hasil kegiatan

d. fasilitator: Pratiwi, danR.RantiNurhasnaini

Tugas : Memfasilitator audien untuk mengikuti kegiatan

5.Kriteria evaluasi

a.evaluasi struktur

1) Kesiapan masyarakat dalam mengikuti penyuluhan


2) Media memadai

3) Tempat sesuai kegiatan

b.evaluasi proses

1) Pelaksanaan penyuluhan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

2) Peseta bersifat kooperatif dan aktif selama proses penyuluhan

c.evaluasi hasil

1) Setalah mengikuti penyuluhan maka masyarakat mampu menjawab 80% pertanyaan yang

diajukan dan mengaplikasikannya

TABEL KEGIATAN ACARA

NO KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA MEDIA WAKTU

1 Pembukaan Memberi salam Menjawab salam 5 menit

Mendengarkan

Memperkenalkan

diri(moderator,

penyuluhan dan

fasilitator)

Memintamasyarakat Memperkenalkan

memperkenalkan diri

diri

Menjelaskan TIU
dan TIK Mendengarkan

2 Kegiatan inti Memberi salam Menjawab salam 20 menit

Menanyakan Menjawab

pengertian malaria pertanyaan

Infokus

Memberi kan Laptop

penghargaan Mendengarkan Leaflet

Lembar

Menjelaskan tanda balik

dan gejala malaria Mendengarkan

Menjelaskan

penyebab malaria Mendengarkan

Menjelaskan

pencegahan yang

bisa dilakukan untuk Mendengarkan

mencegah terjadinya

malaria

Menyebutkan

komplikasi dari
malaria Mendengarkan

3 Penutup Bertanya kepada Menjawab 5 menit

masyarakat tentang pertanyaan

materi yg telah di

sampaikan(malaria)

Membuat

kesimpulan dari

materi yg telah di Mendengarkan

sampaikan

Mengakhiri

penyuluhan Mendengarkan

Memberi salam Menjawab salam

Referensi :

Depkes RI, Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Direktorat Jenderal PPM-PL,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2001.

Day 1998. Nyamuk Penular Malaria, Dalam Jurnal Data dan Informasi Kesehatan, Pusdatin,

Depkes RI, Jakarta 2003.

Nugroho, Agung. 2010. Malaria Dari Molekuler ke Klinis.Jakarta : EGC

LAMPIRAN MATERI

MALARIA

1. Pengertian

Malaria adalah sejenis penyakit menular yang dalam manusia sekitar 350-500 juta orang

terinfeksi dan lebih dari 1 juta kematian setiap tahun, terutama di daerah tropis dan di Afrika di

bawah gurun Sahara. Untuk penemuannya atas penyebab malaria, seorang dokter militer Prancis

Charles Louis Alphonse Laveran diberikan Penghargaan Nobel untuk Fisiologi dan Medis pada

1907. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya,
hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam

berkepanjangan.

Dengan munculnya program pengendalian yang didasarkan pada penggunaan residu

insektisida, penyebaran penyakit malaria telah dapat diatasi dengan cepat. Sejak tahun 1950,

malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan di daerah seperti Amerika

Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa

bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap

tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya,

malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Pertumbuhan penduduk

yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu

memudahkan penyebaran penyakit tersebut.

Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi)

telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut.

Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-

masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa

meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai

pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah

malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi

setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah

infeksi).
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum

gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah

sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria

disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk

kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria ( anopeles ) betina ( WHO 1981 )

ditandai dengan deman, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit

malaria pada manusia yang menyebabkan Malaria adalah Plasmodium falciparum, plasmodium

vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae.Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia

adalah Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan

palsmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan negara Timor

Leste. Proses penyebarannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria,

menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam. Proses

penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9-40 hari ( WHO 1997

). Siklus parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria

menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan

jaringanhati.

2. Patofisiologi

Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan

hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama berhubungan

dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung

parasit pada endotelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap
hidup (survive). Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat

dalam patogenesis terjadinya demam dan peradangan. Skizogoni eksoeritrositik mungkin dapat

menyebabkan reaski leukosit dan fagosit, sedangkan sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan

perubahan patofisiologik.Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:

a. Fase seksual

Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk

(Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang

menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati

bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari

gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan

berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar

ludah nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163).

Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoid.

Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk,

sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai

ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi

intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis

demam. (Mansjoer, 2001, hal. . 409).

b. Fase Aseksual

Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit,

menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah

yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan

mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian
skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -

eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang

120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml

darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di

hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses kembali untuk

mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus

halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi

trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di

sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan

merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah

pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein

asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang

sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh

nyamuk.Patofisiologi malaria adalah multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal

sebagai berikut :

a. Penghancuran eritrosit.

Penghancuran eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya eritrosit yang mengandung parasit,

tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung

parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intra vaskular

yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat mengakibatkan gagal

ginjal.

b. Mediator endotoksin-makrofag.
Pada saat skizogoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif

endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam perubahan patofisiologi

malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin berasal dari rongga saluran

cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat melepaskan faktor neksoris tumor (TNF). TNF adalah

suatu monokin , ditemukan dalam darah hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria.

TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglimeia dan sindrom

penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome) dengan

sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan

plasmodium falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi

parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria

falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan

beratnya penyakit.

c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi.

Eritrosit yang terinfeksi plasmodium falciparum stadium lanjut dapat membentuk

tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen malaria

dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang

mengandung plasmodium falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam alat dalam,

sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang

terinfeksi, menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang

membendung kapiler dalam alam-alat dalam.

Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi permeabel)

dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat

menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan


tersebut, sekurang-kurangnya ada empat macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang

terinfeksi plasmodium P. falciparum.

3. Tanda dan gejala

a. demam

b. menggigil

c. arthralgia (sakit persendian)

d. muntah muntah

e. anemia

f. kejang

4. Penyebab

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga

menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil, dan mamalia. Termasuk jenis plasmodium

dari family plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi erotrosit (sel darah merah)

dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi

pada tubuh nyamuk anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang

menginfeksi binatang pada jenis burungdan reptil dan 22 pada primata.

Parasit Malaria yang Terdapat di IndonesiaPlasmodium malaria yang sering dijumpai

ialah plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (Benign malaria) dan plasmodium

falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria). Plasmodium malariae pernah

juga dijumpai tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya,

pulau Timor, pulau Owi (utara Irian Jaya). (Ilmu Penyakit Dalam, 2009)

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoal blood parasite yaitu spesies

plasmodium. Plasmoodium yang menimbulkan penyakit pada manusia terdapat 4 spesies.


Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropikana, Plasmodium vivax menyebabkan

malaria tertiana, Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale, Plasmodium malariae

menyebabkan malaria kuartana.Untuk membedakan jenis infeksi dari masing – masing

plasmodium dapat dianalisis dari pemeriksaan penunjang yang menunjukkan perbedaan

morfologi dari hapusan darah, serta manifestasi klinis baik karakteristik demam, serta

manifestasi klinis lainnya yang khas pada setiap plasmodium.

Infeksi plasmodium melibatkan manusia sebagai host dan nyamuk sebagai vektor dan hosr

definitif. Siklus hidup plasmodium terdiri dari fase seksual dan aseksual. Fase seksual eksogen

(sporogoni) dalam tubuh nyamuk. Fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh hospes

perantara/manusia ; daur dalam darah (skozogoni eritrosit),daur dalam sel parenkim hati/stadium

jaringan (skizogoni ekso-eritrosit).

Vektor malaria adalah Nyamuk Anopheles betina, yang merupakan inang definitif.

Dalam lambung nyamuk mikrogametosit dan makrogametosit Plasmodium, masing-masing telah

menjadi mikrogamet dan makrogamet yang kemudian kawin (singami): zigot  ookinet oosista

(proses sprogoni) dalam dinding lambung nyamuklisis keluar puluhan ribu – ratusan ribu

sporozoit yang akan menuju kelenjar liur nyamuk inangnya. Melalui gigitan nyamuk Anopheles,

sporozoit masuk aliran darah selama 1/2-1 jam menuju hati untuk berkembang biak. Selanjutnya

berpuluh-puluh ribu merozoit masuk ke dalam darah dan masuk ke dalam eritrosit untuk

berkembang biak menjadi tropozoit. Skizon eritrosit pecah (disebut sporulasi), sambil

membesarkan puluhan merozoit sebagian skizon masuk kembali ke eritrosit baru dan sebagian

lagi membentuk mikro dan makro gametosit.

Gametosit akan terisap oleh nyamuk Anopheles saat menghisap darah penderita untuk

memulai fase sporogoni.(Darmowandowo,2007). Gigitan nyamuk yang terinfeksi dimulai dari


bentuk aseksual yaitu sporozoite ke dalam sirkulasi darah. Sporozoite menuju hepatocytes (sel

hati) membentuk schizont (bentuk asexsual).

Schizonts mengalami maturasi dan multiplikasi disebut hepatic schizogony atau

preerythrocytic. Pada infeksi P vivax and P ovale sporozoite berubah menjadi hupnozoite yang

merupakan bentuk dorman sehingga dapat menyebabkan penyakit setelah terinfeksibeberapa

bulan atautahun.(WHO,2010)

Preerythrocytic schizogony membutuhkan waktu 6-16 hari dan menghasilkan pecahnya

sel dan ledakan invasi ribuan merozoites di darah . Merozoites menuju erythrocytes dan

menginisiasi asexual reproductive siklus, kemudian disebut erythrocytic schizogony. Parasite

sukses meleawati fase tersebut kemudian menjadi trophozoite dan schizont, dan akhirnya berhsil

membentuk merozoites yang lebih poten. Merozoites yang matur menyebabkan rupturnya sel

darah merah dan melepaskan merozoite baru multiple antigenic and pyrogenic (substansi yang

menyebabkan demam) menuju aliran darah. Sebagian merozoite yang baru akan menginfeksi sel

darah merah yang baru, dan sebagian berdiferensiasi membentuk fase seksual : gametosis jantan

dan betina yang merupakan bagian dari siklus erythrocytic schizogony.

Nyamuk yang menghisap darah pasien dengan gametocymia mendapatkan betuk

seksualyang merupakan bagian dari siklus hidup plasmodium. (WHO,2011)

Rupturnya banyak eritrosit bersamaan dengan pelepasan banyak pyrigen yang menyebakan

paroxysms dari demam malaria. Periode demam malaria sesuai dengan waktu yang dibutuhkan

untuk siklus eritrosit yang mendefinisikan masing-masing jenis plasmodium. P malariae

memerlukan 72 jam untuk setiap siklus , disebut quartan malaria. Dan tiga spesies lain
memerlukan 48 jam untuk 1 siklus dan menyebabkan alternatife demam di lain hari (tertian

malaria).

Namun periode ini sesuai dengan perkembangan parasit dan stimulasi pelepasan

substansi kimia biila tidak singkron maka periode demam tidak dapat diamati.

Selain melalui gigitan nyamuk , malaria juga dapat ditularkan melalui tranfusi darah dan

penularan tranplancental. Parasitemia pada donor kadang tidak menimbulkan manifestasi klini

berupa demam. Hal ini disebabkan karena merozoit tidak mengivasi sel hati. Karena tidak terjadi

perkembangan dalam hati bila maka pengobatan pada serangan akut merupakan pilihan

pengobatan yang lengkap. Selain ini transmisi juga dapat terjadi melalui transplantasi organ.

Penularan lain yaitu transplancental dari ibu dengan malaria kepada bayinya di dalam

kandungan. Orang yang berisiko tinggi lainnya adalah orang yang bepergian dari daerah

endemis, serta pasca bepergian namun tidak lengkap mendapatkan chemoprofilaksis, serta bayi

dan orang dengan imunocompromise (WHO,2010)

Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah : serangan primer, periode

latent, recrudescense, relapse atau rechute. Periode latent mulai akhir masa inkubasi hingga

timbul gejala paroksima trias malaria (dingin, demam, dan berkeringat), Periode latent yaitu

masa tanpa keluhan fisik dan tanpa parasitemia.Recrudescense adalah berulangnnya parasitemia

setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer. Relaps adalah berulangnnya keluhan klinik

lama setelah terjadi masa latent biasanya terjadi pada P vivax atau ovale. (Harijanto,2007)

Infeksi P falciparum menyebabkan malaria yang parah. Spesies ini lebih virulen dari

yang lain karena menyebabkan parasitemia yang tinggi dan tumpukan virus yang berkontribusi

pada kematian sel organ. Faktor parasit yang mempengaruhi P,falcifaraum adalah sitoadherensi

(perlekatan eritrosit parasit pada permukaan endotel vaskuler sehingga memiliki variasi antigenik
yang sangat besar), sekuetrasi (karena adanya sitoadherensi menyebabkan P.falciparum

terperangkap dalam mikrovaskuler dan menghabiskan seluruh siklus hidupnya pada pembuluh

darah perifer, otak, hepar,ginjal, paru, jantung, usus, dan kulit yang mememgang peranan

patofisiologi malaria berat), Rosetting (berkelompoknya eritrosit parasit matur diselubungi 10

atau lebih eritrosit non parasit; rosetting akan menyebabkan obstruksi dan mempermudah

terjadinya sitoadherensi yang lebih besar), sitokin dan NO (Nitrit oksida) yang berlebihan karena

respon infeksi.

Penyimpanan bagian dari parasite ini merupakan cirri spesifik dari spesies ini. Sesuai

dengan perkembangan siklusnya setiap 48 jam bagain kecil dari P falcifarum masih tertingal

pada pembulu postcapilary yang kecil . Karena alasan ini hanya pada awal infeksi parasit ini

dapat dideteksi pada pembuluh darah perifer dan merupakan waktu penting diagnostik malaria

infeks P falcifarum. Sequestrasi dari parasit menyebabkan perubaman status mental hingga koma

pada infeksi P falciparum pada anak kejang, konvulsi sering menuju kematian karena infeksi

hingga microvaskular pada jaringan otak.Selain itu cytokine dan ivasi parasit dalam jumlah besar

menyebabkan kematian sel tertuama pada cental venous system (CNS), paru-paru dan ginjal.

Bebberapa penderita infeksi P falciparum meninggalkan sequele seperti (hemiparesis, cerebellar

ataxia, aphasia, spasticity)Manifestasi lainnya dalah hipoglycemia karena glukosa darah banyak

diambil alih oleh plasmodium.

Anemia berat dapat karena banyaknya sel darah merah yang lisis. Mekanisme lain dari

anemia pada malaria adalah dyserythropoiesis, dan hypersplenism sehingga anemia pada malaria

cenderung berat dan dapat menyebabkan kematian. Berkurangnya umur sel darah merah yang

beredar diikuti dengan penekanan sumsum tulang ditunjukkan dengan trombositopenia

mengganggu koagulasi intravaskular sehingga dapat mengarah pada perdarahan sistemik.


Anemia kronik pada anak menyebabkan malnutrisi dan terhentinya pertumbuhan.malaria

serebral diduga disebabkan adanya obstruksi pembuluh kapiler darah di otak karena

sitoadherensi dan sekuetrasi. Kadar laktat dalam CSS cenderung meningkat biasanya disertai

dengan gangguan fungsi organ lain ikterik,gagal ginjal, hipoglikemik, dan edema paru. Gagal

ginjal akut sering terjadi pada penderita malaria dewasa diduga disebabkan adanya anoksia

karena penurunan darah ke ginjal akibat dari obstruksi kapiler. Kecenderungan terjadinya

perdarahan karena trombositopenia karena pengaruh sitokin sehingga terjadi gangguan

intrakoagulai pada infeksi P falciparum. Edema paru yang disebabkan adanya kelebihan cairan

dibuktikan dalam otopsi terdapat edema yang difus, kongesti paru, perdarahan dan pembentukan

membran hialin. Manifestasi gastrointestinal yang sering muncul adalah nausea dan muntah ,

diare, konstipasi, kembung diduga terkait dengan proses infeksi virus. Hiponatremia bersamaan

penurunan osmolalitas plasma akibat kehilangan cairan dan garam melalui muntah dan mencret

(Harijanto,2007)

5. Pencegahan

a. Memakaikelambu

b. Menggunakanpakaianatauselimut

c. Menguras

d. Menutup

e. Mengubur

f. Memakai lotion

g. Memakaiobatnyamukatausemprot

h. Melakukan fogging
6. Pengobatan

Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap

klorokuin. Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap

klorokuin, bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada malaria lainnya jarang

terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin.

Prinsip penanganan malaria secara umum adalah bila tanpa komplikasi diberikan peroral

artesunat kombinasi dengan amodiakuin (artesdiakuin) atau coartem atau duo-cotexcin,

sedangkan malaria dengan komplikasi diberikan artesunat 2,4 mg/kgbb pada jam ke 0 - 12 - 24 -

72 dan seterusnya sampai pasien bisa diterapi secara oral atau digunakan artemeter 3,2 mg/kgbb

dilanjutkan dengan 1,6 mg/kg.

7. Komplikasi

a. Malaria cerebral (koma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau terjadi lebih dari 30

menit setelah serangan kejang dengan menurunnya kesadaran. Merupakan komplikasi paling

berbahaya yang dapat terjadi secara perlahan dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu

hanya 1-2 jam, sering disertai kejang.

b. Nafas serasa sesak dan berat/respiratory distress.

c. Anemia berat

d. Gagal ginjal akut, kelainan fungsi ginjal dapat terjadi karena dehidrasi (terjadi pada >50%

penderita komplikasi malaria)

e. Radang paru-paru, sering terjadi pada pasien malaria dewasa. Dapat terjadi oleh karena

kelebihan cairan dalam paru-paru.

f. Hipoglikemi : gula darah menurun< 40 ml/dl


g. Syok, disertai keringat dingin, atau perbedaan temperatur kulit-mukosa >1 ?C, kulit tidak elastis,

pucat. Pernapasan dangkal, nadi cepat dan tekanan darah turun.

h. Pendarahan spontan dari hidung, gusi dan saluran cerna

i. Kejang-kejang yang berulang lebih dari 2 kali/24 jam.

j. Infeksi malaria akut

Anda mungkin juga menyukai