A. Latar Belakang
khususnya Nusa Tenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesulitan
mendiagnosis secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan Mutu
Eksternal Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis malaria, yang dilakukan oleh
menggunakan preparat positif malaria, hanya 79% peteknik laboratorium yang dapat membaca
preparat dengan benar. Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita
yang diduga menderita malaria merupakan tantangan untuk mendapatkan uji/metode laboratorik
berpindah-pindah (traveling) dari daerah endemis, secara tidak langsung mempengaruhi masalah
serta variasi galur (strain), yang kemungkinan disebabkan oleh pemakaian obat antimalaria
secara tidak tepat (irasional), membuat masalah semakin sulit terpecahkan bila hanya
mengandalkan teknik diagnosis mikroskopis. Ditambah lagi rendahnya mutu mikroskop dan
pereaksi (reagen) serta kurang terlatihnya tenaga pemeriksa, menimbulkan kendala dalam
memeriksa parasit malaria secara mikroskopis yang selama ini merupakan standar emas (gold
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan umum
Setelah di berikan penyuluhan di harapkan kepada keluarga dan masyarakat mengerti dan
2. Tujan khusus
a. Pokok bahasan
Malaria
1) pengertian malaria
Masyarakat
d. Metode
Hari/tanggal :
Tempat : balaidesa
4.Pengorganisasian
Tugas : Membuka acara, menyampaikan tujuan, kontrak waktu pelaksanaan, dan memimpin
Tanya jawab
b. Presenter :MislatulLatifah
5.Kriteria evaluasi
a.evaluasi struktur
b.evaluasi proses
c.evaluasi hasil
1) Setalah mengikuti penyuluhan maka masyarakat mampu menjawab 80% pertanyaan yang
Mendengarkan
Memperkenalkan
diri(moderator,
penyuluhan dan
fasilitator)
Memintamasyarakat Memperkenalkan
memperkenalkan diri
diri
Menjelaskan TIU
dan TIK Mendengarkan
Menanyakan Menjawab
Infokus
Lembar
Menjelaskan
Menjelaskan
pencegahan yang
mencegah terjadinya
malaria
Menyebutkan
komplikasi dari
malaria Mendengarkan
materi yg telah di
sampaikan(malaria)
Membuat
kesimpulan dari
sampaikan
Mengakhiri
penyuluhan Mendengarkan
Referensi :
Depkes RI, Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Direktorat Jenderal PPM-PL,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2001.
Day 1998. Nyamuk Penular Malaria, Dalam Jurnal Data dan Informasi Kesehatan, Pusdatin,
LAMPIRAN MATERI
MALARIA
1. Pengertian
Malaria adalah sejenis penyakit menular yang dalam manusia sekitar 350-500 juta orang
terinfeksi dan lebih dari 1 juta kematian setiap tahun, terutama di daerah tropis dan di Afrika di
bawah gurun Sahara. Untuk penemuannya atas penyebab malaria, seorang dokter militer Prancis
Charles Louis Alphonse Laveran diberikan Penghargaan Nobel untuk Fisiologi dan Medis pada
1907. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya,
hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus
Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam
berkepanjangan.
insektisida, penyebaran penyakit malaria telah dapat diatasi dengan cepat. Sejak tahun 1950,
malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan di daerah seperti Amerika
Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa
bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap
tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya,
yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu
Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi)
telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut.
Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-
masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa
meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai
pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah
malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi
setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah
infeksi).
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum
gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria
disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk
kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria ( anopeles ) betina ( WHO 1981 )
ditandai dengan deman, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit
malaria pada manusia yang menyebabkan Malaria adalah Plasmodium falciparum, plasmodium
vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae.Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia
adalah Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan
palsmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan negara Timor
Leste. Proses penyebarannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria,
menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam. Proses
penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9-40 hari ( WHO 1997
). Siklus parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria
menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan
jaringanhati.
2. Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan
dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung
parasit pada endotelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap
hidup (survive). Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat
dalam patogenesis terjadinya demam dan peradangan. Skizogoni eksoeritrositik mungkin dapat
menyebabkan reaski leukosit dan fagosit, sedangkan sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan
a. Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk
(Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang
menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati
bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari
gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan
berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoid.
sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi
intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis
b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit,
menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah
yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan
mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian
skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -
eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang
120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml
darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di
hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses kembali untuk
mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus
halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi
trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di
sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan
merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah
pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein
asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang
sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh
sebagai berikut :
a. Penghancuran eritrosit.
Penghancuran eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya eritrosit yang mengandung parasit,
tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung
parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intra vaskular
yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat mengakibatkan gagal
ginjal.
b. Mediator endotoksin-makrofag.
Pada saat skizogoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif
endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam perubahan patofisiologi
malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin berasal dari rongga saluran
cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat melepaskan faktor neksoris tumor (TNF). TNF adalah
suatu monokin , ditemukan dalam darah hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria.
TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglimeia dan sindrom
penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome) dengan
sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan
plasmodium falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi
parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria
beratnya penyakit.
dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang
mengandung plasmodium falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam alat dalam,
sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang
terinfeksi, menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang
Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi permeabel)
dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat
a. demam
b. menggigil
d. muntah muntah
e. anemia
f. kejang
4. Penyebab
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga
menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil, dan mamalia. Termasuk jenis plasmodium
dari family plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi erotrosit (sel darah merah)
dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi
pada tubuh nyamuk anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang
ialah plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (Benign malaria) dan plasmodium
falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria). Plasmodium malariae pernah
juga dijumpai tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya,
pulau Timor, pulau Owi (utara Irian Jaya). (Ilmu Penyakit Dalam, 2009)
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoal blood parasite yaitu spesies
morfologi dari hapusan darah, serta manifestasi klinis baik karakteristik demam, serta
Infeksi plasmodium melibatkan manusia sebagai host dan nyamuk sebagai vektor dan hosr
definitif. Siklus hidup plasmodium terdiri dari fase seksual dan aseksual. Fase seksual eksogen
(sporogoni) dalam tubuh nyamuk. Fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh hospes
perantara/manusia ; daur dalam darah (skozogoni eritrosit),daur dalam sel parenkim hati/stadium
Vektor malaria adalah Nyamuk Anopheles betina, yang merupakan inang definitif.
menjadi mikrogamet dan makrogamet yang kemudian kawin (singami): zigot ookinet oosista
(proses sprogoni) dalam dinding lambung nyamuklisis keluar puluhan ribu – ratusan ribu
sporozoit yang akan menuju kelenjar liur nyamuk inangnya. Melalui gigitan nyamuk Anopheles,
sporozoit masuk aliran darah selama 1/2-1 jam menuju hati untuk berkembang biak. Selanjutnya
berpuluh-puluh ribu merozoit masuk ke dalam darah dan masuk ke dalam eritrosit untuk
berkembang biak menjadi tropozoit. Skizon eritrosit pecah (disebut sporulasi), sambil
membesarkan puluhan merozoit sebagian skizon masuk kembali ke eritrosit baru dan sebagian
Gametosit akan terisap oleh nyamuk Anopheles saat menghisap darah penderita untuk
preerythrocytic. Pada infeksi P vivax and P ovale sporozoite berubah menjadi hupnozoite yang
bulan atautahun.(WHO,2010)
sel dan ledakan invasi ribuan merozoites di darah . Merozoites menuju erythrocytes dan
sukses meleawati fase tersebut kemudian menjadi trophozoite dan schizont, dan akhirnya berhsil
membentuk merozoites yang lebih poten. Merozoites yang matur menyebabkan rupturnya sel
darah merah dan melepaskan merozoite baru multiple antigenic and pyrogenic (substansi yang
menyebabkan demam) menuju aliran darah. Sebagian merozoite yang baru akan menginfeksi sel
darah merah yang baru, dan sebagian berdiferensiasi membentuk fase seksual : gametosis jantan
Rupturnya banyak eritrosit bersamaan dengan pelepasan banyak pyrigen yang menyebakan
paroxysms dari demam malaria. Periode demam malaria sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
memerlukan 72 jam untuk setiap siklus , disebut quartan malaria. Dan tiga spesies lain
memerlukan 48 jam untuk 1 siklus dan menyebabkan alternatife demam di lain hari (tertian
malaria).
Namun periode ini sesuai dengan perkembangan parasit dan stimulasi pelepasan
substansi kimia biila tidak singkron maka periode demam tidak dapat diamati.
Selain melalui gigitan nyamuk , malaria juga dapat ditularkan melalui tranfusi darah dan
penularan tranplancental. Parasitemia pada donor kadang tidak menimbulkan manifestasi klini
berupa demam. Hal ini disebabkan karena merozoit tidak mengivasi sel hati. Karena tidak terjadi
perkembangan dalam hati bila maka pengobatan pada serangan akut merupakan pilihan
pengobatan yang lengkap. Selain ini transmisi juga dapat terjadi melalui transplantasi organ.
Penularan lain yaitu transplancental dari ibu dengan malaria kepada bayinya di dalam
kandungan. Orang yang berisiko tinggi lainnya adalah orang yang bepergian dari daerah
endemis, serta pasca bepergian namun tidak lengkap mendapatkan chemoprofilaksis, serta bayi
Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah : serangan primer, periode
latent, recrudescense, relapse atau rechute. Periode latent mulai akhir masa inkubasi hingga
timbul gejala paroksima trias malaria (dingin, demam, dan berkeringat), Periode latent yaitu
masa tanpa keluhan fisik dan tanpa parasitemia.Recrudescense adalah berulangnnya parasitemia
setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer. Relaps adalah berulangnnya keluhan klinik
lama setelah terjadi masa latent biasanya terjadi pada P vivax atau ovale. (Harijanto,2007)
Infeksi P falciparum menyebabkan malaria yang parah. Spesies ini lebih virulen dari
yang lain karena menyebabkan parasitemia yang tinggi dan tumpukan virus yang berkontribusi
pada kematian sel organ. Faktor parasit yang mempengaruhi P,falcifaraum adalah sitoadherensi
(perlekatan eritrosit parasit pada permukaan endotel vaskuler sehingga memiliki variasi antigenik
yang sangat besar), sekuetrasi (karena adanya sitoadherensi menyebabkan P.falciparum
terperangkap dalam mikrovaskuler dan menghabiskan seluruh siklus hidupnya pada pembuluh
darah perifer, otak, hepar,ginjal, paru, jantung, usus, dan kulit yang mememgang peranan
atau lebih eritrosit non parasit; rosetting akan menyebabkan obstruksi dan mempermudah
terjadinya sitoadherensi yang lebih besar), sitokin dan NO (Nitrit oksida) yang berlebihan karena
respon infeksi.
Penyimpanan bagian dari parasite ini merupakan cirri spesifik dari spesies ini. Sesuai
dengan perkembangan siklusnya setiap 48 jam bagain kecil dari P falcifarum masih tertingal
pada pembulu postcapilary yang kecil . Karena alasan ini hanya pada awal infeksi parasit ini
dapat dideteksi pada pembuluh darah perifer dan merupakan waktu penting diagnostik malaria
infeks P falcifarum. Sequestrasi dari parasit menyebabkan perubaman status mental hingga koma
pada infeksi P falciparum pada anak kejang, konvulsi sering menuju kematian karena infeksi
hingga microvaskular pada jaringan otak.Selain itu cytokine dan ivasi parasit dalam jumlah besar
menyebabkan kematian sel tertuama pada cental venous system (CNS), paru-paru dan ginjal.
ataxia, aphasia, spasticity)Manifestasi lainnya dalah hipoglycemia karena glukosa darah banyak
Anemia berat dapat karena banyaknya sel darah merah yang lisis. Mekanisme lain dari
anemia pada malaria adalah dyserythropoiesis, dan hypersplenism sehingga anemia pada malaria
cenderung berat dan dapat menyebabkan kematian. Berkurangnya umur sel darah merah yang
serebral diduga disebabkan adanya obstruksi pembuluh kapiler darah di otak karena
sitoadherensi dan sekuetrasi. Kadar laktat dalam CSS cenderung meningkat biasanya disertai
dengan gangguan fungsi organ lain ikterik,gagal ginjal, hipoglikemik, dan edema paru. Gagal
ginjal akut sering terjadi pada penderita malaria dewasa diduga disebabkan adanya anoksia
karena penurunan darah ke ginjal akibat dari obstruksi kapiler. Kecenderungan terjadinya
intrakoagulai pada infeksi P falciparum. Edema paru yang disebabkan adanya kelebihan cairan
dibuktikan dalam otopsi terdapat edema yang difus, kongesti paru, perdarahan dan pembentukan
membran hialin. Manifestasi gastrointestinal yang sering muncul adalah nausea dan muntah ,
diare, konstipasi, kembung diduga terkait dengan proses infeksi virus. Hiponatremia bersamaan
penurunan osmolalitas plasma akibat kehilangan cairan dan garam melalui muntah dan mencret
(Harijanto,2007)
5. Pencegahan
a. Memakaikelambu
b. Menggunakanpakaianatauselimut
c. Menguras
d. Menutup
e. Mengubur
f. Memakai lotion
g. Memakaiobatnyamukatausemprot
h. Melakukan fogging
6. Pengobatan
Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap
klorokuin. Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap
klorokuin, bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada malaria lainnya jarang
terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin.
Prinsip penanganan malaria secara umum adalah bila tanpa komplikasi diberikan peroral
sedangkan malaria dengan komplikasi diberikan artesunat 2,4 mg/kgbb pada jam ke 0 - 12 - 24 -
72 dan seterusnya sampai pasien bisa diterapi secara oral atau digunakan artemeter 3,2 mg/kgbb
7. Komplikasi
a. Malaria cerebral (koma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau terjadi lebih dari 30
menit setelah serangan kejang dengan menurunnya kesadaran. Merupakan komplikasi paling
berbahaya yang dapat terjadi secara perlahan dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu
c. Anemia berat
d. Gagal ginjal akut, kelainan fungsi ginjal dapat terjadi karena dehidrasi (terjadi pada >50%
e. Radang paru-paru, sering terjadi pada pasien malaria dewasa. Dapat terjadi oleh karena