Anda di halaman 1dari 36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Umum Penelitian

Objek penelitin yang digunakan dalam penelitia ini adalah perusahaan

food and beverage yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2016. Jumlah

perusahaan food and beverage yang terdaftar ada sebanyak 18 perusahaan

dan sebanyak 11 perusahaan yang memenuhi kriteria yang dapat

digunakan. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari

www.idx.co.id.

1. PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk

Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (sebelumnya Cahaya Kalbar Tbk)

(CEKA) didirikan 03 Februari 1968 dengan nama CV Tjahaja Kalbar

dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Kantor pusat

CEKA terletak di Kawasan Industri Jababeka II, Jl. Industri Selatan 3

Blok GG No.1, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat – Indonesia,

sedangkan lokasi pabrik terletak di Kawasan Industri Jababeka,

Cikarang, Jawa Barat dan Pontianak, Kalimantan Barat. Pemegang

saham yang memiliki 5% atau lebih saham Wilmar Cahaya Indonesia

Tbk, adalah PT Sentratama Niaga Indonesia (pengendali) (87,02%).


2. PT. Delta Djakarta Tbk

Delta Djakarta Tbk (DLTA) didirikan tanggal 15 Juni 1970 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1933. Kantor pusat

DLTA dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi

Timur – Jawa Barat. Pabrik “Anker Bir” didirikan pada tahun 1932

dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam perkembangannya,

kepemilikan dari pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan

hingga berbentuk PT Delta Djakarta pada tahun 1970. DLTA

merupakan salah satu anggota dari San Miguel Group, Filipina. Induk

usaha DLTA adalah San Miguel Malaysia (L) Private Limited,

Malaysia. Sedangkan Induk usaha utama DLTA adalah Top Frontier

Investment Holdings, Inc, berkedudukan di Filipina. Pemegang saham

yang memiliki 5% atau lebih saham Delta Djakarta Tbk, antara lain:

San Miguel Malaysia (L) Pte. Ltd (pengendali) (58,33%) dan Pemda

DKI Jakarta (23,34%).

3. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) didirikan 02 September

2009 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1 Oktober

2009. ICBP merupakan hasil pengalihan kegiatan usaha Divisi Mi

Instan dan Divisi Penyedap Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF),

pemegang saham pengendali. Kantor pusat Indofood CBP berlokasi di

Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 23, Jl. Jend. Sudirman, Kav.

76-78, Jakarta 12910, Indonesia, sedangkan pabrik perusahaan dan


anak usaha berlokasi di pulau Jawa, Sumatera, Kalimatan, Sulawesi

dan Malaysia. Induk usaha dari Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

adalah INDF, dimana INDF memiliki 80,53% saham yang

ditempatkan dan disetor penuh ICBP, sedangkan induk usaha terakhir

dari ICBP adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong.

4. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus

1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan

usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF berlokasi di

Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 21, Jl. Jend. Sudirman Kav.

76 – 78, Jakarta 12910 – Indonesia. Sedangkan pabrik dan perkebunan

INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa,

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia. Induk usaha dari

Indofood Sukses Makmur Tbk adalah CAB Holding Limited (miliki

50,07% saham INDF), Seychelles, sedangkan induk usaha terakhir dari

Indofood Sukses Makmur Tbk adalah First Pacific Company Limited

(FP), Hong Kong. Saat ini, Perusahaan memiliki anak usaha yang juga

tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), antara lain: Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)

5. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) didirikan 03 Juni 1929 dengan

nama N.V. Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1929. Kantor pusat MLBI


berlokasi di Talavera Office Park Lantai 20, Jl. Let. Jend. TB.

Simatupang Kav. 22-26, Jakarta 12430, sedangkan pabrik berlokasi di

Jln. Daan Mogot Km.19, Tangerang 15122 dan Jl. Raya Mojosari –

Pacet KM. 50, Sampang Agung, Jawa Timur. Pemegang saham yang

memiliki 5 % atau lebih saham Multi Bintang Indonesia Tbk adalah

Heineken International BV (pengendali) (81,78%).

6. PT. Mayora Indah Tbk

Mayora Indah Tbk (MYOR) didirikan 17 Februari 1977 dan mulai

beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat

Mayora berlokasi di Gedung Mayora, Jl.Tomang Raya No. 21-23,

Jakarta 11440 – Indonesia, dan pabrik terletak di Tangerang dan

Bekasi. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Mayora

Indah Tbk, yaitu PT Unita Branindo (32,93%), PT Mayora Dhana

Utama (26,14%) dan Jogi Hendra Atmadja (25,22%).

7. PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk

Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) (Sari Roti) didirikan 08 Maret

1995 dengan nama PT Nippon Indosari Corporation dan mulai

beroperasi komersial pada tahun 1996. Kantor pusat dan salah satu

pabrik ROTI berkedudukan di Kawasan Industri MM 2100 Jl. Selayar

blok A9, Desa Mekarwangi, Cikarang Barat, Bekasi 17530 – Jawa

Barat, dan pabrik lainnya berlokasi di Kawasan Industri Jababeka

Cikarang blok U dan W – Bekasi, Pasuruan, Semarang, Makassar,

Purwakarta, Palembang, Cikande dan Medan. Pemegang saham yang


memiliki 5% atau lebih saham Nippon Indosari Corpindo Tbk, antara

lain: Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) (31,50%), Bonlight

Investments., Ltd (25,03%) dan Pasco Shikishima Corporation

(8,50%).

8. PT. Sekar Bumi Tbk

Sekar Bumi Tbk (SKBM) didirikan 12 April 1973 dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1974. Kantor pusat SKBM

berlokasi di Plaza Asia, Lantai 2, Jl. Jend. Sudirman Kav. 59, Jakarta

12190 – Indonesia dan pabrik berlokasi di Jalan Jenggolo 2 No. 17

Waru, Sidoarjo serta tambak di Bone dan Mare, Sulawesi. Pemegang

saham yang memiliki 5% atau lebih saham Sekar Bumi Tbk, yaitu:

TAEL Two Partners Ltd. (32,14%), PT Multi Karya Sejati

(pengendali) (9,84%), Berlutti Finance Limited (9,60%), Sapphira

Corporation Ltd (9,39%), Arrowman Ltd. (8,47%), Malvina

Investment (6,89%) dan BNI Divisi Penyelamatan & Penyelesaian

Kredit Korporasi (6,14%).

9. PT. Sekar Laut Tbk

Sekar Laut Tbk (SKLT) didirikan 19 Juli 1976 dan mulai beroperasi

secara komersial pada tahun 1976. Kantor pusat SKLT berlokasi di

Wisma Nugra Santana, Lt. 7, Suite 707, Jln. Jend. Sudirman Kav. 7-8,

Jakarta 10220 dan Kantor cabang berlokasi di Jalan Raya Darmo No.

23-25, Surabaya, serta Pabrik berlokasi di Jalan Jenggolo II/17

Sidoarjo. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Sekar


Laut Tbk, antara lain: Omnistar Investment Holding Limited (26,78%),

PT Alamiah Sari (pengendali) (26,16%), Malvina Investment Limited

(17,22%), Shadforth Agents Limited (13,39%) dan Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) QQ KP2LN Jakarta III (12,54%).

10. PT. Siantar Top Tbk

Siantar Top Tbk (STTP) didirikan tanggal 12 Mei 1987 dan mulai

beroperasi secara komersial pada bulan September 1989. Kantor pusat

Siantar Top beralamat di Jl. Tambak Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo,

dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo (Jawa Timur), Medan (Sumatera

Utara), Bekasi (Jawa Barat) dan Makassar (Sulawesi Selatan).

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Siantar Top Tbk

adalah PT Shindo Tiara Tunggal, dengan persentase kepemilikan

sebesar 56,76%.

11. PT. Ultra Jaya milk Industry and Trading Company Tbk

Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) didirikan

tanggal 2 Nopember 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada

awal tahun 1974. Kantor pusat dan pabrik Ultrajaya berlokasi di Jl.

Raya Cimareme 131 Padalarang – 40552, Kab. Bandung Barat.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Ultrajaya Milk

Industry & Trading Company Tbk, antara lain: PT Prawirawidjaja

Prakarsa (21,40%), Tuan Sabana Prawirawidjaja (14,66%), PT Indolife

Pensiontana (8,02%), PT AJ Central Asia Raya (7,68%) dan UBS AG

Singapore Non-Treaty Omnibus Acco (Kustodian) (7,42%).


B. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Analisis statistik menggambarkan data dari seluruh variabel yang

dimasukkan dalam penelitian yaitu variabel Return Saham, Earning per

Share (EPS), Return On assets (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan

Total Assets Turnover (TATO). Variabel-variabel penelitian tersebut

diinterpretasikan dalam nilai minimum, maksimum, mean, dan standar

deviasi. Hasil statistik deskriptif adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Statistik Deskriptif

Date: 06/03/18
Time: 20:24
Sample: 1 44

RS DER EPS ROE TATO

Mean 0.229318 1.007727 156.7716 0.599773 2.830227


Median 0.195000 1.050000 90.82500 0.625000 2.670000
Maximum 2.380000 3.020000 515.0000 0.810000 5.040000
Minimum -0.850000 0.180000 1.160000 0.300000 1.490000
Std. Dev. 0.487673 0.543070 150.2849 0.153645 0.909023
Observations 44 44 44 44 44
Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, peneliti akan menjabarkan hasil dari

perhitungan nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari Return

Saham, Earning per Share (EPS), Return On assets (ROE), Debt to Equity Ratio

(DER), dan Total Assets Turnover (TATO) dari perusahaan food and beverage.

Berikut penjabarannya:

1. N = 44 berarti jumlah data yang diolah dalam penelitian ini adalah 44

sampel yang terdiri dari 18 perusahaan yang dijadiakan sempel selama


4 tahun yang terdiri dari data variabel Return Saham, Earning pers

Share (EPS), Return On Equity (ROE), Debt To Equity (DER), dan

Total Asset Turnover (TATO).

2. Return Saham memiliki nilai tinggi yaitu 238% pada perusahaan PT.

Ultrajaya Milk Indty & Trading Co Tbk tahun 2016 dan nilai return

saham terendah sebesar -3% terdapat pada perusahaan PT. Wilmar

Cahaya Indonesia Tbk tahun 2015. Nilai standar devisi

sebesar 0.487673 lebih besar dibandingkan dengan nilai mean (rata-

rata) yaitu sebesar 0.229318 sehingga mengindikasikan bahwa hasil

yang kurang baik. Dikarnakan standar deviasi merupakan

pencerminan penyimpangan yang sangat tinggi.

3. EPS (Earning per Share) memiliki nilai tertinggi yaitu 515% tahun

2015 pada perusahaan Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan nilai

EPS terendah sebesar 1,16% pada perusahaan Mayora Indah Tbk pada

tahun 2013. Nilai standar deviasi sebesar 150.2849 lebih kecil

dibandingkan dengan nilai mean (rata-rata) sebesar 156.7716

sehingga mengindikasikan bahwa hasil yang baik. Dikarenakan

penyimpanan yang sangat tinggi.

4. ROE (Rerturn On Equity) memiliki nilai tertinggi yaitu 81% pada

perusahaan Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (2013 dan 2014) dan

perusahaan Mayora Indah Tbk (2014) dan nilai ROE terendah sebesar

32% pada perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk (2015) dan

prusahaan Siantar Top Tbk (2016). Nilai standar deviasi sebesar


0.153645 lebih kecil dibandingkan dengan nilai mean (rata-rata)

sebesar 0.599773 sehingga mengindikasikan bahwa hasil yang kurang

baik. Dikarnakan standar deviasi merupakan pencerminan

penyimpangan yang sangat tinggi.

5. DER (Debt to Equity Ratio) memiliki nilai tertinggi yaitu 4,02 pada

perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk 2014 dan nilai terendah

sebesar 0,18 pada Delta Djakarta Tbk tahun 2016. Nilai standar

deviasi sebesar 0.543070 lebih kecil dibandingkan dengan nilai mean

(rata-rata) sebesar 1.007727 sehingga mengindikasikan bahwa hasil

yang kurang baik. Karena pencerminan penyimpangan yang sangat

tinggi.

6. TATO (Total Asset Turnover) memiliki nilai tertinggi yaitu 4,47

Nippon Indosari Corporindo Tbk pada tahun 2014 dan nilai terendah

sebesar 1,49 pada perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk tahun

2015. Nilai standar deviasi sebesar 0.909023 lebih kecil dibandingkan

dengan nilai mean (rata-rata) sebesar 2.830227 sehingga

mengindikasikan bahwa hasil yang baik. Dikarnakan standar deviasi

merupakan pencerminan penyimpangan yang sangat tinggi.


C. Hasil Uji Kelayakan data

1. Hasil Uji Stasioner

Data kelayakan ini menggunakan data stasioner dengan uji akar

unit (unit root test). Stasioneritas merupakan salah saatu prasyarat

penting dalam model ekonommetrika untuk data runtut waktu (time

series). Artinya, dengan data yang stasioner model time series dapat

dikatakan lebih stabil.

Data dikatakan stasioner apabila nilai ADF statistic < nilai α

sebesar 5%. Jika ADF statistic lebih besar maka perlu dilakukkan

differencing maksimal dua kali. Sehingga, data siap untuk diolah.

1. Uji Stasioner Return Saham

Untuk menguji apakah data panel dari variabel Return

Saham yang digunakan stasioner atau tidak, maka dilakukan uji

akar unit (unit root test). Uji akar unit ini dilakukan dengan

menggunakan metode Augmented Dicey Fuller (ADF).

Hipotesisnya adalah:

Ho : Terdapat unit root pada variabel Return Saham (data tidak

stasioner).

Ha : Terdapat unit root pada variabel Return Saham (data

stasioner).
Kriteria pengujian hipotesis yaitu, jika probabilitas < 0.05,

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, jika probabilitas >

0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Tabel 4.2
Uji Stasioner Return Saham

Null Hypothesis: RS has a unit root


Exogenous:
D Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
a
t-Statistic Prob.*
r
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.398188 0.0000
Test critical values: 1% level -3.592462
i 5% level -2.931404
10% level -2.603944

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


h
Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)

Dari hasil Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa variabel Return

Saham memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari α (5%) yaitu

0.0000 < 0.05, maka Ho ditolak menunjukkan bahwa variabel

Return Saham stasioner atau tidak terkena akar unit.

2. Uji Stasioner Earning per Share (EPS)

Untuk menguji apakah data panel veriabel Earning per

Share yang digunakan stasioner atau tidak, maka dilakukan uji

akar unit (unit root test). Uji akar unit ini dilakukan dengan

menggunakan metode Augmented Dicey Fuller (ADF).

Hipotesisnya adalah:
Ho : Terdapat unit root pada variabel Rerturn on Equity (data

tidak stasioner).

Ha : Terdapat unit root pada variabel Rerturn on Equity (data

stasioner).

Kriteria pengujian hipotesis yaitu, jika probabilitas < 0.05,

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, jika probabilitas >

0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Tabel 4.3
Uji Stasioner Rerturn on Equity

Null Hypothesis: EPS has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 5 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.245589 0.0001


Test critical values: 1% level -3.621023
5% level -2.943427
10% level -2.610263

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)

Dari hasil Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa vaariabel

EPS memiliki nilai probabilitas lebih keci dari α (5%) yaitu

0.0001 < 0.05, maka Ho ditolak menunjukkan bahwa variabel

EPS stasioner atau tidak terkena akar unit.


3. Uji Stasioner Rerturn on Equity (ROE)

Untuk menguji apakah data panel variabel Rerturn on

Equity yang digunakan stasioner atau tidak, maka dilakukan uji

akar unit (unit root test). Uji akar unit ini dilakukan dengan

menggunakan metode Augmented Dicey Fuller (ADF).

Hipotesisnya adalah:

Ho : Terdapat unit root pada variabel Earning per Share (data

tidak stasioner).

Ha : Terdapat unit root pada variabel Rerturn on Equity (data

stasioner).

Kriteria pengujian hipotesis yaitu, jika probabilitas < 0.05,

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, jika probabilitas >

0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Tabel 4.4
Uji Stasioner Rerturn on Equity

Null Hypothesis: ROE has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.725048 0.0004


Test critical values: 1% level -3.592462
5% level -2.931404
10% level -2.603944

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)
Dari hasil Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa vaariabel

ROE memiliki nilai probabilitas lebih keci dari α (5%) yaitu

0.0004 < 0.05, maka Ho ditolak menunjukkan bahwa variabel

ROE stasioner atau tidak terkena akar unit.

4. Uji Stasioner Debt to Equity Ratio (DER)

Untuk menguji apakah data panel variabel Debt to Equity

Ratio yang digunakan stasioner atau tidak, maka dilakukan uji

akar unit (unit root test). Uji akar unit ini dilakukan dengan

menggunakan metode Augmented Dicey Fuller (ADF).

Hipotesisnya adalah:

Ho : Terdapat unit root pada variabel Debt to Equity Ratio (data

tidak stasioner).

Ha : Terdapat unit root pada variabel Debt to Equity Ratio (data

stasioner).

Kriteria pengujian hipotesis yaitu, jika probabilitas < 0.05,

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, jika probabilitas >

0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak

.
Tabel 4.5
Uji Stasioner Debt to Equity Ratio

Null Hypothesis: DER has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.022329 0.0407


Test critical values: 1% level -3.592462
5% level -2.931404
10% level -2.603944

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)

Dari hasil Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa variabel

Debt to Equity Ratio memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari α

(5%) yaitu 0.0407 < 0.05, maka Ho ditolak menunjukkan bahwa

variabel Return Saham stasioner atau tidak terkena akar unit.

5. Uji Stasioner Total Asset Turnover (TATO)

Untuk menguji apakah data panel variabel Total Asset

Turnover yang digunakan stasioner atau tidak, maka dilakukan uji

akar unit (unit root test). Uji akar unit ini dilakukan dengan

menggunakan metode Augmented Dicey Fuller (ADF).

Hipotesisnya adalah:

Ho : Terdapat unit root pada variabel Total Asset Turnover (data

tidak stasioner).

Ha : Terdapat unit root pada variabel Total Asset Turnover (data

stasioner).
Kriteria pengujian hipotesis yaitu, jika probabilitas < 0.05,

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, jika probabilitas >

0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Tabel 4.6
Uji Stasioner Total Asset Turnover

Null Hypothesis: TATO has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.234154 0.0247


Test critical values: 1% level -3.592462
5% level -2.931404
10% level -2.603944

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)

Dari hasil Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa variabel

Total Asset Turnover memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari α

(5%) yaitu 0.0247 < 0.05, maka Ho ditolak menunjukkan bahwa

variabel Return Saham stasioner atau tidak terkena akar unit.


D. Analisis Regresi Data Panel

Data panel adalah kontribusi dari data time series dan cross section.

Data panel merupakan kumpulan data white cross section yang diamati

secara simultan/serentak dari waktu ke waktu (time series). Dalam

estimasi model data panel terdapat tiga pilihan yang dapat dilakukan yaitu:

1. Common Effect

Common effect teknik mengestimasi data panel yang sederhana

yaitu dengan cara mengkombinasikan data time series dengan cross

section dengan metode pooled least square. Output dari regresi

menggunakan model Common effect adalah sebagai berikut:


Tabel 4.7
Hasil uji Common effect model

Dependent Variable: RS?


Method: Pooled Least Squares
Date: 06/03/18 Time: 20:31
Sample: 1 4
Included observations: 4
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 44

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.096366 0.405091 -0.237888 0.8132


EPS? -0.000140 0.000513 -0.272948 0.7863
ROE? 0.632076 0.500972 1.261698 0.2146
DER? -0.182682 0.156135 -1.170027 0.2491
TATO? 0.053928 0.093601 0.576148 0.5678

R-squared 0.090024 Mean dependent var 0.229318


Adjusted R-squared -0.003307 S.D. dependent var 0.487673
S.E. of regression 0.488479 Akaike info criterion 1.511604
Sum squared resid 9.305856 Schwarz criterion 1.714353
Log likelihood -28.25529 Hannan-Quinn criter. 1.586793
F-statistic 0.964563 Durbin-Watson stat 1.949306
Prob(F-statistic) 0.437806

Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)

Dari hasil output diatas dapat disimpulkan bahwa variabel

Earning per Share (EPS), Return On assets (ROE), Debt to Equity

Ratio (DER), dan Total Assets Turnover (TATO) tidak mempengaruhi

Return Saham. Hal ini terlihat dari probabilitas variabel EPS sebesar

0.7863 > 0.05, ROE sebesar 0.2146 > 0.05, variabel DER sebesar

0.2491 > 0.05, dan variabel TATO sebesar 0.5678 > 0.05. Dengan

nilai Durbin Watson sebesar 1.949306 menunjukkan bahwa data

mengalami autokorelasi, sedangkan nilai probabilitas F-statistic


sebesar 0.437806 atau 43% menunjukkan bahwa variabel independen

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, koefisien R-squared

sebesar 0.090024 atau 9% dan Adjusted R-squared sebesar -0.003307

atau -3.30%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa common effect model

tidak dapat digunakan sebagai model uji dalam penelitian ini.

Selanjutnya akan mengunakan model random effect yang

mengakumoder adanya faktor autokorelasi yaitu menggunakan

General Least Square (GLS).

2. Random Effect

Random effect adalah model regresi yang mengestimasi data

panel dengan menhitung error regresi dengan metode Generalized

Least Square. Dalam random effect parameter-paremeter yang

berbeda antara perusahaan maupun antara waktu dimasukkan kedalam

error. Diasumsikan pula bahwa error secara individu (ui) tidak saling

berkorelasi, begitu juga dengan erroe kombinasi (εit). Hasil regresi

menggunakan model Random effect adalah sebagai berikut:


Tabel 4.8
Hasil uji Random effect model

Dependent Variable: RS?


Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/03/18 Time: 20:37
Sample: 1 4
Included observations: 4
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 44
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.096366 0.430232 -0.223987 0.8239


EPS? -0.000140 0.000545 -0.256998 0.7985
ROE? 0.632076 0.532063 1.187971 0.2420
DER? -0.182682 0.165825 -1.101657 0.2774
TATO? 0.053928 0.099410 0.542481 0.5906
Random Effects (Cross)
CEKA—C 0.000000
DLTA—C 0.000000
ICBP—C 0.000000
INDF—C 0.000000
MLBI—C 0.000000
MYOR—C 0.000000
ROTI—C 0.000000
SKBM—C 0.000000
SKLT—C 0.000000
STTP—C 0.000000
ULTJ—C 0.000000

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0.000000 0.0000


Idiosyncratic random 0.518795 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.090024 Mean dependent var 0.229318


Adjusted R-squared -0.003307 S.D. dependent var 0.487673
S.E. of regression 0.488479 Sum squared resid 9.305856
F-statistic 0.964563 Durbin-Watson stat 1.949306
Prob(F-statistic) 0.437806

Unweighted Statistics

R-squared 0.090024 Mean dependent var 0.229318


Sum squared resid 9.305856 Durbin-Watson stat 1.949306

Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)


Dari hasil output diatas dapat disimpulkan bahwa variabel

Earning per Share (EPS), variabel Return On assets (ROE), variabel

Debt to Equity Ratio (DER), dan variabel Total Assets Turnover

(TATO) tidak mempengaruhi Return Saham. Hal ini terlihat dari

probabilitas variabel EPS 0.7985 > 0.05, ROE 0.2420 > 0.05, DER

0.2774 > 0.05, dan TATO 0.5906 > 0.05. Dengan nilai Durbin Watson

sebesar 1.949306 menunjukkan bahwa data mengalami autokorelasi,

nilai probabilitas F-statistic sebesar 0.964563 atau 9.64 %

menunjukkan adanya variabel independen yang tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen, koefisien R-squared sebesar 0.090024

atau 9% dan Adjusted R-squared sebesar -0.003307 atau -3.30%.

Dengan hasil yang dapat dilihat dari tabel 4.7 dapat disimpulakan

bahwa random effect model tidak dapat digunakan sebagai model uji

dalamm penelitian.

3. Fixed effect

Fixed effect adalah teknik mengestimasikan data panel dengan

menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan

intersep. Model ini mengasumsi bahwa koefisien regresi (slope) tetap

antara perusahaan dan antara waktu. Hasil regresi menggunakan

model regresi menggunakan model Fixed effect adalah sebagai

berikut:
Tabel 4.9
Hasil uji Fixed effect model

Dependent Variable: RS?


Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 06/03/18 Time: 20:32
Sample: 1 4
Included observations: 4
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 44
Linear estimation after one-step weighting matrix
White cross-section standard errors & covariance (no d.f. correction)
WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.424717 0.197736 -2.147898 0.0402


EPS? -0.000530 0.000240 -2.209986 0.0352
ROE? 0.915156 0.274316 3.336138 0.0023
DER? -0.250920 0.108525 -2.312091 0.0281
TATO? 0.155843 0.052220 2.984357 0.0057
Fixed Effects (Cross)
CEKA--C 0.055541
DLTA--C -0.140328
ICBP--C -0.039416
INDF--C 0.150606
MLBI--C 0.079666
MYOR--C 0.149859
ROTI--C -0.452279
SKBM--C -0.101872
SKLT--C -0.234681
STTP--C 0.370591
ULTJ--C 0.162313

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.461413 Mean dependent var 0.391662


Adjusted R-squared 0.201406 S.D. dependent var 0.622946
S.E. of regression 0.504059 Sum squared resid 7.368184
F-statistic 0.000000 Durbin-Watson stat 2.281783
Prob(F-statistic) 0.043589

Unweighted Statistics

R-squared 0.228750 Mean dependent var 0.229318


Sum squared resid 7.887173 Durbin-Watson stat 1.290325

Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)


Dari hasil output diatas dapat disimpulkan bahwa semua

variabel yaitu variabel Earning per Share (EPS), variabel Return On

assets (ROE), variabel Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Assets

Turnover (TATO) mempengaruhi Return Saham. Hal ini terlihat dari

probabilitas variabel, variabel EPS 0.0352 < 0.05, ROE 0.0023 < 0.05,

DER 0.0281 < 0.05, dan variabel TATO 0.0057 < 0.05. Dengan nilai

Durbin Watson sebesar 2.281783 menunjukkan bahwa data tidak

mengalami autokorelasi, nilai probabilitas F-statistic sebesar 0.000000

menunjukkan adanya variabel independen yang berpengaruh terhadap

variabel dependen, koefisien R-squared sebesar 0.228750 atau 2.28%

dan Adjusted R-squared sebesar 0.201406 atau 2.01%. Sehingga dapat

diambil kesimpulan bahwa fixed effect model merupakan model yang

tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Dapat dilihat kembali dari

hasil uji common effect model dan random effect model dimana kedua-

dua uji model ini memiliki Durbin Watson yang lebih kecil dari 2

sehingga menyebabkan terjadinya autokorelasi, serta probabilitas F-

statistic lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

adanya variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel

dependen.
E. Analisis Model Rregresi Data Panel

Berdasarkan uji Commen Effect Model, Fixed Effec Model dan

Random Effect Model dan dilihat dari nilai probabilitas F-statistic, Durbin

Watson, R-squared serta probabilitas signifikansi maka model regresi yang

tepat digunakan adalah Fixed Effec Model. Berikut adalah test uji:
Tabel 4.10
Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model

Dependent Variable: RS?


Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 06/03/18 Time: 20:32
Sample: 1 4
Included observations: 4
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 44
Linear estimation after one-step weighting matrix
White cross-section standard errors & covariance (no d.f. correction)
WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.424717 0.197736 -2.147898 0.0402


EPS? -0.000530 0.000240 -2.209986 0.0352
ROE? 0.915156 0.274316 3.336138 0.0023
DER? -0.250920 0.108525 -2.312091 0.0281
TATO? 0.155843 0.052220 2.984357 0.0057
Fixed Effects (Cross)
CEKA—C 0.055541
DLTA—C -0.140328
ICBP—C -0.039416
INDF—C 0.150606
MLBI—C 0.079666
MYOR—C 0.149859
ROTI—C -0.452279
SKBM—C -0.101872
SKLT—C -0.234681
STTP—C 0.370591
ULTJ—C 0.162313

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.461413 Mean dependent var 0.391662


Adjusted R-squared 0.201406 S.D. dependent var 0.622946
S.E. of regression 0.504059 Sum squared resid 7.368184
F-statistic 0.000000 Durbin-Watson stat 2.281783
Prob(F-statistic) 0.043589

Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)


Dari hasil output diatas dapat disimpulkan bahwa variabel Earning

per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Return On assets (ROE) ,

dan Total Assets Turnover (TATO) mempengaruhi Return Saham. Hal ini

terlihat dari probabilitas variabel Earning per Share (EPS) 0.0352 > 0.05,

Return On assets (ROE) 0.0352 < 0.05, Debt to Equity Ratio (DER)

0.0281 < 0.05, dan variabel Total Assets Turnover (TATO) 0.0057 < 0.05.

Kemudian dengan nilai Durbin Watson sebesar 2.281783 menunjukkan

bahwa data tidak mengalami autokorelasi, nilai probabilitas F-statistic

sebesar 0.000000 menunjukkan adanya variabel independen yang

berpengaruh terhadap variabel dependen, koefisien R-squared sebesar

0.228750 atau 2.28% dan Adjusted R-squared sebesar 0.201406 atau

2.01%, sehingga dapat di artikan bahwaa vriabel-variabel bebas dalam

pebelitian ini dapat menggambarkan variabel terikat terhadap Return

Saham, sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain.

Dari hasil di atas, dapat diperoleh persamaan Fixed Effect.

Return = (0.424717) – 0.000530 EPS + 0.915156 ROE − 0.250920 DER

+ 0.155843
F. Hasil pengujian hipotesis

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) adalah untuk mengukur

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Koefisiendeterminasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu Earning

per Share (EPS), Return On Equity (ROE), Debt of Equity Ratio

(DER), dan Total Assets Turnover (TATO) terhadap variabel

dependen yaitu Return Saham. Dari pengelolahan data didapatkan

hasil uji koefisien determinasi adjusted (R2) sebahai berikut:

Tabel 4.11
Koefisien Determinasi (R2)

R-squared 0.461413
Adjusted R-squared 0.201406

Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)

Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji fixed effect, terlihat bahwa

nilai adjusted R2 sebesar 20.1% dapat diartikan bahwa Earning per

Share (EPS), Return On Equity (ROE), Debt of Equity Ratio (DER),

dan Total Assets Turnover (TATO) dapat menjelaskan keterkaitannya

terhadap Return Saham sebesar 20.1%, sedangkan sisanya sebesar

79.9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.


2. Secara Parsial (Uji T)

Pengujian terhadap hasil regreesi dilakukan menggunkan uji t

pada derajat keyakinan sebesar 95% atau α = 5%. Uji t digunakan

untuk mengetahu apakah dalam model regresi variabel bebas secara

parsial berpengaruh sihnifikan terhadap variabel terikat. Uji t ini dapat

dijadikan acuan sebagai acuan penelitian sebarapa jauh masing-

masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

Kriteria pengujian hipotesis yaitu jika tingkat probabilitas

kurang ddari 5% maka Ho ditolah dan Ha diterima. Sebaliknya, jika

tingkat probabilitas lebih besar dari 5% maka Ha ditolak.

Pengujian hipotesis secara parsial dan satu arah adalah:

1. Ho1 : β1 < 0 Earning per Share (EPS) berpengaruh negatif

terhadap Return Saham.

Ha1 : β1 > 0 Earning per Share (EPS) berpengaruh positif

terhadap Return Saham.

2. Ho1 : β1 < 0 Return on Equity (ROE) berpengaruh negatif

terhadap Return Saham.

Ha1 : β1 > 0 Return on Equity (ROE) berpengaruh positif

terhadap Return Saham.


3. Ho2 : β2 < 0 Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif

terhadap Return Saham.

Ha2 : β2 > 0 Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif

terhadap Return Saham.

4. Ho3 : β3 < 0 Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh negatif

terhadap Return Saham.

Ha3 : β3 > 0 Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh positif

terhadap Return Saham.

Tabel 4.12

Hasil Uji t

Dependent Variable: RS?


Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 06/03/18 Time: 20:32
Sample: 1 4
Included observations: 4
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 44
Linear estimation after one-step weighting matrix
White cross-section standard errors & covariance (no d.f. correction)
WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.424717 0.197736 -2.147898 0.0402


EPS? -0.000530 0.000240 -2.209986 0.0352
ROE? 0.915156 0.274316 3.336138 0.0023
DER? -0.250920 0.108525 -2.312091 0.0281
TATO? 0.155843 0.052220 2.984357 0.0057
Sumber: Hasil output Eviews9 (2017)
Hasil dari t-tabel dalam penelitian ini didapat pada α = 0.05

(uji 1 sisi) dengan degree of freedom (df) n - k - 1. Sehingga diketahui

nilai derajat kebebasan yaitu, df = n – k - 1 = 39, maka ttable dari table

distribusi sebesar 1.687.

a. Earning per Share (EPS)

Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa variabel Earning per

Share memiliki thitung 0.619 lebih kecil dari ttabel sebesar 1.68488

dimana dilihat sebagai berikut (0.619 < 1.68488) dengan nilai

probabilitas sebesar 0.0352. Nilai probabilitas variabel Earning

per Share lebih kecil dari 0.05 (0.0352 < 0.05). Dapat

disimpulkan bahwa Earning per Share secara signifikan

berpengaruh terhadap Return Saham pada Perusahaan Food and

Beverage yang terdaftar di BEI periode 2013 - 2016.

b. Return On Equity (ROE)

Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa variabel Return On

Equity memiliki thitung sebesar -3.420 lebih besar dari ttabel sebesar

-1.68488 dimana dilihat sebagai berikut (-3.420 > -1.68488)

dengan nilai probabilitas sebesar 0.0023. Nilai probabilitas

variabel Return On Equity lebih kecil dari 0.05 (0.0023 < 0.05).

Dapat disimpulkan bahwa Return On Equity secara signifikan

berpengaruh negatif terhadap Return Saham pada Perusahaan

Food nd Beverage yang terdaftar di BEI periode 2013 - 2016.


c. Debt To Equity Ratio (DER)

Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa variabel Debt To

Equity Ratio memiliki thitung sebesar 12.464 lebih besar dari ttabel

1.68488 dimana dilihat sebagai berikut (12.464 > 1.68488)

dengan nilai probabilitas sebesar 0.0281. Nilai probabilitas

variabel Debt To Equity Ratio lebih kecil dari 0.05 (0.0281 <

0.05). Dapat disimpulkan bahwa Debt To Equity Ratio secara

signifikan berpengaruh positif terhadap Return Saham pada

Perusahaan Food nd Beverage yang terdaftar di BEI periode 2013

- 2016.

d. Total Asset Turnover (TATO)

Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa variabel Total Asset

Turnover memiliki thitung sebesar 1.936, sementara pada tingkat

signifikan 5% ttabel sebesar 1.687, atau 1.936 < 1.687. Sehingga

pada tingkat signifikansi 5% Total Asset Turnover secara

signifikan tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Tetapi pada

tingkat signifikansi 10% ttabel sebesar 1,305 atau thitung 1.936 >

1,305 ttabel. Jadi, pada tingkat signifikan lebih besar dari 5% dan

lebih kecil dari 10%, Total Asset Turnover secara signifikan

berpengaruh positif terhadap Return Saham pada Perusahaan

Food nd Beverage yang terdaftar di BEI periode 2013 - 2016.


G. Pembahasan

1. Pengaruh Earning per Share (EPS) Terhadap Return Saham.

Berdasarkan hasil penelitian Earning per Share secara

signifikan berpengaruh terhadap Return Saham. Secara teoritis,

komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis

perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya

laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang

saham perusahaan. EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa

besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang

saham per lembar saham. Para calon pemegang saham tertarik dengan

earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu

indikator keberhasilan suatu. Secara singkat dapat peneliti simpulkan

bahwa semakin tinggi nilai EPS tentu saja akan menyenangkan

pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan untuk

pemegang saham. Besarnya Earning Per Share (EPS) suatu

perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan

langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan

rugi laba perusahaan.

Secara teoritis, menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan

yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan.

Dengan tak adanya EPS maka perusahaan yang ditinjau dari modal

pemegang saham tidak akan ada. EPS Dalam penelitian ini hipotesis
EPS secara signifikan berpengaruh terhadap return saham. Hasil yang

signifikan ini, maka dapat disimpulkan bahwa variabel EPS dapat

dijadikan sebagai acuan dalam menentukan konsep laba konvensional

dalam besarnya laba bersih pada tiap perusahaan.

Dapat dilihat dari statistik deskriptif mean EPS sebesar 0.229318, nilai

maximum sebesar 0.752340 dan nilai minimum sebesar -2.178850

dapat dilihat bahwa EPS secara signifikan tidak berpengaruh terhadap

Return Saham.

2. Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham.

Berdasarkan hasil penelitian Return On Equity secara

signifikan berpengaruh positif terhadap Return Saham. Secara teoritis,

semakin tinggi Return On Equity maka semakin baik kinerja

perusahaan. ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan dari modal sendiri untuk menhasilkan keuntungan bagi

seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen,

semakin besar variable ini semakin baik. ROE menggambarkan sejauh

mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh

pemegang saham.

Secara teoritis, semakin besar ROE maka kinerja keuangan

perusahaan tersebut semakin baik, dan sebaliknya semakin kecil ROE

maka kinerja perusahaan tersebut semakin buruk. Dengan semakin

rendahnya ROE maka kinerja perusahaan yang ditinjau dari modal

pemegang saham semakin buruk. ROE Dalam penelitian ini hipotesis


ROE secara signifikan berpengaruh terhadap return saham. Hasil yang

signifikan ini, maka dapat disimpulkan bahwa variabel ROE dapat

dijadikan sebagai acuan dalam menentukan strategi investasi para

investor dalam menanamkan sahamnya di pasar modal pada periode

penelitian.

Dapat dilihat dari statistik deskriptif mean ROE sebesar -

0.599773, nilai maximum sebesar 0.752340 dan nilai minimum

sebesar -2.178850 dapat dilihat bahwa ROE secara signifikan tidak

berpengaruh terhadap Return Saham. Hal ini kemungkinan

mengakibatkan naiknya minat investor untuk membeli saham

perusahaan dan turunnya return saham yang diperoleh investor.

3. Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham.

Berdasarkan hasil penelitian Debt To Equity Ratio secara

signifikan berpengaruh negatif terhadap Return Saham. Debt To

Equity Ratio merupakan rasio atau perbandingan antara modal sendiri

dan modal yang diperoleh dari luar perusahaan atau kreditur. Hutang

ini muncul karena tidak semua kebutuhan perusahaan dapat dipenuhi

oleh modal perusahaan itu sendiri atau dengan perolehan penjualan

tambahan modal sehingga perusahaan harus mencari modal pinjaman.

Semakin tinggi DER suatu perusahaan akan tidak semakin baik

bagi kelangsungan perusahaan Karena risiko atas kegagalan yang

mungkin terjadi akan semakin besar. Dimana, semakin besar utang

maka semakin besar pula beban bunga yang harus dibayarkan oleh
perusahaan, begitu juga semakin besar utang maka semakin besar pula

cicilan yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Sebaliknya, jika DER

kecil maka akan baik bagi perusahaan karena risiko yang akan

ditimbulkan akan semakin kecil juga. Saat keadaan ekonomi

memburuk perusahaan yang memiliki tingkat DER yang kecil juga

tingkat risiko terjadinya kegagalan dalam perusahaan. Akan tetapi saat

keadaan ekonomi membaik perusahaan yang memiliki tingakat DER

yang kecil tidak akan dapat memaksimalkan laba yang diperoleh.

Semakin tinggi DER suatu perusahaan maka menunjukkan

perbandingan hutang yang semakin banyak dibandingkan dengan

modal sendiri sehingga semakin besar beban perusahaan terhadap

pihak luar. Dimana perusahaan yang memiliki Interest yang besar

sehingga net income perusahaan tersebut semakin kecil.

Hal ini di dukung oleh statistik deskriptif dimana nilai mean

DER sebesar 1.872496, nilai maximum sebesar 24.11830 dan nilai

minimum sebesar -2.168461. Hasil penelitian ini didukung dengan

hasil statistik deskriptif pada variabel ROE dimana mean sebesar -

1.007727, nilai maximum sebesar 0.752340 dan nilai minimum

sebesar -2.178850 yang menunjukkan adanya modal dari pihak

eksternal yang menyebabkan utang. Hal tersebut menunjukkan sumber

modal perusahaan lebih bergantung pada hutang pihak luar dan

mencerminkan risiko yang besar kemungkinan akan terjadi baik

kepada pihak perusahaan maupun bagi pihak investor. Keadaan


tersebut yang akan mengurangi niat investor yang akan menanamkan

modalnya pada perusahaan.

4. Pengaruh Total Asset Turnover (TATO) Terhadap Return Saham.

Berdasarkan hasil penelitia Total Asset Turnover (TATO)

secara signifikan berpengaruh positif terhadap Return Saham. Hal ini

menunjukkan semakin tinggi TATO maka semakin tinggi Return

Saham. Secara teoritis, TATO yang tinggi akan menunjukkan bahwa

perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktiva yang

dimilikinya untuk memperoleh penjualan. Semakin tinggi TATO

menunjukan semakin tinggi penjualan bersih yang diperoleh

perusahaan, dengan penjualan yang tinggi memberikan harapan

perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi pula. Dengan

demikian investor akan tertarik untuk menanamkan dana ke

perusahaan sehingga return saham perusahaan akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai