Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

HYDROPNEUMOTHORAKS

Tinjauan Teoritis
A. Anatomi dan Fisiologi Pernapasan
Pernapasan juga merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 dan mengeluarkan Co2 sebagai sisa dari oksidasi dari
tubuh. Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses inspirasi dan
menghembuskan udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi. Manusia
membutuhkan suplay oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel,
dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun produk
dari proses tersebut. Pertukaran gas antara oksigen dengan karbondioksida
dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang
dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang
menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang
ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat pernapasan dan
pada manusia disebut alveolus yang terdapat di paru-paru berfungsi
sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas.
Ada dua bagian yang mungkin dapat digambarkan dalam pernafasan
yaitu :
 O2 – hidung – trachea – alveoli – pembuluh kapiler alveolus – ikatan O2
dengan Hb – jantung – seluruh tubuh sampai ke setiap sel.
 Co2 – membran alveoli – kapiler – alveoli – bronchroli – bronchus –
trakea – hidung.
Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang
ditarik dari udara masuk ke dalam darah dan CO2 akan dikeluarkan dari
darah secara osmosis. Selanjutnya O2 masuk ke dalam tubuh melalui kapiler-
kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung → ke aorta
→ seluruh tubuh, disini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari
pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah
vena masuk ke jantung (serambi kanan) → ke bilik kanan dan dari sini keluar
melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan
menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah
sebagian dari sisa metabolisme,
sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenitalis dan kulit.

Gambar : 1 saluran fisiologi pernafasan

Saluran Pernafasan
Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut :
Rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru
(bronkiolus, alveolus). Saluran nafas bagian atas adalah rongga hidung, faring
dan laring dan saluran nafas bagian bawah adalah trachea, bronchi, bronchioli
dan percabangannya sampai alveoli. Area konduksi adalah sepanjang
saluran nafas berakhir sampai bronchioli terminalis, tempat lewatnya udara
pernapasan, membersihkan, melembabkan & menyamakan udara dengan
suhu tubuh hidung, faring, trakhea, bronkus, bronkiolus terminalis. Area
fungsional atau respirasi adalah mulai bronchioli respiratory sampai
alveoli, proses pertukaran udara dengan darah.

Gambar : 2 saluran fisiologi pernafasan


1. Hidung
Hidung adalah organ indra penciuman. Ujung saraf yang mendeteksi
penciuman berada di atap (langit-langit) hidung di area lempeng kribriformis
tulang etmoid dan konka superior. Ujung saraf ini distimulasi oleh bau di
udara. Impuls saraf dihantarkan oleh saraf olfaktorius ke otak di mana sensasi
bau dipersepsikan. Ketika masuk dihidung, udara disaring, dihangatkan, dan
dilembabkan. Hal ini dilakukan oleh sel epitel yang memiliki lapisan mukus
sekresi sel goblet dan kelenjar mukosa. Lalu gerakan silia mendorong lapisan
mukus ke posterior didalam rongga hidung dan ke superior saluran pernapasan
bagian bawah menuju faring. Nares anterior adalah saluran- saluran didalam
lubang hidung. Saluran-saluran ini bermuara kedalam bagian yang dikenal
sebagai vestibulum hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat
kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farink dan selaput.
Pada proses pernafasan secara khusus rongga hidung berfungsi antara
lain :
 Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
 Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu
hidung.
 Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
 Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara
pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
Gambar : 3 saluran pertama (hidung) pada sistem pernafasan
Pada bagian belakang rongga hidung terdapat ruangan yang disebut
nasopharing dengan rongga hidung berhubungan dengan :
a. Sinus paranasalis, yaitu rongga-rongga pada tulang kranial, yang
berhubungan dengan rongga hidung melalui ostium (lubang). Dan terdapat
beberapa sinus paranasalis, sinus maksilaris dan sinus ethmoidalis yang
dekat dengan permukaan dan sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis
yang terletak lebih dalam.
b. Duktus nasolacrimalis, yang meyalurkan air mata kedalam hidung.
c. Tuba eustachius, yang berhubungan dengan ruang telinga bagian tengah.

Jika terjadi influenza atau hidung buntu, maka kemungkinan


adalah tertutupnya lubang-lubang tersebut (sinus paranasalis, duktus
nasolacrimalis, tuba eustachius), sehingga dapat menimbulkan
penumpukan cairan dan terjadi radang didalam sinus paranasalis dan ruang
telinga tengah akibatnya bisa terjadi sinusitis, otitis media, keluar air mata,
karena duktus nasolacrimalis buntu. Karena itu pada hidung buntu perlu
diberi obat-obatan tetes hidung untuk mengurangi kemungkinan
tertutupnya lubang-lubang tersebut diatas.
2. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Bila terjadi radang disebut pharyngitis. saluran faring rnemiliki panjang 12-14
cm dan memanjang dari dasar tengkorak hingga vertebra servikalis ke-6.
Faring berada di belakang hidung, mulut, dan laring serta lebih lebar di
bagian atasnya. Dari sini partikel halus akan ditelan atau di batukkan keluar.
Udara yang telah sampai ke faring telah diatur kelembapannya sehingga
hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh. Lalu mengalir ke kotak
suara (Laring).

Gambar : 5 saluran pada sistem pernafasan (faring)

Beberapa fungsi faring:


a. Saluran nafas dan makanan, faring adalah organ yang terlibat dalam sistem
pencernaan dan pernapasan udara masuk melalui bagian nasal dan oral,
sedangkan makanan melalui bagian oral dan laring.
b. Penghangat dan pelembab, dengan cara yang sama seperti hidung,
udara dihangatkan dan dilembapkan saat masuk ke faring.
c. Fungsi bahasa, fungsi faring dalam bahasa adalah dengan bekerja sebagai
bilik resonansi untuk suara yang naik dari laring, faring (bersama sinus)
membantu memberikan suara yang khas pada tiap individu
d. Fungsi Pengecap, terdapat ujung saraf olfaktorius dari indra pengecap di
epitelium oral dan bagian faringeal.
e. Fungsi Pendengaran, saluran auditori (pendengaran), memanjang dari
nasofaring pada tiap telinga tengah, memungkinkan udara masuk ke
telinga tengah. Pendengaran yang jelas bergantung pada adanya udara
di tekanan atmosfer pada tiap sisi membran timpani.
f. Fungsi Perlindungan, Jaringan limfatik faring dan tonsil laring
menghasilkan antibodi dalam berespon terhadap antigen, misal mikroba.
Tonsil berukuran lebih besar pada anak dan cenderung mengalami
atrofi pada orang dewasa.
Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan
laringofaring.
 Nasofaring
Bagian nasal faring terletak di belakang hidung dan di atas palatum
molle. Pada dinding lateral, terdapat dua saluran auditori, tiap saluran
mengarah ke masing-masing bagian tengah telinga. Pada dinding
posterior, terdapat tonsil faringeal (adenoid), yang terdiri atas jaringan
limfoid. Tonsil paling menonjol pada masa kanak-kanak hingga
usia 7 tahun. Selanjutnya, tonsil mengalami atrofi.
 Orofaring
Bagian oral faring terletak di belakang mulut, memanjang dari
bagian bawah palatum molle hingga bagian vertebra servikalis ke-3.
Dinding lateral bersatu dengan palatum molle untuk membentuk
lipatan di tiap sisi. Antara tiap pasang lipatan, terdapat kumpulan
jaringan limfoid yang disebut tonsil palatin. Saat menelan, bagian
nasal dan oral dipisahkan oleh palaturn molle dan uvula. Uvula
(anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur
kebawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak. Amandel
palatinum terletak pada kedua sisi orofaring posterior.
 Laringofaring
Bagian laringeal faring memanjang dari atas orofaring dan
berlanjut ke bawah esofagus, yakni dari vertebra servikalis ke-3
hingga 6. Mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan
gerbang untuk system respiratorik selanjutnya.

Suplay darah pada faring


kebutuhan darah pada faring disuplai oleh beberapa cabang dari
arteri wajah. Aliran balik vena menuju vena fasialis dan jugularis interna.
Faring dipersarafi oleh pleksus faringeal yang dibentuk oleh saraf vagus
dan glosofaringeal (parasimpatik) serta ganglia servikalis superior
(simpatik). Faring dilapisi oleh tiga jaringan yaitu membran mukosa,
jaringan fibrosa, dan otot polos.
3. Laring
Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh
otot-otot yang mengandung pita suara, selain fonasi laring juga berfungsi
sebagai pelindung. Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk
melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat
tersumbat, antara lain oleh benda asing (gumpalan makanan), infeksi (misalnya
difteri) dan tumor. pada waktu menelan, gerakan laring keatas, penutupan
glotis (pemisah saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah) seperti
pintu epiglotis yang berbentuk pintu masuk. Jika benda asing masuk
melampaui glotis batuk yang dimiliki laring akan menghalau benda dan sekret
keluar dari pernapasan bagian bawah.
Fungsi Laring
a. Produksi suara, Suara memiliki nada, volume, dan resonansi. Nada
suara bergantung pada panjang dan kerapatan pita suara. Pada saat
pubertas, pita suara pria mulai bertambah panjang, sehingga nada suara pria
semakin rendah. volume suara bergantung pada besarnya tekanan pada pita
suara yang digetarkan. Semakin besar tekanan udara ekspirasi, semakin
besar getaran pita suara dan semakin keras suara yang dihasilkan. Resonansi
bergantung pada bentuk mulut, posisi lidah dan bibir, otot wajah, dan udara
di paranasal.
b. Berbicara, berbicara terjadi saat ekspirasi ketika suara yang
dihasilkan oleh pita suara dimanipulasi oleh lidah, pipi, dan bibir.
c. Pelindung saluran napas bawah, saat menelan, laring bergerak ke atas,
menyumbat saluran faring sehingga engsel epiglotis menutup faring. Hal ini
menyebabkan makanan tidak melalui esofagus dan saluran napas bawah
d. Jalan masuk udara, bahwa Laring berfungsi sebagai penghubung jalan napas
antara faring dan trakea.
e. Pelembap, penyaring, dan penghangat, dimana proses ini berlanjut saat
udara yang diinspirasi berjalan melalui laring
Larynk terdapat beberapa organ yaitu :
a. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan untuk menutup larynx
sewaktu orang menelan. Bila waktu makan kita berbicara (epiglottis
terbuka), makanan bisa masuk ke larynx (keslek) dan terbatu-batuk.
Pada saat bernafas epiglotis terbuka tapi pada saat menelan epiglotis
menutup laring. Jika masuk ke laring maka akan batuk dan dibantu
bulu-bulu getar silia untuk menyaring debu, kotoran-kotoran.
b. Jika bernafas melalui mulut udara yang masuk ke paru-paru tak dapat
disaring, dilembabkan atau dihangatkan yang menimbulkan gangguan
tubuh dan sel-sel bersilia akan rusak adanya gas beracun dan dehidrasi.
c. Pita suara, terdapat dua pita suara yang dapat ditegangkan dan
dikendurkan, sehingga lebar sela- sela antara pita - pita tersebut
berubah-ubah sewaktu bernafas dan berbicara. Selama pernafasan pita
suara sedikit terpisah sehingga udara dapat keluar masuk.
Gambar : 7 saluran pada sistem pernafasan (laring)

Gambar : 8 saluran pada sistem pernafasan (laring)


Epiglottis
a. Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol ke atas di belakang
dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang Vertebra
cartilago thyroideum.
b. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping
epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk
laring.
Fonasi
Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang
dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan palatum molle, pipi, lidah, dan bibir, dan
resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis.
Kebutuhan darah pada laring
Laring diperdarahi oleh arteri laringeal dan dialiri oleh vena tiroid yang
bekerja sama dengan vena jugularis internal. Saraf parasimpatik yang
mempersarafi laring disusun oleh saraf laringeal superior dan laringeal rekurens,
yang merupakan cabang dari sarafvagus. Saraf simpatik yang mempersarafi laring
disusun oleh ganglia servikalis. Saraf ini mempersarafi otot laring dan serat
sensoris pada membran yang melapisinya.
4. Trakea
Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20
cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti C.
Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia dan sel
cangkir. Trakea hanya merupakan suatu pipa penghubung ke bronkus. Dimana
bentuknya seperti sebuah pohon oleh karena itu disebut pohon trakeobronkial.
tempat trakea bercabang menjadi bronkus di sebut karina. di karina menjadi
bronkus primer kiri dan kanan, di mana tiap bronkus menuju ke tiap paru (kiri dan
kanan), Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan
batuk berat jika dirangsang.

Gambar : 9 saluran pada sistem pernafasan (trakea)


Fungsi trakea :
a. Penunjang dan menjaga kepatenan, Susunan jaringan kartilago dan elastik
menjaga kepatenan jalan napas dan mencegah obstruksi jalan napas saat
kepala dan leher digerakkan. Tidak adanya kartilago di bagian posterior
trakea, memungkinkan trakea berdilatasi dan berkontraksi saat esofagus
mengalami distensi saat menelan. Kartilago mencegah kolapsnya trakea saat
tekanan internal kurang dari tekanan intratoraksik, yaitu saat akhir ekspirasi
dengan upaya.
b. Eskalator mukosiliaris, Eskalator mukosiliaris adalah keselarasan frekuensi
gerakan silia membran mukosa yang teratur yang membawa mukus dengan
partikel yang melekat padanya ke atas laring di mana partikel ini akan ditelan
atau dibatukkan
c. Refleks batuk, Ujung saraf di laring, trakea, dan bronkus peka terhadap iritasi
sehingga membangkitkan impuls saraf yang dihantarkan oleh saraf vagus ke
pusat pernapasan di batang otak. Respons refleks motorik terjadi saat
inspirasi dalam yang diikuti oleh penutupan glotis, yakni penutupan pita
suara. Otot napas abdomen kemudian berkontraksi dan dengan tiba-tiba udara
dilepaskan di bawah tekanan, serta mengeluarkan mukus dan/atau benda
asing dari mulut
d. Penghangat, pelembap, dan penyaring, Fungsi ini merupakan kelanjutan dari
hidung, walaupun normalnya, udara sudah jernih saat mencapai trakea

Gambar : 10 saluran pada sistem pernafasan (trakea)


Trakea terdiri atas tiga lapis jaringan yaitu:
a. Lapisan luar terdiri atas jaringan elastik dan fibrosa yang membungkus
kartilago.
b. Lapisan tengah terdiri atas kartilago dan pita otot polos yang membungkus
trakea dalam susunan helik. Ada sebagian jaringan ikat, mengandung
pembuluh darah dan limfe, serta saraf otonom.
c. Lapisan dalam terdiri atas epitelium kolumnar penyekresi mukus
Kebutuhan darah pada trakea
Arteri yang memperdarahi trakea terutama adalah arteri bronkial dan arteri
tiroid inferior. Aliran balik vena yang memperdarahitrakea adalahvena tiroid
inferior yang mengalir menuju vena bronkiosefalik. Saraf parasimpatik yang
mempersarafi trakea adalah saraf laringeal rekurens dan percabangan saraf vagus
lainnya, sedangkan saraf simpatik yang mempersarafi trakea adalah saraf dari
ganglia simpatik. Stimulasi parasimpatik mengonstriksi trakea dan stimulasi
simpatik mendilatasi trakea. Pembuluh limfe bermula dari saluran napas yang
mengalir ke nodus limfe yang berada di sekitar trakea dan di karina, suatu area
yang membagi trakea menjadi dua bronkus.
5. Percabangan Bronkus
Bronkus, merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer
bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier
dengan diameter yang semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah
percabangan bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah bronki,
bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan
alveoli. Dibagian bronkus masih disebut pernafasan extrapulmonar dan sampai
memasuki paru-paru disebut intrapulmonar

Gambar : 11 saluran pada sistem pernafasan (bagian percabagan bronkus)


Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebar serta hampir vertikal
dengan trakea. Sedangkan bronkus utama kiri lebih panjang dan sempit. Jika
satu pipa ET yang menjamin jalan udara menuju ke bawah, ke bronkus utama
kanan, jika tidak tertahan baik pada mulut atau hidung, maka udara tidak dapat
memasuki paru kiri dan menyebabkan kolaps paru (atelekteasis). Namun
demikian arah bronkus utama kanan yang vertikal menyebabkan mudahnya
kateter menghisap benda asing. Cabang Bronkus kanan dan kiri bercabang
lagi menjadi bronkus lobaris dan segmentalis. Percabngan ini terus menjadi
kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis(saluran udara terkecil
yang tidak mengandung alveoli). bronkiolus,tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. hanya otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Setelah iu terdapat
asinus yang merupakan unit fungsional paru, yaitu tempat pertukaran gas.
Asinus (lobulus primer), terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
sakus alveolaris terminalis (akhir paru) yang menyerupai anggur dipisahkan
oleh septum dari alveolus di dekatnya. Dalam setiap paru terdapat 300 juta
alveolus dengan luas permukaan seluas sebuah lapangan tenis.
Terdapat dua tipe lapisan sel alveolar: Pneumosit tipe I, merupakan
lapisan yang menyebar dan menutupi daerah permukan, Pneumosit tipe II,
yang bertanggung jawab pada sekresi surfaktan. Pada hakekatnya alveolus
adalah suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga
batas antara cairan dan gas membentuk tegangan permukan yang
cenderung mencegah pengembangan saat inspirasi dan kolaps saat ekspirasi,
tetapi dengan adanya lapisan yang terdiri dari zat lipoprotein (di sebut
surfaktan) yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan resistensi terhadap
pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah kolaps alveolus pada
waktu ekspirasi. defisiensi surfaktan merupakan faktor penting pada
patogenesis sejumlah penyakit paru. Termasuk sindrom gawat nafas akut
(ARDS).
6. Paru-paru
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan
tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur
blok padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung,
arteri dan vena besar, esofagus dan trakea
Paru-paru berbentuk seperti spons dan berisi udara dengan pembagaian
ruang sebagai berikut :
a. Paru kanan, memiliki tiga lobus yaitu superior, medius dan inferior.
b. paru kiri berukuran lebih kecil dari paru kanan yang terdiri dari dua lobus
yaitu lobus superior dan inferior
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung
pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus
alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150
juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
Bronkus
Dua bronkus primer terbentuk oleh trakea yang membentuk percabangan
a. Bronkus kanan, bronkus ini lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal
daripada bronkus kiri sehingga cenderung sering mengalami obstruksi oleh
benda asing. Panjangnya sekitar 2,5 cm. Setelah rnemasuki hilum, bronkus
kanan terbagi menjadi tiga cabang, satu untuk tiap lobus. Tiap cabang
kemudian terbagi menjadi banyak cabang kecil.
b. Bronkus kiri, panjangnya sekitar 5 cm dan lebih sempit daripada bronkus
kanan. Setelah sampai di hilum paru, bronkus terbagi menjadi dua cabang,
satu untuk tiap lobus. Tiap cabang kemudian terbagi menjadi saluran-
saluran kecil dalam substansi paru.
Bronkus bercabang sesuai urutan perkembangannya menjadi
Bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorik, duktus alveolus, dan
akhirnya, alveoli.
Bronkiolus dan Alveoli Pernapasan
Dalam tiap lobus, jaringan paru lebih lanjut terbagi menjadi selubung
halus jaringan ikat, yaitu lobulus. Tiap lobulus disuplai oleh udara yang berasal
dari bronkiolus terminalis, yang lebih lanjut bercabang menjadi bronkiolus
respirarorik, duktus alveolus, dan banyak alveoli (kantong-kantong udara).
Terdapat 150 juta alveoli di paru-paru orang dewasa. Hal ini memungkinkan
terjadinya pertukaran gas. Saat jalan napas bercabang-cabang menjadi bagian
yang lebih kecil, dinding jalan napas menjadi semakin tipis hingga otot dan
jaringan ikat lenyap, menyisakan lapisan tunggal sel epitelium skuamosa
sederhana di duktus alveolus dan alveoli. Saluran napas distal ditunjang oleh
jaringan ikat elastik yang longgar di mana terdapar makrofag, fibroblas, saraf,
pembuluh darah, dan pembuluh limfe. Alveoli dikelilingi oleh jaringan kapiler
padat. Pertukaran gas di paru (respirasi eksternal) berlangsung di membran yang
disusun oleh dinding alveolar dan dinding kapiler yang bergabung bersama.
Membran ini disebut membran respiratorik. Di antara sel skuamosa terdapat sel
septal yang menyekresi surfaktan, suatu cairan fosfolipid yang mencegah alveoli
dari kekeringan. Selain itu, surfaktan berfungsi mengurangi tekanan dan
mencegah dinding aiveolus mengalarni kolaps saat ekspirasi. Sekresi surfaktan
ke saluran napas bawah dan alveoli dimulai saat janin berusia 35 minggu.
Pleura
Paru-paru dibungkus oleh pleura yang menempel langsung ke paru,
disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding
rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan
dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada.
Pembulu darah yang memperdarahi paru
Trunkus pulmonal terbagi menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri, yang
membawa darah yang miskin oksigen ke tiap paru. Di dalam paru, arteri
pulmonalis terbagi menjadi banyak cabang, yang akhirnya bermuara di jaringan
kapiler padat di sekitar dinding alveoli. Dinding alveoli dan kapiler terdiri atas
hanya satu lapisan sel epitelium gepeng. Pertukaran gas antara udara di paru dan
darah di kapiler berlangsung pada dua selaput yang sangat halus
(keduanya disebut membran pernapasan). Kapiler pulmonal bergabung
membentuk dua vena pulmonalis di tiap paru. Vena ini keluar dari paru melalui
hilum dan membawa darah yang kaya oksigen ke atrium kiri jantung. Kapiler
darah dan pembuluh darah yang sangat banyak di paru ditunjang oleh jaringan
ikat.
Inspirasi dan expirasi
Ada dua hal saat terjadi pernapasan yaitu (1) inspirasi dan (2) ekspirasi.
Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselengarakan kerja otot.
Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu
vertikel. Penaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan kontraksi otot
interkostalis, meluaskan rongga dada kedua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-
paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu
dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna diberi
peran sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar. Ekspirasi,
yaitu udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan karena paru- paru kempis
kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses
pasif, dimana ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher
dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang
dan abdomen juga dibawa bergerak, dan alae nasi (cuping atau sayap hidung)
dapat kembang kempis.
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama
(trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung- gelembung paru-paru (alveoli)
yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida
dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di
dalam paru-paru manusia bersifat elastis.Ruang udara tersebut dipelihara dalam
keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan
kecenderungan alveoli untuk mengempis.
Alveoli paru-paru kantong udara merupakan kantong kecil dan tipis
yang melekat erat dengan lapisan pembuluh darah halus (kapiler) yang mebawa
darah yang bebas oksigen (deoxgenated) dari jantung. Molekul oksigen dapat
disaring melalui dinding pembuluh darah tersebut untuk masuk ke aliran darah.
Sama halnya dengan karbondioksida yang dilepaskan dari darah ke dalam kantong
udara untuk dikeluarkan melalui pernapasan, menentukan jumlah oksigen yang
masuk ke dalam darah dan jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari darah.
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia
sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen
selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat
diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang
akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja
pada ruangan yang sempit, tertutup dan lain-lain. Bila oksigen tidak mencukupi
maka warna darah merahnya hilang berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi
pada bibir, telinga, lengan, dan kaki yang disebut sianosis.
a. Rongga Dada
Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada.
Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat
sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang)
tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang. Terdapat otot-otot yang
menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan.
Otot- otot yang berfungsi dalam bernafas.
Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada.
Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat
sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang)
tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang. Terdapat otot-otot yang
menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan.
Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
- interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing
iga.
- sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
- skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
- interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
- otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut
mendorong diafragma ke atas.
- otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma
Proses terjadinya Pernafasan
Pernafasan adalah proses inspirasi udara kedalam paru-paru dan ekspirasi
udara dari paru- paru kelingkungan luar tubuh. Inspirasi terjadi bila muskulus
diafragma telah dapat rangsangan dari nervus pernikus lalu mengkerut datar. Saat
ekspirasi otot akan kendor lagi dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil
kembali maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Fungsi paru – paru adalah
sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan
pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel
darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua
bagian tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg
dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan
eksterna :
a. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
Arus darah melalui paru – paru. Distribusi arus udara dan arus darah
sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian
tubuh.
b. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2
lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
c. Pefusi, yaitu pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang
telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin)
megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana
darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah
menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan
paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih
banyak darah datang di paru – paru membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka
konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat
pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya
pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut lebih
banyak O2.
Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara
dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna
atau pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
- Nitrogen 79 %
- Oksigen 20% %
- Karbon dioksida 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer
Udara yang diembuskan:
Nitrogen 79%
Oksigen 16%
Karbon dioksida 4-0,4%

Mekanika Pernafasan
Pernapasan memiliki ritme yang teratur dan ritme pernapasan
dihasilkan dari pusat pernapasan yang terletak di pons dan medula oblongata
(pneumotaxic center). Kontraksi otot inspirasi akan menimbulkan tekanan negatif,
menyebabkan terjadinya aliran udara dari luar masuk ke dalam paru. Kedalaman
dan frekuensi pernapasan sangat penting karena komponen pernapasan ini akan
membantu mempertahankan homeostasis kadar oksigen, karbon dioksida dan ion
H+ dalam darah arteri.
Struktur saluran napas atas sangat berperan agar udara dapat masuk ke dan
keluar dari paru. Saluran napas atas yang paten sangat tergantung struktur
anatomis daerah tersebut. Ukuran konka nasalis yang besar, lidah atau uvula yang
besar, dan palatum molle yang lemah dapat mengobstruksi saluran napas atas.
Otot genioglosus (untuk menjulurkan lidah), serta styloglosus dan hyoglosus
(untuk menarik lidah) mempunyai interaksi kompleks agar jalan napas tetap
terbuka.
B. Definisi
Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dancairan
di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.Cairan ini
bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini dinamakan dengan
piopneumotoraks. Sedangkan pneumotoraks itu sendiri ialah suatukeadaan, di
mana hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang juga mengakibatkan
kolaps jaringan paru. (Alsagaff & Hood, 2010).
Hidropneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada
kavum pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga
paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam
kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :
a. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari
alveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut
sebagai closed pneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis
berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan
dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara
semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah
kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumothorax.
b. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan
antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih
besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang
tersebut dibanding traktusrespiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi,
tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke
kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru
ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara
dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut
sebagai open pneumothorax (British Thoracic Society, 2003).
Menurut Hudak & Gallo, (2006) hidropneumotoraks dapat dibagi
berdasarkan atas beberapa hal, yaitu :
a. Berdasarkan kejadian
1) Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya
tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Umumnya disebabkan oleh
pecahnya suatu bleb sub pleura yang biasanya terdapat di daerah
apeks paru. Factor resiko utama adalah merokok. Pada beberapa
kasus faktor herediter juga memegang peranan, umumnya
penderita berpostur tinggi dan kurus
2) Pneumotoraks spontan sekunder
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya
telah menderita penyakit, mungkin merupakan komplikasi dari
pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru, asma kistafibrosis dan
karsinoma bronkus. Terjadi sebagai komplikasi penyakit paru
dasarnya (underlying lung disease). Beberapa penyakit yang sering
menjadi penyebab pneumothoraks antara lain PPOK tipe emfisema
dan tuberkulosis paru
3) Pneumotoraks traumatika
Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis
maupunpleura parietalis sebagai akibat dari trauma.
4) Pneumotoraks artifisialis
Pneumotoraks yang sengaja dibuat dengan memasukkan udara ke
dalamrongga pleura, dengan demikian jaringan paru menjadi
kolaps sehingga dapat beristirahat. Pada zaman dulu pneumotoraks
artifisialis sering dikerjakan untuk terapi tuberkulosis paru.
b. Berdasarkan tingkat kolapsnya jaringan paru
1) Pneumotoraks totalis, apabila seluruh jaringan paru dari satu
hemitoraks mengalami kolaps.
2) Pneumotoraks parsialis, apabila jaringan paru yang kolaps hanya
sebagian. Derajat kolaps paru pada pneumothorak totalis dapat
dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut
Rumus mengukur volumenya : (A x B) – (a x b) X 100%
(A x B)
c. Berdasarkan jenis fistel
1) Pneumotoraks ventil. Di mana fistelnya berfungsi sebagai ventilasi
sehingga udara dapat masuk kedalam rongga pleura tetapi tidak
dapat ke luar kembali. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga
pleura makin lama makin tinggi dan dapat mendorong
mediastinum kearah kontra lateral.
2) Pneumotoraks terbuka. Di mana fistelnya terbuka sehingga rongga
pleura mempunyai hubungan terbuka dengan bronkus atau dengan
dunia luar; tekanan di dalam rongga pleura sama dengan tekanan di
udara bebas.
3) Pneumotoraks tertutup. Di mana fistelnya tertutup udara di dalam
rongga pleura, terkurung, dan biasanya akan diresobsi
spontan.Pembagian pneumotoraks berdasarkan jenis fistelnya ini
sewaktu-waktu dapatberubah. Pneumotoraks tertutup sewaktu-
waktu dapat berubah menjadi pneumotoraks terbuka, dan dapat
pula berubah menjadi pneumotoraks ventil.
C. Etiologi
Hidropneumotoraks spontan terjadi oleh karena pecahnya bleb atau kista
kecil yang diameternya tidak lebih dari 1-2 cm yang berada di bawah
permukaan pleura viseralis, dan sering ditemukan di daerah apeks lobus
superior dan inferior. Terbentuknya bleb ini oleh karena adanya perembesan
udara dari alveoli yang dindingnya ruptur melalui jaringan intersisial ke lapisan
jaringan ikat yang berada di bawah pleura viseralis. Sebab pecahnya dinding
alveolus ini belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga ada dua faktor sebagai
penyebabnya.
a. Faktor infeksi atau radang paru. Infeksi atau radang paru walaupun minimal
akan membentuk jaringan parut pada dinding alveoli yang akan menjadi
titik lemah.
b. Tekanan intra alveolar yang tinggi akibat batuk atau mengejan. Mekanisme
ini tidak dapat menerangkan kenapa hidropneumotoraks spontan sering
terjadi pada waktu penderita sedang istirahat. Dengan pecahnya bleb yang
terdapat di bawah pleura viseralis, maka udara akan masuk ke dalam rongga
pleura dan terbentuklah fistula bronkopleura. Fistula ini dapat terbuka terus,
dapat tertutup, dan dapat berfungsi sebagai ventil
c. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari
alveolus akan memasuki kavum pleura. Hidropneumothorax jenis ini
disebut sebagai closed hidropneumothorax. Apabila kebocoran pleura
visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak
akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara
semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah
kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension hidropneumothorax.
d. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan
antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih
besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang
tersebut dibanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi,
tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke
kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru
ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara
dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut
sebagai open hidropneumothorax (Darmanto, Djojodibroto, 2009)
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul pada Pneumotoraks tergantung pada
besarnya kerusakan yang terjadi pada sub pleura dan ada tidaknya komplikasi
penyakit paru. Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit yang tiba - tiba
bersifat unilateral diikuti sesak napas. Gejala ini lebih mudah ditemukan bila
penderita melakukan aktivitas berat. Tapi pada sebagian kasus gejala – gejala
masih dapat ditemukan pada aktivitas biasa atau waktu istirahat. Selain itu
terdapat gejala klinis yang lain yaitu suara melemah, nyeri menusuk pada dada
waktu inspirasi, kelemahan fisik. Pada tahap yang lebih berat gejala semakin
lama akan semakin memberat, penderita gelisah sekali, trakea dan mediastinum
dapat mendorong kesisi kontralateral. Gerakan pernafasan tertinggi pada sisi
yang sakit fungsi respirasi menurun, sianosis disertai syok oleh karena aliran
darah yang terganggu akibat penekanan oleh udara, dan curah jantung
menurun. Biasanya akan ditemukan adanya nyeri dada yang terjadi secara tiba-
tiba, nyerinya tajam dan dapat menimbulkan rasa kencang di dada, nafas yang
pendek, nafas yang cepat, batuk, lemas, pada kulit bisa ada keluhan sianosis.
Manifestasi Klinis (Barbara Engram, 1997)
1. Pneumotoraks tertutup :
- Nyeri tajam pada sisi yang sakit sewaktu bernafas
- Disnea dan takipnea
- Penggunaan otot asesori pernafasan
- Takikardi
- Diaforesis
- Gelisah dan agitasi
- Bunyi hipertimpani diatas daerah yang sakit
- Luka memar pada dada
- Tidakadanya bunyi nafas seirama dengan gerakan dinding dada
2. Pneumotoraks tension :
- Distensi vena leher
- Kemungkinan emfisesma subkutan
- Manifestasi lain seperti pada pneumotoraks tertutup
3. Pneumotoraks terbuka
- Observasi luka dada terbuka terhadap bunyi seperti hisapan
- Manifestasi lain seperti pada pneumotoraks tertutup
4. Hemotoraks
- Pekak dengan perkusi di atas sisi yang sakit
- Manifestasi lain seperti pada pneumotoraks tertutup
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Rontgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus
hidropneumotoraks antara lain:
1) Bagian hidropneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps
akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang
kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai
dengan lobus paru.
2) Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radioopaque
yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang
luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan
sesak napas yang dikeluhkan.
3) Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila
ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,
kemungkinan besar telah terjadi hidropneumotoraks ventil dengan
tekanan intra pleura yang tinggi.
4) Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan
sebagai berikut
a) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi
jantung, mulai dari basis sampai keapeks. Hal ini terjadi apabila
pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang
dihasilkan akan terjebak di mediastinum.
b) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah
kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari
pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di mediastinum
lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu
daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang
mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak
cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan
sampai ke daerah dada depan dan belakang.
c) Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma Foto Rontegen
hidropneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak
panahmerupakan bagian paru yang kolaps
b. Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun
pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal
napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.
c. CT-scan thorax. CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara
emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan
intra dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks
spontan primer dan sekunder. Komplikasi dapat berupa hemopneumotorak,
pneumomediastinum dan emfisemakutis, fistel bronkopleural dan empiema
(Sjahriar Rasad, 2009).
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara
umum (primary survey - secondary survey). Tidak dibenarkan melakukan
langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik,
penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif (berturutan). Standar
pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah :
portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak
dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang
emergency.
Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi
terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan
tindakan penyelamatan nyawa. Pengambilan anamnesis (riwayat) dan
pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau setelah melakukan prosedur
penanganan trauma.
Water Sealed Drainage ( WSD )
Merupakan tindakan invasif yang dialakukan untuk mengeluarkan
udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thoraks, dan
mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
Indikasi dan tujuan pemasangan WSD
Indikasi :
- Pneumotoraks, hemotoraks, empyema
- Bedah paru : karena ruptur pleura udara dapat masuk ke dalam rongga
pleura, reseksi segmental msalnya pada tumor, TBC, lobectomy, misal
pada tumor, abses, TBC
Tujuan pemasangan WSD
- Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga
pleura
- Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura
- Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang dapat
menyebabkan pneumotoraks
- Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan
mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura.
Prinsip kerja WSD
- Gravitasi : Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang tinggi ke
tekanan yang rendah.
- Tekanan positif : Udara dan cairan dalam kavum pleura ( + 763
mmHg atau lebih ). Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD
sedikit ( + 761 mmHg )
- Suction
Jenis WSD
- Satu botol
Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup
mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya
memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol. Keuntungannya
adalah : Penyusunannya sederhana, mudah untuk pasien yang
berjalan. Kerugiannya adalah, saat drainase dada mengisi botol lebih
banyak kekuatan yang diperlukan, untuk terjadinya aliran tekanan
pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol, campuran darah dan
drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi garis
pengukuran drainase
- Dua botol
Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol
penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem
dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air
dengan menghubungkannya ke ventilasi udara. Keuntungan,
Mempertahankan water seal pada tingkat konstan, Memungkinkan
observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik. Kerugian,
Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk
masuk ke dalam area pleura, untuk terjadinya aliran, tekanan pleura
harus lebih tinggi dari tekanan botol, mempunyai batas kelebihan
kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.
- Tiga botol
Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan ke
sistem dua botol. Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam
air. Pada sistem ini yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah
air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding yang
menentukan jumlah penghisapan yang diberikan pada selang dada.
Jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada botol ketiga harus
cukup unutk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung dalam
botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah
tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan dalam unit
pasien. Untuk memeriksa patensi selang dada dan fluktuasi siklus
pernafasan, penghisap harus dilepaskan saat itu juga. Keuntungan,
sistem paling aman untuk mengatur pengisapan. Kerugian, Lebih
kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam
perakitan dan pemeliharaan, sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi
- Unit drainage sekali pakai
 Pompa penghisap Pleural Emerson
Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan
sebagai pengganti penghisap di dinding. Pompa Penghisap
Emerson ini dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga
botol. Keuntungan, Plastik dan tidak mudah pecah. Kerugian;
Mahal, Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage
bila unit terbalik.
 Fluther valve
Keuntungan; Ideal untuk transport karena segel air
dipertahankan bila unit terbalik, Kurang satu ruang untuk mengisi,
tidak ada masalah dengan penguapan air, penurunan kadar
kebisingan. Kerugian; Mahal, Katup berkipas tidak memberikan
informasi visual pada tekanan intra pleural karena tidak adanya
fluktuasi air pada ruang water seal.
 Calibrated spring mechanism
Keuntungan; Mampu mengatasi volume yang besar.
Kerugian; Mahal
Tempat pemasangan WSD
a. Bagian apeks paru ( apikal )
b. Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara bagian basal
c. Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan (darah,
pus).
Persiapan pemasangan WSD
- Perawatan pra bedah
1. Menentukan pengetahuan pasien mengenai prosedur.
2. Menerangkan tindakan-tindakan pasca bedah termasuk letak incisi,
oksigen dan pipa dada, posisi tubuh pada saat tindakan dan selama
terpasangnya WSD, posisi jangan sampai selang tertarik oleh
pasien dengan catatan jangan sampai rata/ miring yang akan
mempengaruhi tekanan.
3. Memberikan kesempatan bagi pasien untuk bertanya atau
mengemukakan keprihatinannya mengenai diagnosa dan hasil
pembedahan.
4. Mengajari pasien bagaimana cara batuk dan menerangkan batuk
serta pernafasan dalam yang rutin pasca bedah.
5. Mengajari pasien latihan lengan dan menerangkan hasil yang
diharapkan pada pasca bedah setelah melakukan latihan lengan.
- Persiapan alat
1. Sistem drainase tertutup
2. Motor suction
3. Selang penghubung steril
4. Cairan steril : NaCl, Aquades
5. Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter
6. Kassa steril
7. Pisau jaringan
8. Trocart
9. Benang catgut dan jarumnya
10. Sarung tangan
11. Duk bolong
12. Spuit 10 cc dan 50 cc
13. Obat anestesi : lidocain, xylocain
14. Masker
- Perawatan pasca bedah
Perawatan setelah prosedur pemasangan WSD antara lain :
1. Perhatikan undulasi pada selang WSD
2. Observasi tanda-tanda vital : pernafasan, nadi, setiap 15 menit pada
1 jam pertama
3. Monitor pendarahan atau empisema subkutan pada luka operasi
4. Anjurkan pasien untuk memilih posisi yang nyaman dengan
memperhatikan jangan sampai selang terlipat
5. Anjurkan pasien untuk memegang selang apabila akan mengubah
posisi
6. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
7. Ganti botol WSD setiap tiga hari dan bila sudah penuh, catat
jumlah cairan yang dibuang
8. Lakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan aliran
9. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, cynosis,
empisema.
10. Anjurkan pasien menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk
yang efekti
11. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
Bila undulasi tidak ada, ini mempunyai makna yang sangat penting
karena beberapa kondisi dapat terjadi antara lain
1. Motor suction tidak jalan
2. Selang tersumbat atau terlipat
3. Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu harus yakin apa yang menjadi penyebab, segera periksa
kondisi sistem drainase, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
Cara mengganti botol WSD
- Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah
desinfektan.
- Selang WSD diklem dulu
- Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
- Amati undulasi dalam selang WSD.
Indikasi pengangkatan WSD
1. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :
- Tidak ada undulasi
- Tidak ada cairan yang keluar
- Tidak ada gelembung udara yang keluar
- Tidak ada kesulitan bernafas
- Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara

Gambar pemasangan WSD


G. KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan pleuritis, empiema ,
hidropneumotoraks.
2. Gangguan hemodinamika. Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh
mediastinum dan jantung dapat tergeser ke arah yang sehat dan
mengakibatkan penurunan kardiak "output", sehingga dengan demikian
dapat menimbulkan syok kardiogenik.
3. Emfisema; dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis
H. WOC

Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
 Nama
 No RM
 Usia
 Jenis Kelamin
 Diagnosa
 Hari rawat
 Tanggal masuk rumah sakit
2. Pengkajian
 Keluhan masuk
Penyebab pasien dibawa ke rumah sakit apakah pasien mengalami
sesak nafas, batuk dengan dahak, demam atau nyeri pada kepala atau
bagian tubuh lain
 Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu
tubuh meningkat dapat melebihi 40°C, batuk dengan dahak mukoid atau
purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
 Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Riwayat penyakit pasien dahulu, Perlu ditanyakan apakah pasien
sebelumnya pernah mengalami penyakit pada paru-paru atau penyakit
menular yang lain.
 Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat penyakit yang sama pada keluarga, perlu ditanyakan pada
keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang pernah mengalami
sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain yang ada di dalam
keluarga.
3. Pemeriksaan fungsional Gordon
a. Persepsi terhadap kesehatan
Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan
perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan
b. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas perlu dikaji karena pada klien dengan hidropneumotoraks
mengalami keletihan, dan kelemahan dalam melakukan aktivitas gangguan
karena adanya dispnea yang dialami.
c. Pola istirahat dan tidur
Gangguan yang terjadi pada pasien dengan hidropneumotoraks salah
satunya adalah gangguan pola tidur, pasien diharuskan tidur dalam posisi
semi fowler. Sedangkan pada pola istirahat pasien diharuskan untuk istirahat
karena untuk mengurangi adanya sesak yang disebabkan oleh aktivitas yang
berlebih.
d. Pola nutrisi-metabolik
Adanya penurunan nafsu makan yang disertai adanya mual muntah pada
pasien dengan hidropneumotoraks akan mempengaruhi asupan nutrisi pada
tubuh yang berakibat adanya penurunan BB dan penurunan massa otot.
e. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada
kebiasaan BAB dan BAK.
f. Pola neurosensori
Apakah muncul nyeri atau sakit kepala pada psien, dan biasanya pasien
mealami kelemahan pada ekstremitas karena sesak nafas yang dialaminya
g. Pola hubungan dengan orang lain
Akibat dari proses inflamasi tersebut secara langsung akan mempengaruhi
hubungan baik intrapersonal maupun interpersonal.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif untuk
mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi (Body
Image, identitas diri, Peran diri, ideal diri, dan harga diri).
i. Pola reproduksi dan seksual
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan
mengalami perubahan.
j. Pola mekanisme koping
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
kesehatannya, termasuk dalam memutuskan untuk menjalani pengobatan
yang intensif.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah yang
baru yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan akan
mengganggu kebiasaan ibadahnya
4. Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran umum/ kesadaran : : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan
keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang
dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti compos mentis, apathis,
somnolent, sopor, koma dan delirium.
 Tanda- tanda Vital (TTV)
Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
 Pemeriksaan head to toe
a. Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran kepala,
rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajahnya asimetris
atau ada/tidaknya pembengkakan.
b. Mata :konjungtiva anemis (+), sclera Ikterik (+)
c. Hidung : sekret(+)
d. Telinga : nyeri tekan, kesimetrisan
e. Mulut : mukosa mulut kering(-)
f. Kulit : turgor kulit jelek(-)
g. Paru-paru
I Simetris atau tidak, terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernapas, nafas sesak, adanya penggunaan otot bantu nafas,
batuk-batuk
Pa mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar
Stemfremitus melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan
iktus kordis tidak teraba atau tergeser ke arah yang sehat.
Pe hipersonor atau timpany, apabils udara di paru-paru bertambah,
redup atau pekak
A adanya bunyi nafas tambahan seperti ronki atau bunyi nafas
tambahan lain, mungkin dijumpai suara nafas yang melemah,
sampai menghilang.
h. Jantung I Iktus terlihat atau tidak
P Iktus teraba atau tidak
P Batas jantung
A Irama jantung
i. Abdomen :
Data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang ukuran
atau bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan
dinding perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada
organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing yang ditentukan ada
tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut, kemudian pemeriksaan
pada daerah anus, rektum serta genetalianya
j. Ekstremitas
Diperiksa adanya rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan,
genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain
5. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkospasme, peningkatan produksi
sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental, penurunan energi/kelemahan
b. Gangguan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara) dan kerusakan alveoli
c. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen

Anda mungkin juga menyukai