HYDROPNEUMOTHORAKS
Tinjauan Teoritis
A. Anatomi dan Fisiologi Pernapasan
Pernapasan juga merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 dan mengeluarkan Co2 sebagai sisa dari oksidasi dari
tubuh. Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses inspirasi dan
menghembuskan udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi. Manusia
membutuhkan suplay oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel,
dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun produk
dari proses tersebut. Pertukaran gas antara oksigen dengan karbondioksida
dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang
dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang
menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang
ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat pernapasan dan
pada manusia disebut alveolus yang terdapat di paru-paru berfungsi
sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas.
Ada dua bagian yang mungkin dapat digambarkan dalam pernafasan
yaitu :
O2 – hidung – trachea – alveoli – pembuluh kapiler alveolus – ikatan O2
dengan Hb – jantung – seluruh tubuh sampai ke setiap sel.
Co2 – membran alveoli – kapiler – alveoli – bronchroli – bronchus –
trakea – hidung.
Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang
ditarik dari udara masuk ke dalam darah dan CO2 akan dikeluarkan dari
darah secara osmosis. Selanjutnya O2 masuk ke dalam tubuh melalui kapiler-
kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung → ke aorta
→ seluruh tubuh, disini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari
pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah
vena masuk ke jantung (serambi kanan) → ke bilik kanan dan dari sini keluar
melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan
menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah
sebagian dari sisa metabolisme,
sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenitalis dan kulit.
Saluran Pernafasan
Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut :
Rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru
(bronkiolus, alveolus). Saluran nafas bagian atas adalah rongga hidung, faring
dan laring dan saluran nafas bagian bawah adalah trachea, bronchi, bronchioli
dan percabangannya sampai alveoli. Area konduksi adalah sepanjang
saluran nafas berakhir sampai bronchioli terminalis, tempat lewatnya udara
pernapasan, membersihkan, melembabkan & menyamakan udara dengan
suhu tubuh hidung, faring, trakhea, bronkus, bronkiolus terminalis. Area
fungsional atau respirasi adalah mulai bronchioli respiratory sampai
alveoli, proses pertukaran udara dengan darah.
Mekanika Pernafasan
Pernapasan memiliki ritme yang teratur dan ritme pernapasan
dihasilkan dari pusat pernapasan yang terletak di pons dan medula oblongata
(pneumotaxic center). Kontraksi otot inspirasi akan menimbulkan tekanan negatif,
menyebabkan terjadinya aliran udara dari luar masuk ke dalam paru. Kedalaman
dan frekuensi pernapasan sangat penting karena komponen pernapasan ini akan
membantu mempertahankan homeostasis kadar oksigen, karbon dioksida dan ion
H+ dalam darah arteri.
Struktur saluran napas atas sangat berperan agar udara dapat masuk ke dan
keluar dari paru. Saluran napas atas yang paten sangat tergantung struktur
anatomis daerah tersebut. Ukuran konka nasalis yang besar, lidah atau uvula yang
besar, dan palatum molle yang lemah dapat mengobstruksi saluran napas atas.
Otot genioglosus (untuk menjulurkan lidah), serta styloglosus dan hyoglosus
(untuk menarik lidah) mempunyai interaksi kompleks agar jalan napas tetap
terbuka.
B. Definisi
Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dancairan
di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.Cairan ini
bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini dinamakan dengan
piopneumotoraks. Sedangkan pneumotoraks itu sendiri ialah suatukeadaan, di
mana hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang juga mengakibatkan
kolaps jaringan paru. (Alsagaff & Hood, 2010).
Hidropneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada
kavum pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga
paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam
kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :
a. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari
alveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut
sebagai closed pneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis
berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan
dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara
semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah
kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumothorax.
b. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan
antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih
besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang
tersebut dibanding traktusrespiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi,
tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke
kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru
ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara
dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut
sebagai open pneumothorax (British Thoracic Society, 2003).
Menurut Hudak & Gallo, (2006) hidropneumotoraks dapat dibagi
berdasarkan atas beberapa hal, yaitu :
a. Berdasarkan kejadian
1) Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya
tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Umumnya disebabkan oleh
pecahnya suatu bleb sub pleura yang biasanya terdapat di daerah
apeks paru. Factor resiko utama adalah merokok. Pada beberapa
kasus faktor herediter juga memegang peranan, umumnya
penderita berpostur tinggi dan kurus
2) Pneumotoraks spontan sekunder
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya
telah menderita penyakit, mungkin merupakan komplikasi dari
pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru, asma kistafibrosis dan
karsinoma bronkus. Terjadi sebagai komplikasi penyakit paru
dasarnya (underlying lung disease). Beberapa penyakit yang sering
menjadi penyebab pneumothoraks antara lain PPOK tipe emfisema
dan tuberkulosis paru
3) Pneumotoraks traumatika
Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis
maupunpleura parietalis sebagai akibat dari trauma.
4) Pneumotoraks artifisialis
Pneumotoraks yang sengaja dibuat dengan memasukkan udara ke
dalamrongga pleura, dengan demikian jaringan paru menjadi
kolaps sehingga dapat beristirahat. Pada zaman dulu pneumotoraks
artifisialis sering dikerjakan untuk terapi tuberkulosis paru.
b. Berdasarkan tingkat kolapsnya jaringan paru
1) Pneumotoraks totalis, apabila seluruh jaringan paru dari satu
hemitoraks mengalami kolaps.
2) Pneumotoraks parsialis, apabila jaringan paru yang kolaps hanya
sebagian. Derajat kolaps paru pada pneumothorak totalis dapat
dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut
Rumus mengukur volumenya : (A x B) – (a x b) X 100%
(A x B)
c. Berdasarkan jenis fistel
1) Pneumotoraks ventil. Di mana fistelnya berfungsi sebagai ventilasi
sehingga udara dapat masuk kedalam rongga pleura tetapi tidak
dapat ke luar kembali. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga
pleura makin lama makin tinggi dan dapat mendorong
mediastinum kearah kontra lateral.
2) Pneumotoraks terbuka. Di mana fistelnya terbuka sehingga rongga
pleura mempunyai hubungan terbuka dengan bronkus atau dengan
dunia luar; tekanan di dalam rongga pleura sama dengan tekanan di
udara bebas.
3) Pneumotoraks tertutup. Di mana fistelnya tertutup udara di dalam
rongga pleura, terkurung, dan biasanya akan diresobsi
spontan.Pembagian pneumotoraks berdasarkan jenis fistelnya ini
sewaktu-waktu dapatberubah. Pneumotoraks tertutup sewaktu-
waktu dapat berubah menjadi pneumotoraks terbuka, dan dapat
pula berubah menjadi pneumotoraks ventil.
C. Etiologi
Hidropneumotoraks spontan terjadi oleh karena pecahnya bleb atau kista
kecil yang diameternya tidak lebih dari 1-2 cm yang berada di bawah
permukaan pleura viseralis, dan sering ditemukan di daerah apeks lobus
superior dan inferior. Terbentuknya bleb ini oleh karena adanya perembesan
udara dari alveoli yang dindingnya ruptur melalui jaringan intersisial ke lapisan
jaringan ikat yang berada di bawah pleura viseralis. Sebab pecahnya dinding
alveolus ini belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga ada dua faktor sebagai
penyebabnya.
a. Faktor infeksi atau radang paru. Infeksi atau radang paru walaupun minimal
akan membentuk jaringan parut pada dinding alveoli yang akan menjadi
titik lemah.
b. Tekanan intra alveolar yang tinggi akibat batuk atau mengejan. Mekanisme
ini tidak dapat menerangkan kenapa hidropneumotoraks spontan sering
terjadi pada waktu penderita sedang istirahat. Dengan pecahnya bleb yang
terdapat di bawah pleura viseralis, maka udara akan masuk ke dalam rongga
pleura dan terbentuklah fistula bronkopleura. Fistula ini dapat terbuka terus,
dapat tertutup, dan dapat berfungsi sebagai ventil
c. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari
alveolus akan memasuki kavum pleura. Hidropneumothorax jenis ini
disebut sebagai closed hidropneumothorax. Apabila kebocoran pleura
visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak
akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara
semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah
kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension hidropneumothorax.
d. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan
antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih
besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang
tersebut dibanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi,
tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke
kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru
ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara
dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut
sebagai open hidropneumothorax (Darmanto, Djojodibroto, 2009)
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul pada Pneumotoraks tergantung pada
besarnya kerusakan yang terjadi pada sub pleura dan ada tidaknya komplikasi
penyakit paru. Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit yang tiba - tiba
bersifat unilateral diikuti sesak napas. Gejala ini lebih mudah ditemukan bila
penderita melakukan aktivitas berat. Tapi pada sebagian kasus gejala – gejala
masih dapat ditemukan pada aktivitas biasa atau waktu istirahat. Selain itu
terdapat gejala klinis yang lain yaitu suara melemah, nyeri menusuk pada dada
waktu inspirasi, kelemahan fisik. Pada tahap yang lebih berat gejala semakin
lama akan semakin memberat, penderita gelisah sekali, trakea dan mediastinum
dapat mendorong kesisi kontralateral. Gerakan pernafasan tertinggi pada sisi
yang sakit fungsi respirasi menurun, sianosis disertai syok oleh karena aliran
darah yang terganggu akibat penekanan oleh udara, dan curah jantung
menurun. Biasanya akan ditemukan adanya nyeri dada yang terjadi secara tiba-
tiba, nyerinya tajam dan dapat menimbulkan rasa kencang di dada, nafas yang
pendek, nafas yang cepat, batuk, lemas, pada kulit bisa ada keluhan sianosis.
Manifestasi Klinis (Barbara Engram, 1997)
1. Pneumotoraks tertutup :
- Nyeri tajam pada sisi yang sakit sewaktu bernafas
- Disnea dan takipnea
- Penggunaan otot asesori pernafasan
- Takikardi
- Diaforesis
- Gelisah dan agitasi
- Bunyi hipertimpani diatas daerah yang sakit
- Luka memar pada dada
- Tidakadanya bunyi nafas seirama dengan gerakan dinding dada
2. Pneumotoraks tension :
- Distensi vena leher
- Kemungkinan emfisesma subkutan
- Manifestasi lain seperti pada pneumotoraks tertutup
3. Pneumotoraks terbuka
- Observasi luka dada terbuka terhadap bunyi seperti hisapan
- Manifestasi lain seperti pada pneumotoraks tertutup
4. Hemotoraks
- Pekak dengan perkusi di atas sisi yang sakit
- Manifestasi lain seperti pada pneumotoraks tertutup
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Rontgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus
hidropneumotoraks antara lain:
1) Bagian hidropneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps
akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang
kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai
dengan lobus paru.
2) Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radioopaque
yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang
luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan
sesak napas yang dikeluhkan.
3) Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila
ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,
kemungkinan besar telah terjadi hidropneumotoraks ventil dengan
tekanan intra pleura yang tinggi.
4) Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan
sebagai berikut
a) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi
jantung, mulai dari basis sampai keapeks. Hal ini terjadi apabila
pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang
dihasilkan akan terjebak di mediastinum.
b) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah
kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari
pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di mediastinum
lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu
daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang
mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak
cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan
sampai ke daerah dada depan dan belakang.
c) Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma Foto Rontegen
hidropneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak
panahmerupakan bagian paru yang kolaps
b. Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun
pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal
napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.
c. CT-scan thorax. CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara
emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan
intra dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks
spontan primer dan sekunder. Komplikasi dapat berupa hemopneumotorak,
pneumomediastinum dan emfisemakutis, fistel bronkopleural dan empiema
(Sjahriar Rasad, 2009).
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara
umum (primary survey - secondary survey). Tidak dibenarkan melakukan
langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik,
penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif (berturutan). Standar
pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah :
portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak
dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang
emergency.
Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi
terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan
tindakan penyelamatan nyawa. Pengambilan anamnesis (riwayat) dan
pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau setelah melakukan prosedur
penanganan trauma.
Water Sealed Drainage ( WSD )
Merupakan tindakan invasif yang dialakukan untuk mengeluarkan
udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thoraks, dan
mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
Indikasi dan tujuan pemasangan WSD
Indikasi :
- Pneumotoraks, hemotoraks, empyema
- Bedah paru : karena ruptur pleura udara dapat masuk ke dalam rongga
pleura, reseksi segmental msalnya pada tumor, TBC, lobectomy, misal
pada tumor, abses, TBC
Tujuan pemasangan WSD
- Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga
pleura
- Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura
- Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang dapat
menyebabkan pneumotoraks
- Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan
mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura.
Prinsip kerja WSD
- Gravitasi : Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang tinggi ke
tekanan yang rendah.
- Tekanan positif : Udara dan cairan dalam kavum pleura ( + 763
mmHg atau lebih ). Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD
sedikit ( + 761 mmHg )
- Suction
Jenis WSD
- Satu botol
Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup
mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya
memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol. Keuntungannya
adalah : Penyusunannya sederhana, mudah untuk pasien yang
berjalan. Kerugiannya adalah, saat drainase dada mengisi botol lebih
banyak kekuatan yang diperlukan, untuk terjadinya aliran tekanan
pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol, campuran darah dan
drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi garis
pengukuran drainase
- Dua botol
Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol
penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem
dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air
dengan menghubungkannya ke ventilasi udara. Keuntungan,
Mempertahankan water seal pada tingkat konstan, Memungkinkan
observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik. Kerugian,
Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk
masuk ke dalam area pleura, untuk terjadinya aliran, tekanan pleura
harus lebih tinggi dari tekanan botol, mempunyai batas kelebihan
kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.
- Tiga botol
Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan ke
sistem dua botol. Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam
air. Pada sistem ini yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah
air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding yang
menentukan jumlah penghisapan yang diberikan pada selang dada.
Jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada botol ketiga harus
cukup unutk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung dalam
botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah
tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan dalam unit
pasien. Untuk memeriksa patensi selang dada dan fluktuasi siklus
pernafasan, penghisap harus dilepaskan saat itu juga. Keuntungan,
sistem paling aman untuk mengatur pengisapan. Kerugian, Lebih
kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam
perakitan dan pemeliharaan, sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi
- Unit drainage sekali pakai
Pompa penghisap Pleural Emerson
Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan
sebagai pengganti penghisap di dinding. Pompa Penghisap
Emerson ini dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga
botol. Keuntungan, Plastik dan tidak mudah pecah. Kerugian;
Mahal, Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage
bila unit terbalik.
Fluther valve
Keuntungan; Ideal untuk transport karena segel air
dipertahankan bila unit terbalik, Kurang satu ruang untuk mengisi,
tidak ada masalah dengan penguapan air, penurunan kadar
kebisingan. Kerugian; Mahal, Katup berkipas tidak memberikan
informasi visual pada tekanan intra pleural karena tidak adanya
fluktuasi air pada ruang water seal.
Calibrated spring mechanism
Keuntungan; Mampu mengatasi volume yang besar.
Kerugian; Mahal
Tempat pemasangan WSD
a. Bagian apeks paru ( apikal )
b. Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara bagian basal
c. Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan (darah,
pus).
Persiapan pemasangan WSD
- Perawatan pra bedah
1. Menentukan pengetahuan pasien mengenai prosedur.
2. Menerangkan tindakan-tindakan pasca bedah termasuk letak incisi,
oksigen dan pipa dada, posisi tubuh pada saat tindakan dan selama
terpasangnya WSD, posisi jangan sampai selang tertarik oleh
pasien dengan catatan jangan sampai rata/ miring yang akan
mempengaruhi tekanan.
3. Memberikan kesempatan bagi pasien untuk bertanya atau
mengemukakan keprihatinannya mengenai diagnosa dan hasil
pembedahan.
4. Mengajari pasien bagaimana cara batuk dan menerangkan batuk
serta pernafasan dalam yang rutin pasca bedah.
5. Mengajari pasien latihan lengan dan menerangkan hasil yang
diharapkan pada pasca bedah setelah melakukan latihan lengan.
- Persiapan alat
1. Sistem drainase tertutup
2. Motor suction
3. Selang penghubung steril
4. Cairan steril : NaCl, Aquades
5. Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter
6. Kassa steril
7. Pisau jaringan
8. Trocart
9. Benang catgut dan jarumnya
10. Sarung tangan
11. Duk bolong
12. Spuit 10 cc dan 50 cc
13. Obat anestesi : lidocain, xylocain
14. Masker
- Perawatan pasca bedah
Perawatan setelah prosedur pemasangan WSD antara lain :
1. Perhatikan undulasi pada selang WSD
2. Observasi tanda-tanda vital : pernafasan, nadi, setiap 15 menit pada
1 jam pertama
3. Monitor pendarahan atau empisema subkutan pada luka operasi
4. Anjurkan pasien untuk memilih posisi yang nyaman dengan
memperhatikan jangan sampai selang terlipat
5. Anjurkan pasien untuk memegang selang apabila akan mengubah
posisi
6. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
7. Ganti botol WSD setiap tiga hari dan bila sudah penuh, catat
jumlah cairan yang dibuang
8. Lakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan aliran
9. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, cynosis,
empisema.
10. Anjurkan pasien menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk
yang efekti
11. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
Bila undulasi tidak ada, ini mempunyai makna yang sangat penting
karena beberapa kondisi dapat terjadi antara lain
1. Motor suction tidak jalan
2. Selang tersumbat atau terlipat
3. Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu harus yakin apa yang menjadi penyebab, segera periksa
kondisi sistem drainase, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
Cara mengganti botol WSD
- Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah
desinfektan.
- Selang WSD diklem dulu
- Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
- Amati undulasi dalam selang WSD.
Indikasi pengangkatan WSD
1. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :
- Tidak ada undulasi
- Tidak ada cairan yang keluar
- Tidak ada gelembung udara yang keluar
- Tidak ada kesulitan bernafas
- Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama
No RM
Usia
Jenis Kelamin
Diagnosa
Hari rawat
Tanggal masuk rumah sakit
2. Pengkajian
Keluhan masuk
Penyebab pasien dibawa ke rumah sakit apakah pasien mengalami
sesak nafas, batuk dengan dahak, demam atau nyeri pada kepala atau
bagian tubuh lain
Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu
tubuh meningkat dapat melebihi 40°C, batuk dengan dahak mukoid atau
purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Riwayat penyakit pasien dahulu, Perlu ditanyakan apakah pasien
sebelumnya pernah mengalami penyakit pada paru-paru atau penyakit
menular yang lain.
Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat penyakit yang sama pada keluarga, perlu ditanyakan pada
keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang pernah mengalami
sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain yang ada di dalam
keluarga.
3. Pemeriksaan fungsional Gordon
a. Persepsi terhadap kesehatan
Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan
perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan
b. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas perlu dikaji karena pada klien dengan hidropneumotoraks
mengalami keletihan, dan kelemahan dalam melakukan aktivitas gangguan
karena adanya dispnea yang dialami.
c. Pola istirahat dan tidur
Gangguan yang terjadi pada pasien dengan hidropneumotoraks salah
satunya adalah gangguan pola tidur, pasien diharuskan tidur dalam posisi
semi fowler. Sedangkan pada pola istirahat pasien diharuskan untuk istirahat
karena untuk mengurangi adanya sesak yang disebabkan oleh aktivitas yang
berlebih.
d. Pola nutrisi-metabolik
Adanya penurunan nafsu makan yang disertai adanya mual muntah pada
pasien dengan hidropneumotoraks akan mempengaruhi asupan nutrisi pada
tubuh yang berakibat adanya penurunan BB dan penurunan massa otot.
e. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada
kebiasaan BAB dan BAK.
f. Pola neurosensori
Apakah muncul nyeri atau sakit kepala pada psien, dan biasanya pasien
mealami kelemahan pada ekstremitas karena sesak nafas yang dialaminya
g. Pola hubungan dengan orang lain
Akibat dari proses inflamasi tersebut secara langsung akan mempengaruhi
hubungan baik intrapersonal maupun interpersonal.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif untuk
mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi (Body
Image, identitas diri, Peran diri, ideal diri, dan harga diri).
i. Pola reproduksi dan seksual
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan
mengalami perubahan.
j. Pola mekanisme koping
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
kesehatannya, termasuk dalam memutuskan untuk menjalani pengobatan
yang intensif.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah yang
baru yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan akan
mengganggu kebiasaan ibadahnya
4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran umum/ kesadaran : : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan
keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang
dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti compos mentis, apathis,
somnolent, sopor, koma dan delirium.
Tanda- tanda Vital (TTV)
Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
Pemeriksaan head to toe
a. Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran kepala,
rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajahnya asimetris
atau ada/tidaknya pembengkakan.
b. Mata :konjungtiva anemis (+), sclera Ikterik (+)
c. Hidung : sekret(+)
d. Telinga : nyeri tekan, kesimetrisan
e. Mulut : mukosa mulut kering(-)
f. Kulit : turgor kulit jelek(-)
g. Paru-paru
I Simetris atau tidak, terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernapas, nafas sesak, adanya penggunaan otot bantu nafas,
batuk-batuk
Pa mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar
Stemfremitus melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan
iktus kordis tidak teraba atau tergeser ke arah yang sehat.
Pe hipersonor atau timpany, apabils udara di paru-paru bertambah,
redup atau pekak
A adanya bunyi nafas tambahan seperti ronki atau bunyi nafas
tambahan lain, mungkin dijumpai suara nafas yang melemah,
sampai menghilang.
h. Jantung I Iktus terlihat atau tidak
P Iktus teraba atau tidak
P Batas jantung
A Irama jantung
i. Abdomen :
Data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang ukuran
atau bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan
dinding perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada
organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing yang ditentukan ada
tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut, kemudian pemeriksaan
pada daerah anus, rektum serta genetalianya
j. Ekstremitas
Diperiksa adanya rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan,
genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain
5. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkospasme, peningkatan produksi
sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental, penurunan energi/kelemahan
b. Gangguan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara) dan kerusakan alveoli
c. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen