Anda di halaman 1dari 23

1

LAPORAN HOME VISIT


“DIABETES MELITUS”

Disusun Oleh :

Budiana
NPM. 110170011

Pembimbing :
dr.Farid Ma’ruf
dr. Jamaludin

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


UPTD PUSKESMAS PANGURAGAN KAB. CIREBON
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNGA JATI
CIREBON 2016

BAB I
BAGIAN UTAMA
2

A. KARATERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


1. Daftar Anggota Keluarga
Berikut adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny.
Saenah :
Nama Kedudukan dalam L/P Usia Pendidikan Pekerjaan Ket
keluarga
Pardi Kepala keluarga L 60 SD Buruh Tani
Painah Istri P 51 Tidak tamat Buruh Tani
SD
Sahidah Anak ke 2 P 27 SD Buruh Tani
Aristiani Anak ke 3 P 19 SMP Karyawan
Estri Cucu P 11 SD Pelajar
Fikri Cucu L 3 Belum
Sekolah
Tabel. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

2. Bentuk Keluarga
Keluarga besar (extended family) adalah keluarga yang disamping terdiri
dari suami, istrri, dan anak-anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya,
baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan
ataupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari
pihak suami atau pihak istri (Azwar, 1997). Dari tabel di atas terlihat bahwa
keluarga ini terdiri dari 9 anggota keluarga yang bertempat tinggal dalam satu
rumah sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga ini adalah extended
family.

3. Family Genogram

Bagan 2. Family Genogram Ny. Sunenah


3

4. Family Life Cycle


Keluarga Ny. Painah berada dalam skala 7, yaitu middle – aged
parents karena sudah memiliki anak dan anak tersebut sudah memiliki keluarga
sendiri.

Bagan 3. Family Life Cycle

B. STATUS PENDERITA
1. Identitas Pasien
a. Tanggal Periksa : 2 Mei 2016
b. Nama : Ny. Sunenah
c. Usia : 55 tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Status : Menikah
f. Agama : Islam
g. Suku bangsa : Jawa
h. Kewarganegaraan : Indonesia
i. Pekerjaan : Wiraswasta
j. Pendidikan : Tidak Tamat SD
k. Penghasilan/bulan :-
l. Alamat : Desa Panguragan Kulon
Blok I
Kec : Panguragan
Kab: Cirebon
4

Prop: Jawa Barat

2. Hasil Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
1) Keluhan utama : Nyeri seperti tertusuk- tusuk jarum
2) Onset : sekitar satu tahun
3) Lokasi : seluruh tubuh
4) Kualitas : Seperti tertusuk – tusuk jarum
5) Kuantitas : Hilang timbul
6) Kronologis : Ny. Sunenah sering merasa nyeri seperti tertusuk
– tusuk jarum yang kadang timbul pada
sebagian extremitas maupun kadang timbul
pada bagian tubuh yang lainnya.
Pada awalnya nyeri yang dirasakan
tidak begitu menggangu Ny. Sunenah
dalam menjalankan kegiatannya
sehari- hari, namun semakin lama nyeri yang
dirasakan semakin berat. Ny. Sunenah merasa
agak baikan saat ia mulai mengurut sendiri
pada daerah nyeri.
7) Perberat : Capek, lelah dan telat makan.
8) Peringan : Tidur, minum obat warung.
9) Penyerta : Malaise, gemetar, nafsu makan menurun, berat
badan menurun

b. Riwayat Penyakit Dahulu


1) Riwayat alergi disangkal

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Ayah : Tidak ada riwayat penyakit yang berarti
Ibu : Ada riwayat penyakit stroke dan hipertensi
Adik : Diabetes
Suami : Hipertensi

d. Sosial Ekonomi
Community : dilingkungan rumahnya ny. Sunenah sering berkumpul
dengan para saudarannya untuk berinteraksi, dan kadang
bila ada pekerjaan serabutan ibu Sunenah bersedia untuk
ikut bekerja.
5

Home : sirkulasi udara buruk, pencahayaan buruk, lembab,


kebersihan rumah kurang terjaga dan banyak barang-barang
berserakan.
Hobby :-
Occupation : Ibu rumah tangga
Diet : gemar mengkonsumsi makanan yang manis-manis
Personal habbits : kebiasaan buang air besar di kali.

e. Review of System
Ibu Sunenah mengalami nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum hampir
di seluruh tubuh. Selain merasakan nyeri, Ibu Sunenah merasakan lemas,
gemetar, nafsu makan turun, disertai berat badan turunb dan merasakan
dingin pada siang hari. Riwayat buang air kecil pada malam hari yang
sering dan sampai mengganggu tidur. Awalnya bisa sampai 10x BAK
namun sekarang berkurang jadi 1-2 kali.

3. Hasil Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum : Kompos mentis
b. Tanda vital
1) Tensi : 125/90mmHg
2) Nadi : 86 kali/menit
3) RR : 16 x
4) Suhu : 36,5 0C
c. Pemeriksaan Kepala
1) Rambut lebat, tidak rontok, hitam
2) Telinga (N)
3) Mata : penglihatan normal, sklera ikterik (-/-), konjunctiva
anemis (-/-)
4) Hidung: mukosa hidung hiperemis, sisa sekret mengering (+), tidak
deviasi, krepitasi dan nyeri tekan (-)
5) Nyeri tekan sinus (-), transluminasi merah cerah
6) Mulut: Tonsil (T0/T0), faring (N), mukosa mulut (N), nyeri telan (-)
7) Pembesaran dan nyeri tekan limfa nodi (-)

d. Pemeriksaan toraks
1) Inspeksi : simetris, nafas normal, tidak ada bekas luka
2) Palpasi : fremitus simetris, nafas tidak ada yang tertinggal
3) Perkusi : batas jantung normal, sonor dikedua lapang paru
6

4) Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2, paru vesikuler


e. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi : adanya bekas luka operasi, datar
2) Auskultasi : bising usus (+), frekuensi (N)
3) Palpasi : tidak teraba masa tumor, teraba supel
4) Perkusi : timpani dan 9 regio
f. Pemeriksaan Ekstermitas
1) Oedem (-)
2) Capillary refill < 2 detik (N)
g. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
h. Anorektal : tidak dilakukan pemeriksaan
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Gula Darah Sewaktu : 469

C. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Biologis
a. Penyakit herediter/ degeneratif
Pada keluarga Ny. Sunenah , nampak adanya penyakit antara lain
diabetes melitus, hipertensi, dan stroke
b. Penyakit menular dan kronik
Penyakit menular yang diderita 2 bulan terakhir tidak ada. Untuk
penyaki kronik tidak diketahui.
2. Fungsi Fisiologis
Dengan metode penilaian APGAR Keluarga :
a. Adaptation (A) adaptasi  tingkat kepuasan anggota keluarga dalam
menerima bantuan yang dibutuhkannya dari anggota keluarga lain
b. Partnership (P) kemitraan  tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
berkomunikasi, urun rembug dalam menganbil suatu keputusan dan atau
menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi dengan anggota
keluarga lainnya.
c. Growth (G) pertumbuhan  tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan
dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.
d. Affection (A) kasih sayang  tingkat kepuasan anggota keluarga
terhadap kasih sayang serta interaksi emocional yang berlangsung dalam
keluarga.
e. Resolve (R) kebersamaan  tingkat kepuasan anggota keluarga dalam
kebersamaan membagi waktu dan ruang antar anggota keluarga.
7

Untuk dapat mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga


dikembangkanlah suatu metode penilaian yang dikenal dengan nama APGAR
keluarga, yang dilakukan penilaian terhadap lima fungsi keluarga. Berikut ini
adalah nilai APGAR keluarga Ny. Painah:

NO PERNYATAAN SERING KADANG JARANG


(2) (1) (0)
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali V
kepada keluarga saya, bila saya
menghadapi masalah.
2 Saya puas dengan cara-cara keluarga V
saya membahas serta membagi
masalah dengan saya.
3 Saya puas bahwa keluarga saya V
menerima & mendukung keinginan
saya melaksanakan kegiatan &
ataupun arah hidup yang baru.
4 Saya puas dengan cara-cara keluarga V
saya menyatakan rasa kasih sayang
& menanggapi emosi.
5 Saya puas dengan cara-cara keluarga V
saya membagi waktu bersama.

Interpretasi Skor APGAR:


Skor APGAR 8 menandakan bahwa keluarga dinilai dalam status sangat sehat.
Hal ini menandakan bahwa dalam keluarga ny. Sunenah tidak terdapat masalah
yang terjadi dalam keluarga, berarti tidak terdapat masalah yang terlalu penting
dalam proses fisiologis dalam hal adaptation, partnership, growth, affection dan
resolve.

3. Fungsi Patologis
8

a. Social : kehidupan sosial baik, hubungan sosial dengan


penduduk sekitar baik, dan sering
mengikuti kegiatan di masyarakat.
b. Cultural : kehidupannya sederhana serta selalu
menjunjung tinggi nilai – nilai kebersamaan
c. Religion : taat beribadah dan rutin mengikuti kegiatan
keagamaan di masyarakat.
d. Economic : ekonomi keluarga termasuk kurang mampu
e. Education : keluarga ini memandang pendidikan sebagai
salah satu hal terpenting yang harus
diberikan
f. Medical : Selalu datang ke puskesmas secara rutin 1 bulan

g. sekali untuk periksa kesehatan.

D. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KESEHATAN
1. Faktor Internal
Faktor internal Tn. Wartono yang berpengaruh terhadap kesehatan adalah:
a. Pendidikan yang rendah (SD)
b. Pekerjaan yang sering lembur
c. Penghasilan yang kurang mencukupi

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kesehatan Ny. Sunenah
adalah sebagai berikut:
a. Sanitasi lingkungan buruk
b. Pelayanan kesehatan dapat diakses
c. Perekonomian keluarga yang ditopang bersama
d. Menu makanan yang tidak cukup seimbang

E. DIAGNOSTIK HOLISTIK & PENANGANAN KOMPREHENSIF


Diagnostik Holistik (Multi Aspek) meliputi :
1. Aspek Personal
a. RFE : Nyeri Seperti tertusuk – tusuk jarum
b. Concern : pasien ingin tahu keluhan yang dideritanya
c. Expected : berharap tidak mengganggu aktifitas pasien
d. Anxiety : takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada dirinya
2. Aspek Klinis
Diagnostik Kerja : Diabetes Insipidus
DD : Diabetes Melitus, Ketoasidosis
9

Penyakit penyerta :-
3. Aspek Faktor Risiko Internal (Intrinsik)
a. Usia : 55 tahun
b. Jenis kelamin : wanita
c. Nutrisi : sering minum teh Manis dan mengkonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat
d. Perilaku : kebiasaan makan kurang teratur, kebiasaan mencuci
tangan tanpa menggunakan sabun.
e. Kebiasaan : Buang air besar di kolam
f. Life style : sering berolahraga
g. RPK : di dalam keluarga ada riwayat penyakit hipertensi dan
hiperglikemia
h. Ras : jawa
4. Aspek Faktor Risiko Eksternal (Extrinsik)
a. Dukungan sosial keluarga :
Keluarga sepenuhnya mendukung dalam setiap hal yang dilakukan
ny. Sunenah baik yang berhubungan dengan kesehatan maupun dengan
masalah pemenuhan kebutuhan hidup.
b. Fisik rumah :
2
Luas 10 x 7 meter
c. Bangunan tempat tinggal :
kurang memenuhi syarat kesehatan, sirkulasi udaha buruk,
pencahayaan buruk, kebersihan kurang terawat, atap menggunakan asbes.
d. Lingkungan pemukiman :
kebersihan lingkungan rumah kurang terjaga, masih banyak sampah
didepan rumah warga sehingga menimbulkan bau yang kurang sedap.
e. Pendidikan :
Tidak tamat SD
f. Pekerjaan :
Buruh tani
g. Layanan kesehatan :
Puskesmas Panguragan

Penanganan Komprehensif

1. Personal Care
a. Plan Penegakkan diagnosis
DM tipe II
Px Penunjang
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
10

2) Urinalisis
3) Rujuk
b. Terapi Farmakologis dan non Farmakologis
1) Terapi farmakologis
a) Sulfonylurea
b) Biguanid
c) inhibitor alfa glukosidase
d) insulin sensitizing agent
2) Terapi non – farmakologis
a) Prinsip dasar diit diabetes
Prinsip dasar diit diabetes adalah pemberian kalori sesuai
dengan kebutuhan. Cara sederhana untuk mengetahui kebutuhan
dasar adalah sebagai berikut:
Untuk wanita : (Berat Badan Ideal x 25 kalori) ditambah 20 %
untuk aktifitas
Untuk pria : (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20 %
untuk aktifitas
Prinsip kedua adalah menghindari konsumsi gula dan
makanan ynag mengandung gula didalamnya. Sebaiknya juga
menghindari konsumsi hidrat arang hasil dari pabrik yang berupa
tepung dengan segala produknya. Hidrat arang olahan ini akan
lebih cepat diubah menjadi gula di dalam darah.

Prinsip ketiga adalah mengurangi konsumsi lemak dalam


makanan sehari-hari. Tubuh penderita diabetes akan lebih
mengalami kelebihan lemak darah, kelebihan lemak ini berasal
dari gula darah yang tidak terpakai sebagai energi.

Prinsip keempat adalah memperbanyak konsumsi serat


dalam makanan. Yang terbaik adalah serat yang larut air seperti
pectin (ada dalam buah apel), segala jenis kacang-kacangan dan
biji-bijian (asal tidak digoreng). serat larut air ini terbukti dapat
menurunkan kadar gula darah. Semua jenis serat akan
11

memperbaiki pencernaan, mempercepat masa transit usus, serta


memperlambat penyerapan gula dan lemak

b) Latihan Jasmani

Latihan Jasmani dianjurkan untuk dilakukan secara teratur


3-4 kali setiap minggu selama kurang lebih setengah jam yang
sifatnya sesuai dengan CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance training). Latihan yang dapat dijadikan
pilihan adalah senam santai, jalan kaki, jogging, lari, renang,
bersepeda, dan mendayung.

c) Edukasi Penyakit
Penjelasan singkat tentang penyakit-penyakit di atas,
mencakup faktor predisposisi dan faktor pemicu,
pencegahan dan penanganan dini.

d) Monitoring
1) Pasien diminta kembali atau menghubungi dokter keluarga
2) Pengawasan rumah pasien
3) Pengawasan keadaan sosial keluarga pasien
4)
2. Family Focused
1. Dukungan keluarga terhadap kesembuhan
a) Farmakologis:
Mengawasi pasien dalam meminum obat yang diberikan oleh
dokter dengan harapan pasien menjadi lekas sembuh.
b) Non farmakologis
1) Menyiapkan makanan dengan nutrisi yang cukup untuk pasien
2) Menyediakan lingkungan keluarga yang kondusif (tenang, saling
mendukung antar anggota keluarga terutama kepada pasien, saling
berbagi cerita dan memberikan solusi atas permasalahan pasien)
3) Memberikan sugesti positif kepada pasien agar mau sembuh
4) Mengajak pasien refreshing untuk coping stressor-nya
5) Menyediakan lingkungan rumah yang kondusif untuk seluruh anggota
keluarga, terutama untuk pasien.
2. Dukungan psikologis keluarga
a) Perbaiki APGAR Score
12

1) Berikan kesempatan untuk keluarga menentukan solusi yang akan


diambil
2) Catat lagi APGAR Score  melihat apakah fungsi keluarga sudah
kembali sebagaimana mestinya
 Adaptation : saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila
saya menghadapi masalah
 Partnership : saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan
membagi masalah dengan saya
 Growth : saya cukup puas dengan cara keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
 Affection : saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan
kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian, dll
 Resolve : saya cukup puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama
3) Edukasi penyakit dan pencegahan  lihat bagian edukasi di Personal
Care.
5) Edukasi penyakit keluarga
Edukasi tentang Hipertensi dan Diabetes Mellitus  penyakit
keturunan, dan berisiko tinggi mengenai anggota keluarga lain 
perkenalkan gejala DM, faktor predisposisi DM, dan pencegahan
DM
6) Edukasi Faktor Risiko Eksternal
a) Pemicu Sosial Keluarga :
a. APGAR Score
Edukasi meliputi poin-poin APGAR Score, lihat poin edukasi keluarga
b. Pertemukan tiap anggota keluarga, diskusikan masalah yang ada,
cari solusi bersama.
c. Keluarga diminta mendukung untuk kesembuhan dan kehamilan
pasien, memberikan support seputar sugesti kesembuhan, kehamilan,
membantu mempersiapkan kehamilan (nutrisi, ANC, dsb)
b) Pendidikan dan Pergaulan :
c) Layanan Kesehatan:
a. Menganjurkan kepada keluarga apabila ada keluhan kesehatan 
segera ke Dokter
d) Lingkungan Fisik Rumah:
13

e) Bangunan Tempat tinggal: -


f) Lingkungan Pemukiman: -
g) Lingkungan Kerja:
c. Screening penyakit keluarga
a. Pemeriksaan GDP  screening DM
b. Pemeriksaan TD  screening HT
• Community focused
- edukasi penyakit dan pencegahannya

pada community

- faktor risiko ekstenal yg berhubungan

dengan lingk rumah

- faktor risiko intrinsik/eksternal yg

berhubungan dengan ling kerja


14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PELAYANAN DOKTER KELUARGA


1. CENTRAL VALUE OF FAMILY MEDICINE
Central value of family medicine adalah sebaga berikut (Wahyuni,
2003):
a. Berbasis pada patient centered care dan mengedepankan hubungan dokter –
pasien
b. Melakukan pendekatan holistic pada pasien dan permasalahan yang
dihadapinyayang dapat mempengaruhi kesehatan pasien. Dengan cara
melihat pasien dari tiga dimensi yaitu dimensi biopsikososial.
c. Lebih menekankan pada preventif daripada kuratif
d. Mencari masalah kesehatan yang memungkinkan menjadi masalah serius
untuk kedepannya.
e. Menangani pasien berdasarkan spektrum seluruh kelompok usia yang luas.
f. Menangani pasien tidak hanya di ruang konsultasi saja, tetapi juga dapat
dilakukan dimana saja.

2. PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA ADA 4 PRINSIP POKOK


a. Primer
Layanan kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu primer (dokter
praktekumum), sekunder (dokter spesialis), dan tersier (tim dokter) .
Dokter keluarga menjadi tingkat pertama dari kontak individu, keluarga dan
masyarakat dengan sistem kesehatan nasional, membawa perawatan
kesehatan sedekat mungkin ke tempat orang tinggal dan bekerja dan
merupakan elemen pertama dari proses perawatan kesehatan berkelanjutan.

b. Personal
15

Pelayanan yang bersifat personal (invidual) bukan keluarga.


Setiap pasien yang diobati adalah makhluk individu sekaligus
makhluk sosial. Untuk menangani makhluk individu, dokter harus
bisa menjaga kerahasiaan. Sementara sebagai makhluk sosial, pasien
harus disikapi sebagai bagian dari lingkaran teman atau keluarganya
sendiri (Sudjoko, 1996).
c. Komperhensif
Yang dimaksud layanan komperhensif adalah kemampuan
promotif, memberi informasi tentang pencegahan (preventif),
diagnosis, pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif (pemeliharaan
kesehatan). Termasuk mengendalikan penyakit kronis dan kecacatan melalui
penilaian risiko. Kalau seorang pasien cacat, dokter harus bisa melakukan
rehabilitasi agar pasien bisa beraktivitas kembali sesuai potensi yang ada
(Sudjoko, 1996). Tidak hanya berfokus pada penyakit, penyakit dan penyakit.
Semua aspek dari jenis manusia yaitu bio-psiko-sosio-ekonomi-budaya-
spiritual.
d. Kontinu
The continuity of care atau kesinambungan pelayanan. Jangan sampai
seseorang itu dilayani oleh banyak dokter, sehingga mengulang pelayanan
lagi, pemeriksaan lagi, obatnya jadi double-double dan seterusnya. Demikian
pula Dokter Keluarga akan mengontrol, dalam tanda kutip tindakan
spesialistis, mana yang perlu dan mana yang tidak. Dokter keluarga
harus memberikan pelayanan secara berkala dan berkesinambungan.
Misal, sejak pasien ditangani sampai seterusnya. Atau dimulai dari usia
balita hingga lanjut usia. Ini berlaku bagi seluruh anggota keluarga yang ia
tangani (Sudjoko, 1996).

B. Diabetes Melitus
1. DEFINISI
16

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Penyakit diabetes terdapat pada sekitar 1% wanita usia reproduksi dan 1-2%
diantaranya akan menderita diabetes gestasional. Diabetes melitus (DM)
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristi hiperglikemia
(meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya.
2. EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di
seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total populasi.
Insidensinya terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada tahun 2030,
angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari populasi dunia.
Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan
jumlahpenderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika
Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun
1995 terdapat sekitar 4,5 juta pengidap diabetes, sedangkan pada tahun 2025
diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita, sedangkan dari data Depkes,
jumlah penderita diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit
menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin. Pada tahun 1992, lebih
dari 100 juta pendudukdunia menderita diabetes dan pada tahun 2000 jumlahnya
meningkat menjadi 150 juta yangmerupakan 6% dari populasi dewasa. Sehingga
secara global WHO memperkirakan PTM (penyakit tidak menular) telah
menyebabkan kematian sekitar 60% dan kesakitan 43% di seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi
Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam
dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus
yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis.
Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria,
dan lebih sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial
17

rendah. Daerah dengan angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat
dan Maluku Utara yaitu 11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM
terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal yang dihubungkan
dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya
aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari.

3. TANDA DAN GEJALA


Gejala Khas :

a. Penurunan berat badan dan rasa lemah


Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan
prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal ini disebabkan
glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel
kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan
hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan
otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
menjadi kurus.
b. Banyak kencing (poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat
mengganggu penderita, terutama pada waktu malam.
c. Banyak minum
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan.
Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat.
Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak
d. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, oleh karena itu
penderita selalu merasa lapar
18

Gejala Tidak Khas :


a. Gangguan saraf tepi/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada
kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
b. Gangguan Penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan
penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya
berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
c. Gatal
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah
kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah
payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama
sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal-hal dianggap yang tidak
berbahaya seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
d. Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena
sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini
terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu
membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau
kejantanan seseorang.
e. Keputihan
Seorang wanita dengan keputihan dan gatal merupakan
keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-
satunya gejala yang dirasakan.

Etiologi Klasifikasi

1. Diabetes Melitus Tipe I / Juvenile


19

Diabetes tipe 1 dulu dikenal sebagai tipe juvenile-onset dan


tipe dependen insulin; namun, kedua tipe ini dapat muncul pada
sembarang usia. Insidens diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru
setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam dua subtipe yaitu autoimun
dan idiopatik.

2. Diabetes Melitus Tipe II / Onset maturitas


Diabetes tipe 2 dulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe
onset maturitas dan tipe nondependen insulin. Obesitas sering
dikaitkan dengan penyakit ini.
3. Diabetes Gestasional (GDM)
Diabetes gestasional (GDM) dikenali pertama kah selama
kehamilan dan memengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor risiko
terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat
keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Karena terjadi
peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik
terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan
diabetogenik. Pasien yang mempunyai predisposisi diabetes secara
genetic mungkin akan memerlihatkan intoleransi glukosa atau
manifestasi klinis diabetes pada kehamilan.
Diabetes Melitus Tipe 1
Pada diabetes tipe 1 timbul karena adanya reaksi atoimin yang
disebabkan adanya peradangan pada sel-β insulinitis. Ini menyebabkan
timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell
Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang
ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel-β. Insulinitis bisa
disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie,
rubella, CMV, herpes dan lain-lain. Yang diserang pada insulinitis itu
hanya sel-β, biasanya sel-α dan delta tetap utuh

Melalui bidang farmakologi, dapat diberikan obat oral yang terdiri dari
3 golongan, yaitu sulfonylurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase,
dan insulin sensitizing agent.
20

Pada sulfonylurea, obat ini diberikan pada pasien dengan berat


badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya
berlebih. Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi penglepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, dan
meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Contoh obat ini adalah Glimepirid yang diberikan dengan dosis
maksimal 6 mg/hari dengan frekuensi 1 kali/hari.
Biguanid bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah, namun
tidak sampai dibawah batas normal. Obat ini dianjurkan bagi pasien
gemuk sebagai obat tunggal. Contoh dari obat ini adalah metformin
yang diberikan dengan dosis maksimal 2500 mg/hari dengan frekuensi
1-3 kali/hari.
Berikutnya adalah inhibitor alfa glukosidase. Obat ini bekerja
secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam
saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia pascapandrial. Contoh dari obat ini adalah
acarbose yang diberikan dengan dosis maksimal 300 mg/hari dengan
frekuensi 1-3 kali/hari.
Thiazolidinediones yang termasuk ke dalam insulin sensitizing
agent mempunyai efek farmakologi meningkatkan senstivitas insulin,
sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai
masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

BAB III
PENUTUP

a. Diabetes Melitus (DM) merupakan kumpulan gejala (rasa haus yang


berlebihan, sering kencing terutama pada malam hari, banyak makan serta
badan yang turun dengan cepat) yang timbul pada seseorang karena
21

adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik


absolut maupun relatif baik yang disebabkan oleh autoimun, obesitas
sentral, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, gerak badan kurang dan
keturunan (herediter). Prevalensi DM diperkirakan akan terus meningkat
dari tahun ke tahun di mana 120 juta orang di seluruh dunia terkena DM,
sehingga perlu adanya upaya pencegahan seperti dengan uji diagnostik
DM dan pemeriksaan penyaring.
b. Gejala Diabetes Melitus (DM) dapat berupa banyak makan (polifagia),
sering merasa haus (polidipsia), sering kencing (poliuria) terutama malam
hari, lemas, berat badan menurun, kesemutan pada jari tangan dan kaki,
gatal-gatal, penglihatan kabur, impotensi pada pria, pruritus vulva pada
wanita, luka sukar sembuh, melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg.
c. Diagnosis Diabetes Melitus (DM) ditegakkan atas dasar pemeriksaan
kadar glukosa darah. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan pada orang
yang mempunyai risiko DM, tetapi tidak menunjukan gejala DM melalui
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa,
kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar.
d. Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus (DM) terdiri dari edukasi, terapi
gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis.
e. Dalam perjalanan penyakit Diabetes Melitus (DM), dapat terjadi penyulit
akut yang merupakan kegawatan dan penyulit menahun yang dapat
menimbulkan kecacatan.

DAFTAR PUSTAKA

Gustaviani Reno. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th. Departemen Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2006; 1857-9.

Mansjoer Arif, dkk. Kapita selekta kedokteran ed III jl I.


22

Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta : 2001

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelelolaan Diabetes Melitus

Tipe 2 di Indonesia. PB Perkeni, Jakarta: 2002; hal 1-19

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus

Tipe 2 Di Indonesia. Semarang: 2006.

Powers C Alvin. Harrison’s Principle of Internal Medicine 16th.

Medical Publishing Division Mc Graw-Hill. North America: 2005.

Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 4 jl 2. Perhimpunan Spesialis

Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta: 2005; Hal 1974-80.

Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th . Pusat Penerbitan Departemen

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta: 2006; Hal 1860-3.

Subekti I (2004). Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2004; Hal 217-23.

Sudoyo Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV, jl III.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 200

LAMPIRAN
23

Anda mungkin juga menyukai