Anda di halaman 1dari 8

SURAT PERJANJIAN KERJA SAMA

Nama Perusahaan
Dengan
Nama Perusahaan

Pada hari ini ……...tanggal ……….. bulan …… tahun ……., kami yang bertanda tangan di
bawah ini :
1. Nama :
Jabatan :
Nama Perusahaan :
Alamat :

Telp/Fax :
Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama :
Jabatan :
Nama Perusahaan :
Alamat :
Telp/Fax :
No Handphone :
Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian yang mengikat untuk pelaksanaan (
Nama Kegiatan ) dan menyetujui untuk menanda tangani bersama, dengan syarat-syarat dan
ketentuan yang diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut :

Pasal 1
MAKSUD DAN TUJUAN
PIHAK PERTAMA sepakat menunjuk PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA bersedia
melaksanakan, ( Nama Kegiatan ) dengan perincian kualitas, prakiraan volume, dan harga
satuan yang tercantum dalam pasal 2 perjanjian ini.

1 dari 8
Pasal 2
PEKERJAAN, VOLUME, HARGA SATUAN DAN JUMLAH HARGA
Jenis/kualitas dan prakiraan jumlah volume dan harga sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
perjanjian ini adalah sebagai berikut :

N Estimasi Harga Satuan Jumlah Harga


Jenis Pekerjaan Sat
o Volume (Rp.) (Rp.)

Terbilang :

Pasal 3
SPESIFIKASI/KUALITAS
1. Spesifikasi berdasarkan dokumen kontrak utama antara PIHAK PERTAMA dengan
Pengguna Jasa dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen Pekerjaan Bidang Bina Marga
Dinas Pekerjaan Umum
2. PIHAK KEDUA wajib dan dianggap sudah mengetahui serta menguasai sepenuhnya
persyaratan-persyaratan dalam dokumen kontrak utama (spesifikasi teknis), dan PIHAK
PERTAMA akan (apabila diminta PIHAK KEDUA) memberi kepada PIHAK KEDUA
copy asli dari spesifikasi teknis material atas biaya PIHAK KEDUA.
3. Bahan/Material yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis, memenuhi standar
mutu dan syarat kualitas yang dapat diterima PIHAK PERTAMA, konsultan pengawas
dan Pengguna Jasa pada proyek dimaksud, atau sesuai dengan spesifikasi teknis proyek.
4. Bahan/Material yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan akan ditolak.
5. Bahan/Material yang setelah dites tidak memenuhi spesifikasi akan ditolak/dibongkar
dan segala biaya yang timbul akibat pembongkaran ini menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA.

Pasal 4
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Sesuai dengan kontrak PIHAK PERTAMA dengan Pemberi Kerja, waktu penyeleseian
pekerjaan dihitung sejak tanggal mulai kerja (SPMK) adalah 80 (delapan puluh) hari
kalender, yaitu mulai tanggal 29 Juni 2010 sampai dengan 16 September 2010, ditambah
masa pemeliharaan selama 180 hari kalender.

2 dari 8
Pasal 5
MANAGEMENT ADMINISTRATIF PEKERJAAN
Administrasi Proyek dan semua kelengkapan termasuk Foto Progres 0%, 25%, 50%, 75%
dan 100% untuk keperluan Pecairan Termyn (MC) disiapkan PIHAK KEDUA dan semua
biaya keperluan tersebut sudah termasuk Harga Satuan yang disepakati.

Pasal 6
CARA PEMBAYARAN
1. Pembayaran selanjutnya dilaksanakan setelah PIHAK PERTAMA menerima pembayaran
dari Pemilik Proyek (back to back)
2. PIHAK PERTAMA berhak menahan atau menunda pembayaran seluruh atau sebagian
dari jumlah yang ditagihkan oleh PIHAK KEDUA, apabila :
6.1 Kualitas dan kuantitas yang dimasukkan dalam berita acara tersebut menyimpang dari
kebenaran meskipun berita acara tersebut diatas sebelumnya telah diperiksa atau
disetujui oleh PIHAK PERTAMA, konsultan pengawas dan pemberi kerja, atau :
6.2 Jumlah atau kuantitas yang dimasukkan dalam berita acara tidak disetujui sepenuhnya
oleh pemberi kerja/konsultan pengawas, sedangkan kegagalan ini bukan karena
kesalahan PIHAK PERTAMA, atau :
6.3 Timbul perselisihan antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA atau PIHAK
PERTAMA dengan konsultan pengawas/pemberi kerja, yang mempersoalkan
pengukuran/kuantitas atau hal lain.
3. PIHAK PERTAMA berhak meminta kembali Uang Pembayaran yang tercantum pada
Pasal 6 ayat 1 apabila terjadi seperti Pasal 6 ayat 6. 1, ayat 6.2 dan 6.3.

3 dari 8
Pasal 7
PAJAK
1. Pajak pertambahan nilai (PPn) dibayarkan kepada PIHAK PERTAMA.
2. Pajak-pajak lain diluar PPn yang berkaitan dengan perjanjian ini, menjadi tanggungjawab
PIHAK PERTAMA, dan segera dilunasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.

Pasal 8
PEMERIKSAAN MUTU
1. Inspeksi material akan dilaksanakan oleh konsultan pengawas atau pemberi kerja atas
dasar spesifikasi tersebut diatas.
2. Pengujian material dilaksanakan ditempat lain (Laboratorium Independent) atau instansi
yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA.

Pasal 9
SANKSI DAN DENDA
1. Apabila terjadi penyimpangan kualitas/mutu yang disyaratkan dalam perjanjian ini atau
tidak tercapainya mutu benda uji yang menyebabkan pekerjaan dibongkar akibat dari
material yang dikirim, maka PIHAK KEDUA wajib mengganti material yang dibongkar
tersebut dan segala kerugian/biaya yang timbul akibat penyimpangan mutu tersebut
menjadi beban PIHAK KEDUA.
2. Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat melaksanakan pekerjaan tersebut sebagian atau
keseluruhan sebagaimana syarat-syarat dalam perjanjian ini maupun jadwal yang telah
ditentukan dan bilamana PIHAK PERTAMA dengan terpaksa mengambil tindakan atau
langkah-langkah untuk mengatasinya termasuk kemungkinan memberikan pekerjaan
tersebut kepada pihak lain, maka segala kerugian/biaya yang mungkin timbul menjadi
beban PIHAK KEDUA. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut PIHAK
PERTAMA harus memberitahukan terlebih dahulu kepada PIHAK KEDUA.
1. Apabila PIHAK PERTAMA pada suatu waktu berkeyakinan bahwa PIHAK KEDUA
karena kelalaiannya tidak dapat memenuhi kepentingan PIHAK PERTAMA karena
kurang/tidak mampu bekerja atau gagal) melaksanakan tugasnya atau berbuat/melakukan
tindakan-tindakan lain yang merugikan kepentingan PIHAK PERTAMA, atau dalam
waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah perjanjian ini ditanda tangani kedua belah pihak dan
PIHAK KEDUA juga belum memulai kegiatannya PIHAK PERTAMA secara sepihak
berhak mencabut dan memutuskan/membatalkan perjanjian ini tanpa memberikan ganti

4 dari 8
rugi apapun.
2. Apabila PIHAK KEDUA terlambat menyeleseikan pekerjaan sesuai pasal 4, maka PIHAK
KEDUA harus membayar denda sebesar 1 (satu) persen per hari dan maksimal 25 (dua
puluh lima) persen terhadap jumlah harga yang tercantum pada pasal 2.

Pasal 10
KEADAAN MEMAKSA/FORCE MAJEURE
1. Yang dimaksud keadaan memaksa/force majeure adalah hal-hal yang terjadi diluar
kemapuan PIHAK KEDUA maupun PIHAK PERTAMA dan Pengguna Jasa, seperti
bencana alam, epidemi, kebakaran, banjir, peperangan, huru-hara umum, pemogokan dan
lain-lain yang sifatnya memaksa dan mempunyai akibat langsung terhadap pelaksanaan
pengadaan material dalam jangka waktu pelaksanaan dan dapat disetujui secara tertulis
oleh PIHAK PERTAMA.
2. Apabila terjadi keadaan memaksa/force majeure, PIHAK KEDUA harus memberitahukan
secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 2x24 jam sejak terjadinya
keadaan memaksa/force majeure tersebut dengan bukti sah.
3. Atas pemberitahuan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA akan menyetujui/menolak
dengan persetujuan Pengguna Jasa secara tertulis keadaan memaksa force majeure
tersebut dalam jangka waktu 7x24 jam sejak pemberitahuan tersebut dherima oleh
PIHAK PERTAMA atau menyesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan melalui
keputusan pemerintah.
3. Pada dasarnya PIHAK PERTAMA hanya mempertimbangkan pemberian/penambahan
jangka waktu penyediaan material atas terjadinya keadaan memaksa/force majeure.

Pasal 11
RESIKO
1. Apabila selama waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi hambatan-hambatan yang
diakibatkan tidak masuknya atau tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat karena
semata-mata kesalahan PIHAK KEDUA, maka segala resiko akibat kemacetan pekerjaan
ini menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.
2. Apabila selama PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan ini menimbulkan kerugian
terhadap pihak ketiga (orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dalam pekerjaan ini),
maka segala kerugian yang timbul menjadi beban dan tanggungjawab PIHAK KEDUA.
3. Apabila PIHAK KEDUA dalam melaksanakan pekerjaan ini tidak memenuhi spesifikasi
yang disyaratkan/ditolak oleh konsultan pengawas/pemberi kerja, PIHAK KEDUA harus

5 dari 8
segera mengambil dan mengganti kembali sejumlah yang ditolak serta segala biaya yang
ditimbulkan menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK KEDUA.
4. Apabila terjadi kerugian negara yang mempersoalkan pengukuran/kuantitas atau hal lain,
maka segala biaya yang ditimbulkan menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK
KEDUA.

Pasal 12
PEKERJAAN TAMBAH
1. Pekerjaan tambah/kurang dianggap sah setelah mendapat persetujuan/perintah dari
PIHAK PERTAMA secara tertulis.
2. Untuk pekerjaan tambah/kurang perlu dibuat perjanjian tambahan
(Addendum/Amandemen).
3. Perhitungan penambahan/pengurangan material dilakukan atas dasar harga satuan yang
tercantum dalam perjanjian ini. Jika harga satuan untuk material tersebut tidak tercantum
dalam daftar harga satuan material dalam perjanjian ini, maka harga satuan akan
dibicarakan kembali.
4. Adanya pekerjaan tambah/kurang tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk merubah
waktu penyelesaian pengadaan material, kecuali atas persetujuan PIHAK PERTAMA.

Pasal 13
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila timbul perselisihan antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA yang
berkaitan dengan atau timbul karena perjanjian ini, baik selama pelaksanaan atau setelah
selesai pengadaan, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan secara musyawarah untuk
mufakat oleh kedua belah pihak dan segala hasil yang dicapai dari musyawarah tersebut
secara hukum bersifat mengikat dan merupakan putusan akhir serta secara tertulis dan
ditanda tangani oleh para pihak yang bersangkutan.
2. Apabila musyawarah tersebut tidak tercapai kesepakatan, maka semua sengketa yang
timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan dengan memilih domisili hokum yang tetap di
Pengadilan Negeri Rembang.
3. Segala biaya yang timbul dalam sengketa ini menjadi beban sepenuhnya PIHAK KEDUA.

6 dari 8
Pasal 14
PEMUTUSAN PERJANJIAN
1. PIHAK PERTAMA berhak memutuskan perjanjian pekerjaan ini secara sepihak, apabila :
1.1. PIHAK KEDUA memindah-tangankan pekerjaan kepada PIHAK KETIGA, atau :
1.2. Terhitung dalam waktu 3 (tiga) hari kalender sejak permintaan lisan/tertulis dari
PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA tidak dapat
memenuhinya dan atau PIHAK KEDUA tidak dapat melaksanakan pekerjaan
sebagaimana yang diatur dalam perjanjian ini, atau :
1.3. Dalam waktu 7 (tujuh hari berturut-turut tidak melanjutkan pekerjaan yang telah
dimulai, atau :
1.4. Terlambat melaksanakan sejumlah volume tahapan pekerjaan berdasarkan jadwal
pekerjaan seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian ini melebihi 7 (tujuh) hari
kalender, kecuali apabila keterlambatan tersebut disebabkan oleh keadaan
memaksa/force majeure, atau :
1.5. PIHAK KEDUA telah dikenakan sanksi dan denda sampai jumlah maksimum
seperti yang tersebut dalam perjanjian ini, atau :
1.6. PIHAK KEDUA berdasarkan penilaian PIHAK PERTAMA nyata-nyata tidak dapat
melaksanakan pekerjaan.
1. Dalam hal PIHAK KEDUA dinyatakan bangkrut/pailit oleh pengadilan negeri/tinggi atau
surat ijin usahanya dicabut atau tidak berlaku lagi, maka PIHAK PERTAMA secara
sepihak dapat membatalkan sebagian/seluruh pekerjaan menurut perjanjian ini dan
PIHAK PERTAMA berhak mendapatkan ganti kerugian dari PIHAK KEDUA sebagai
akibat peristiwa tersebut.
2. Jika terjadi pemutusan perjanjian secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 pasal ini, PIHAK PERTAMA dapat menunjuk pihak lain atas
kehendak dan berdasarkan pilihannya sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
2. Dalam hal pemutusan perjanjian secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana
dimaksud dalam perjanjian ini, PIHAK KEDUA tidak berhak menuntut ganti rugi, tetapi
masih berhak atas pekerjaan yang telah diterima oleh PIHAK PERTAMA. Penilaian
tersebut dilakukan dengan berita acara yang dibuat oleh PIHAK PERTAMA.

7 dari 8
Pasal 15
LAIN-LAIN
1. Dalam hal pekerjaan ini, PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas pengurusan dan biaya :
- Semua ijin-ijin yang diperlukan.
- Semua pajak-pajak dan restribusi yang diperlukan.
2. PIHAK KEDUA wajib dan bertanggung jawab untuk mengadakan dan menyelenggarakan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sesuai dengan Undang-undang nomor 1
tahun 1970 dan SKB Menteri Tenaga Kerja nomor : KEP. 174/MEN/86, Menteri
Pekerjaan Umum nomor : 104/KPTS/1986 dengan segala perlengkapan dan peralatannya,
serta harus menunjuk personil K3 yang diberi wewenang untuk bertanggung jawab dan
yang dalam organisasi menginduk kedalam unit K3 PIHAK PERTAMA dengan jabatan
sebagai Safety Officer.
2. Hal-hal lain atau perubahan-perubahan yang dianggap perlu atas surat perjanjian ini akan
diatur dalam amandemen/addendum yang seluruhnya merupakan kesatuan yang tidak
terpisahkan dari perjanjian ini.

Pasal 16
PENUTUP
Surat perjanjian ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap dan 2 (dua) diantaranya bermaterai
secukupnya yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, untuk dapat dipakai sebagaimana
mestinya.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

8 dari 8

Anda mungkin juga menyukai