Disusun oleh ;
Hestina Ambarwati
Dhyana Laila afifa
Nurastria
Yohanna Ferre
UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian................................................................................................................3
1.3 Kondisi Terkini...................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................5
2.1. Definisi Carpal Tunnel Syndrome.....................................................................................5
2.2 Faktor Risiko Carpal Tunnel Syndrome (CTS)..................................................................7
2.3 Gejala Klinis Carpal Tunnel Syndrome (CTS)................................................................10
2.4 Pencegahan dan Penanggulangan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)................................11
2.5 Pengobatan Carpal Tunnel Syndrome.............................................................................12
BAB III......................................................................................................................................13
PEMBAHASAN.......................................................................................................................13
3.1 Distribusi pekerja yang berisiko dan tidak bersiko terkena CTS.....................................13
BAB IV......................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................15
4.2 Saran.................................................................................................................................15
4.2.1 Bagi Perusahaan.........................................................................................................15
4.2.2 Bagi Operator Komputer...........................................................................................15
BAB V.......................................................................................................................................16
Daftar Pustaka...........................................................................................................................16
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
antara kekuatan dan pengulangan gerakan yang lama pada jari-jari selama
periode yang lama (Suherman, dkk., 2012).
Terjadinya kelumpuhan pada tangan dapat menjadi masalah besar bagi
manusia, karena sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh manusia adalah
dengan menggunakan tangan. Pada kondisi masyarakat yang sekarang ini,
interaksi manusia dengan mesin semakin sering terjadi, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari banyak aktivitas atau keadaan yang dapat memacu
tingginya kasus Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
2
Artikel dari media Medika Indonesia yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah
melaporkan di Poliklinik IRS Rumah Sakit Dr. Karyadi Semarang selama 1 tahun
(2006) didapatkan 34 penderita CTS baru. Kejadian terbanyak pada ibu rumah
tangga dengan kelompok umur 41-50 tahun (38,2%) dan 51-60 tahun (38,2%)
(Lusan dan Pudjowojayanto, 2008, dalam Wahyu, 2013:2).
3
kesehatan yang dapat mempengaruhi terjadi nya CTS. Sedangkan pada
kondisi umum antara lain adalah umur, jenis kelamin, penggunaan
kontrasepsi oral, ukuran pergelangan tangan, berat badan, ukuran tubuh
dan Indeks Masa Tubuh.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 usia yang bisa
dikatakan sebagai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Peningkatan lanjut
usia diperkirakan akan terus meningkat baik dalam skala global maupun 5
Indonesia dimana diprediksi pada tahun 2100 jumlah lanjut usia Indonesia
akan meningkat lebih tinggi dibandingkan populasi lanjut usia dunia. Hal
ini dikarenakan sejak tahun 2004 terjadi peningkatan usia harapan hidup
di Indonesia dari 68.6 tahun menjadi 70.8 tahun; dimana propinsi yang
memiliki angka lanjut usia paling tinggi adalah DI Yogyakarta (13.4%),
kemudian Jawa Tengah (11.8%) dan Jawa Timur (11.5%) sedangkan
propinsi yang memiliki jumlah lanjut usia paling rendah adalah provinsi
papua (2.8%) Jumlah lanjut usia wanita lebih tinggi dari jumlah lanjut
usia pria.
Menurut beberapa penelitian yang ada para lanjut usia memiliki
kemungkinan terkena CTS lebih tinggi jika dibandingkan dengan
seseorang yang berumur dibawah 50 tahun, dimana gejala dari CTS ini
sendiri bisa bermanifestasi dari usia 30 tahun. Meningkatnya angka
kejadian CTS pada lanjut usia dapat dihubungkan 6 dengan meningkat
nya thenar muscle wasting dan kehilangan akson baik sensoris dan
motorik yang meningkat dan terjadinya penurunan pada kemampuan
regenerasi dari akson itu sendiri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome (CTS/ Sindrom Terowongan Karpal), atau
penyakit saraf menengah di pergelangan tangan, adalah suatu kondisi
medis dimana saraf tengah tertekan di bagian pergelangan yang
mengakibatkan parastesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan.
Carpal Tunnel Syndrome merupakan salah satu jenis penyakit akibat
terjadinya Cumulative Trauma Disorders (CTD), yaitu sekumpulan
gangguan atau kekacauan pada sistem muskuloskeletal (musculosceletal
disorders) berupa cedera pada syaraf, otot, tendon, ligamen, tulang dan
persendian pada titik-titik ekstrim tubuh bagian atas (tangan,
pergelangan, siku dan bahu), tubuh bagian bawah (kaki, lutut dan
pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher) (Kuntodi, 2008).
Kelainan (penyakit) ini dapat terjadi akibat adanya proses peradangan
pada jaringan-jaringan di sekitar saraf medianus (tendon dan
teosynovium) yang ada dalam terowongan karpal. Peradangan tersebut
mengakibatkan jaringan disekitar saraf menjadi bengkak, sendi menjadi
tebal, dan akhirnya menekan saraf medianus. Penekanan saraf medianus
ini lebih lanjut akan menyebabkan kecepatan hantar (konduksi) dalam
serabut sarafnya terhambat, sehingga menyebabkan berbagai gejala
pada tangan dan pergelagan tangan (Aizid, 2011).
Levy et al. (2011:348) mendefinisikan Carpal Tunnel Syndrome
sebagai sindroma yang ditandai dengan nyeri, parestesia, dan sakit pada
area distribusi nervus medianus pada tangan, terjadi karena tekanan pada
nervus medianus yang berada pada terowongan karpal di pergelangan
tangan.
5
pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang
kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus di
pergelangan tangan.
CTS diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus.
Carpal Tunnel Syndrome adalah gangguan pada syaraf yang
disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus dan atau karena
adanya penekanan pada nervus medinus yang melewati terowongan
karpal, gangguan pada syaraf ini berhubungan dengan pekerjaan yang
mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu panjang secara berulang
(Pakasi, 2005).
6
2.2 Faktor Risiko Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Faktor risiko terjadinya CTS oleh Levy et al (2011:349)
dikelompokkan menjadi faktor individu dan faktor fisik terkait pekerjaan.
Faktor fisik terkait pekerjaan yaitu pekerjaan tangan dengan gerakan
berulang yang tinggi, pekerjaan menggenggam atau menjepit dengan
kekuatan, postur janggal pada pergelangan tangan dalam waktu yang lama,
dan getaran lengan-tangan. Faktor individu terdiri dari riwayat penyakit
diabetes mellitus, hipotiroidisme, obesitas, arthtritis rheumatoid, umur,
dan jenis kelamin wanita.
Hal yang hampir serupa dikemukakan Silverstein et al. (1987) dalam
Tana (2003:100) bahwa sindroma terowongan karpal yang berhubungan
dengan pekerjaan adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh pekerjaan
dengan tekanan biomekanis pada pergelangan tangan dan tangan. Tekanan
biomekanis tersebut dapat berupa gerakan berulang, gerakan
menggenggam atau menjepit dengan kuat, posisi ekstrim pada pergelangan
tangan misalnya deviasi ulnar, tekanan langsung pada terowongan karpal
dan penggunaan alat bantu genggam yang bergetar. Pekerjaan-pekerjaan
dengan kombinasi antara pemakaian tenaga yang kuat dan pengulangan
gerakan yang sama pada jari dan tangan, menggenggam alat dengan kuat,
menjepit benda dengan jari, posisi/postur sendi tidak baik/ekstrim, tekanan
langsung pada sendi, vibrasi/getaran serta peregangan yang berlangsung
lama dapat meningkatkan risiko terjadinya CTS.
Freivaldes (2004) mengemukakan faktor penyebab CTS yang
berhubungan dengan pekerjaan yaitu gerakan berulang, pekerjaan tangan
dengan kekuatan serta posisi janggal pada tangan dapat menyebabkan
kelelahan otot dan ketidaknyamanan pada area karpal. Kondisi ini akan
mereda dengan cepat jika interval antara kegiatan cukup panjang. Namun,
apabila pekerjaan terus berlanjut akan menyebabkan kelelahan, dapat
mengakibatkan munculnya tendinitis dan pembengkakan pada terowongan
karpal, menyebabkan terjadinya tekanan pada terowongan karpal (dalam
Bugajska et al., 2007:30).
a. Faktor Risiko Terkait Pekerjaan Fisik:
7
1) Gerakan Tangan Berulang
Seseorang yang bekerja dengan melakukan aktivitas kerja
berulang yang melibatkan gerakan tangan atau pergelangan tangan
atau jari-jari adalah suatu faktor risiko CTS yang memiliki
pengaruh pada faktor beban fisik. Semakin tinggi frekuensi gerakan
berulang semakin tinggi risiko terjadinya CTS (Kurniawan, 2008
dalam Pratiwi, dkk, 2013:144)
2) Pekerjaan Menggenggam/menjepit dengan Kekuatan
Pekerjaan dengan tenaga/kekuatan pada tangan akan
meningkatkan risiko CTS. Terjadinya tekanan langsung pada
jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus
memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan
menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini
sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap
(Tarwaka et al, 2004 dalam Nurhikmah, 2011:46).
3) Postur Janggal Pada Pergelangan Tangan
Postur daerah tangan/pergelangan tangan termasuk deviasi
ulnar, deviasi radial pergelangan tangan fleksi/ekstensi adalah
postur yang menjadi risiko kejadian CTS (Bernard, 1997:5a22)
Skie et al. (1990), Armstrong et al. (1991) mengemukakan
postur fleksi pada pergelangan tangan dapat merusak area
terowongan karpal yang dapat meningkatkan risiko CTS. (dalam
Bernard, 1997: 5a24).
4) Getaran Lengan-Tangan (Hand-Arm Vibration)
Griffin (2007) dalam Yusuf dan Herry (2010:90)
mengemukakan getaran pada mesin yang digunakan dengan
bantuan tangan untuk mengoperasikan dapat dapat menyebabkan
penyakit Carpal Tunnel Syndrome dimana adanya gangguan pada
syaraf yang disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus
dan atau karena adanya penekanan pada nervus medianus yang
melewati terowongan karpal. Gangguan pada syaraf ini
8
berhubungan dengan pekerjaan yang mempunyai paparan getaran
dalam jangka waktu panjang secara berulang.
Alat yang mengakibatkan getaran-getaran pada lengan atau
tangan masih banyak digunakan dalam perusahaan. Selama bekerja
dengan menggunakan alat yang getarannya di bawah nilai ambang
batas yaitu 4 m/det2 untuk 8 jam kerja maka tidak begitu
mendatangkan bahaya bagi kesehatan pekerja, tetapi dalam industri
pertambangan dan kehutanan ada pekerjaan yang menggunakan
alat-alat bergetar secara terus menerus dengan nilai di atas am-
bang batas getaran yaitu 4 m/det2 (Suma’mur, 1996 dalam Yusuf
dan Herry, 2010:90).
b. Faktor Risiko Individu
1) Umur
Pertambahan usia dapat memperbesar risiko terjadinya
sindroma terowongan karpal. Menurut NIOSH (1986) umur yang
berisiko terkena CTS adalah 40-60 tahun.
2) Jenis Kelamin Wanita
Wanita mempuyai risiko tiga kali lebih besar untuk terjadinya
sindrom terowongan karpal dibandingkan pria. Hal ini disebabkan
oleh ukuran terowongan karpal pada wanita lebih sempit dan
pengaruh estrogen yang dimiliki oleh wanita (Merijanti, 2005:16)
3) Obesitas
CTS terjadi karena kompresi saraf di bawah ligamentum karpal
transversal berhubungan dengan naiknya berat badan dan IMT
(Kouyoumdjian, 2000 dalam Bahrudin, 2011:5). American Obesity
Association menemukan bahwa 70% dari penderita CTS memiliki
kelebihan berat badan (Astroshi, 1999). Setiap peningkatan nilai
IMT 8% risiko CTS meningkat. (dalam Bahrudin, 2011:5)
4) Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus dapat mengakibatkan komplikasi neuropati
perifer yang dapat mempunyai beberapa bentuk salah satunya
neuropati akibat jepitan, misalnya pada Carpal Tunnel Syndrome
9
dimana diabetes menyebabkan saraf menjadi sensitif terhadap
tekanan (Ginsberg, 2008)
5) Hipotiroidisme
Hipotiroid merupakan salah satu penyakit hormonal. Gangguan
hormonal pada tubuh dapat menyebabkan meningkatnya tekanan
pada karpal kanal (Armstrong et al,. 1993:74). Hipotiroid dapat
menimbulkan kerusakan pada saraf perifer, nyeri, kekakuan dan
pembengkakan pada sendi (Laboratorium Klinik Prodia).
Kerusakan pada saraf perifer (mononeuropati) dapat menyebabkan
CTS (Ginsberg, 2008).
6) Arthrtitis Rheumatoid
Menurut American Society for Surgery of The Hand (2011)
Arthritis Rheumatoid dapat mempersempit terowongan karpal.
Terowongan karpal yang menyempit secara langsung dapat
menyebabkan CTS karena terjadinya penekanan pada saraf
medianus.
10
Lubis (2006:200) mengemukakan keluhan-keluhan yang timbul pada
Sindrom Terowongan Karpal yang umumnya terjadi secara berangsur-
angsur dan spesifik adalah:
a. Rasa nyeri di tangan, yang biasanya timbul malam atau pagi hari.
Penderita sering terbangun karena rasa nyeri ini.
b. Rasa kebas, kesemutan, kurang berasa pada jari-jari. Biasanya jari ke
1,2,3, dan 4 (kecuali jari kelingking)
c. Kadang-kadang rasa nyeri dapat menjalar sampai lengan atas dan
leher, tetapi rasa kebas hanya terbatas di distal pergelangan tangan
saja.
d. Gerakan jari kurang terampil, misalnya ketika menyulam atau
memungut benda kecil.
e. Ada juga penderita yang datang dengan keluhan otot telapak
tangannya mengecil dan makin lama semakin menciut.
11
pada jangka waktu tertentu dapat dilakukan, yaitu dengan merotasi pekerja
pada tugas dengan risiko yang berbeda. Penyesuaian peralatan kerja dapat
meminimalkan masalah yang terjadi contohnya penyesuaian peralatan
yang ergonomik kepada pekerja. Untuk mengurangi efek beban tenaga
pada pergelangan maka alat dan tugas seharusnya dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat mengurangi gerakan menggenggam atau menjepit
dengan kuat. Perancangan alat kerja contohnya tinggi meja kerja yang
dipakai sesuai dengan ukuran antropometri pekerja, penggunaan alat
pemotong/gunting yang tajam sehingga mengurangi beban pada
pergelangan tangan dan tangan.
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Distribusi pekerja yang berisiko dan tidak bersiko terkena CTS
Distribusi risiko kejadian CTS berdasarkan gerakan berulang dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Grafik 3.1
Risiko Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator
Computer di Masing-Masing Bagian
13
Pada grafik 3.1 dapat dilihat Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
masing-masing bagian didapatkan bahwa pada bagian rencana dan program
dari 20 responden sebagian besar berisiko terhadap dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) yaitu sebesar 12,75% sedangkan yang tidak berisiko
terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah sebesar 6,86%. Pada
bagian evaluasi laporan hasil pengawasan dari 38 responden didapatkan
bahwa sebagian besar berisiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) yaitu sebesar 28,51% sedangkan yang tidak berisiko adalah sebesar
12,75%. Pada bagian hukum publikasi dan dokumentasi dari 26 responden
didapatkan bahwa sebagian besar berisiko terhadap dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) yaitu sebesar 15,69% sedangkan yang tidak berisiko
terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah sebesar 9,80%. Dan
pada bagian umum dari 18 responden sebagian besar berisiko terhadap
dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu sebesar 11,76% sedangkan yang
tidak berisiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah
sebesar 6,88%.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gambaran dugaaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat
Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum tahun 2012. sebagian besar operator komputer
beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu sebanyak 64,7% sedangkan
operator yang tidak beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebesar 35,3%.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Perusahaan
1. Membuat poster ataupun stiker bergambar mengenai gerakan-gerakan senam
yang perlu dilakukan operator sebelum memulai pekerjaan ataupun selama
waktu-waktu jeda.
2. Mengadakan senam pagi bagi para pekerja yang dapat dilakukan satu kali
dalam seminggu