PENDAHULUAN
Keratoakantoma adalah tumor epitelial jinak yang umum, yang berasal dari
folikel pilosebase, terdiri dari keratinisasi sel skuamosa. Tumor ini cenderung
terjadi pada area kulit yang terkena sinar ultraviolet, seperti wajah, tangan, dan
lengan bawah. Tumor Ini pertama kali dikenali secara klinis sebagai massa kecil
yang bisa membesar dengan cepat selama berbulan-bulan dan kemudian sering
infasi lokal bersamaan dengan pleomorphism seluler dan proliferasi yang susah
Squamous cell carsinoma (SCC), dan sulit untuk membedakan antara ganas dan
jinak.2
Lesi ini menunjukkan kecenderungan pada laki-laki dan sering terjadi pada
daerah terkena sinar matahari seperti leher, lengan bawah dan di kelompok usia
yang lebih tua. Keratoakantoma bisa sering muncul pada batas bibir atas sehingga
keratoakantoma masih belum jelas. Namun sinar UV, HPV, Trauma, faktor genetik
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Keratoakantoma adalah tumor epitelial jinak yang umum yang berasal dari
dengan cepat selama beberapa minggu, muncul pada awalnya sebagai benjolan
kecil kemerahan yang kemudian menjadi nodul yang lebih besar, seringkali
dengan tanduk atau steker pusat. Jika dibiarkan saja biasanya hilang sendiri
melakukannya. Bisa muncul di tubuh bagian manapun, tapi paling sering terjadi di
daerah yang terpapar sinar matahari seperti wajah, leher, dan punggung tangan
usia.1
2.2 Etiologi
keratoakantoma yaitu:
1. Faktor eksternal
2. Faktor internal
a. Imunitas yang rendah dan usia lanjut (lansia).3
2
2.3 Epidemiologi
terjadi pada orang berkulit terang, dan jarang pada orang berkulit gelap dan orang
sel skuamosa pada kulit masih kontroversial, namun sebagian besar penelitian
sebagian besar terjadi pada orang dewasa dengan puncak antara usia 55 dan 65
tahun. Hal itu jarang terlihat pada pasien yang lebih muda. keratoakantoma sering
terjadi selama masa remaja. Meskipun kejadian tersebut diperkirakan tetap stabil
setelah mencapai puncak pada dekade keenam, sebuah penelitian yang dilakukan
a) Faktor lingkungan dapat menjadi pemicu pada penderita lupus, seperti radiasi
3
immunity dan hilangnya toleransi karena menyebabkan apoptosis keratinosit.
keratinosit.1
yaitu :
keratoachantoma.
c) Virus.
2.5 Diagnosa
2.5.1 Anamnesa
Pada mulanya tampak sebagai beruntus atau bisul kecil dengan bagian
tengah yang keras, selanjutnya terbentuk benjolan keras dan bulat biasanya
4
berwarna seperti daging dengan bagian tengah seperti kawah yang mengandung
bahan yang lengket. Lesi-lesi dapat tumbuh dengan cepat, mencapai ukuran yang
maksimal dalam waktu sekitar 6-8 minggu. Lesi ini mencapai ukuran terbesar
dalam waktu <1-2 bulan. Dasarnya berwarna merah dan terdapat peradangan, dan
a) Pada fase proliferatif: pada fase ini tampak papul keras, permukaan hemis
b) Pada fase matur: pada fase ini eusinofik dan glasih tampak lebih menonjol,
c) Pada fase involusi: pada fase ini lesi menjadi datar dan kawahnya menjadi
berkurang, seluruh sel pada dasar kawah mengalami keratinisasi. Pada dermis
dapat dianggap sebagai granuloma benda asing karena keratin. Pada bagian KA
pertanyaan dan melihat penampilannya. Namun, karena bisa terlihat sangat mirip
dengan kanker kulit yang disebut karsinoma sel skuamosa, pengobatannya yang
paling umum adalah membuangnya secara operasi dan mengirim sampel jaringan
ke laboratorium untuk diuji. Cara membedakan dengan karsinoma sel basal adalah
berdasarkan anamnesis dari pertumbuhannya yang cepat dan bentuk lesinya yang
benar-benar bulat. Masalah utama yang timbul adalah membedakan stadium awal
keratoakantoma akan hilang secara spontan, tetapi hal ini tidak dapat dipastikan
5
selanjutnya. Biopsi insisi tidak dapat membantu membedakan kedua kelainan
tersebut, karena tumor ini sangat mirip dengan karsinoma sel skuamosa. Akan
baik tumor diangkat dan dikirim untuk pemeriksaan histopatologi. Hal yang patut
keharusan melakukan tindakan- tindakan yang lebih sulit, bila nantinya tumor
Berupa benjolan yang soliter (tunggal), berukuran 1cm hingga >1 cm,
mencapai ukuran yang maksimal dalam waktu sekita 6-8 minggu. Tumor ini
berbentuk bulat dengan bagian tepi yang tergulung dan sumpat keratin ditengah.
Dasarnya berwarna merah dan terdapat peradangan, dan bisa terasa sakit.
Lesi ini dapat berevolusi secara spontan dan meninggalkan jaringan parut. Tempat
Klasifikasi Keratoakantoma
1. Keratoakantoma solitar
Jenis keratoakantoma ini adalah papula yang tumbuh dengan cepat yang
bintik hitam berbentuk kubah, di mana ada kawah halus yang diisi dengan
keixitinplug, tengah Lesi berkilau yang halus sangat tajam dari sekitarnya.
6
Gambar 2.1: Keratoakantoma Solitar
2. Keratoakantoma Giant
bawahnya.
yang tumbuh di area lokal, biasanya di wajah, batang tubuh, atau ekstremitas.
7
Morfologi Tumor berbentuk bulat, polycyclic, atau melingkar. Daerah yang
4. Keratoakantoma subungual
Tumor ini sering menyebabkan kerusakan pada tulang yang ada dibawahnya.
Tumor itu berasal dari kuku bagian distal, tumbuh dengan cepat sehingga
5. Keratoakantoma multiple
Lesi ini dapat muncul pada anak-anak dan orang dewasa, tumor ini
menyerang disegala bagian kulit termasuk telapak tangan dan telapak kaki,
8
tetapi khususnya terdapat dimuka dan ektremitas umumnya tidak lebih 12 lesi
dalam satu waktu. Lesi ini biasanya dapat sembuh dengan adanya bekas luka.
6. Keratoakantoma eruptif
Varian yang dicirikan dengan adanya ratusan sampai ribuan papul keratotik
sinar matahari. Keterlibatan pada wajah biasanya parah, dan coalescence lesi di
1. Pemeriksaan histopatologi
dan sumbat keratotik sentral tidak begitu menonjol seperti pada lesi yang
berkembang luas.6
Meskipun sel atipikal tidak khas mewakili sebagian besar sel pada penyakit
bawah tumor. Sarang sel epitel dapat terlepas dari massa tumor utama dan
ditemukan di dermis retikuler superfisial. Lesi dewasa ditandai oleh keratin besar
baik sehingga dalam beberapa kasus bisa menyerupai karsinoma sel skuamosa.
Epidermis di kedua sisi inti pusat meluas di atas area keratotik dengan gambaran
berbeda pada lesi. Sarang dan helai keratinosit dapat ditemukan terpisah dari
bagian utama tumor tapi biasanya tidak meluas lebih rendah dari tingkat kelenjar
keringat. Pada regresi lesi bentuk kawah masih dapat dikenali, namun hiperplasia
9
epitel. Pada dermis superfisial di bawah lesi regresi ada fibrosis dengan
mitosis.6
eosinofil, dan neutrofil adalah ciri umum, dan dalam beberapa kasus mungkin
A B C
Gambar 2.5 : Keratoacanthoma dewasa. A. Pembesaran dengan kekuatan rendah yang
menunjukkan lesi simetris dengan inti keratotik sentral. B. Kompleks tumor dengan
sel eosinofilik besar dengan sel atipikal dan beberapa mitosis. C.Pertumbuhan
perineural sel tumor (neurotropisme).
2.6 Patogenesis
Tumor biasanya muncul di daerah yang terpapar sinar matahari pada pasien
paruh baya atau lebih tua, yang menunjukkan adanya hubungan etiologis dengan
10
paparan sinar ultraviolet. Faktor lain yang mungkin berkontribusi terhadap
menemukan hubungan HPV-25, HPV- 19 dan HPV-48 diisolasi timbul lesi pada
pasien yang human immunodeficiency virus (HIV). Beberapa jenis HPV lainnya
telah dikaitkan dengan keratoakantoma, termasuk tipe 6, 9, 14, 16, 19, 35, 37, 58,
dan 61. Faktor etiologi lain yang terkait dengan aspek genetik dan memberikan
predisposisi genetik untuk perkembangan tumor yaitu, sinar UV, trauma, infeksi.
pada pasien yang berbagai penyakit kulit termasuk psoriasis, lupus eritematosus,
lichen planus, dermatitis atopik, herpes zoster, acne conglobate dan pemfigus.
mungkin terjadi. Demikian pula, sinar UV dapat bertindak tidak hanya dengan
11
karsinogenesis langsung, tetapi juga berdasarkan pada Imunosupresi lokal
Studi tentang ekspresi onkoprotein p53 dan mutasi gen p53 mengungkapkan
ekspresi oncoprotein p53 pada sebagian besar kasus yang diuji lebih dari 10%
dari NF-κB (NEMO). Ada bukti bahwa hilangnya aktivitas NF-κB mengakibatkan
kulit menjadi sel kanker, namun mutasi somatik genetik belum terdeteksi pada
2.7 Patofisiologi
Patofisiologi yang mengakibatkan keratoakantoma masih belum diketahui
12
Tahap pertama faktor pencetus berhubungan dengan terjadinya
fase induksi yanng secara langsung mengubah sel DNA, serta mempengaruhi sel
ditambah sebelumnya ada factor cedera ringan. Faktor kedua adanya inflamasi,
respon inflamasi dapat dimulai dari berbagai rangsangan eksogen dan endogen
dimulai dari hiperemis aktif dari peningkatan aliran darah ke jaringan yang terluka
atau cedera serta diikuti oleh terjadi dilatasi arteri dan kapiler. Hal ini difasilitasi
oleh mediator kimia yaitu prostaglandin, leukotrin, dan oksida nitrat. Akibat dari
dilatasi pada arteri dan kapiler. Darah yang mengalir di daerah yang cedera
menjadi lebih banyak dan tergenang karena aliran darah menjadi lambat. Suhu
tempat terjadinya radang menjadi lebih hangat (kalor) dan memiliki warna merah
(rubor). Daerah hiperemis membentuk kapsul atau pagar yang melokasi sarang
C3a dan C5a, bradikinin, leukotrin, platelet activating faktor (PAF), IL6, dan TNF
α. Memicu kontraksi dan relaksasi sel – sel endotel dinding kapiler yang
13
plasma seperti albumin dan fibrinogen) keluar ke daerah ekstravaskular. Cairan
edema radang atau cairan eksudat dan mengakibatkan kebengkakan lokal (tumor).
juga dengan pengiriman leukosit dari lumen pembuluh darah ke lokasi terjadinya
sebagai untuk fagositosis bakteri yang ada di sel jaringan yang mengalami
kerusakan. Namun ketika leukosit tidak mampu memfagositosis bakteri sel, sel
didalam jaringan yang rusak maka pertumbuhan sel tersebut tidak akan bisa
menjadi matur atau tidak akan mengalami replikasi sel (pembelahan sel) sehingga
menyebabkkan mutasi DNA Sel. Mutasi DNA sel adalah didalam sel terdapat
nucleus sel atau DNA sel. Kerusakan DNA sel ini dinamakan mutasi DNA sel.3
2. Keratosis Seboroik.12
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Farmakologi
14
Sintetis retinoid, isotretinoin, dan etretinate telah digunakan untuk mengobati
dipertimbangkan jika banyak lesi hadir. Grob al, pada tahun 1993, menggunakan
dengan regresi pada 5 dari 6 lesi yang dicatat 3 sampai 7 minggu. Tuntutan
intrinsik larutan 5-FU, 50 mg/mL setiap minggu dan bleomycin 0,5 mg/ml setiap
2.9.2 Non-Farmakologi
A.Terapi Bedah
1. Pembekuan
nitrogen baik dalam bentuk semprotan atau dioleskan dengan kapas. Setelah
pemberian nitrogen akan terjadi pembengkaan atau tanpa lapuhan yang emnegring
biasanya terjadi dalam waktu 3 minggu dan meninggalkan jaringan parut yang
mengganggu penampilan.
15
3. Eksisi
B. Terapi Radiasi
saat operasi tidak dapat dilakukan. Pasien tua yang menderita penyakit mayor
biasanya tidak layak dioperasi. Hasil kosmetik yang sangat baik dapat diperoleh
rumah sakit atau pusat perawatan. Terapi radiasi tidak digunakan pada pasien yang
lebih muda karena sifat karsinogeniknya. Donahue et al, pada tahun 1990,
telah melakukan eksisi bedah berulang. Terapi radiasi juga bisa digunakan pada
2.9.3 Edukasi
faktor pencetus misalnya panas, obat-obatan dan tentunya sinar matahari dan
2.10 Komplikasi
16
2.11 Prognosis
keratoakantoma biasanya tidak pernah kambuh kembali dan bila ada ini
BAB III
KESIMPULAN
Keratoakantoma adalah tumor epitelial jinak yang umum yang berasal dari
folikel pilosebase, Ini terdiri dari keratinisasi sel skuamosa. Dalam fase
dari karsinoma sel skuamosa. Selain itu, dalam beberapa kasus, keratoakantoma
dilaporkan sebagai keganasan tingkat rendah atau dapat berubah menjadi SCC.
17
Terletak di tempat yang terpapar sinar matahari, terutama di sekitar
Hidung atau telinga, serta di kulit kepala. Lesi awal adalah makula merah kusam
yang menjadi papular dan tumbuh dengan cepat selama 2-4 minggu. Secara klinis
hampir mirip dengan skuamous sel karsinoma. Sehingga sangat sukar untuk
histopatologi dari lesi ini. Keratoakantoma pada umumnya dapat sembuh sendiri,
DAFTAR PUSTAKA
1. Burn tory. 2010. Roks text book Dermatology Eight Edition: Willey Black.
2. Stavrianear nikolaos, Multiple keratoacanthoma, Ferguson smith type: 2005.
http://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-Keratoacanthoma.pdf.
3. Corley, Gibson. Keratoacanthoma pathobiology in mouse models. Disease
2014,2, 106-119:10.33390/ disease2020106.
4. Brimamaro pashan, solitary keratoacanthoma involvy upper lip: diagnostic
dilemma case report and brief review, journal oral medicine and pathology
210: 2(1): 34-72.
5. Arnold stephanie, 2016, keratoacanthoma, Depatemen of Dermatology Oxford
university Hospital.
6. Fritzpatrick’s, 2012. Dermatology in General medicine Vol 2: Medical.
7. Machado Har heloisa, keratoacanthoma in the cutaneous area of the upper lip
A case report, 2012: 27 (3): 242-245.
8. Robin Brown, 2005: Dermatology Ed.8: Erlangga Medical series.
9. Davey patric, 2005. At a Glance Medicine Erlangga. Medical series.
18
10. Goldberg, leonard, 2004. Keratoacanthoma as postoperative complication of
skin cancer excision: Dermatology surgery. Departemen of medicine
university Texas.
11. James william, 2006. Andrews disease of the skin: Clinical Dermatology tenth
edition: Elsevier.
12. Prof. Dr. Siregar, 2014. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Jakarta: EGC.
286-288.
19