Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PROPOSAL TERAPI MODALITAS

Di Ruang Merpati RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan


PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

Disusun Oleh :

Ade Putri Ayu, S.Kep 04064821820032


Rahmawati, S.Kep 04064821820028
Nyayu Tania Winda Sari, S.Kep 04064821820019
Fitriyanti, S.Kep 04064821820077

Pembimbing Akademik : Ns. Sri Maryatun, M.Kep


Pembimbing Klinik : Ns. Wahyu Veranovika, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun proposal ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam proposal ini kami membahas mengenai terapi modalitas (terapi musik)
yang diterapkan pada pasien/klien di ruangan Merpati RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan.
Proposal ini dibuat dengan dengan literatur dari jurnal, buku dan internet. Kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada proposal ini. Oleh karena itu,
kami berharap pembaca dapat memberikan saran serta kritik yang membangun untuk
penyempurnaan proposal selanjutnya.
Akhir kata, semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang, Februari 2018

Co-Ners UNSRI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan yang pesat dalam bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang
ekonomi, teknologi, politik, dan budaya serta bidang bidang lain membawa pengaruh
tersendiri bagi perkembangan manusia itu sendiri. Kehidupan yang semakin sulit dan
komplek serta bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat modern
menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan yang mereka alami
sehingga menyebabkan gangguan jiwa. Menurut organisasi kesehatan dunia / WHO
(World Health Organisasion), masalah gangguan kesehatan jiwa diseluruh dunia sudah
menjadi masalah yang serius. WHO menyatakan paling tidak ada satu dari empat orang
didunia mengalami masalah mental diperkirakan ada sekitar 450 juta orang didunia yang
mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006).
Ganguan jiwa terbanyak adalah skizofrenia. Studi epidemologi menyebutkan bahwa
diperkirakan angka prevalensi skizofrenia secara umum berkisar antara 0.2-2.0 %. Di
Indonesia angka prevalensi skizofrenia yang tercatat Departemen Kesehatan berdasarkan
survei pada tahun 2011 di Rumah Sakit antara 0.5-0.15% (Hawari, 2002). Pelayanan
kesehatan jiwa merupakan salah satu upaya mengatasi masalah gangguan jiwa yang ada
di masyarakat. Salah satu upaya tersebut menyediakan sarana pelayanan rumah sakit jiwa
(Nurjanah, 2004). Rumah sakit jiwa merupakan fasilitas utama untuk menangani masalah
gangguan kejiwaan tapi ternyata jumlah rumah sakit jiwa belum cukup memadai untuk
dapat menampung semua penderita gangguan jiwa yang ada.
Menurut Keliat, Wiyono dan Susanti (2011) gangguan jiwa dapat diatasi dengan
farmakologi dan nonfarmakologi, dimana terapi non farmakologi lebih aman digunakan
karena tidak menimbulkan efe samping seperti obat obatan karena terapi norfarmakologi
menggunakan proses fisiologis, namun secara medis kedua terapi ini harus berjalan secara
bersamaan. Salah satu terapi nonfarmakologis yang efektif adalah mendengarkan musik.
Menurut Aldridge (2008) musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah
terapi, music dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan baik fisik,
mental, social, emosional dan spiritual. Musik tidak sekedar memberi efek hiburan, tetapi
mampu membangkitkan gairah dan semangat hidup manusia untuk memberdayakan serta
memaknai hidupnya.
Pada zaman modern ini, terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun
psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau
gangguan psikologis (Adridge, 2008). Terapi musik mudah diterima oleh organ
pendengaran dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan kebagian otak yang
memproses emosi yaitu system limbik. Menurut William dan Wilkins (2005) system
limbic di otak terdapat neurotransmitter yang mengatur mengenai stress, ansietas, dan
beberpa gangguan terkait ansietas. Hasil penelitian O’Sullian (1991, dalam Rusdi dan
Isnawati, 2009) mengemukakan bahwa music dapat memepengaruhi imajinasi,
intelegensi, memori serta dapat mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan
endorphin sehingga terapi musik dapat dilakukan sebagai salah satu penatalaksanaan
untuk pasien dengan gangguan jiwa.
Berdasarkan observasi di Ruang Merpati RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan pasien belum pernah di ikutkan dalam terapi musik, pasien hanya sering diikutkan
kegiatan rehabilitasi dan TAK diruangan, sehingga penulis tertarik untuk melakukan
terapi musik pada pasien di Ruang Merpati RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian terapi musik?
2. Apa tujuan dari terapi musik?
3. Bagaimana manfaat terpi musik?
4. Apa karakteristik dari terapi musik?
5. Bagaimana prosedur terapi musik?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menerapkan terapi musik pada pasien di Ruang Merpati RS
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengertian terapi musik
b. Untuk mengetahui tentang tujuan dari terapi musik
c. Untuk mengetahui tentang manfaat terapi musik
d. Untuk mengetahui prosedur dilakukannya terapi musik
e. Untuk memperagakan terapi musik pada pasien di Ruang Merpati RS Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan
f. Untuk memberdayakan pasien untuk mengikuti terapi musik yang dilakukan

D. Manfaat
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan menerapkan terapi musik pada pasien di Ruang
Merpati RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian terapi musik
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan dari terapi musik
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang manfaat terapi musik
e. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur dilakukannya terapi musik
f. Mahasiswa mampu memperagakan terapi musik pada pasien di Ruang Merpati RS
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
g. Mahasiswa mampu memberdayakan pasien untuk mengikuti terapi musik yang
dilakukan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Modalitas
1. Pengertian Terapi Modalitas
Terapi modalitas yaitu suatu terapi yang dilakukan dengan cara melakukan
berbagai pendekatan penanganan pada klien dengan gangguan jiwa. Terapi modalitas
merupakan terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang
dimiliki klien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Selain
itu juga, definisi dari terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien
dengan gangguan yang bervariasi yang bertujuan untuk mengubah prilaku klien
dengan gangguan jiwa yang awalnya memiliki prilaku maladaptif menjadi prilaku
yang adaptif.
Menurut Perko dan Kreigh (1988), terapi modalitas adalah suatu tehnik terapi
dengan menggunakan pendekatan secara spesifik atau suatu sistem terapi psikis yang
keberhasilannya sangat tergantung pada adanya komunikasi atau perilaku timbal balik
antara pasien dan terapis. Terapi yang diberikan dalam upaya mengubah perilaku mal
adaptif menjadi perilaku adaptif. Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk
memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu berhadapan dan
bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus
bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang
ada ketika menjalani terapi (Nassir, et al, 2011).
Terapi modalitas adalah berbagai macam alternatif terapi yang dapat diberikan
pada pasien gangguan jiwa. Gangguan jiwa merupakan berbagai bentuk
penyimpangan perilaku dengan penyebab pasti belum jelas. Oleh karenanya,
diperlukan pengkajian secara mendalam untuk mendapatkan faktor pencetus dan
pemicu terjadinya gangguan jiwa. Selain itu, masalah kepribadian awal, kondisi fisik
pasien, situasi keluarga, dan masyarakat juga memengaruhi terjadinya gangguan jiwa.
Maramis mengidentifikasi penyebab gangguan dapat berasal dari masalah fisik,
kondisi kejiwaan (psikologis), dan masalah sosial (lingkungan).

2. Tujuan Terapi Modalitas


Pemberian terapi modalitas memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu:
a) Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku klien
b) Mengurangi gejala gangguan jiwa
c) Memperlambat kemunduran
d) Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
e) Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
f) Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
g) Meningkatkan aktivitas
h) Meningkatkan kemandirian
(Gostetamy, 1973).

3. Dasar Pemberian Terapi Modalitas


a) Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku manusia
b) Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi yang
mengandung reaksi( respon yang baru )
c) Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya faktor-faktor
yang sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu sehingga reaksi individu
tersebut dapat diprediksi (reward dan punishment )
d) Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam menunjuang dan
menghambat perilaku individu dalam kelompok sosial
e) Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental emosional dan sosial
ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistik
4. Jenis terapi modalitas
Jenis dari terapi modalitas diantaranya addalah:
a) Terapi individual
Terapi individual adalah suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara
perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Diaman hubungan yang terjalin
merupakan hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan
tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini diharapkan terjadi
perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan.
b) Terapi lingkungan
Terapi lingkungan adalah suatu terapi yang dilakukan dengan cara mengubah
atau menata lingkungan agar tercipta perubahan perilaku pada klien dari perilaku
maladaptive menjadi perilaku adaptif. Proses terapi dilakukan dengan mengubah
seluruh lingkungan menjadi lingkungan yang terapeutik untuk klien. Dengan
lingkungan yang terapeutik akan memberikan kesempatan klien untuk belajar dan
mengubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan
interaksi.
c) Terapi biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical
di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model
konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan
pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis.
Tekanan model medical adalah pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala
dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya perubahan
biokimiawi tertentu.
d) Terapi kognitif
Prinsip terapi ini adalah memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses terapi dilakukan dengan
membantu menemukan stressos yang menjadi penyebab gangguan jiwa,
selanjutnya mengidentifikasi dan mengubah pola fikir dan keyakinan yang tidak
akurat menjadi akurat.
e) Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
dimana setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi sebagai terapis. Terapi
ini bertujuan agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya dalam merawat klien
dengan gangguan jiwa. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga
yang mengalami disfungsi; yaitu keluarga yang tidak mampu melaksanakan fungsi-
fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
f) Terapi kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang diberikan kepada
sekelompok pasien dilakukan dengan cara berdiskusi antar sesama pasien dan
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang
telah terlatih.
g) Terapi perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul
akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam
terapi jenis ini adalah: role model, kondisioning operan, desensitisasi sistematis,
pengendalian diri dan terapi aversi atau releks kondisi.
h) Terapi bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan
dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi
verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status
emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk
mengatasi masalah anak tersebut.

B. Terapi Musik
Menurut Surya (2012) tujuan dari terapi musik adalah memberikan pelayanan bagi
mereka yang dianggap perlu untuk mendapatkannya khususnya pada penderita yang ada
di YPAC, yang mengalami hambatan fisik motorik mental intelegency maupun sosial
emosinya. Dengan bermain musik diharapkan dapat merangsang dan menarik penderita
untuk mengikuti alur irama yang selanjutnya menciptakan suasana santai, gembira yang
pada akhirnya adanya perubahan yang positif dalam arti penderita bisa melaksanakan
dan mengikuti program kegiatan yang ada di terapi musik.
1. Tujuan umum terapi musik
a) Membuat hati dan perasaan seseorang menjadi senang dan terhibur
b) Membantu mengurangi beban penderitaan seseorang
c) Tempat pemyaluran bakat seseorang
2. Tujuan khusus terapi musik
a) Untuk menumbuhkan potensi-potensi yang ada pada penderita, serta
memfungsikan sisa-sisa kemampuan yang ada pada penderita berkelainan
b) Musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental,
emosional, sosial dan spiritual.
c) Penderita akan tumbh menjadi seseorang yang percaya diri dan merasa bisa berbuat
atau beraktivitas sperti manusia pada umumnya.
d) Dengan diberikannya terapi musik diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan ketegangan-ketegangan penderita pada aspek sosial, emosioanl,
mental intelegency dan fisik motorik
BAB III
TERAPI MUSIK

A. Pengertian
Terapi musik adalah suatu proses yang menggembangkan antara aspek
penyembuhan dan musik itu sendiri dengan kondisi dan situasi; fisik/ tubuh, emosi,
mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan sosial seseorang. Terapi musik adalah metode
penyembuhan dengan musik melalui energi yang dihasilkan dari musik atau
mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual. Dalam kedokteran,
terapi musik disebut juga sebagai terapi pelengkap (Complementary Medicine).
Potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk
penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis
musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan, sperti
musik klasik, intrumentalia, slow music, orchestra dan musik modern lainnya. Tetapi
beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan jenis musik tertentu seperti pop,
disco, rock and roll, dan musik berirama keras (anaspetic beat) lainnya, Karena jenis
musik dengan anspetic beat (2 beat pendek, 1 beat panjang dan kemudian pause)
merupakan irama yang berlawanan dengan irama jantung. Musik lembut dan teratur
seperti intrumentalia dan musik klasik merupakan musik yang sering digunakan untuk
terapi musik (Potter, 2005).
1. Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang
terapis yang terakreditasi untuk meningkatkan, mempertahankan, dan
mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional, dan spiritual. Terapi musik
adalah suatu bentuk terapi dengan mempergunakan musik secara sistimatis,
terkontrol dan terarah didalam:
 Menyembuhkan
 Merehabilitasi
 Mendidik
 Melatih anak-anak dan orang dewasa yang menderita ganguan fisik, mental ,
atau emosional.
2. Terapi musik adalah suatu kegiatan dalam belajar yang mempergunakan musik
untuk mencapai tujuan-tujuan seperti:
 Merubah tingkah laku
 Menjaga/memelihara agar tingkah atau kemampuan yang telah dicapai tidak
mengalami kemunduran
 Mengembangkan kesehatan fisik dan mental
3. Terapi musik adalah suatu disiplin ilmu yang rasional yang member nilai tambah
pada musik sebagai dimensi baru secara bersama dapat mempersatukan seni ilmu
pemgetahuan dan emosi (perasaab cintam kasih sayang dan lain sebagainya).

B. Model Terapi Musik


Dalam kongres terapi musik ke-9 di Washington tahun 1999 (Djohan, 2006)
,dipersentasikan lima model terapi musik, terapi musi tersebut adalah:
a) Guide Imagery And Music dari Helen Bony
Merupakan terapi yang disusun secara berurutan guna mendukung, membangkitkan ,
dan memperdalam pengalaman yang terkait dengan kebutuhan psikologis dan
fisiologis. Sepanjang perjalanan musik yang didengar, klien diberi kesempatan untuk
menghayati barbagai aspek kehidupannya melalui imajinatif. Musik yang berjalan
akan membantu klien mendekontruksikan kisah kehidupan lama dan menstimulinya
dengan hal-hal baru.
b) Creative Music Therapy dari Poul Nordoff & Clive Robbins
Merupakan terapi yang memposisikan klien dan terapis sebagai pusat pengalaman.
Bermain musik adalah focus dalam sesi terapi dan mulai dari awal terapi individu
dan pengalaman musikal akan diserap melalui sesi-sesi yang berlangsung.
c) Behavioral Music Therapy dari Clifford K. Maden
Yaitu terapi yang menggunkan musik sebagai kekuatan atau isyarat stimulus untuk
meningkatkan atau memodifikasi perilaku adaptif dan menghilangkan perilaku mal-
adaptif. Musik disini digunakan untuk membantu program memodifikasi perilaku.
d) Improvisasi Music Therapy
Yaitu terapi yang didasarkan atas pemahaman suatu terapi musik akan berhasil jika
klien dibebaskan untuk mengembangkan kreasinya, memainkan, atau
memperlakukan alat musik sekehendak hati. Terapis sama sekali tidak memberikan
intervensi, mencampuri atau ataupun memberikan peraturan, struktur, tema, ritme,
maupun bentuk musik. Dalam arti , tanpa seseorang terapi professional ppun terapi
ini bisa dilaksanakan. Adapun batasnya adalah penggunaan musik yang terpantau
dalam proses pengobatan, rehabilitasi, pendidikan, atau pelatihan bagi anak-anak
atau orang dewasa yang mengalami gangguan fisik, mental, atau emosional. Tiga
pendekatan yang diwujudkan untuk menolong klien yang membutuhkan bantuan,
yaitu:
1. Pendekatan klinis
Terapi musik digunakan sebagai bagian dari terapi medis atau psikologis yang
sedang dijalani klien untuk mengatasi hambatan fisik, mental, atau emosional
2. Pendekatan rekrasional
Musik digunakan sebagai sarana hiburan, tidak ada tuntutan apapun yang
idmintai dari klien , karena tujuannya untuk menciptakan suasana hati yang
positif bagi klien.
3. Pendekatan edukatif
Penerapan terapi musik dalam lingkungan pendidikan yang dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan belajar. Pendidikan yang diberikan tidak
memiliki target tertentu dan tidak ditetapkan untuk mencapau suatu tingkat
kemampuan tertentu karena penerima terapi adalah anak-anak atau orang
dewasa yang mengalami gangguan atau mempunyai hambatan.

e) Analisis Music Therapy dari Mary Priesely


Merupakan jenis terapi musik yang mengijinkan klien bertukar infirmasi sebanyak-
banyaknya dengan terapis. Dialog yang terjadi memungkinkan terapu menggali alam
bawah sadar klien. Landasan kerjanya merupakan gabungan antara konsep-konsep
Psikoanalisis dengan kebebasan ber-improvisasi pada terapi musik improvisasi.

C. Jenis Jenis Terapi Musik


Menurut Natalia (2013), terapi musik terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Aktif-kreatif
Terapi musik dengan melibatkan klien secara langsung untuk ikut aktif dalam sebuah
sesi terapi melalui: menciptakan lagu (composing) yaitu klien diajak untuk
menciptakan lagu sederhana ataupun membuat lirik atau terapis yang melengkapi
secara harmoni; improvisasi yaitu klien membuat musik secara spontan dengan
menyanyi ataupun bermain musik pada saat itu juga atau membuat improvisasi dari
musik yang diberikan oleh terapis. Improvisasi dapat juga sebagai ungkapan
perasaan klien akan suasana hatinya, situasi yangt dihadapi maupun perasaan
terhadap seseorang; dan re-creating musik yaitu klien menyanyi dan akan melatih
pernafasan, pengucapan kata-kata yang teratur, artikulasi dan juga melatih lafal
bicara yang jelas. Lirik lagu yang sesuai juga dapat menjadi bahan diskusi yang
mengungkapkan perasan klien.
2. Pasif-reseptif
Pada sesi reseptif: klien akan mendapatkan terapi dengan mendengarkan musik.
Terapi ini akan menekankan pada physical, emotional intellectual, aesthetic or
spiritual dari musik itu sendiri sehingga klien akan merasakan ketenagangan atau
relaksasi. Musik yang digunakan dapat bermacamjenis gaya yang terganting dengan
kondisi yang dihadapi klien.

D. Manfaat Terapi Musik


Terapi musik merupakan pengobatan secara holistic yang langsung menuju pada
symptom penyakit. Terapi ini akan berhasil jika ada kerjasama antara klien dengan
terapisnya. Proses pemnyembuhan sepenuhnya tergantung pada kondisi klien, apakah
seseorang benar-benar siap menerima proses secara keseluruhan.
Menurut Yanuarita (2012) terdapat 10 manfaat utama dari terapi musik yang
dikemukakan oleh pakar terapi musik, sebagai berikut:
a. Relaksasi, mengistirahatkan tubuh dan pikiran
Terapi musik dapat memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk
mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi yang sempurna
tersebut, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami reproduksi, penyembuhan alami
berlangsung, produksi hormone tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami
penyegaran.
b. Meningkatkan kecerdasan
Penelitian yang dilakukan oleh Frances Rauscher et al dari Universitas
California telah membuktikan tentang hal ini. Penelitian ini juga membuktikan
masa dalam kandungan dan bayi adalah waktu yang tepat menstimulasi otak anak
agar menjadi cerdas.
c. Meningkatkan motivasi
Motivasi merupakan hal yang hanya biasa dihasilkan dari perasaan dan mood
(suasana hati) tertentu. Dari hasil penelitian, ternyata Janis musik tertentu bisa
meningkatkan motivasi, semangat dan meningkatkan level energy sesorang.

d. Pengembangan diri
Musik yang didengarkan menentukan kualitas pribadi diri. Hasil penelitian
membuktikan bahwa seseorang yang mempunyai masalah perasaan, biasanya
cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaanya. Apabila musik
yang didengarkan adalah musik motivasi, perasaan yang bermasalah akan berubah
secara sendirinya menjadi lebih menyenangkan.
e. Meningkatkan kemampuan mengingat
Terapi musik dapat meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini
terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak berdekatan dengan
memori (ingatan). Atas dasar inilah maka banyak sekolah-sekolah modern di
Amerika dan Eropa untuk meningkatkan prestasi akademik siswa menerapkan
terapi musik.
g. Mengurangi rasa sakit
Musik bekerja pada system syaraf otonom yaitu dengan system saraf yang
bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung, fungsi otak,
mengontrol perasaan dan emosi. Ketika seseorang sakit, dia akan merasa takut,
frustasi dan marah, hal inilah yang membuat otot-otot tubuh menjadi menegang.
Sehingga menyebabkan rasa sakit yang smeakin parah. Mendengarkan musik dapat
menimbukan rasa rileks untuk meregangkan otot-otot yang tegang
h. Menyeimbangkan tubuh
Membuat penelitian para ahli, stimulasi musil membantu menyeimbangkan
organ keseimbangan yang terdapat ditelinga dan otak. Jika organ keseimbangan
sehat, maka kerja organ tubuh lainnya juga menjadi seimbang dan lebih sehat.
i. Meningkatkan kekebalan tubuh
Riset yang dilakukan para ahli mengenai efek musik terhadap tubuh manusia,
telah menyimpulkan bahwa: apabila jenis musik yang didengar sesuai dan dapat
diterima oleh tubuh manusia, dapat bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon
(serotonin). Hormon tersebut dapat menimbulkan rasa nikmat sehingga tubuh akan
menjadi lebih kuat dengan meningkatnya system kekebalan tubuh dan membantu
menjadi lebih sehat.
j. Meningkatkan olahraga
Mendengarkan musik ketika berolahraga dapat menjadikan olahraga yang
lebih baik dengan beberapa cara, diantaranya meningkatkan daya tahan,
meningkatkan mood dan mengalihkan dari setiap pengalaman yang tidak nyaman
selama ini.

E. Jenis Musik Dan Pengaruh


Menurut berbagai sumber kepustakaan, jenis musik tertentu memiliki pengaruh
terhadap fisik dan psikologis. Berikut menggambarkan pegaruh jenis musik yang di
dengar oleh manusia.

Musik dan Pengaruhnya


No. Jenis Musik Pengaruh Sumber
1. Musik Rock Pemicu kecenderungan merusak Merrit (2003)
diri dan keinginan bunuh diri pada
kaum remaja dan dewasa muda
2. Musik yang Merusak sistem tubuh, Merrit (2003)
berirama anapestic bertentangan dengan ritme tubuh
(tekanan diakhir)
3. Musik hangar Memisahkan tubuh dan jiwa serta Merrit (2003)
bingar, sumbang pemicu sifat agresif dan menentang
4. Musik yang bising Kegelisahan merupakan ritme yang Khan (2002)
(berasal dari merusak tubuh
kegelisahan)
5. Tangga nada lydis Ditolak plato karena dianggap Plato (Prier, 2002)
(c’-c) terlalu lunak dan kurang jantan
6. Musik Ricard Agresif (serdadu Hitler) Merrit (2003)
Wagner
7. Komposisi klasik Melemahkan otot Merrit (2003)
Rite of spring karya
Stravinsky, dan La
Valse karya ravel
8. Musik yang Melemahkan jiwa, agresif, perilaku Khan (2002)
mengumbar hawa tidak terkendali, liar, budi pekerti
nafsu dan syahwat, rendah
syair ratapan dan
menyesali nasib
(rendah moral)
9. Tangga nada doris Meniru keadaan jiwa mereka yang Plato (prier, 2002)
(e’-e) tangga nada penuh kebijasanaan bertugas
mulia memimpin negara
10. Tangga nada frigis Penuh sifat aktif, meniru semangat Plato (prier, 2002)
(d’-d) tanda nada perjuangan para pahlawan
menyala, berapi-api
11. Musik klasik Kompleksitas tinggi, matematis, Bodner (2002),
terstruktur memiliki keseimbangan A.M.S., Merrit
yang tinggi, dinamis, kreatif, (2003), Mandule
menigkatkan kecerdasan dan (2002)
kecerdasan spatial
12. Musik gregorian Bersifat spiritual, memberi Madanule (2002),
kedamaian, kesadaran yang tenang Prier (2002)
13. Musik tradisional Musik yang mengajarkan jati diri ATM, SS,
daerah (etnis) individu secara umum Rachmawati (1998)
14. Jenis musik lembut Melembutkan hati, menenangkan, ATM, SS,
melatih keanggunan, reduksi stres, Rachmawati (1998)
dan meningkatkan prosuktifitas

F. Respon Fisiologis Terhadap Musik


Jenis musik yang dimainkan (seperti musik yang menenangkan) dapat menentukan
perubahan fisiologis. Musik yang menenangkan dapat mengubah dengan menurunkan
hormon rsepsi seseorang tentang waktu dan dapat menghasilkan respon hipometabolis
yang mirip dengan respon relaksasi yang mengubah sistem autonimik, kekebalan,
endokrin (Young & Koopsen, 2007). Dengan metabolisme yang baik, tubuh akan mampu
membangun sistem kekebalan tubuh yang baik, dan dengan sistem kekebalan yang baik
tubuh menjadi kuat atau lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit. Musik
dapat mengubah fungsi-fungsi fisik dalam tubuh, seperti perubahan detak nadi, kekuatan
otot, dan sirkulasi darah. Selain berpengaruh terhadap kinerja jantung, ritme atau irama
juga mempengaruhi gerakan otot dan setiap sel, molekul dan atom dalam tubuh, sehingga
musik yang didengar bisa merangsang atau menenangkan, menyeimbangkan atau dapat
pula mengganggu atau mengacaukan. Musik dapat meningkatkan serotonin dan
pertumbuhan hormon yang sama baiknya ACTH (Ardenal Corticotropin Hormon).
Pemberian intervensi terapi musik membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa
aman, sejatera, melepaskan rasa gembira dan sedih, menurunkan rasa sakit dan juga
menurunkan tingkat stress. Hal ini terjadi karena adanya penurunan ACTH yang
merupakan hormon stress (Satiadarma, 2007).

G. Prosedur Terapi Musik


Terapi msuik tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli terapi, walau mungkin
membutuhkan bantuannya saat mengawali terapi musik. Untuk mendorong peneliti
mencipatakan sesi terapi musik sendiri, berikut ini beberapa dasar terapi musik yang
dapat anda gunakan untuk melakukannya:
1) Untuk memulai melakukan terapi musik, khusunya untuk relaksasi, peneliti dapat
memilih sebuah tempat yang tenang, yang bebas dari gangguan. Peneliti dapat juga
menyempurnakannya dengan aroma lilin wangi aromaterapi guna membantu
menenangkan tubuh.
2) Untuk mempermudah, peneliti dapat mendengarkan berbagai jenis musik pada
awalnya. Ini berguna untuk mengetahui respon dari tubuh responden. Lalu
anjurkan responden untuk duduk di lantai, dengan posisi tegak dan kaki bersilang,
ambil nafas dalam-dalam, tarik dan keluarkan perlahan-lahan melalui hidung
3) Saat musik dimainkan, dengarkan dengan seksama instrumennya, seolah-olah
pepemainnya sedang ada di ruangan memainkan musik khusus untuk responden.
Peneliti bisa memilih tempat duduk lurus di depan speker,a tau bisa juga
menggunakan headphone. Tapi yang terpenting barkan suar musik mengalir
keseluruh tubuh responden, bukan hanya bergaung di kepala
4) Bayangkan gelombang suara itu datang dari speker dan mengalir ke fokuskan
dalam jiwa. Fokuskan di tempat mana yang ingin meneliti sembuhkan, dan sura itu
mengalir e sana. Dengarkan, sembari responden membayangkan alunan musik itu
mengalir melewati seluruh tubuh dan melengkapi kembali sel-sel, melapisi tipis
tubuh dan organ dalam responden.
5) Saat peneliti melakukan terapi musik, responden akan membanguna metode ini
melakukan yang terbaik bagi diri sendriri. Sekali telah mengetahui bagaimana
tubuh merespon pada instrumen, warna nada, dan gaya musik yang didengarkan,
responden dapata mendesain sesi dalam serangkaian yang telah dilakukan sebagai
hal yang paling berguna bagi diri sendiri
6) Idealnya, peneliti dapat melakukan terapi musik selama kurang lebih 30 menit
hingga satu jam tiap hari, namun jika tak memiliki cukup waktu 10 menit pun jadi,
karena selama waktu 10 menit telah membantu pikiran responden beristirahat
(Panaoe, 2006).
BAB IV
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
“Terapi Musik”

NO. PROSEDUR
PRE INTERAKSI
1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2. Siapkan alat-alat
3. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4. Cuci tangan
TAHAP ORIENTASI
5. Beri salam dan panggil klien dengan namanya
6. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
TAHAP KERJA
7. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8. Menanyakan keluhan utama klien
9. Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
10. Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti
relaksasi, stimulsi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit

11. Menetapakan ketertarikan klien terhadap musik


12. Identifikasi pilihan musik klien
13. Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagai penglaman dalam musik
14. Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
15. Bantu klein untuk memilij posisi yang nyaman
16. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon
selama mendengarkan musik
17. Dekatkan tape musik/CD dan perlengkapan dengan klie
18. Pastikan tape musik/CD dan perlengkapan dalam kondisi baik
19. Dukung dengan headphone jika diperlukan
20. Nyalakan musik dan lakukan terapi musik
21. Pastikan volume masuik sesuai dan tidak terlalu keras
22. Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama
23. Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat musik atau
bernyayi jika diinginkan dan memungkinkan saat itu
24. Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut
25. Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti
relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit
26. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik
27. Identifikasi pilihan musik klien
FASE TERMINASI
28. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
29. Simpulkan hasil kegiatan
30. Berikan umpan balik positif
31. Kontrak pertemuan selanjutnya
32. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
33. Bereskan alat-alat
34. Cuci tangan
DOKUMENTASI
35. Catat hasil kegiatan di dalam catatan perkembangan
- Nama px, umur, jenis kelamin, dll
- Keluhan utama
- Tindakan yang dilakukan (terapi musik)
- Lama tindakan
- Jenis terapi musik ynag diberikan
- Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik
- Respon pasien
- Nama perawat
- Tanggal pemeriksaan
BAB V
HASIL PEMBERIAN TERAPI

A. Pelaksanaan Kegiatan
1. Jenis Kegiatan : Terapi musik pasif-reseptif
2. Genre Musik : Dangdut remix
3. Jumlah Lagu : 2 (dua) lagu
4. Durasi Terapi : 40 Menit
5. Tujuan Terapi : Menghilangkan stress dan beban pikiran yang sedang
dialami
oleh peserta kegiatan.

B. Peserta Kegiatan
No. Nama Peserta Usia Kegiatan Selama Terapi
1. Tn. E 23 Mendengarkan, berjoget, dan bernyanyi
2. Tn. H 33 Mendengarkan, berjoget, dan bernyanyi
3. Tn. M 30 Mendengarkan, berjoget, dan bernyanyi
4. Tn. J 38 Mendengarkan, berjoget, dan bernyanyi
5. Tn. N 30 Mendengarkan, bernyanyi
6. Tn. B 40 Mendengarkan, berjoget, dan bernyanyi

C. Hasil Pretest (sebelum mendengarkan musik)


No. Peserta Total Kategori stress

1. Tn. E 70 Ringan

2. Tn. H 75 Ringan

3. Tn. M 81 Sedang

4. Tn. J 71 Ringan

5. Tn. N 80 Sedang

6. Tn. B 79 Sedang
D. Hasil Posttest (setelah mendengarkan musik)
No. Peserta Total Kategori stress

1. Tn. E 41 Normal

2. Tn. H 52 Normal

3. Tn. M 70 Ringan

4. Tn. J 70 Ringan

5. Tn. N 65 Normal

6. Tn. B 53 Normal

Keterangan :
Tingkat stress Nilai
Normal 0-69
Ringan 70-78
Sedang 79-86
Berat 87-89
Sangat Berat 90-91

E. Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest


Nilai Nilai Selisih
No. Peserta Kegiatan
Pretest Posttest Nilai
1. Tn. E 70 41 29
2. Tn. H 75 52 23
3. Tn. M 81 70 11
4. Tn. J 71 70 1
5. Tn. N 80 65 15
6. Tn. B 79 53 26

Keterangan : terjadi penurunan yang signifikan

F. Pembahasan
Berdasarkan nilai hasil pretest dan posttes yang telah diperoleh maka terapi musik
yang telah dilakukan dapat memberikan efek yaitu menurunkan tingkat stress dan beban
yang dialami oleh peserta kegiatan.
Hal ini sesuai dengan tujuan kegiatan yang ditetapkan yaitu untuk menghilangkan
stress dan beban pikiran yang sedang dialami oleh peserta kegiatan dan juga sesuai
dengan beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan. Dengan demikian pemberian
terapi musik yang telah dilakukan dapat dikategorikan berhasil dan bermanfaat bagi
peserta kegiatan.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan jiwa dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi
nonfarmakologi lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan efek samping seperti
obat-obatan, karena obat nonfarmakologis yang efektif adalah terapi musik. Terapi musik
adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh seseorang terapis untuk
meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional
dan spiritual. Terapi musik diberikan kepada seseorang yang dianggap perlu untuk
mendapatkannya. Terdapat berbagai jenis musik yang dapat digunakan dalam terapi
musik. Tujuan dari terapi musik untuk mengobati penyakit dan meningkatkan
kemampuan pikiran seseorang.

B. Saran
1. Bagi keluarga pasien
a. Berikan dukungan dalam terapi musik pada pasien
b. Dapatkan tim yang jelas tentang tujuan dan tindakan terapi dari tim medis.
c. Kenali gejala yang timbul dan segera memerlukan perawatan medis.
2. Bagi perawat atau tim medis
a. Tetapkan intervensi terapi musik sesuai dengan pengkajian
b. Berikan informasi yang jelas kepada keluarga maupun klien tentang tujuan dan
tindakan yang akan dilakukan.
c. Berikan penyuluhan mengenai penyebab, gejala, pengobatan dan pencegahan.

DOKUMENTASI

“Terapi Musik Di Ruang Merpati”


DAFTAR PUSTAKA

1. Adridge, D. (2008). Melody in music therapy: a therapeutic narrative analysi.


London : Jessica Kingsley Publisher
2. Keliat, B.A., Wiyono, A.P., & Susanti, H. (2011). Managemen kasus gangguan jiwa:
CMHN (inttermediate course). Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai