PENDAHULUAN
Indonesia. Berdasarkan sumber Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI 2014
hipertensi dalam kehamilan (27,1%), infeksi (7,3%), partus lama (0%) dan
abortus (0%). Selain penyebab obstetri, kematian ibu juga disebabkan oleh
penyebab lainlain (non obstetrik) sebesar 40,8%. Perdarahan dalam obstetri dapat
terjadi pada setiap usia kehamilan. Perdarahan obstetri dapat dibagi menjadi
kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak plasenta lahir pada
umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan
penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu
Organization, 2008 angka kematian ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak
1
536.000. Kematian ini dapat disebabkan oleh 25% perdarahan, 20% penyebab
tidak langsung, 15% infeksi, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8%
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Perdarahan antepartum (APH) didefinisikan sebagai perdarahan dari jalan
lahir setelah 24 minggu (beberapa penulis mendefinisikan ini sebagai minggu ke-
20, yang lain sampai minggu 28) kehamilan. Hal ini dapat terjadi setiap saat
sampai tahap persalinan selesai.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan,
yaitu usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Pada triwulan terakhir kehamilan
sebab-sebab utama perdarahan adalah plasenta previa, solusio plasenta dan
ruptura uteri. Selain oleh sebab-sebab tersebut juga dapat ditimbulkan oleh luka-
luka pada jalan lahir karena trauma, koitus atau varises yang pecah dan oleh
kelainan serviks seperti karsinoma, erosi atau polip.
3
Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uterus. Sejalan dengan
bertambahnya membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawaha rahim
ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri
yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa
mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena
ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika
pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam masa
intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh
karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam
asuhan antenatal ataupun intranatal.
4
uteri internum. Pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir
pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
5
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
5. Kehamilan janin kembar, plasenta yang terlalu besar seperti pada
kehamilan ganda dan eritoblastosis fetalis bisa menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
6. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
7. Kadang-kadang pada malnutrisi.
8. Riwayat perokok, pada perempuan perokok dijumpai insidensi
plasenta previa lebih tinggi dua kali lipat. Hipoksemia akibat
karbon mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan
plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi.
E. Diagnosis Banding
1. Solusio Plasenta
2. Vasa Praevia
3. Kelainan serviks uteri : servisitis, polip serviks, karsinoma serviks
4. Trauma : ruptura uteri, laserasi vagina, perdarahan pasca senggama
5. Varises vagina pecah
F. Patofisiologis
6
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa
umumnya terjadi pada trimester ketiga kehamilan . Karena pada saat itu
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan berkaitan dengan
makin tuanya kehamilan .
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat
sejak kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen
bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan
serviks membuka. Dengan demikian plasenta yang berimplitasi di segmen
bawah uterus tersebut akan mengalami pergeseran dari tempat implantasi
dan akan menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna merah segar,
bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis marginali dari
plasenta.
G. Komplikasi
1. Prolaps tali pusat
2. Prolaps plasenta
3. Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kuretase
4. Robeka-robekan jalan lahir karena tindakan
5. Perdarahan post partum
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak
7. Bayi prematur atau lahir mati
8. Anemia
H. Prognosis
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas
dan morbiditas pada ibu dan bayi tinggi, mortalis ibu mencapai 8-10% dan
mortalitas janin 50-80%.
7
Sekarang penangan relatif bersifat operatif dini sehingga angka
kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal
menjadi 0,1-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara,
dan trauma karena tindakan.kematian perinatal juga turun menjadi 7-25%
terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli dan
persalinan buatan atau tindakan.
I. Pencegahan.
a. Multiparitas, merupakan salah satu factor penyebab bisa terjadinya
plasenta previa
b. Usia ibu tidak boleh lebih dari 35 tahun karena merupakan salah
satu factor penyebab bisa terjadinya plasenta previa.
c. mengetahui Riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.
d. mengetahui Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesaria
(risiko meningkat seiring peningkatan jumlah seksio sesaria).
e. USG dapat mengetahui hamil tunggal atau ganda (ukuran plasenta
lebih besar pada kehamilan ganda).
f. Tidak merokok (kemungkinan plasenta berukuran lebih besar
karena rokok).
8
3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang
terlepas.
Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk
perdarahan:
1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang
membentuk hematoma retroplacenter
3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong
amnion.
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya,
yaitu:
1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang,
belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang
1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre
renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-
2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda
renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3
bagian atau keseluruhan.
9
D. Diagnosa Solusio Plasenta
1. Anamnesis
a. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
b. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan
sekonyong-konyong(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan
bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman
c. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan
akhirnya berhenti
d. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-
kunang.
e. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang
lain.
2. Inspeksi
a. Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
b. Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
c. Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
3. Palpasi
a. Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
b. Uterus tegang dan keras seperti papan yang
disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun
di luar his.
c. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
d. Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus)
tegang.
4. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar
biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya
hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian.
5. Pemeriksaan dalam
a. Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
10
b. Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan
tegang.
c. Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan,
disebut prolapsus placenta.
6. Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien
sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan
pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil.
7. Pemeriksaan laboratorium
a. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat
ditemukan silinder dan leukosit.
b. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-
match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi
kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia.
8. Pemeriksaan plasenta.
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta
yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku
yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang
disebut hematoma retroplacenter.
9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain
terlihat daerah terlepasnya plasenta, janin dan kandung kemih ibu,
darah, tepian plasenta.
11
Plasenta previa disertai perdarahan tanpa rasa nyeri dan biasanya
terdiagnosis dengan ultrasonografi.
3. Penyebab perdarahan yang tidak dapat ditentukan.
Pada paling sedikit 20% kasus, penyebab perdarahan antepartum
tidak dapat ditentukan. Namun, jika masalah-masalah serius dapat
disingkirkan, perdarahan tidak terdiagnosis ini jarang berbahaya.
12
kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian
sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir.
Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali
selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan
demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri
ataspembentukab hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang
lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian plasenta kecuali
terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir.
Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta
disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma
retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari
sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang
terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih
luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar
merembes antara selaput ketuban dan miometrium untuk selanjutnya
keluar melalui serviks ke vagina (revealed hemorrhage).
Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi
mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh
arteria spiralis yang terputus. Walaupun jarang, terdapat perdarahan
tinggal terperangkap di dalam uterus (concealed hemorrhage).
13
pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering
tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan
hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi
nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan
terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan
proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks
ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui
dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin
dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal
meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya,
pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin
menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan
darah.
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya
disebabkan oleh hipofibrinogenemia. Kadar fibrinogen plasma
normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450 mg%, berkisar
antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari
100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam
otot-otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga
dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan
kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau
ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini
14
harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam
membantu menghentikan perdarahan.
I. Pencegahan
a. Batasi asupan kafein
b. Berhenti merokok
c. Harus mendapatkan perawatan kehamilan ( ANC ) secara rutin
d. Jauhkan diri dari alkohol
15
Insersio velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada
jaringan plasenta, tetapi pada selaput janin sehingga pembuluh darah
umblikus berjalan diantara amnion dan korion menuju plasenta.
Insersi velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin.
Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi
velamentosa, tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput
janin. Kelainan ini merupakan kelainan insersi funiculus umbilikalis
dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena
pembuluh darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh
darahnya berjalan antara funiculus umbilikalis dan plasenta melewati
membran. Bila pembuluh darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri
internum, maka disebut vasa previa.
Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban
pecah, vasa previa dapat terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang
berasal dari anak. Gejalanya ialah perdarahan segera setelah ketuban
pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat
bunyi jantung anak menjadi buruk.
16
janin. Kalau pembuluh darah tersebut berjalan di daerah oestium uteri
internum maka disebut vasa previa. Hal ini dapat berbahaya bagi janin
karena bila ketuban pecah pada permulaan persalinan pembuluh darah
dapat ikut robek sehingga terjadi perdarahan inpartum dan jika
perdarahan banyak kehamilan harus segera di akhiri.
17
segala kemungkinan penyulit yang ada, salah satunya insersio
velamentosa ini.
18
Pada insersi velamentosa, tali pusat dihubungkan dengan plasenta
oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan insersi funiculus
umbilikalis dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta.
Karena pembuluh darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh
darahnya berjalan antara funiculus umbilikalis dan plasenta melewati
membran.
Bila pembuluh darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri
internum, maka disebut vasa previa. Vasa previa ini sangat berbahaya
karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat terkoyak dan
menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah
perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini
berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi
buruk.
Bila perdarahan banyak, maka kehamilan harus segera diakhiri.
Perdarahan vasa previa sering diikira sebagai plasenta previa atau
solusio plasenta. Untuk membedakannya dapat dilakukan tes sebagai
berikut. Kira-kira 2 atau 3 cc darah yang keluar dicampur air dalam
jumlah yang sama lalu disentrifusi dengan kecepatan 2000 rpm selama
2 menit. Supernatan dipisahkan, lalu dicampurkan dengan NaOH 0,25
N dengan perbandingan 5 : 1.
I. Pencegahan
19
Tidak ada pencegahan khusus pada Insersio Valementosa, hanya
dengan melakukan minimal ANC Program Pemerintah 4x dalam
kehamilan.
20
4. Kelainan bawaan: kehamilan dalam bagian ruptur (horn) yang
tidak berkembang.
5. Sebelum kelahiran anak : his spontan yang kuat dan terus-menerus,
pemakain oksitosin atau prostaglandin untuk merangsang
persalinan, instilasi cairan ke dalam kantong gestasi atau ruang
amnion seperti larutan garam fisiologik atau prostaglandin,
perforasi, dengan kateter pengukur tekanan ruptur sinus
marginalis, trauma luar tumpul atau tajam, versi luar, pembesaran
ruptur yang berlebihan misalnya hidramnion dan kehamilan ganda.
6. Dalam periode intrapartum versi-ekstraksi cunam yang sukar,
ekstraksi bokong, ruptur janin yang menyebabkan distensi
berlebihan pada segmen bawah ruptur, tekanan kuat pada uterus
dalam persalinan, kesulitan dalam melakukan manual plasenta.
7. Cacat ruptur yang didapat: plasenta inkreta atau perkreta, neoplasis
trofoblas gestasional, adenomiosis, ruptur Sinus Marginalis uterus
gravidus inkarserata.
21
pergerakan anak masih terasa dan ruptur diraba; kepala terasa
pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang – kunang. Ibu
terlihat anemis yang tidak sesuai denga jumlah darah yang keluar
pervaginam; kadang ibu dapat menceritakan trauma dan ruptur
kausal yang lain.
2. Inspeksi
Terlihat pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan;
pucat, sianosis dan berkeringat dingin; terlihat darah yang
berwarna kehitam – hitaman keluar pervaginam (tidak selalu).
3. Palpasi
Teraba tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan, uterus tegang ruptur seperti papan yang disebut uterus
in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun diluar his nyeri
tekan ditewmpat plasenta terlepas bagian – bagian janin masih
mudah diraba, walau perut (uterus) tegang.
4. Auskultasi
Dapat dilakukan walau uterus tegang, bila denyut jantung
terdengar biasanya diatas 140, kemudian turun dibawah 100 dan
akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga
bagian.
5. Pemeriksaan dalam
Dapat diraba serviks uteri telah terbuka atau masih tertutup;
kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan
tegang, baik sewaktu his maupun diluar his; apabila plasenta sudah
pecah dan sudah terlepas seluruhnya plasenta ini akan turun
kebawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut ruptur plasenta, ini
sering meragukan dengan plasenta previa.
6. Pemeriksaan umum
Di dapatkan tekanan darah semula mungkin tinggi karena
pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun
turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan
filiformis.
22
7. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan urin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat
ditemukan silinder dan leukosit; darah : hemoglobin (HB)
menurun; periksa golongan darah, lakukan cross-match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan darah
hipofibriniogenemia, maka diperiksakan ulang COT (Clot
Observation Test) triap 1 jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex),
dan test kuantitativ fibrinogen (kadar normalnya 150 mg %.
8. Pemeriksaaan plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak
tipis dan cembung dibagian plasenta yang terlepas (kreater) dan
terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di
belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplasenter.
9. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Terlihat daerah terlepasnya plasenta, janin dan kandung kemih
ibu, darah, tepian plasenta.
23
1. Aspek anatomik
Berdasarkan lapisan dinding yang terkena ruptur uteri di bagi
ke dalam ruptur uteri komplit dan ruptur uteri inkomplit. Pada
ruptur uteri komplit ketiga lapisan dinding ruptur ikut robek,
sedangkan pada yang inkomplit lapisan serosanya atau perimetrium
masih utuh.
2. Aspek sebab
Berdasarkan pada sebab mengapa terjadikan robekan pada
ruptur uteri di bagi ke dalam ruptur uteri spontan. Ruptura uteri
traumatika. Ruptura uteri spontan terjadi pada ruptur yang utuh
oleh karena kekuatan his semata, sedangkan ruptur uteri violenta
disebabkan ada manipulasi tenaga tambahan lain seperti induksi
atau stimulasi partus dengan oksitosin atau yang sejenis, atau
dorongan yang kuat pada fundas persalinan.
3. Aspek keutuhan ruptur
Ruptura uteri dapat terjadi pada uterus yang masih utuh. Tetapi
ruptur terjadi pada uterus yang bercacat misalnya pada parut bekas
bedah sesar atau parut jahitan ruptur uteri yang pernah terjadi
sebelumnya.
4. Aspek waktu
Yang di maksud dengan waktu di sini ialah masa hamil atau
pada waktu bersalin. Ruptura uteri dapat terjadi dalam masa
kehamilan misalnya karena trauma atau pada ruptur yang bercacat,
sering pada bekas bedah sesar klasik.
5. Aspek sifat
Rahim robek ruptur tanpa menimbulkan gejala yang jelas
(silent) seperti pada ruptur yang terjadi pada parut bedah sesar
klasik dalam masa kehamilan tua.
6. Aspek paritas
Ruptur uteri dapat terjadi pada perempuan yang baru pertama
kali hamil sehingga sedapat mungkin padanya di usahakan
histerorafia apabila lukanya rata dan tidak infeksi.
7. Aspek gradasi
24
Ruptur uteri tidak akan terjadi mendadak, peristiwa robekan
yang umumnya terjadi pada segmen bawah ruptur didahului oleh
his yang kuat tanpa kemajuan dalam persalinan sehingga
batas antara korpus dan segmen bawah ruptur.
H. Pencegahan
Tidak ada pencegahan khusus pada Ruptur Sinus Marginalis,
hanya dengan melakukan minimal ANC Program Pemerintah 4x
dalam kehamilan.
2.2.5 Plasenta Sirkumvalata
A. Definisi Plasenta Sirkumvalata
Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan
fetalis dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan
25
pinggir plasenta, sedangkan jaringan di sebelah luarnya terdiri dari
villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua. Sebagai akibatnya
pinggir plasenta mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini
menyebabkan perdarahan antepartum.
26
E. Komplikasi Plasenta Sirkumvalata
Beberapa ahli mengatakan bahwa plasenta sirkumvalata sering
menyebabkan perdarahan,abortus, dan solutio plasenta.
F. Pencegahan
Tidak ada pencegahan khusus pada Insersio Valementosa,
hanya dengan melakukan minimal ANC Program Pemerintah 4x
dalam kehamilan.
Penderita harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfusi dan operasi. Pemasangan tampon dalam vagina tidak berguna sama sekali
untuk menghentikan perdarahan, malahan menambah perdarahan karena sentuhan
serviks sewaktu pemasangan. Selagi penderita belum jatuh ke dalam keadaan syok,
pasang jarum infus ke dalam pembuluh darah, sehingga akan jauh lebih
memudahkan transfusi darah apabila sewaktu-waktu diperlukan.
27
BAB III
KESIMPULAN
lahir setelah 24 minggu (beberapa penulis mendefinisikan ini sebagai minggu ke-
20, yang lain sampai minggu 28) kehamilan. Hal ini dapat terjadi setiap saat
28
sampai tahap persalinan selesai. 5 besar penyebab perdarahan antepartum antara
lain adalah Plasenta previa, Solusio plasenta, Insersio palamentosa, Ruptur sinus
dengan karakteristik seperti salah satu diatas, maka harus ditindak awal dengan
cepat, seperti tangani perdarahannya dan pantau ketat kondisi janin, agar tidak
29