Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322114870

REVIEW KARAKTERISTIK PORI PADA ZEOLIT: MODIFIKASI DAN APLIKASI

Article · December 2017

CITATIONS READS

0 354

1 author:

Novia Amalia Sholeha


Institut Teknologi Sepuluh Nopember
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Review Artikel View project

All content following this page was uploaded by Novia Amalia Sholeha on 29 December 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


REVIEW
KARAKTERISTIK PORI PADA ZEOLIT: MODIFIKASI DAN APLIKASI

Novia Amalia Sholeha


Departemen Kimia, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya
60111
E-mail: noviasholeha.17012@mhs.its.ac.id

Kata Kunci ABSTRAK


Zeolit Zeolit, atau biasa disebut dengan molecular sieves, merupakan
Pori material aluminosilikat dengan pori yang terdistribusi secara teratur
Katalis dalam dimensi molekuler. Salah satu sifat fisik penting dari zeolit
Konversi adalah pori. Setiap jenis zeolit memiliki ukuran pori yang berbeda
dan ukuran pori ini berpengaruh dalam difusi molekul reaktan
sehingga mempengaruhi proses konversi suatu reaktan dan
selektivitas hasil produk reaksi (prosentase yield). Kajian review
ini memberikan pengantar tentang modifikasi pori dan pengaruh
struktur pori beberapa zeolit dalam kinerjanya di aktivitas katalitik.

PENDAHULUAN unit sodalit atau cage-β. Lebih lanjut, apabila


unit sodalit berikatan membentuk sisi heksagonal
Zeolit merupakan suatu material maka akan terbentuk struktur zeolit faujasit
aluminosilikat berpori dengan dimensi ukuran dengan sistem pori supercage berdiameter 1.3
pori molekularnya pada range 0.3-2 nm. Zeolit nm dan window pore berdiameter 1.3 nm. Seperti
tersusun atas satuan-satuan tetrahedral (SiO4)4- zeolit faujasit, ZSM-12 memiliki struktur cincin
dan (AlO4)5- dengan satu atom oksigen sebagai 12 namun tak berdimensi eliptikal sebesar
penghubung antara atom silikon dan aluminium 0.57x0.61 nm. Jika unit bangunan sekunder
yang membentuk kerangka tiga dimensi. Atom berupa unit pentasil, maka ZSM-5 dengan sistem
silikon yang memiliki muatan +4 dapat pori sepuluh cincin akan terbentuk. Apabila
digantikan oleh atom aluminium dengan muatan struktur ZSM-5 berubah menjadi isostruktural
+3 sehingga menghasilkan struktur bermuatan Theta-1, maka ZSM-22 akan terbentuk dengan
negatif yang berasal dari perbedaan muatan ukuran dimensi pori 0.45x0.55 nm (3).
antara tetrahedral (SiO4)4- dan (AlO4)5- (1). Karakteristik pori yang khas dan seragam
Muatan negatif inilah yang menyebabkan zeolit untuk setiap jenis zeolit menjadikan zeolit lebih
mampu mengikat kation sehingga zeolit biasa unggul dibandingkan material katalis padat yang
digunakan sebagai penukar ion, katalis, dan lain. Berdasarkan klasifikasi IUPAC, jenis pori
adsorben (2). material zeolit terbagi menjadi 3 sebagai berikut
Zeolit dapat dibagi berdasarkan unit (4):
bangunan sekunder (unit sodalit dan pentasil)
Mikropori : 2.0 nm (20 Å) ≥ dp
sebagai susunan dari unit bangunan primer
Mesopori : 2.0 nm < dp ≤ 50 nm
(tetrahedral SiO4- dan AlO4-) dengan sistem void
Makropori : dp > 50 nm (500 Å atau 0.05 μm)
dan dimensi pori berbeda seperti yang
ditunjukkan Gambar 1. Jika 24 tetrahedra Pori akan memberikan selektivitas yang baik
berikatan satu sama lain, maka akan terbentuk pada produk hasil beberapa proses industri
seperti perekahan katalitik (5–7), reaksi konversi seperti pori ini sangat diperlukan. Oleh karena
metanol menjadi propilena (8–10) dan reaksi itu, review ini dibuat untuk membahas pengaruh
konversi syngas menjadi olefin dan isoparafin modifikasi pori dan pengaruh pori terhadap
(11,12). Pengetahuan mengenai sifat fisik zeolit beberapa aktivitas katalitik.

Gambar 1. Struktur primer dan sekunder macam zeolit (3)

MODIFIKASI PORI ZEOLIT tetraalkilamonium (TAA) dan amina organik.


Agen pengarah struktur (PDA) berfungsi
Zeolit dengan saluran pori 8, 10, atau 12 melindungi kerangka zeolit beta dari proses
(membered ring/MR) dan ukuran pori kurang desilikasi NaOH serta mengarahkan
dari 1 nm memiliki kelemahan yakni pembentukan mesopori. Hasil yang diperoleh
keterbatasan difusi. Sisi aktif zeolit tidak dapat adalah tidak adanya penurunan mikroporositas
diakses oleh molekul reaktan dengan dimensi dan kristalinitas zeolit beta induk secara
yang sama atau lebih besar dari dimensi pori signifikan. Secara umum, grafik isotherm N2
zeolit (13). Hal ini menyebabkan penggunaan menunjukkan adanya penyerapan yang besar
katalis zeolit yang kurang efektif dalam konversi pada tekanan di bawah 0.1 sebagai pengisian
katalitik dan dapat menyebabkan pembentukan mikropori dan pembentukan monolayer. Pada
kokas yang mendeaktivasi zeolit sehingga yield tekanan P/Po lebih dari 0.4 terjadi pembentukan
konversi berkurang (14). Untuk mengatasi mesopori dengan ditandai loop hysteresis H-2
permasalahan limitasi difusivitas tersebut, pada Gambar 2 (A) dan hysteresis H-4 pada
modifikasi pori zeolit perlu dilakukan agar Gambar 2 (B). Di dalam pori terjadi interaksi
mikropori dan mesopori pada zeolit yang antara permukaan zeolit yang hidrofobik dengan
disintesis dapat dikontrol (15). Modifikasi dapat bagian hidrofobik pengarah struktur. Zeolit beta
dilakukan dengan variasi kondisi sintesis dengan agen pengarah struktur amina non-ionik
maupun dengan penambahan material lain. memiliki ukuran mesopori yang lebih besar
Fernandez et al (16) melakukan modifikasi yakni 5- 8 nm dibandingkan dengan kationik
arsitektur pori zeolit beta menjadi struktur TAA sebesar 2-6 nm. Hal ini disebabkan oleh
hirarkis dengan berbagai proses pelindian adanya akomodasi reaktan yang lebih baik pada
(leaching) top-down dan agen pengarah struktur inner channel kerangka zeolit beta pengarah
(pore-directing agent/PDA) garam kationik struktur amina dan interaksi yang lebih disukai.
A

Gambar 2. Isoterm N2 sampel zeolit beta B250 dengan (A) pengarah struktur tetra alkil ammonium dan (B)
pengarah struktur amina. Inset menunjukkan distribusi mesopori dengan metode BJH (16)

Suzuki et al (17) melakukan modifikasi Gambar 3. Analisis BJH juga menunjukkan


pori zeolit MFI (Si/Al = 37) dengan penambahan bahwa terdapat supermikropori dengan lebar 1.8
perlakuan alkali yakni variasi konsentrasi NaOH nm. Sedangkan untuk analisis distribusi pori
dan waktu kontak pada rentang suhu 323 hingga menunjukkan bahwa semua sampel memiliki
343 K. Konsentrasi NaOH yang digunakan puncak yang sama yakni 4 nm.
adalah 0.05 mol dm-3. Penggunaan larutan NaOH Hartanto et al (18,19) berhasil mensintesis
tidak akan mempengaruhi struktur mikrokristalit mesopori zeolit ZSM-5 dengan proses
yang terbentuk namun akan melarutkan fasa hidrotermal dan variasi waktu aging selama 6,
amorf yang terbentuk di antara kristal. Hasil yang 12, dan 24 jam. Suhu kristalisasi yang digunakan
diperoleh adalah isoterm adsorpsi N2 tidak adalah 60oC dan 150oC. Diameter pori ZSM-5
menunjukkan perubahan yang signifikan pada yang diperoleh dari hasil analisis adsorpsi
zeolit dengan perlakuan NaOH atau tanpa nitrogen pada semua sampel sebesar 3,8 nm.
perlakuan NaOH. Sampel secara garis besar Gambar 4 (A) menunjukkan bahwa semua
menunjukkan isotherm tipe I yang sampel memiliki adsorpsi isotherm tipe IV. Garis
mengindikasikan material zeolit MFI memiliki loop datar sampai P/P0 0,9 diamati pada semua
pori mikro seperti yang ditunjukkan pada sampel dan menunjukkan adanya pengisian
nitrogen pada pori-pori mikro zeolit ZSM-5. karena semakin lama waktu aging maka terjadi
Sampel ZSM-5 A-6 memiliki loop histeresis perubahan yang cepat dari aluminosilikat
yang paling besar dan mengindikasikan jumlah mesopori menjadi ZSM-5 sehingga inti ZSM-5
mesopori paling banyak. Uji t-plot untuk analisis yang terbentuk semakin banyak. Selain
permukaan mikropori pada adsorpsi isotherm IV porositas, waktu aging juga mempengaruhi
mendapatkan pola yang sama dengan garis ukuran pori sebesar 1,25 - 1,0 μm. Waktu aging
horizontal-linear sebagai indikator mikropori dan tidak mempengaruhi diameter pori karena
garis vertikal sebagai indikator mesopori seperti diameter pori dipengaruhi oleh ukuran templat.
Gambar 4(B). Porositas ZSM-5 paling tinggi Distribusi ukuran pori ditunjukkan pada Gambar
sebesar 72,57% dan menurun pada waktu 4C) dan diperoleh hasil ZSM-5 yang terbentuk
kristalisasi yang lebih lama. Hal ini disebabkan memiliki pori berukuran meso di sekitar 5 nm.

B C

Gambar 3 A) Isoterm adsorpsi-desorpsi N2 sebelum dan sesudah penambahan NaOH dengan


waktu 0,5 jam atau 30 jam pada suhu 323 K, B) Plot BJH sebelum dan sesudah
penambahan NaOH pada suhu 323 K untuk 0.5 jam dan 30 jam , C) Luas permukaan BET dan
luas permukaan eksternal zeolite MFI (Si/Al = 37) sebagai fungsi perlakuan NaOH pada suhu 323 K
dan 343 K (17)
A B

Gambar 4 A) Grafik isotherm adsorpsi-desorpsi N2, B) Grafik t-plot dan C) Distribusi ukuran pori
dari ZSM-5 variasi waktu aging 6, 12, dan 24 jam (18)

Khalifah et al (15) melakukan modifikasi Mekanisme pembentukan ZSM-5 mesopori


pori zeolit ZSM-5 dengan menggunakan rasio dijelaskan pada reaksi penukar kation berikut ini:
SiO2/Al2O3 sebesar 20,35, 50, dan 100. Hasil
Na+ZSM + CH3COONH4  NH4+ZSM +
yang diperoleh adalah penggunaan TPAOH
CH3COONa
sebagai pengarah struktur MFI yang baik dan
NH4+ZSM  H+ZSM + NH3
memberikan hasil kristal dengan ukuran partikel
kecil, yaitu 0,3 µm. Intensitas yang diperoleh Fansuri et al (20) melakukan modifikasi
pada karakterisasi XRD juga menunjukkan pori ZSM-5 dengan menggunakan rasio molar
kristal ZSM-5 mesopori yang terbentuk H2O/SiO2 dari kaolin Bangka. Variasi molar
memiliki kristalinitas tinggi di 2θ = 7.8º; 8.7º; yang digunakan adalah 15, 25, 30 dan 35. Hasil
8.8º; 9.0º; 22.9º; 23.2º seperti yang ditunjukkan yang diperoleh adalah ketika rasio molar yang
pada Gambar 5. Karakterisasi ZSM-5 juga digunakan adalah 35 maka akan terbentuk kristal
menunjukkan bahwa rasio Si/Al juga amorf sebagai indikasi kaolin yang terlarut dalam
mempengaruhi jumlah sisi asam Brønsted. Tren bentuk silika. Hal ini didukung oleh data XRD
yang diperoleh adalah jumlah sisi asam akan dengan nilai dari kristalinitas ZSM-5 pada rasio
semakin meningkat dengan berkurangnya rasio molar H2O/SiO2 15, 25, 30 dan 35 yang secara
SiO2/Al2O3. Hal ini disebabkan oleh kerangka berturut-turut sebesar 49.88; 55.49; 59.44; dan
Al yang semakin banyak pada pusat inti asam 8.52%. Kristalinitas akan meningkat seiring
katalis ZSM-5 maka semakin banyak ion dengan bertambahnya rasio molar. Akan tetapi
hidrogen yang menyeimbangkan muatan negatif pada rasio molar 35, kristalinitas zeolit akan
dalam kerangka akibat kehadiran [AlO4]5- yang menurun sebagai akibat silika yang stabil
lebih lanjut membentuk sisi asam Brønsted. sehingga menghasilkan kristalinitas yang rendah.
Gambar 5 Difraktogram sinar X pada zeolit ZSM-5 dengan variasi rasio SiO2/Al2O3 20,35, 50, dan 100 (15)

Banerjee et al (21) juga berhasil melakukan pembentukan mesopori karena terjadi reinsertion
kontrol pori pada Zeolitic Imidazole Framework spesies ini ke dalam kerangka zeolit.
sesuai dengan topologi GME (Gmelinite) yang Optimalisasi kinetik tambahan sifat fisikokimia
diinginkan. Beberapa topologi ZIF yang struktur zeolit berpori hierarkis dicapai dengan
disintesis adalah ZIF-78, -79, -80, -81, -68, -69, variasi waktu dan suhu perlakuan alkali.
dan -70. Metode sintesis yang digunakan adalah Kombinasi post treatment secara berturut-turut
solvotermal. Plot korelasi antara diameter pori di mana desilication diikuti oleh dealumination
(dp) dengan luas area ditunjukkan pada Gambar akan memungkinkan modifikasi decoupled dari
6. Hasil yang diperoleh adalah dengan sifat mesopori dan asam. Pengembangan zeolit
bertambahnya diameter pori maka nilai dari luas mesopori melalui desilikasi harus mendorong
area juga akan semakin meningkat. penggunaan kristal zeolit yang lebih efisien
Groen et al (22) juga berhasil memodifikasi karena adanya peningkatan aksesibilitas dan
pori MFI zeolit dengan proses desilikasi sebagai memfasilitasi transportasi ke dan dari situs aktif.
proses ekstraksi kerangka silika dari ZSM-5. Mekanisme proses desilikasi ditunjukkan pada
Groen berhasil menyimpulkan bahwa adanya Gambar 7 A dan hasil distribusi pori yang
perlakuan uap (steam) akan menghambat diperoleh ditunjukkan pada Gambar 7 B.

Gambar 6 Grafik plot diameter pori dengan luas area permukaan GME ZIFs. Ilustrasi ukuran pori dan fungsi
ditunjukkan dengan kno cage (21)
A

Gambar 7 (A) Gambar sistematik pengaruh Al dalam proses desilikasi pada zeolit MFI pada larutan NaOH
dan mekanisme pembentukan pori (23) dan (B) Distribusi pori berdasarkan perbedaan perlakuan (post
treatment) (24)

PENGARUH MORFOLOGI PORI ZEOLIT dengan pori yang lebih kecil. Untuk mengetahui
PADA REAKSI KATALISIS korelasi ukuran pori dan kinerjanya, logam Mg
Struktur pori yang berbeda akan memiliki 5% berat ditambahkan ke beberapa jenis zeolit
perbedaan dalam aktivitas katalitiknya. Graca et komersial seperti NaY, NH3-MOR, NH3-BEA,
al (25) menjelaskan bahwa zeolit dengan pori NH3-ZSM-5 dan NH3-FER dengan proses
yang lebih besar akan memberikan stabilitas impregnasi. Zeolit Y, MOR, dan BEA
yang lebih baik pada molekul reaktan yang merupakan zeolit dengan pori yang besar (8-9Å).
teradsorp jika dibandingkan dengan zeolit Sedangkan zeolit ZSM-5 dan FER merupakan
zeolit dengan pori sedang (5-6Å). Berdasarkan isomerisasi sehingga nilai konversi glukosanya
data adsorpsi N2 di Tabel 1, Mg terdistribusi rendah. Zeolit ZSM-5 memiliki nilai konversi
secara merata dengan baik pada zeolit MOR yang paling besar dikarenakan permukaan zeolit
ditunjukkan adanya perubahan nilai yang cukup memiliki kemampuan ion exchange yang baik
signifikan pada luas permukaan eksternal dan ketika proses leaching. Zeolit FER dengan
volum mikro-meso. Pori yang besar pada BEA ukuran pori sedang memiliki nilai konversi
dan MOR akan menyebabkan molekul Mg glukosa paling kecil dikarenakan secara
terdistribusi dengan baik pada bagian pori homogen reaksi terjadi pada permukaan dan
sehingga memberikan nilai konversi glukosa terjadi interaksi kuat Mg-FER. Molekul glukosa
yang cukup tinggi. Sedangkan pada zeolit Y dengan diameter kinetic sebear 8,6 Å juga tidak
walau ukuran pori juga besar, magnesium yang mampu terdifusi masuk ke dalam pori zeolit yang
terperangkap tidak mampu lepas mengalami ukuran porinya kecil seperti pada zeolit FER.
pelindian (leaching) ketika terjadi reaksi

Tabel 1 Sifat tekstural katalis beberapa jenis zeolit dengan penambahan logam Mg (25)

Konversi
Kristalinitas Vmikro
Katalis Vmeso (cm3/g) Sext (m2/g) glukosa
(%) (cm3/g)
(%)
NaY 100 0,323 0,043 48 -
5%MgNaY 92 0,243 0,045 49 9,1
NaMOR 100 0,168 0,155 61 -
5%MgNaMOR 98 0,056 0,069 32 13,2
NaBEA 100 0,149 0,556 247 -
5%MgNaBEA 97 0,140 0,660 208 17,0
NaZSM-5 100 0,130 0,152 58 -
5%MgNaZSM-5 92 0,119 0,095 60 18,2
NaFER 100 0,120 0,178 78 -
5%MgNaFER 91 0,082 0,074 32 6,8

Bleken et al (26) juga menjelaskan adanya TUN) dan zeolit dengan intersection lebih kecil
pengaruh topologi 10 cincin-pori zeolit dalam (MFI, MEL). Deaktivasi akan lebih mudah
posisi 3D pada reaksi methanol to hydrocarbon terjadi secara cepat pada zeolit dengan channel
(MTH). Zeolit yang digunakan adalah zeolit intersection panjang karena adanya pengaruh
dengan channel intersection panjang (IMF, sterik molekul reaktan sesuai pada Gambar 5.

Gambar 8 Reaksi MTH terhadap waktu dengan beberapa topologi stuktur pori zeolit yang berbeda (26)
Saxena et al (27) juga melakukan studi dengan zeolit lain. Hal ini dikarenakan terdapat
terhadap beberapa jenis zeolit yakni ZSM-5, pori inter-crystalline yang berkontribusi
MOR, HY, dan BEA untuk reaksi alkilasi terhadap pori nano yang ditunjukkan oleh data
benzena. Diameter zeolit MOR, ZSM-5, BEA adsorpsi-desorpsi nitrogen Gambar 6 (B).
dan HY secara berturut-turut adalah 5.12; 6.06; Analisa distribusi pori Gambar 6 C dan 6 D juga
7.48; dan 6.12 Å. Ukuran kristal zeolite rata-rata mengkonfirmasi adanya distribusi mesopori pada
yang diperoleh adalah 1-5 μm seperti yang 4-20 nm sebagai pori hirarkis yang berperan
ditunjukkan oleh Gambar 3 (A). Nilai luas penting dalam difusi reaktan selama proses
permukaan eksternal secara berturut-turut adalah katalisis. Oleh karena itu, dalam reaksi alkilasi
20.81; 95.72; 209.92; dan 56.14 m2 g-1. benzene, BEA menghasilkan konversi paling
Sedangkan nilai luas pori secara berturut-turut besar yakni 86,6% dibandingkan zeolit ZSM-5,
adalah 291.84; 160.43; 390.69; dan 579.71 cm2 MOR, dan HY yang secara berturut-turut sebesar
g-1. Nilai volume pori dan luar permukaan 12.2, 40,0, dan 63,7%. Nilai ini berbanding lurus
eksternal BEA lebih tinggi jika dibandingkan dengan ukuran pori zeolit.

A
B

C D

Gambar 9 Analisis TEM, B) Adsorpsi-desorpsi N2,C) Analisis mesopori, dan D) Analisis mikropori
zeolit ZSM, MOR, HY, dan BEA (27)
KESIMPULAN methanol-to-propylene reaction. Catal
Commun. 2015;72:156–60.
Zeolit dengan karakter pori tertentu akan 9. Razavian M, Fatemi S. Synthesis and
memberikan hasil konversi yang berbeda pada application of ZSM-5/SAPO-34 and
setiap reaksi katalisis yang terjadi. Secara umum, SAPO-34/ZSM-5 composite systems for
zeolit dengan pori yang besar akan memberikan propylene yield enhancement in propane
akses difusi molekul reaktan yang lebih baik dehydrogenation process. Microporous
sehingga prosentasi konversi sehingga prosentasi Mesoporous Mater. 2015;201(C):176–89.
10. Wen M, Wang X, Han L, Ding J, Sun Y,
konversi yield akan lebih besar. Sedangkan zeolit Liu Y, et al. Monolithic metal-
dengan stuktur pori lebih kecil akan fiber@HZSM-5 core-shell catalysts for
menghasilkan selektivitas yang lebih baik methanol-to-propylene. Microporous
terhadap produk yang dihasilkan. Mesoporous Mater. 2015;206(C):8–16.
11. Wei Q, Yang G, Gao X, Tan L, Ai P,
DAFTAR PUSTAKA Zhang P, et al. A facile ethanol fuel
synthesis from dimethyl ether and syngas
1. Koohsaryan E, Anbia M. Nanosized and
over tandem combination of Cu-doped
hierarchical zeolites: A short review.
HZSM35 with Cu-Zn-Al catalyst. Chem
Cuihua Xuebao/Chinese J Catal.
Eng J. 2017;316:832–41.
2016;37(4):447–67.
12. Xing C, Sun J, Yang G, Shen W, Tan L,
2. Chester AW, Derouane EG. Zeolite
Zhu P, et al. Tunable isoparaffin and olefin
characterization and catalysis: A tutorial.
synthesis in Fischer-Tropsch synthesis
Zeolite Characterization and Catalysis: A
achieved by composite catalyst. Fuel
Tutorial. 2010. 1-358 hal.
Process Technol. 2015;136:68–72.
3. Weitkamp J. Defense Technical
13. Tao Y, Kanoh H, Abrams L, Kaneko K.
Information Center Compilation Part
Mesopore-Modified Zeolites : Preparation
Notice SOLID Zeolites and catalysis.
, Characterization , and Applications.
1998;
2006;896–910.
4. Chemistry S. International Union of Pure
14. Möller K, Bein T. Mesoporosity – a new
and Applied Chemistry Division of
dimension for zeolites. Chem Soc Rev.
Physical Chemistry Manual of Symbols
2013;42(9):3689.
and Terminology for Physicochemical
15. Khalifah,S.N., Joko Hartanto dan Didik
Quantities and Units Appendix Ii. Pure
Prasetyoko. (2009). Sintesis dan
Appl Chem. 2001;51(5):1213–8.
Karakterisasi ZSM-5 Mesopori dengan
5. Jia L, Sun X, Ye X, Zou C, Gu H, Huang
Variasi Rasio SiO2/Al2O3. Thesis. Surabaya:
Y, et al. Core-shell composites of
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Institut
USY@Mesosilica: Synthesis and Teknologi Sepuluh November.
application in cracking heavy molecules 16. Fernandez S, Ostraat ML, Lawrence JA,
with high liquid yield. Microporous Zhang K. Tailoring the hierarchical
Mesoporous Mater. 2013;176:16–24. architecture of beta zeolites using base
6. Gao X, Tang Z, Zhang H, Liu C, Zhang Z, leaching and pore-directing agents.
Lu G, et al. High performance Microporous Mesoporous Mater.
phosphorus-modified ZSM-5 zeolite for 2017;263(June 2017):201–9.
butene catalytic cracking. Korean J Chem 17. Suzuki T, Okuhara T. Change in pore
Eng. 2010;27(3):812–5. structure of MFI zeolite by treatment with
7. Diao Z, Wang L, Zhang X, Liu G. NaOH aqueous solution. 2001;43.
Catalytic cracking of supercritical n- 18. Hartanto D, Purbaningtias TE, Fansuri H,
dodecane over meso-HZSM-5@Al- Prasetyoko D. Pore structure and
MCM-41 zeolites. Chem Eng Sci. morphology characterizations of
2014;135:452–60. mesoporous ZSM-5 synthesized at various
8. Ding J, Han L, Wen M, Zhao G, Liu Y, Lu aging time. 2012
Y. Synthesis of monolithic Al- 19. Hartanto D, Purbaningtyas TE, Fansuri H,
fiber@HZSM-5 core-shell catalysts for
Prasetyoko D. Karakterisasi Struktur Pori Ramírez J. Optimal aluminum-assisted
dan morfologi ZSM-2 mesopori yang mesoporosity development in MFI
disintesis dengan variasi waktu aging. zeolites by desilication. J Phys Chem B.
2011;(January). Surabaya: Jurusan Kimia 2004;108(35):13062–5.
Fakultas MIPA Institut Teknologi 24. Groen JC, Peffer LAA, Moulijn JA, Pérez-
Sepuluh November. Ramírez J. Mechanism of hierarchical
20. Fansuri H, Iryani A, Shahbihi WE, porosity development in MFI zeolites by
Santoso E, Hartanto D, Iqbal RM. Effect desilication: The role of aluminium as a
of H2O/SiO2 molar ratio on direct pore-directing agent. Chem - A Eur J.
synthesis of ZSM-5 from Bangka’s kaolin 2005;11(17):4983–94.
without pretreatment. Malaysian J 25. Graça I, Bacariza MC, Chadwick D.
Fundam Appl Sci. 2017;13(4):817–20. Glucose isomerisation into fructose over
21. Banerjee R, Furukawa H, Britt D, Knobler Mg-impregnated Na-zeolites: Influence of
C, Keeffe MO, Yaghi OM, et al. Control zeolite structure. Microporous
of Pore Size and Functionality in Mesoporous Mater. 2018;255:130–9.
Isoreticular Zeolitic Imidazolate 26. Bleken F, Skistad W, Barbera K, Kustova
Frameworks and their Carbon Dioxide M, Bordiga S, Beato P, et al. Conversion
Selective Capture Properties Control of of methanol over 10-ring zeolites with
Pore Size and Functionality in Isoreticular differing volumes and ZSM-5 w.
Zeolitic Imidazolate Frameworks and 2011;2539–49.
their Carbon Dioxide Se. 2009;3875–7. 27. Saxena SK, Viswanadham N, Al-
22. Groen JC, Moulijn JA, Pérez-Ramírez J. Muhtaseb AH. Effect of zeolite pore
Desilication: on the controlled generation morphology on solvent-less alkylation of
of mesoporosity in MFI zeolites. J Mater benzene with 1-hexene. Mater Today
Chem. 2006;16(22):2121–31. Chem. 2017;4:45–52.
23. Groen JC, Jansen JC, Moulijn JA, Pérez-

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai