Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan Umum tentang Persalinan

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002).

Menurut WHO, persalinan preterm adalah persalinan dengan usia

kehamilan antara 28-37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram

(Manuaba,2007).

Jenis-jenis persalinan:

a. Persalinan Spontan

Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan

melalui jalan lahir.

b. Persalinan buatan

Sebaliknya bila persalinan di bantu dengan tenaga dari luar

misalnya ekstraksi dengan forceps, atau di lakukan operasi secsio

caesarea.

c. Persalinan Anjuran

Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar

untuk hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga

menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang-kadang

5
6

persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung

setelah pemecahan ketuban, pemberian pitogin atau profaglandin.

Menurut Muchtar (1998), berhubungan dengan tuanya umur

kehamilan dan berat badan bayi yang dilahirkan di kenal beberapa

istilah :

a. Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh karena

akibat-akibat tertentu) atau sebelum kehamilan tersebut berusia

22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup

diluar kandungan

b. Partus Immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara umur kehamilan 22 minggu

sampai dengan 28 minggu atau bayi dengan berat badan lahir

antara 500 gram sampai dengan 999 gram

c. Partus Prematurus

Pengeluaran buah kehamilan antara umur kehamilan antara

umur kehamilan 28sampai 37 minggu, atau bayi dengan berat

badan antara 1000 sampai 2499 gram

d. Partus matures atau partus aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 sampai 42 minggu,janin

matur, atau dengan berat badan diatas 2500 gram atau lebih

e. Partus postmaturus atau partus serotinus

Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu

atau lebih dari waktu yang ditaksir, janin disebut post matur
7

2. Tinjauan Umum tentang Persalinan Preterm

Preterm adalah berakhirnya suatu kehamilan dengan umur

kehamilan antara 28-37 minggu atau bayi dengan berat badan lahir

antara 1000 gram- 2499 gram.

a. Etiologi dan faktor predisposisi

Persalinan preterm merupakan kelainan proses yang

multifaktorial. Kombinasi keadaan obsterik, sosiodemografi, dan

faktor medik mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan

prematur. Kadang hanya risiko tunggal dijumpai seperti distensi

berlebih, uterus, ketuban pecah dini, atau trauma. Banyak kasus

persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang

merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya

kontraksi rahim dan perubahan serviks, yaitu: 1). Aktivasi aksis

kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada ibu maupun janin,

akibat stres pada ibu atau janin, 2). Inflamasi desidua-korioamniom

atau sistematik atau akibat infeksi asenden dari traktus

genitourinaria atau infeksi sistematik, 3). Perdarahan desidua,

4). Peregangan uterus patologik, 5). Kelainan pada uterus atau

serviks.

Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya

persalinan prematur harus dicermati beberapa kondisi yang dapat

menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalinan prematur atau

seorang dokter terpaksa mengakhiri kehamilan pada saat

kehamilan belum genap bulan (Hanifa,2008).

Kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan

preterm adalah:
8

1) Janin dan plasenta

a) Perdarahan trimester awal

b) Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa

previa)

c) Ketuban pecah dini (KPD)

d) Pertumbuhan janin terhambat

e) Cacat bawaan janin

f) Kehamilan ganda/gemeli

g) Polihidramnion

2) Ibu

a) Penyakit berat pada ibu

b) Diabetes melitus

c) Pre-eklampsia/hipertensi

d) Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin

e) Penyakit infeksi dengan demam

f) Stres psikologik

g) Kelainan bentuk uterus/serviks

h) Riwayat persalinan preterm/abortus berulang

i) Pemakaian obat narkotik

j) Trauma

k) Perokok berat

l) Kelainan imunologi /kelainan resus

Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematik

pada derajat prematuritas, maka usher (1975) menggolongkan bayi

tesebut dalam tiga kelompok yaitu :


9

1) Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu.

Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sukar hidup

pertama di negara yang belum atau sudah berkembang. Bayi

dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin hidup dengan

perwatan yang sangat intesif agar di capai hasil optimum.

2) Bayi dengan derajat prematur yang sedang (moderatery premature)

: 31-36 minggu pada golongan ini kesanggupan untuk hidup lebih

baik dari golongan pertama dan gejala sisa yang di hadapinya di

kemudian hari juga lebih ringan, asal saja pengolaan terahadap

bayi ini betul-betul intensif.

3) Bordeline premature: masa gestasi 37-38 minggu bayi ini

mempunyai sifat prematur dan matur. Biasanya seperti bayi matur

dan dikelolah seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul

problematik seperti yang di alami bayi prematur, misalnya sindrom

gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya isap yang lemah

dan sebagainya, sehingga bayinya harus diawasi dengan seksama

(Hanifa, 2008).

b. Faktor Penyebab Preterm

1) Faktor Ibu

Ibu pernah mengalami keguguran sebelumnya atau melahirkan

bayi prematur sebelumnya. Rahim bagian bawah ibu lemah

sehingga rahim akan terbuka sebelum usia kehamilan mencapai

37 minggu. Infeksi saluran kemih juga bisa menyebabkan bayi

lahir prematur. Usia ibu kurang dari 18 tahun dan lebih dari 40

tahun. Saat mengandung dan melahirkan ibu menderita

hipertensi kelainan jantung.


10

2) Faktor janin

Janin tidak berkembang atau terjadi pendarahan otak bayi

prematur cenderung bermasalah karena semua organ tubuhnya

belum matang, pendarahan otak bisa menyebabkan bayi lahir

prematur. Bayi prematur kemungkinan kurang cerdas di

bandingkan dengan anak normal. Sindrom gangguan

pernapasan, kelainan jantung, kelainan usus, anemia, infeksi

gangguan minum karena belum mampu mengisap kelahiran

lebih dari satu bayi atau kembar, resiko prematur lebih tinggi bila

kembar lebih dari dua. Pada dasarnya kelahiran prematur pasti

adalah keadaan yang tidak dikehendaki oleh orang tua juga

dokter, karena hal tersebut mempunyai konsekuensi yang tidak

menyenangkan untuk si bayi (Hanifa, 2008).

c. Penapisan untuk persalinan prematur

Cara utama untuk mengurangi risiko persalinan prematur dapat

dilakukan sejak awal sebelum tanda-tanda persalinan muncul.

Dimulai dengan pengenalan pasien yang berisiko, untuk diberi

penjelasan dan dilakukan penilaian klinik terhadap persalinan

premature serta pengenalan kontraksi sedini mungkin, sehingga

tindakan pencegahan dapat segera dilakukan. Pemeriksaan serviks

tidak lazim dilakukan pada kunjungan antenatal, sebenarnya

pemeriksaan tersebut mempunyai manfaat cukup besar dalam

meramalkan terjadinya persalinan preterm/prematur. Bila dijumpai

serviks pendek (< 1 cm) disertai dengan pembukaan yang

merupakan tanda serviks matang/inkompetensi serviks, mempunyai

risiko terjadinya persalinan preterm 3-4 kali.


11

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah

persalinan preterm antara lain sebagai berikut:

1) Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda (kurang dari 17 tahun)

2) Hindari jarak kehamilan terlalu dekat

3) Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh

pelayanan antenatal yang baik

4) Anjuran tidak merokok maupun mengonsumsi obat terlarang

(narkotik)

5) Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat

6) Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm

7) Kenali dan obati infeksi genital/saluran kencing

8) Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap terhadap

persalinan preterm.

d. Problematik Bayi Prematur

Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur,

oleh sebab itu ia lebih banyak mengalami kesulitan untuk hidup

diluar uterus ibunya makin pendek masa kehamilannya makin

kurang sempurna pertumbuhan alat-alat di dalam tubuhnya dengan

akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya

angka kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur (Hanifa,

2008).

e. Penatalaksanaan bayi prematur

Ada 2 cara penatalaksanaan bayi prematur:

1) Pengaturan suhu

Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hiportemi

bila berada di lingkungan yang dingin. Bila bayi di rawat dalam


12

inkubator, maka suhunya untuk bayi tetap dengan berat badan

2000-2500 gram adalah 34ºc agar ia dapat mempertahankan

suhu tubuh sekitar 37 ºc kelembaban indikator sekitar 50-60%.

2) Makanan bayi

Pada bayi prematur refleks isapnya telang dan batuk belum

sempurna, kapasitas lambung daya enzim pencernaan terutama

lipast masih kurang di samping itu kebutuhan protein 3-5

gram/hari dari tingkat kalori (110 kal/kg/hari) agar berat badan

bertambah sebaik-baiknya jumlah ini lebih tinggi dari yang di

perlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada

waktu bayi premature berumur 3 jam agar tidak menderita

hipoglikemia dan hiperbilirubin.

f. Resuitasi Pada Bayi Prematur

Asfiksia adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas

secara spontan dan teratur sehingga menimbulkan gangguan

lebih lanjut, yang mempengaruhi seluruh metabolisme tubuhnya.

Keadaan depresi pernapasan yang dimaksud adalah keadaan

asfiksia dan terjadi kesulitan untuk mempertahankan pernapasan

normal yang menyebabkan gangguan tonus otot.

Penyebab asfiksia atau depresi pernapasan bayi baru lahir

adalah:

1) Asfiksia intrauterine

2) Bayi premature (kurang bulan)

3) Penyakit atau cacat bawaan bayi

4) Hipoksia intrauterine

5) Obat-obatan yang menekan spontanitas napas


13

Asfiksia berarti terjadi hipoksia (kekurangan oksigen) yang

menimbulkan metabolisme anaerob sehingga terjadi

penimbunan karbon dioksida, asidosis darah dan cairan tubuh

(Manuaba, 2007).

Setiap bayi yang lahir dengan asfiksia memerlukan

tindakan gawat darurat. Tindakan yang diperlukan adalah

resusitasi yang harus di lakukan secara terampil. Tujuan

resuitasi aktif adalah perangsang pernapasan dengan cara

mengembangkan paru dan mengisinya dengan udarah melalui

udara agar terjadi pertukaran gas dan pergantian sirkulasi

udarah melalui pemberian ventilasi tekanan positif secara tepat.

3. Tinjauan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan Preterm

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan preterm diantaranya

yaitu :

a. Umur Ibu

Umur adalah Umur adalah lamanya seorang hidup. Umur

berkembang sejalan dengan perkembangan biologis alat-alat

tubuh manusia. Umur 20-35 tahun adalah periode yang paling

aman untuk kehamilan dan persalinan maupun pasca persalinan.

Risiko persalinan yang tinggi kebanyakan < 20 tahun dan umur

diatas 35 tahun (Manuaba, 2007).

Pengaruh umur ibu terhadap terjadinya BBLR berkaitan

dengan perkembangan psikologi / biologis dari ibu tersebut. Pada

umur 20-30 tahun seorang wanita secara fisionatomis telah siap

untuk hamil, sehingga upaya untuk pemeliharaan kehamilan lebih


14

baik dan adanya resiko yang akan di lahirkan dapat dikurangi

(Manuaba, 2007).

b. Jarak kehamilan

Jarak kehamilan atau jarak antara 2 kehamilan adalah jarak

waktu anak sejak lahir sampai terjadinya kehamilan kembali.

Kehamilan yang terlalu dekat merupakan salah satu faktor resiko

tinggi bagi ibu hamil. Kehamilan yang berulang menyebabkan

keadaan rahim tidak lagi sehat untuk kehamilan berikutnya pada

jarak waktu yang berdekatan (Hanifa,2008).

Hasil penelitian yang dipublikasikan the British Medical

Journal menunjukkan bahwa wanita dengan interval yang pendek

antara 2 kehamilan mempertinggi resiko terjadi komplikasi seperti

kelahiran prematur dan keguguran. Salah seorang peneliti,

Gordon Smith beserta kolega menganalisa informasi lebih dari

89.000 wanita setelah kehamilan kedua. Wanita yang mempunyai

jarak kehamilan kurang dari 6 bulan, mengalami lebih banyak

komplikasi daripada wanita dengan jeda kehamilan lebih lama.

Penemuan ini juga menunjukkan, bahkan wanita yang hamil

pada kesempatan pertama berjalan sehat dan tanpa masalah,

mengalami komplikasi seperti kelahiran prematur dan keguguran

saat mereka hamil kembali dalam interval yang dekat. Peneliti

mengesampingkan wanita yang telah mengalami komplikasi yang

terjadi pada kehamilan pertama. Mereka menduga bahwa

hubungan antara jarak kehamilan terlalu dekat dan kelahiran

prematur kemungkinan disebabkan kekurangan protein yang

membantu kehamilan lahir secara normal. Lebih lanjut, interval


15

yang pendek dari jarak kehamilan, mengakibatkan protein ini tidak

mempunyai kemampuan untuk mempertahankan usia kecukupan

kehamilan. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk

membuktikan teori ini untuk menafsirkan hubungan antara interval

kehamilan dan problem kehamilan (Bibilung, 2002)

c. Kehamilan ganda

Kehamilan ganda ialah kehamilan dengan dua janin atau

lebih. Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin.

Sedangkan bagi ibu tidak seberapa besar, walaupun demikian

wanita dengan kehamilan ganda memerlukan pengawasan dan

perhatian khusus, bila di inginkan hasil yang memuaskan bagi ibu

dan janin (Manuaba, 2007).

d. Pre-eklampsia

Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda - tanda hipertensi,

edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan

(Monsjoer,dkk. 2007). Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan

ketiga kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada

mola hidatidosa (Yulianingsih, 2008).

1) Etiologi

Penyebab pre-eklampsia sampai saat inibelum diketahui

dengan pasti. Teori yang banyak dianut ialah akibat iskemia

plasenta. Beberapa faktor predisposisi terhadap timbulnya

preeklamsia ialah : primigravida muda, wanita umur >35 tahun,

wanita gemuk, riwayat pre-eklampsia pada kehamilan

sebelumnya, riwayat keluarga dengan pre-eklampsia,


16

kehamilan ganda, diabetes melitus, mola hidatidosa

(Yulianingsih,dkk. 2008).

2) Tanda Dan Gejala

Pre-eklamsia dinyatakan berat bila ada satu diantara gejala-

gejala berikut:

a) Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih,

diukur minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada

keadaan istirahat.

b) Proteuneria 5 gram/24 jam atau lebih,+ ++ atau ++++ pada

pemeriksaan kualitatif.

c) Oliguria, urine 400 ml/ 24 jam atau kurang

d) Edema paru-paru

e) Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah

penglihatan pandangan kabur dan spasme arteri retina pada

funduskopi, nyeri epigastrium, mual atau muntah serta emosi

mudah marah.

f) Pertumbuhan janin intrauterine terlambat.

3) Komplikasi

Komplikasi ibu dengan pre-eklamsia atau PIH: cerebral

vasculer accident, kardiopulmonaria edema, insufisiensi renal

shutdown, retardasi pertumbuhan, kematian janin intra uterine

yang disebabkan hipoksia dan prematur.

4) Pencegahan

Pencegahan timbulnya pre-eklamsia berat dapat dilakukan

dengan pemeriksaan antenatal care secara teratur. Gejala ini

dapat ditangani secara tepat. Penyuluhan tentang manfaat


17

istirahat akan banyak berguna dalam pencegahan. Nutrisi

penting untuk diperhatikan selama hamil, terutama protein, diet

protein yang adekuat bermanfaat untuk pertumbuhan dan

perbaikan sel (Yulianingsih,dkk. 2008).

B. Landasan teori

Persalinan preterm merupakan kelainan proses yang multifaktorial.

Kombinasi keadaan obsterik, sosiodemografi, dan faktor medik

mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan prematur. Kadang

hanya risiko tunggal dijumpai seperti distensi berlebih, uterus, ketuban

pecah dini, atau trauma. Banyak kasus persalinan prematur sebagai

akibat proses patogenik yang merupakan mediator biokimia yang

mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan perubahan serviks,

yaitu: 1). Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada

ibu maupun janin, akibat stres pada ibu atau janin, 2). Inflamasi desidua-

korioamniom atau sistematik atau akibat infeksi asenden dari traktus

genitourinaria atau infeksi sistematik, 3) Perdarahan desidua,

4). Peregangan uterus patologik, 5). Kelainan pada uterus atau serviks.

Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya

persalinan prematur harus dicermati beberapa kondisi yang dapat

menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalinan prematur atau seorang

dokter terpaksa mengakhiri kehamilan pada saat kehamilan belum genap

bulan (Hanifa,2008).

Menurut Norwitz & Schorge (2008) penyebab persalinan prematur

yaitu iatrogenik (20%), infeksi (30%), ketuban pecah dini saat preterm (20-

25%), dan persalinan preterm spontan (20-25%). Secara teoritis faktor

risiko prematur dibagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor iatrogenik, faktor


18

maternal, faktor janin, dan faktor perilaku. Faktor iatrogenik merupakan

faktor dari kesehatan medis. Faktor maternal meliputi riwayat prematur

sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, jarak kehamilan, plasenta previa,

kelainan serviks (serviks inkompetensi), hidramnion, infeksi intra-amnion,

hipertensi dan trauma. Faktor janin meliputi kehamilan kembar (gemelli),

janin mati (IUFD), dan cacat bawaan (kelainan kongenital). Faktor perilaku

meliputi ibu yang merokok dan minum alkohol.


19

C. Kerangka Teori

Faktor iatrogenik

Kesehatan Medis

Faktor Maternal
Riwayat Prematur

Umur

Jarak Kehamilan

Pre-Eklampsi

Plasenta Previa

dll
Persalinan
Preterm
Faktor Janin
Kehamilan
Kembar (Gemelli)

Janin Mati (IUFD)

Kelainan
Kongenital
Faktor Perilaku
Perokok

Pecandu alkohol

Gambar 1: Kerangka Teori (Hanifa, 2008; Norwitz & Schorge, 2008)


20

D. Kerangka konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Umur

Jarak kehamilan

Persalinan Preterm

Kehamilan
Ganda

Pre-eklampsi

Gambar 2: Kerangka Konsep penelitian

Anda mungkin juga menyukai