Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Derajat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari angka kematian ibu

(AKI) dan angka kematian bayi (AKB). AKI dan AKB mencerminkan tingginya

risiko kehamilan, persalinan dan kelahiran bayi. Persalinan prematur

merupakan penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas dan mortalitas neonatal

di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan

merupakan penyebab utama kematian perinatal. Indonesia merupakan

Negara dengan angka kematian yang tinggi di lingkungan ASEAN menjadi 15

per 1000 kelahiran hidup di tahun 2010. Kelahiran di Indonesia diperkirakan

sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat diperhitungkan kematian bayi

56/1000 KH, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang artinya sekitar 2,2-2,6

menit bayi meninggal. Penyebab kematian tersebut antara lain asfiksia (49-

60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat

bawaan (1-3%) (Kurniasih, 2009).

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui derajat kesehatan di suatu negara seluruh dunia. AKB di

Indonesia masih sangat tinggi, menurut hasil Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) bahwa AKB di Indonesia pada tahun 2009 mencapai

31/1000 KH (kelahiran hidup). Apabila dibandingkan dengan target dalam

Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1000 KH,

ternyata AKB di Indonesia masih sangat tinggi. Perbaikan dalam angka

1
2

kematian perinatal dapat dicapai dengan pemberian pengawasan antenatal

untuk semua wanita hamil dengan menemukan dan memperbaiki faktor-faktor

yang mempengaruhi keselamatan janin dan neonatus (Depkes, 2010,

Prawirohardjo, 2002)

Prematur adalah berakhirnya suatu kehamilan dengan umur kehamilan

antara 28-37 minggu atau bayi dengan berat badan lahir antara 1.000-2.499

gram. Bayi lahir dengan BBLR memberikan konstribusi penting terhadap

kematian bayi prematur sebesar 5-13 kali. Selain itu prematur juga berdampak

serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat

pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh pada

penurunan kecerdasan. Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus

pada bayi prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas

organ pada bayi lahir seperti paru, otak, dan gastrointestinal. Permasalahan

yang terjadi pada persalinan prematur bukan saja pada kematian perinatal,

melainkan bayi prematur ini sering pula disertai dengan kelainan, baik

kelainan jangka pendek maupun jangka panjang (Hanifa, 2008).

Penyebab persalinan prematur yaitu iatrogenik (20%), infeksi (30%),

ketuban pecah dini saat preterm (20-25%), dan persalinan preterm spontan

(20-25%). Secara teoritis faktor risiko prematur dibagi menjadi 4 faktor, yaitu

faktor iatrogenik, faktor maternal, faktor janin, dan faktor perilaku. Faktor

iatrogenik merupakan faktor dari kesehatan medis. Faktor maternal meliputi

riwayat prematur sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, plasenta previa, kelainan

serviks (serviks inkompetensi), hidramnion, infeksi intra-amnion, hipertensi

dan trauma. Faktor janin meliputi kehamilan kembar (gemelli), janin mati
3

(IUFD), dan cacat bawaan (kelainan kongenital). Faktor perilaku meliputi ibu

yang merokok dan minum alkohol (Norwitz & Schorge, 2008).

Berdasarkan data pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,

bayi premature pada tahun 2010 dari 5200 kelahiran terdapat 445 orang

(8,55%) bayi premature (Dinkes, 2010). Di RSU Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara pada tahun 2010 dari persalinan 1045 terdapat 17 orang

yang melahirkan bayi gemeli dan terdapat 41 orang (1,81%) bayi prematur.

Pada tahun 2011 dari persalinan 1088 terdapat 14 orang yang melahirkan

bayi gemeli dan terdapat 30 orang (1,25%) bayi prematur. Pada tahun 2012

dari persalinan 1018 terdapat 9 orang yang melahirkan bayi gemeli dan

terdapat 78 orang (1,17%) bayi prematur. Masih tingginya angka persalinan

preterm di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2010

sampai dengan tahun 2012 belum sepenuhnya diketahui, namun terdapat

beberapa faktor yang dianggap menyebabkan persalinan preterm.

Berdasarkan data tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat judul

penelitian “Identifikasi ibu bersalin preterm di Rumah Sakit Umum Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 “.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka permasalahan

yang dapat dirumuskan adalah ”Bagaimana identifikasi ibu bersalin preterm di

Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 ?“

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengidentifikasi ibu bersalin preterm di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinisi Sulawesi Tenggara Tahun 2012.


4

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi umur pada ibu bersalin preterm di Rumah Sakit

Umum Bahteramas Provinisi Sulawesi Tenggara Tahun 2012

b. Untuk mengidentifikasi jarak kehamilan pada ibu bersalin preterm di

Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinisi Sulawesi Tenggara Tahun

2012

c. Untuk mengidentifikasi kehamilan ganda pada ibu bersalin preterm di

Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinisi Sulawesi Tenggara Tahun

2012

d. Untuk mengidentifikasi kejadian pre-eklampsia pada ibu bersalin

preterm di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinisi Sulawesi

Tenggara Tahun 2012

D. Manfaat penelitian

1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D-III

kebidanan dan merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam

melakukan penelitian.

2. Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka menambah

wawasan ilmu pengetahuan, serta pengembangan diri khususnya di bidang

penelitian.

3. Sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya bagi Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dalam meningkatkan pelayanan

kepada ibu hamil utamanya yang melahirkan premature di wilayah

kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai